Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Semakin berkembangnya perekonomian di dunia mengakibatkan
perubahan yang signifikan di berbagai bidang kehidupan. Orang mulai
melakukan transaksi ekonomi melalui berbagai cara, salah satunya adalah
dengan menginvestasikan harta atau uangnya melalui pasar modal. Pasar
modal dibentuk untuk mempermudah para investor mendapatkan asset dan
mempermudah perusahaan menjual asset.

Kehidupan yang semakin kompleks akan mendorong berbagai pihak


untuk mencapai segala sesuatu secara instan, mudah dan terorganisasi.
Dalam hal ini, untuk memepermudah transaksi produk pasar modal maka
dibentuk Bursa Efek. Fungsinya sangat membantu berbagai pihak yang
terkait.

Perkembangan pasar modal dari tahun ke tahun mengalami kenaikan.


Dimulai dengan adanya perubahan yang terdapat didalamnya hingga
menghasilkan Bursa Efek Jakarta yang merupakan satu-satunya bursa efek
di Indonesia. Aktivitas yang dilakukan sangat banyak guna membantu para
investor dan perusahaan melakukan transaksi ekonomi.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana sejarah Pasar modal di Indonesia dan Dunia ?

C. TUJUAN
Mengetahui Sejarah pasar modal yang ada di Indonesia ataupun
Dunia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasar Modal

Pasar modal adalah bagian dari pasar keuangan (financial market), dimana
kegiatan pasar keuangan ini meliputi:
1. Pasar uang (money market)

2. Pasar modal (capital market)

3. Lembaga pembiayaan lainnya seperti sewa beli (leasing), anjak piutang


(factoring), modal ventura (venture capital), kartu kredit (credit card).
Sehingga pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit atau bagian dari pasar
keuangan. Pasar modal sering disebut sebagai pasar tempat dilakukannya penawaran
umum atau diperdagangkannya berbagai bentuk instrumen keuangan jangka panjang,
berbeda dengan pasar uang yang merupakan tempat diperdagangkannya dana jangka
pendek.
Pasar modal (capital market) mempertemukan pemilik dana (supplier of funds)
dengan pengguna dana (user of funds) untuk tujuan investasi jangka menengah
(middle-term investment) dan jangka panjang (long-term investment). Pemilik dana
menyerahkan sejumlah dana sedangkan penerima dana (perusahaan terbuka)
menyerahkan surat bukti kepemilikan berupa efek. Pasar (market) adalah sarana /
tempat yang mempertemukan pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi atas
suatu komoditas atau jasa. Pengertian modal (capital) dapat dibedakan menjadi 2
(dua), yaitu:
1. Barang modal (capital goods), misalnya: tanah, bangunan/gedung, mesin.
2. Modal uang (fund) yang berupa financial assets.

Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian bahwa pasar


modal adalah seluruh kegiatan yang mempertemukan penawaran dan permintaan atau
merupakan aktifitas yang memperjualbelikan surat-surat berharga.

2
Pendapat lain menyatakan bahwa pasar modal berarti suatu pasar dimana
dana-dana jangka panjang baik utang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana-
dana jangka panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan
dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham.1
Abdulbasith Anwar yang mengutip pernyataan Hugh T. Patrick dan U Tun
Wai membedakan pengertian pasar modal menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Dalam arti luas:

”Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisir, termasuk


bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan, surat
berharga/klaim panjang pendek primer dan yang tidak langsung.”
2. Dalam arti menengah:

”Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang
memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya berjangka lebih dari satu
tahun) termasuk saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotik, tabungan dan
deposito berjangka.”
3. Dalam arti sempit:

”Pasar modal adalah tempat pasar uang terorganisir yang memperdagangkan


saham dan obligasi dengan menggunakan jasa makelar dan underwriter.” Dalam
pasal 1 butir 13 Undang-Undang Pasar Modal tentang ketentuan umum
menyatakan bahwa:
” Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek ”

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka pasar modal dapat diartikan sebagai pasar
tempat bertemunya pemilik dana yang akan menyerahkan sejumlah dana kepada
pengguna dana untuk tujuan investasi dengan pengguna dana yang akan memberikan

1
Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum) Buku Kesatu, cet. II (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001),
hlm. 10.

