PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semakin berkembangnya perekonomian di dunia mengakibatkan
perubahan yang signifikan di berbagai bidang kehidupan. Orang mulai
melakukan transaksi ekonomi melalui berbagai cara, salah satunya adalah
dengan menginvestasikan harta atau uangnya melalui pasar modal. Pasar
modal dibentuk untuk mempermudah para investor mendapatkan asset dan
mempermudah perusahaan menjual asset.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana sejarah Pasar modal di Indonesia dan Dunia ?
C. TUJUAN
Mengetahui Sejarah pasar modal yang ada di Indonesia ataupun
Dunia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pasar modal adalah bagian dari pasar keuangan (financial market), dimana
kegiatan pasar keuangan ini meliputi:
1. Pasar uang (money market)
2
Pendapat lain menyatakan bahwa pasar modal berarti suatu pasar dimana
dana-dana jangka panjang baik utang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana-
dana jangka panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan
dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham.1
Abdulbasith Anwar yang mengutip pernyataan Hugh T. Patrick dan U Tun
Wai membedakan pengertian pasar modal menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Dalam arti luas:
”Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang
memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya berjangka lebih dari satu
tahun) termasuk saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotik, tabungan dan
deposito berjangka.”
3. Dalam arti sempit:
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka pasar modal dapat diartikan sebagai pasar
tempat bertemunya pemilik dana yang akan menyerahkan sejumlah dana kepada
pengguna dana untuk tujuan investasi dengan pengguna dana yang akan memberikan
1
Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum) Buku Kesatu, cet. II (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001),
hlm. 10.
3
surat bukti kepemilikan berupa efek kepada pemilik dana, dimana mereka akan
melakukan transaksi berbagai bentuk instrumen keuangan jangka panjang. Dana-dana
jangka panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana
jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham.
Pemilik dana, baik perorangan maupun suatu lembaga atau badan hukum
menginvestasikan kelebihan dana yang dimilikinya agar lebih produktif dan lebih
berkembang. Mereka mengharapkan memperoleh suatu keuntungan di masa datang
(future earning) yang memberikan nilai tambah atas dana yang diinvestasikannya
selama periode waktu tertentu dalam bentuk efek di pasar modal.
Menurut Tandelilin (2001), dalam konteks perekonomian ada beberapa motif
mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah:
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang
Kebutuhan untuk mendapatkan hidup yang layak di masa depan merupakan
keinginan setiap manusia, sehingga upaya-upaya untuk mencapai hal tersebut
selalu akan dilakukan.
b. Mengurangi tekanan inflasi
Faktor inflasi tidak pernah dapat dihindari dalam kehidupan ekonomi, yang
dapat dilakukan adalah meminimalisir risiko akibat adanya inflasi. Investasi
dalam sebuah bisnis tentunya dapat dikategorikan sebagai langkah yang efektif .
c. Sebagai usaha untuk menghemat pajak
atas penyertaan dana tersebut. Sedangkan dari sisi penerima atau pengguna dana,
dengan tersedianya dana tersebut memungkinkan bagi perusahaan yang bersangkutan
untuk mengembangkan bidang usahanya. Hal ini akan sangat membantu
4
pengembangan usaha karena dana dari pasar modal yang berbentuk dana segar, tidak
perlu waktu terlalu lama untuk mendapatkannya dibandingkan dengan dana yang
berasal dari hasil produksi perusahaan. Disamping itu dana yang berasal dari pasar
modal jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan dana yang berasal dari hasil
produksi.
Dalam era globalisasi, setiap negara harus tunduk pada peraturan ekonomi
regional dan organisasi ekonomi dunia serta tidak bebas lagi atau terlarang
menentukan aturan main yang bertentangan atau yang tidak sesuai dengan aturan
internasioanl yang telah disepakati. Misalnya, dengan WTO, suatu negara terikat oleh
hukum internasional dan tidak mungkin lagi membuat perundangan sendiri yang
bertentangan dengan hukum internasional walaupun untuk tujuan yang baik, yaitu
mengatur kepentingan negara sendiri oleh karena hal tersebut merupakan pelanggaran
2
Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, cet 2 (Bandung: Alumni Bandung, 2007),
Hal. 1.
