Karsinoma nasofaring (KNF) adalah jenis karsinoma yang berasal dari epitel
atau mukosa dan kripta yang melapisi permukaan nasofaring. Keganasan ini sering
disebut sebagai kanker tenggorok. KNF biasanya berasal dari dinding lateral
nasofaring, termasuk fosa Rosenmuller. Kemudian dapat meluas ke dalam atau ke
luar nasofaring ke dinding lateral lainnya dan atau posterosuperior ke basis kranii
atau palatum, rongga hidung. Umumnya bermetastasis ke limfonodi servikal.
Metastasis jauh dapat ke tulang, paru, mediastinum dan lebih jarang hati.
Limfadenopati servikal adalah gejala awal pada banyak pasien, dan diagnosis KNF
sering didapat dari biopsi limfonodi. Gejala yang berkaitan dengan tumor primer
termasuk trismus, nyeri, otitis media, regurgitasi nasal karena paresis palatum mole,
gangguan pendengaran dan paralisis nervus kranialis. Pertumbuhan yang lebih besar
dapat menyebabkan obstruksi nasal atau perdarahan. Metastasis dapat menimbulkan
nyeri tulang dan disfungsi organ, kemudian osteoartropati sebagai sindrom
paraneoplastik (Brennan, 2006). Penelitian dewasa ini menunjukan bahwa KNF
berhubungan erat dengan Epstein-Barr virus (EBV) salah satu jenis herpes virus
yang menyebabkan infeksi asimptomatis pada > 90% populasi dunia (Servi et al.,
2005).
Epstein-Barr Virus (EBV) adalah spesies Human herpesvirus 4 (HHV4) dari
genus Lymphocryptovirus dan termasuk dalam familia Herpesviridae. Virus Epstein-
Barr (EBV) termasuk Virus herpes simpleks dan Cytomegalovirus yang merupakan
salah satu virus-virus paling umum di dalam manusia. Banyak orang yang terkena
infeksi EBV, yang sering asymptomatic tetapi biasanya penyakit akibat radang yang
cepat menyebar. EBV dinamai menurut Mikhael Epstein dan Yvonne Barr, yang
bersama-sama dengan Bert Achong, memukan virus tahun 1964 (Yenita, 2012).
EBV mempunyai dua tahap dalam daur infeksi yaitu fase litik dan laten.
Selama fase laten hanya sedikit gen laten yang diekspresikan, sedangkan selama fase
litik terjadi sejumlah besar ekspresi gen litik secara berurutan. Fase laten ditandai
dengan dipertahankanya DNA EBV dalam jumlah yang relatif rendah dan tidak
menghasilkan virion atau partikel virus. Fase litik merupakan kebalikan dari fase
laten yaitu reaktivasi virus berupa amplifikasi genom virus dan produksi partikel
bebas virus. Gen-gen laten yang diekspresikan diantaranya adalah EBERs, EBNA1,
LMP1, LMP2A dan LMP2B. Protein EBNA1 berperan dalam mempertahankan virus
pada infeksi laten. Protein transmembran LMP2A dan LMP2B menghambat sinyal
tyrosine kinase yang dapat menghambat siklus litik virus (Almqvist, 2005).
Fase immediate-early (IE) berlangsung transkripsi gen transaktivator replikasi
virus yang berfungsi mengatur ekspresi baik gen virus. BZLF1 diketahui menjadi
faktor transkripsi pertama yang akan berikatan dan mengaktivasi promotor gen
BRLF1 yang termetilasi. Metilasi ekstensif pada gen transaktivator BRLF1
menyebabkan tidak terekspresinya gen BRLF1 pada infeksi laten. Rta (BRLF1
transcriptional activator) dan Zta (BZLF1 transcriptional activator) merupakan
protein gen litik fase immediate-early dan aktivator transkripsi yang utama dalam
siklus litik EBV. Replikasi EBV bermula, Zta dan Rta melakukan autostimulasi
terhadap ekspresinya, selanjutnya kedua protein tersebut saling mengaktivasi satu
dengan lainnya dan bekerja sama dalam menginduksi gen-gen litik fase late. Rta
dapat bereaksi sendiri atau sinergis dengan Zta untuk menginduksi secara maksimal
aktivasi beberapa promotor gen EBV yang sangat penting untuk replikasi EBV, yaitu
gen BMLF1, BMRF1, BHRF1 dan DNA polimerase EBV. Rta diketahui pula
berkontribusi terhadap onkogenesis KNF, terutama berkaitan dengan regulasi siklus
sel. Rta diduga memfasilitasi pertumbuhan tumor, sehingga gen BRLF1
berkontribusi terhadap perkembangan KNF (Feng et al., 2000).