3
surat bukti kepemilikan berupa efek kepada pemilik dana, dimana mereka akan
melakukan transaksi berbagai bentuk instrumen keuangan jangka panjang. Dana-dana
jangka panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana
jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham.
Pemilik dana, baik perorangan maupun suatu lembaga atau badan hukum
menginvestasikan kelebihan dana yang dimilikinya agar lebih produktif dan lebih
berkembang. Mereka mengharapkan memperoleh suatu keuntungan di masa datang
(future earning) yang memberikan nilai tambah atas dana yang diinvestasikannya
selama periode waktu tertentu dalam bentuk efek di pasar modal.
Menurut Tandelilin (2001), dalam konteks perekonomian ada beberapa motif
mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah:
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang
Kebutuhan untuk mendapatkan hidup yang layak di masa depan merupakan
keinginan setiap manusia, sehingga upaya-upaya untuk mencapai hal tersebut
selalu akan dilakukan.
b. Mengurangi tekanan inflasi

Faktor inflasi tidak pernah dapat dihindari dalam kehidupan ekonomi, yang
dapat dilakukan adalah meminimalisir risiko akibat adanya inflasi. Investasi
dalam sebuah bisnis tentunya dapat dikategorikan sebagai langkah yang efektif .
c. Sebagai usaha untuk menghemat pajak

Di beberapa negara banyak diberlakukan kebijakan yang bersifat mendorong


tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan
tersendiri kepada masyarakat yang melakukan investasi pada suatu usaha
tertentu.
Hal ini sejalan dengan fungsi pasar modal dari segi ekonomi yang
menfasilitasi berpindahnya dana dari pemilik dana yang kelebihan dana kepada
penerima dana untuk diinvestasikan dengan harapan akan mendapatkan imbalan

atas penyertaan dana tersebut. Sedangkan dari sisi penerima atau pengguna dana,
dengan tersedianya dana tersebut memungkinkan bagi perusahaan yang bersangkutan
untuk mengembangkan bidang usahanya. Hal ini akan sangat membantu

4
pengembangan usaha karena dana dari pasar modal yang berbentuk dana segar, tidak
perlu waktu terlalu lama untuk mendapatkannya dibandingkan dengan dana yang
berasal dari hasil produksi perusahaan. Disamping itu dana yang berasal dari pasar
modal jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan dana yang berasal dari hasil
produksi.

B. Sejarah Pasar Modal di Indonesia

Sejarah Pasar Modal Indonesia Dalam pembangunan ekonomi nasional suatu


negara, diperlukan pembiayaan baik dari pemerintah maupun dari masyarakat.
Kebutuhan pembiayaan pembangunan di masa mendatang akan semakin besar.
Kebutuhan ini tidak akan dapat dibiayai oleh pemerintah saja melalui penerimaan
pajak dan penerimaan lainnya.2 Kadang kala pemenuhan kebutuhan ini dapat
diperoleh dari bantuan luar negeri. Seperti halnya negara-negara berkembang lainnya,
Indonesia sering kali memperoleh pinjaman luar negeri untuk mendukung
pembangunan nasional. Namun bagi pemerintah pinjaman luar negeri bukan
merupakan cara yang strategis untuk pembangunan, potensi dana masyarakat
Indonesia harus bisa dioptimalkan untuk digunakan. Untuk itu, dibentuk pasar modal
yang dimaksudkan sebagai wahana untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan
pembangunan. Fungsi strategis dan penting pasar modal membuat pemerintah amat
berkepentingan atas perkembangan dan kemajuan pasar modal, karena berpotensi
untuk penghimpunan dana secara masif, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
memperbesar volume kegiatan pembangunan.3

Dalam era globalisasi, setiap negara harus tunduk pada peraturan ekonomi
regional dan organisasi ekonomi dunia serta tidak bebas lagi atau terlarang
menentukan aturan main yang bertentangan atau yang tidak sesuai dengan aturan
internasioanl yang telah disepakati. Misalnya, dengan WTO, suatu negara terikat oleh
hukum internasional dan tidak mungkin lagi membuat perundangan sendiri yang
bertentangan dengan hukum internasional walaupun untuk tujuan yang baik, yaitu
mengatur kepentingan negara sendiri oleh karena hal tersebut merupakan pelanggaran

2
Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, cet 2 (Bandung: Alumni Bandung, 2007),
Hal. 1.
3
M. Irsan Nasrudin, dkk., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, cet 5 (Jakarta: Kencana, 2008), Hal. 1.