3
M. Irsan Nasrudin, dkk., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, cet 5 (Jakarta: Kencana, 2008), Hal. 1.
5
terhadap hukum internasional yang akan menghapai hukuman internasional yang
serius. Alasan seperti inilah yang mendorong setiap negara akan berusaha melakukan
efisiensi atau menghilangkan ekonomi biaya tinggi agar dapat bersaing ataupun
melakukan merger, konsolidasi, akuisisi, aliansi, dan kerajsama bilateral
antarperusahaan dalam bentuk apa pun agar dapat menang dalam persaingan. Salah
satu cara untuk menekan biaya tinggi adalah menggiring perusahaan swasta masuk ke
pasar modal agar struktur modal perusahaan menjadi lebih baik, lebih efisien, dan
lebih terkendali oleh masyrakat, serta privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
untuk menghapuskan beban berat yang ditanggung oleh Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), karena kebanyakan BUMN menderita kerugian yang
disebabkan oleh salah urus. Pada hakikatnya, yang dimaksud dengan struktur
permodalan adalah pencerminan dari perimbangan antara hutang jangka panjang dan
modal sendiri dari suatu perusahaan.
6
dalam periode perkembangannya baik dilihat dai sisi peraturan maupun dari sisi
ekonomi, bahkan juga dari sisi politik dan keamanan. Adapun periode yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
Untuk lebih jelas perkembangan dinamika pasar modal Indonesia akan ditinjau
pada masing-masing periode:
Di Indonesia, kegiatan transaksi saham dan obligasi dimulai pada abad ke -19.
Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan Vereniging voor den Effectenhandel
pada tahun 1939, transaksi efek telah berlangsung sejak 1880. Berhubung bursa belum
dikenal, maka perdagangan saham dan obligasi dilakukan tanpa organisasi resmi
sehingga catatan resmi tentang transaksi tersebut tidak lengkap.4
Menurut perkiraan, bahwa yang diperjualbelikan waktu itu adalah saham atau
obligasi yang listing di bursa Amsterdam yang dimiliki oleh investor yang ada di
Batavia, Surabaya, dan Semarang. Dengan demikian, karena belum ada bursa resmi,
dapat dikatakan bahwa periode ini adalah periode permulaan sejarah pasar modal
Indonesia.
4
Winarto, Jaso, ed., Pasar Modal Indonesia : Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ, (Jakarta: Sinar Harapan,
1997), Hal. 4.
7
Perkembangan transaksi efek semakin meningkat, tetapi bursa yang resmi belum
ada. Akhirnya, pada tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse Effectenbueurs
mendirikan cabang bursa di Batavia. Bursa ini merupakan bursa tertua keempat di
Asia, setelah Bombay, Hongkong dan Tokyo. Bursa yang dinamakan Vereniging voor
de Effectenhandel, memperjualbelikan saham dan obligasi perusahaan/perkebunan
Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan pemerintah (propinsi
dan kotapraja), sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan
oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya.5
Pada saat awal terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop &
Kolf; Fa. Gijselman & Steup; Fa. Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.; Fa. A.W.
Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa. Wiekert & V.D. Linden; Fa.
Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden; Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan Fa.
Gebroeders.6 Setelah berdirinya Bursa Efek Batavia, maka periode ini pada tanggal 11
Januari 1925 terbentuk Bursa Efek Surabaya. Pada tanggal 1 Agustus 1925 terbentuk
Bursa Efek Semarang.
Setelah tujuh bulan ditutup, pada tanggal 23 Desember 1940 Bursa Efek Jakarta
kembali diaktifkan, karena selama PD II Bursa Efek Paris tetap berjalan, demikian
5
http://www.kabarindonesia.com/berita/Perkembangan Pasar Modal Indonesia.htm., diakses tanggal 16 Oktober
2016
6
http://www.bapepam.go.id/old/profil/sejarah.htm., diakses tanggal 16 Oktober 2016
8
pula halnya dengan Bursa Efek London yang hanya ditutup beberapa hari saja. Akan
tetapi, aktifnya Bursa Efek Jakarta tidak berlangsung lama, karena Jepang masuk ke
Indonesia pada tahun 1942, Bursa Efek Jakarta kembali ditutup.