Fase early mengekspresikan komponen replikasi DNA virus. Ekspresi gen
litik early EBV jarang terjadi pada keganasan yang berasosiasi dengan EBV dan
tidak berkontribusi terhadap proses onkogenesis, kecuali ekspresi gen BHRF1.
Ekspresi gen litik early dapat diinduksi oleh perlakuan kimiawi, iradiasi dan aktivasi
reseptor membran sel yang terinfeksi EBV pada siklus laten yang diperantarai oleh
ekspresi protein transaktivator Zta. Gen BHRF1 diekspresikan dengan melimpah
oleh promoternya sendiri pada daerah BamHI-H (Hp) selama fase early litik virus,
tetapi tidak terdeteksi pada siklus laten virus. BHRF1 juga menyebabkan
penghambatan diferensiasi sel dan menginduksi proliferasi sel epitel. Enzim yang
terkait dengan gen litik early EBV dapat dijadikan target potensial obat antivirus,
sehingga dapat diaplikasikan sebagai terapi tumor di masa depan. Gen-gen yang
berperan penting dalam replikasi DNA EBV pada siklus litik dan replikasi DNA
spesifik ori Lyt adalah BZLF1, BALF5, BMRF1, BALF2, BBLF4, BSLF1 dan
BBLF2/3. Semua protein gen litik early EBV bekerja sinergi pada garpu replikasi
untuk mensintesis untai leading dan lagging genom EBV. Replikasi DNA EBV
tergantung pada ekspresi protein gen BZLF1, BRLF1 dan BSMLF1. Fase litik late
EBV, genom EBV akan berlipat ganda dari 100 kali menjadi 1000 kali (Alto, 2007).
Gen litik late EBV terekspresi ketika terbentuk sebagian besar protein
struktur kapsul virus, tegumentum dan selubung virus. Fase late litik gen herpesvirus
mengekspresikan 5 protein kapsul, 5 protein selubung virus dan 10 protein tegumen.
Gen litik late EBV adalah BCLF1, BDLF1, BFRF3, BORF1 dan BBRF1. Gen-gen
ini mengekspresikan protein kapsul virus (MCP, mCP dan sCP), protein yang
berikatan dengan mCP (mCPBP) dan protein portal. Protein tegumentum EBV
diekspresikan antara lain oleh gen BPLF1, BOLF1, BVRF1, BGLF1, BGLF4,
BGLF2, BBRF2, BSRF1, BGLF3 dan BBLF1. Gen BLLF1 mengekspresikan
glikoprotein selubung virion yang utama, yaitu Gp350/220 yang berlokasi pada
badan golgi dan plasma membran. Peran Gp350/220 adalah memperantarai virion
berikatan dengan CD21 pada sel B inang dan menjadi target utama dalam
menetralkan respons antibodi (Wahyono et al., 2010).
Gen immediate-early (IE), BRLF1 dan BZLF1, memainkan peran penting
dalam peralihan dari fase laten ke fase litik. Peralihan dari infeksi laten ke infeksi
litik dimediasi gen immediate-early (IE), yaitu BZLF1 dan BRLF1. Gen BRLF1
merupakan merupakan faktor transkripsi yang kooperatif mengaktifkan ekspreksi
gen litik virus Esptein Barr. BRLF1 mengaktifkan promotor litik tertentu (misalnya
promotor BRLF1 sendiri) melalui mekanisme tidak langsung. BRLF1 juga langsung
mengikat sebagai homodimer sebuah elemen BRLF1-responsif (RREs) yang
terkandung dalam banyak promotor virus litik awal, dengan urutan konsensus
GNCCN9GGNG. Menariknya, sebelumnya dikonfirmasi RREs mengandung CpG
motif, menunjukkan bahwa metilasi DNA dapat mempengaruhi kemampuan BRLF1
untuk mengikat atau mengaktifkan promotor virus litik (Wille et al., 2013).