5
terhadap hukum internasional yang akan menghapai hukuman internasional yang
serius. Alasan seperti inilah yang mendorong setiap negara akan berusaha melakukan
efisiensi atau menghilangkan ekonomi biaya tinggi agar dapat bersaing ataupun
melakukan merger, konsolidasi, akuisisi, aliansi, dan kerajsama bilateral
antarperusahaan dalam bentuk apa pun agar dapat menang dalam persaingan. Salah
satu cara untuk menekan biaya tinggi adalah menggiring perusahaan swasta masuk ke
pasar modal agar struktur modal perusahaan menjadi lebih baik, lebih efisien, dan
lebih terkendali oleh masyrakat, serta privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
untuk menghapuskan beban berat yang ditanggung oleh Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), karena kebanyakan BUMN menderita kerugian yang
disebabkan oleh salah urus. Pada hakikatnya, yang dimaksud dengan struktur
permodalan adalah pencerminan dari perimbangan antara hutang jangka panjang dan
modal sendiri dari suatu perusahaan.

Untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan globalisasi ekonomi


dan pembangunan nasional secara bersamaan, pasar modal sebagai salah satu
alternatif pembiayaan pembangunan, harus dapat memfasilitasi perkembangan
ekonomi pasar. Sistem ekonomi pasar di Indonesia dianggap hanya memakmurkan
sebagian kecil golongan masyarakat. Di banyak negara tetangga, sistem ekonomi
pasar berhasil memakmurkan sebagian besar rakyatnya, sehingga banyak negara yang
sebelumnya beralih ke sistem ekonomi pasar sejak tahun 1988. Negara yang
menganut paham sosialis pun, seperti RRC, dalam kehidupan perekonomiannya sudah
mengarah kepada praktik yang umum terdapat di negara kapitalis. Hal ini berarti
kegagalan di Indonesia dapat disebabkan oleh unsur manusianya yang tidak beres,
pengelolaan negara yang salah urus, atau subsistem ekonomi yang tidak komplit, dan
bukan kesalahan sistem ekonomi pasar itu sendiri. Mengingat pentingnya pasar modal
bagi pembangunan nasional, pemerintah hendaknya melalui Bapepam mengatur pasar
modal Indonesia dengan baik sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan bangsa dan
negara.

Sejarah perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dibagi dalam beberapa


periode. Pembagian tersebut dimaksudkan karena ada hal-hal khusus yang terjadi

6
dalam periode perkembangannya baik dilihat dai sisi peraturan maupun dari sisi
ekonomi, bahkan juga dari sisi politik dan keamanan. Adapun periode yang dimaksud
adalah sebagai berikut :

1. Periode Permulaan (1878-1912)

2. Periode Pembentukan Bursa (1912-1925)

3. Periode Awal Kemerdekaan (1925-1952)

4. Periode Kebangkitan (1952-1977)

5. Periode Pengaktifan Kembali (1977-1987)

6. Periode Deregulasi (1987-1995)

7. Periode Kepastian Hukum (1995-sekarang)

8. Periode Menyonsong Independensi Bapepam

Untuk lebih jelas perkembangan dinamika pasar modal Indonesia akan ditinjau
pada masing-masing periode:

1. Periode Permulaan (1878-1992)

Di Indonesia, kegiatan transaksi saham dan obligasi dimulai pada abad ke -19.
Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan Vereniging voor den Effectenhandel
pada tahun 1939, transaksi efek telah berlangsung sejak 1880. Berhubung bursa belum
dikenal, maka perdagangan saham dan obligasi dilakukan tanpa organisasi resmi
sehingga catatan resmi tentang transaksi tersebut tidak lengkap.4

Menurut perkiraan, bahwa yang diperjualbelikan waktu itu adalah saham atau
obligasi yang listing di bursa Amsterdam yang dimiliki oleh investor yang ada di
Batavia, Surabaya, dan Semarang. Dengan demikian, karena belum ada bursa resmi,
dapat dikatakan bahwa periode ini adalah periode permulaan sejarah pasar modal
Indonesia.

3. Periode Pembentukan Bursa (1912-1925)

4
Winarto, Jaso, ed., Pasar Modal Indonesia : Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ, (Jakarta: Sinar Harapan,
1997), Hal. 4.

7
Perkembangan transaksi efek semakin meningkat, tetapi bursa yang resmi belum
ada. Akhirnya, pada tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse Effectenbueurs
mendirikan cabang bursa di Batavia. Bursa ini merupakan bursa tertua keempat di
Asia, setelah Bombay, Hongkong dan Tokyo. Bursa yang dinamakan Vereniging voor
de Effectenhandel, memperjualbelikan saham dan obligasi perusahaan/perkebunan
Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan pemerintah (propinsi
dan kotapraja), sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan
oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya.5
Pada saat awal terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop &
Kolf; Fa. Gijselman & Steup; Fa. Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.; Fa. A.W.
Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa. Wiekert & V.D. Linden; Fa.
Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden; Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan Fa.
Gebroeders.6 Setelah berdirinya Bursa Efek Batavia, maka periode ini pada tanggal 11
Januari 1925 terbentuk Bursa Efek Surabaya. Pada tanggal 1 Agustus 1925 terbentuk
Bursa Efek Semarang.