Berdasarkan alasan itu, pada tahun 1947 pemerintah berencana untuk membuka
kembali Bursa Efek Jakarta. Akan tetapi, rencana ini tertunda karena terhambat oleh
situasi ekonomi yang memburuk. Sejak penyerahan kedaulatan kepada pemerintah RI
oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949, beban utang luar negeri dan dalam negeri
kian membengkak sehingga menyebabkan defisit yang sangat besar. Keadaan tersebut
membuat pemerintah Indonesia memprioritaskan pembukaan kembali Bursa Efek
Jakarta dalam program kerjanya, agar masyarakat tidak dirugikan. Untuk menunjang
maksud itu, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Darurat No 13.
Tahun 1953 yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang No. 15 Tahun 1952
yang mengatur tentang Bursa Efek. Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan No. 289737/UU tanggal 1 November 1951 penyelenggaraan bursa
diserahkan kepada Perserikatan Uang dan Efekefek (PPUE). Bank Indonesia (BI)
ditunjuk sebagai penasihat dan selanjutnya dipilih pengurus.
Tanggal 3 Juni 1952 seperti yang telah diputuskan oleh rapat umum PPUE,
Bursa Efek Jakarta kembali dibuka secara resmi oleh Menteri Keuangan, Sumitro
Djojohadikusumo. Selanjutnya, pada tanggal 26 September 1952 merupakan salah
9
satu tonggak sejarah pasar modal Indonesia, ditandai dengan dikeluarkannya Undang-
Undang Darurat yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang Bursa.
Memasuki tahun 1958 keadaan perdagangan efek menjadi lesu karena beberapa hal: 7
Kemudian kondisi ini diperparah dengan adanya sengketa Irian Barat dengan
Belanda (1962) dan tingginya inflasi menjelang akhir pemerintahan Orde Lama (1966)
yang mencapai 650%. Keadaan itu mengguncangkan sendi perekonomian dan
kepercayaan masyarakat menjadi berkurang terhadap pasar modal. Akibatnya, Bursa
Efek Jakarta ditutup dengan sendirinya. Kondisi ini berlangsung sampai tahun 1977.
Pasar modal tidak menjalankan aktivitasnya sampai tahun 1977. Penutupan pasar
modal Indonesia tersebut tidak lepas dari orientasi politik pemerintah Orde Lama yang
menolak modal asing dalam kebijakan nasionalisasi. Setelah pemerintahan berganti
kepada Pemerintahan Orde Baru, kebijakan politik dan ekonomi Indonesia tidak lagi
konfrontatif dengan dunia Barat. Pemerintahan Orde Baru segera mencanangkan
pembangunan ekonomi secara sistematis dengan pola target lima tahunan. Pemerintah
Indonesia bekerja sama dengan Barat untuk membangun. Pertumbuhan mulai,
perekonomian bergerak. Pemerintah pun berencana mengaktifkan kembali pasar modal.
Dengan surat keputusan direksi BI No. 4/16 Kep-Dir tanggal 26 Juli 1968, di BI
di bentuk tim persiapan (PU) Pasar Uang dan (PM) Pasar Modal. Hasil penelitian tim
7
Marzuki Usman, et.al., ABC Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: LPPI/ IBI, 1994), Hal. 187
10
menyatakan bahwa benih dari pasar modal di Indonesia sebenarnya sudah ditanam
pemerintah sejak tahun 1952, tetapi karena situasi politik dan masyarakat masih awam
tentang pasar modal, maka pertumbuhan Bursa Efek di Indonesia sejak tahun 1958 s/d
1976 mengalami kemunduran. Setelah tim menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka
dengan surat keputusan Kep-Menkeu No. Kep- 25/MK/IV/1/72 tanggal 13 Januari 1972
tim dibubarkan, dan pada tahun 1976 dibentuk Bapepam (Badan Pembina Pasar Modal)
dan PT Danareksa. Bapepam bertugas membantu Menteri Keuangan yang diketuai oleh
Gubernur Bank Sentral. Dengan terbentuknya Bapepam, maka terlihat kesungguhan dan
intensitas untuk membentuk kembali pasar uang dan pasar modal. Selain sebagai
pembantu Menteri Keuangan, Bapepam juga menjalankan fungsi ganda yaitu sebagai
pengawas dan pengelola bursa efek.8Akhirnya, pada tanggal 10 Agustus 1977, Presiden
Soeharto meresmikan pasar modal di zaman Orde Baru.
8
http://www.bapepam.go.id/old/profil/sejarah_orba.htm., diakses tanggal 16 Oktober 2016
9
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta: Yayasan Sad Satria Bakti, 2000). Hal. 7.