Metode yang digunakan berupa Reverse Transcriptase (PCR) karena teknik ini
lebih sensitif untuk mendeteksi mRNA yang mengalami proses pembuangan intron
(spliced mRNA) dalam jumlah kecil dan memerlukan lebih sedikit jumlah sampel
klinis (Wahyono et al., 2010). cDNA template dibuat dengan menggunakan mRNA
yang dikonversi menjadi DNA. Proses ini disebut reverse transcription yang
dilakukan oleh enzim reverse transcriptase. Reverse transcriptase adalah suatu enzim
yang dapat mensintesis molekul DNA secara in vitro menggunakan template RNA.
Saat diberi perlakuan dengan reverse transcriptase, mRNA dikonversi menjadi kopi
DNA utas ganda yang disebut cDNA (complememtary DNA). Selanjutnya, proses
pembentukan library sama dengan pembentukan library pada DNA genomik. cDNA
dan vektor diberi perlakuan dengan enzim restriksi yang sama dan fragmen-fragmen
hasilnya disambungkan ke dalam vektor (Mordechai, 1999).
B. Tujuan
A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung effendorf, sentrifuge,
vortexer, viral spin column dan collection tube, wash tube, mikropipet, tip, tabung
Erlenmeyer, microwave, alat elektroforesis, gel doc1000, mesin PCR, baki elfor, dan
tangki elfor.
Bahan yang digunakan adalah sampel blok parafin jaringan tumor, darah,
proteinase K, lysis buffer, etanol 96%, wash buffer, RNAse free water, dream tag
PCR master mix, primer forward, primer reverse, ddH2O, agarosa, TBE buffer, EtBr,
DNA marka, dan DNA template.
B. Cara Kerja
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran untuk praktikum deteksi virus Epstein-Barr ini yaitu apabila tempat dan
waktu yang memungkinkan, semua praktikan diharapkan agar mempraktekannya
langsung tentang cara kerja dari isolasi virus Epstein-Barr dan pada saat pelaksanaan
pengamatan diharapkan praktikan diberi penjelasan lebih rinci dan jelas aar hasil
praktikum dapat maksimal dan efisien.
DAFTAR REFERENSI
Alto, S.M. 2007. Modern Diagnosis of Epstein-Barr Virus Infections and Post- transplant
Lymphoproliferative Disease. Finland: University of Helsink.
Feng, F., Ren, E.C., Liu, D., Chan, S.H., & Hu, H. 2000. Expression of Epstein-Barr
Virus Lytic Gene BRLF1 in Nasopharyngeal Carcinoma: Potensial Use in
Diagnosis. J Gen Virol 2000 81: 2417-23.
Russell, R.S & Taylor III, B.W. 1994. Operation Management, Focusing on Quality
and Competitiveness, 2nd edition. Prentice-Hall, Englewood Cliftts, NJ.
Riley, K. J., Rabinowitz, G. S., Yario, T. A., Luna, J. M., Darnell, R. B., & Steitz, J.
A. 2012. EBV and Human microRNAs co-target Oncogenic and Apoptotic
Viral and Human Genes during Latency. EMBO J, 31, pp: 22017-2221.
Tugizov, M.S., Berlin, J.W & Palefsky, M. 2003. Epstein-Barr Virus Infection of
Polarized Tongue and Nasopharyngeal Epithel Cell. New York: Mc Hill.
Wahyono, D.J. Bambang, H & Purnomo, S. 2010. Ekspresi Gen Litik Virus Epstein-
Barr: Manfaatnya Untuk Penegakan Diagnosis Karsinoma Nasofaring. ORLI 40
(2), pp: 143-150.
Wille, C.K. Dhananjay, M.N. Amanda, R.P. Michelle, M.K. Stacy, R.H., & Shannon,
C.K. 2013. Viral Genome Methylation Differentially Affects the Ability of
BZLF1 versus BRLF1 To Activate Epstein-Barr Virus Lytic Gene Expression
and Viral Replication. Journal of Virology, 87 (2), pp: 935–950.