4. Periode Awal Kemerdekaan (1925-1952)

Perkembangan perdagangan efek pada periode ini berlangsung marak, namun


tidak bertahan lama karena dihadapkan pada resesi ekonomi pada tahun 1929 dan
pecahnya Perang Dunia II (PD II). Pada saat PD II, bursa efek di negeri Belanda tidak
aktif karena sebagian saham-saham milik orang Belanda dirampas oleh Jerman. Hal
ini sangat berpengaruh terhadap bursa efek di Indonesia. Keadaaan makin memburuk
dan tidak memungkinkan lagi Bursa Efek Jakarta untuk beroperasi, sehingga pada
tanggal 10 Mei 1940, Bursa Efek Jakarta resmi ditutup. Bursa Efek Surabaya dan
Semarang telah lebih dulu ditutup.

Setelah tujuh bulan ditutup, pada tanggal 23 Desember 1940 Bursa Efek Jakarta
kembali diaktifkan, karena selama PD II Bursa Efek Paris tetap berjalan, demikian

5
http://www.kabarindonesia.com/berita/Perkembangan Pasar Modal Indonesia.htm., diakses tanggal 16 Oktober
2016
6
http://www.bapepam.go.id/old/profil/sejarah.htm., diakses tanggal 16 Oktober 2016

8
pula halnya dengan Bursa Efek London yang hanya ditutup beberapa hari saja. Akan
tetapi, aktifnya Bursa Efek Jakarta tidak berlangsung lama, karena Jepang masuk ke
Indonesia pada tahun 1942, Bursa Efek Jakarta kembali ditutup.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


dikumandangkan ke seluruh pelosok negeri, tetapi keadaan ekonomi begitu buruk.
Republik Indonesia yang baru merdeka berada dalam kondisi keuangan yang amat
memprihatinkan, sementara di sisi lain, operasionalisasi pemerintahan tidak dapat
ditunda. Kesulitan itu masih ditambah dengan persoalan moneter. Di tengah-tengah
masyarakat beredar tiga jenis mata uang yaitu, mata uang Republik, mata uang
penjajahan Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Supaya roda pemerintahan
dapat berjalan, pemerintah RI meminta persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat (BPKNIP) untuk melakukan pencarian pinjaman nasional. Dengan
Undang-Undang No. 4 Tahun 1946, pinjaman dari masyarakat mulai dihimpun.

Berdasarkan alasan itu, pada tahun 1947 pemerintah berencana untuk membuka
kembali Bursa Efek Jakarta. Akan tetapi, rencana ini tertunda karena terhambat oleh
situasi ekonomi yang memburuk. Sejak penyerahan kedaulatan kepada pemerintah RI
oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949, beban utang luar negeri dan dalam negeri
kian membengkak sehingga menyebabkan defisit yang sangat besar. Keadaan tersebut
membuat pemerintah Indonesia memprioritaskan pembukaan kembali Bursa Efek
Jakarta dalam program kerjanya, agar masyarakat tidak dirugikan. Untuk menunjang
maksud itu, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Darurat No 13.
Tahun 1953 yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang No. 15 Tahun 1952
yang mengatur tentang Bursa Efek. Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan No. 289737/UU tanggal 1 November 1951 penyelenggaraan bursa
diserahkan kepada Perserikatan Uang dan Efekefek (PPUE). Bank Indonesia (BI)
ditunjuk sebagai penasihat dan selanjutnya dipilih pengurus.

5. Periode Kebangkitan (1952-1976)

Tanggal 3 Juni 1952 seperti yang telah diputuskan oleh rapat umum PPUE,
Bursa Efek Jakarta kembali dibuka secara resmi oleh Menteri Keuangan, Sumitro
Djojohadikusumo. Selanjutnya, pada tanggal 26 September 1952 merupakan salah

9
satu tonggak sejarah pasar modal Indonesia, ditandai dengan dikeluarkannya Undang-
Undang Darurat yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang Bursa.
Memasuki tahun 1958 keadaan perdagangan efek menjadi lesu karena beberapa hal: 7

1. Banyaknya warga Belanda yang meninggalkan Indonesia.

2. Adanya nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda oleh pemerintah RI


sesuai dengan Undang-Undang No. 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi.