11
berkembang dan volume serta nilai transaksi boleh dikatakan tidak
beranjak maju.
4. Tidak adanya perlakuan yang sama untuk pajak atas penghasilan dari
bunga deposito dan dividen. Akibatnya, menanamkan uang dalam
bentuk deposito jauh lebih menarik ketimbang berinvestasi di pasar
modal.
12
Sebagai pilihan bagi emiten yang belum memenuhi syarat untuk
memasuki bursa efek.
Jika selama masa 1984-1988 tidak satu pun perusahaan yang go public, tahun
1999 sejak deregulasi dilancarkan, pasar modal Indonesia benar-benar booming. Selama
tahun 1989 terdapat 37 perusahaan go public dan sahamnya tercatat (listed) di BEJ.
Sedemikian banyaknya perusahaan-perusahaan yang mencari dana lewat pasar modal,
sehingga pada masa itu masyarakat luas pun berduyun-duyun untuk menjadi investor.
Pasar modal mengalami kemajuan yang pesat. Perkembangan yang menggembirakan ini
terus berlanjut dengan swastanisasi bursa.
3. 13 Juli 1992, berdiri PT Bursa Efek Jakarta (BEJ), yang menggantikan peran
Bapepam sebagai pelaksana bursa.
13
4. 22 Juli 1995, penggabungan Bursa Paralel dengan PT BES.
Salah satu hal yang perlu dicermati dalam Undang-Undang Pasar Modal adalah
diberikannya kewenangan yang cukup besar dan luas kepada Bapepam selaku badan
pengawas. Undang-undang ini dengan tegas mengamanatkan kepada Bapepam untuk
melakukan penyelidikan, pemeriksaan, dan penyidikan terhadap kejahatan yang terjadi
di bidang pasar modal. Selain itu, Bapepam merupakan Self Regulation Organization
(SRO) yang menjadikan Bapepam mudah untuk bergerak dan menegakkan hukum,
sehingga menjamin kepastian hukum.
14
Saat ini posisi struktural Bapepam membuka peluang pihak-pihak lain untuk
melakukan intervensi demi kepentingan lain di luar soal penegakan hukum yang
konsisten, tegas, adil dan imparsial. Dengan demikian kinerja dan wibawa Bapepam
akan lebih terjaga lagi. Persiapan menuju independensi Bapepam harus segera
dilaksanakan, karena dasar hukum untuk mengimplementasikannya sudah ada, yaitu:
15
sekuritas, anjak piutang, sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan pembiayaan,
reksa dana, asuransi, dan dana pensiun serta lembaga lain yang berkegiatan
mengumpulkan dana masyarakat.10
Salah satu embrio OJK adalah Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK) yang sekarang masih di bawah Kementerian Keuangan.
Dengan adanya OJK maka Bapepam-LK akan lepas dari Kementerian Keuangan. Ide
pembentukan OJK berasal dari pengalaman Indonesia dalam menghadapi krisis
keuangan. Alhasil, setelah munculnya krisis keuangan global dan ditambah dengan isu
panas Bank Century maka pembentukan OJK semakin ramai dibicarakan. Bahkan UU
No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia mengamanatkan bahwa sebelum 31
Desember 2010, OJK sudah harus terbentuk.67 B. Pengembangan Pasar Modal
Indonesia Oleh karena OJK merupakan hal yang baru dan berkembang dalam pasar
modal Indonesia maka pembahasan mengenai OJK ini akan dibahas pada bagian
selanjutnya yaitu Bab II bagian b mengenai Pengembangan Pasar Modal Indonesia.
10
http://adpi.or.id/news/Otoritas-jasa-keuangan, diakses tanggal 17 Oktober 2016
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasar modal sering disebut sebagai pasar tempat dilakukannya penawaran umum
atau diperdagangkannya berbagai bentuk instrumen keuangan jangka panjang, berbeda
dengan pasar uang yang merupakan tempat diperdagangkannya dana jangka pendek.
Pasar modal (capital market) mempertemukan pemilik dana (supplier of funds)
dengan pengguna dana (user of funds) untuk tujuan investasi jangka menengah (middle-
term investment) dan jangka panjang (long-term investment). Pemilik dana menyerahkan
sejumlah dana sedangkan penerima dana (perusahaan terbuka) menyerahkan surat bukti
kepemilikan berupa efek.
17