3. Tahun 1960 Badan Nasionalisasi Persuahaan Belanda (BANAS) melakukan


larangan memperdagangkan efek-efek yang diterbitkan oleh perusahaan-
perusahaan yang beroperasi di Indonesia termasuk efek-efek dengan nilai mata
uang Belanda (Nf).

Kemudian kondisi ini diperparah dengan adanya sengketa Irian Barat dengan
Belanda (1962) dan tingginya inflasi menjelang akhir pemerintahan Orde Lama (1966)
yang mencapai 650%. Keadaan itu mengguncangkan sendi perekonomian dan
kepercayaan masyarakat menjadi berkurang terhadap pasar modal. Akibatnya, Bursa
Efek Jakarta ditutup dengan sendirinya. Kondisi ini berlangsung sampai tahun 1977.

6. Periode Pengaktifan Kembali (1977-1987)

Pasar modal tidak menjalankan aktivitasnya sampai tahun 1977. Penutupan pasar
modal Indonesia tersebut tidak lepas dari orientasi politik pemerintah Orde Lama yang
menolak modal asing dalam kebijakan nasionalisasi. Setelah pemerintahan berganti
kepada Pemerintahan Orde Baru, kebijakan politik dan ekonomi Indonesia tidak lagi
konfrontatif dengan dunia Barat. Pemerintahan Orde Baru segera mencanangkan
pembangunan ekonomi secara sistematis dengan pola target lima tahunan. Pemerintah
Indonesia bekerja sama dengan Barat untuk membangun. Pertumbuhan mulai,
perekonomian bergerak. Pemerintah pun berencana mengaktifkan kembali pasar modal.

Dengan surat keputusan direksi BI No. 4/16 Kep-Dir tanggal 26 Juli 1968, di BI
di bentuk tim persiapan (PU) Pasar Uang dan (PM) Pasar Modal. Hasil penelitian tim

7
Marzuki Usman, et.al., ABC Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: LPPI/ IBI, 1994), Hal. 187

10
menyatakan bahwa benih dari pasar modal di Indonesia sebenarnya sudah ditanam
pemerintah sejak tahun 1952, tetapi karena situasi politik dan masyarakat masih awam
tentang pasar modal, maka pertumbuhan Bursa Efek di Indonesia sejak tahun 1958 s/d
1976 mengalami kemunduran. Setelah tim menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka
dengan surat keputusan Kep-Menkeu No. Kep- 25/MK/IV/1/72 tanggal 13 Januari 1972
tim dibubarkan, dan pada tahun 1976 dibentuk Bapepam (Badan Pembina Pasar Modal)
dan PT Danareksa. Bapepam bertugas membantu Menteri Keuangan yang diketuai oleh
Gubernur Bank Sentral. Dengan terbentuknya Bapepam, maka terlihat kesungguhan dan
intensitas untuk membentuk kembali pasar uang dan pasar modal. Selain sebagai
pembantu Menteri Keuangan, Bapepam juga menjalankan fungsi ganda yaitu sebagai
pengawas dan pengelola bursa efek.8Akhirnya, pada tanggal 10 Agustus 1977, Presiden
Soeharto meresmikan pasar modal di zaman Orde Baru.

Namun demikian, pengaktifan kembali pasar modal, tidak menyebabkan


kegiatan di bidang pasar modal menjadi marak. Yang terjadi, justru munculnya sejumlah
kendala di dalam kegiatan di bidang pasar modal. Perjalanan pasar modal Indonesia
ternyata masih menentukan waktu dan proses yang cukup panjang untuk mencapai pasar
modal yang maju dan modern. Berdasarkan catatan paling tidak ada lima persyaratan
yang menghambat minat para pemilik perusahaan untuk masuk ke pasar modal, yaitu: 9

1. Persyaratan laba minimum sebesar 10 % dari modal sendiri bagi


perusahaan yang ingin go public. Keuntungan itu harus diperoleh
perusahaan selama dua tahun sebelum melakukan penawaran umum
kepada masyarakat. Tentunya, persyaratan ini memberatkan
perusahaan yang ingin go public.

2. Investor asing tidak mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi


dalam pemilikan saham perusahaan yang ditawarkan di pasar modal
Indonesia. Padahal, kalau melihat kondisi bangsa Indonesia yang saat
itu berpendapatan pada kisaran US$ 1,000 per kapita, potensi
investor asing lebih besar. Akibatnya, jumlah investor tidak

8
http://www.bapepam.go.id/old/profil/sejarah_orba.htm., diakses tanggal 16 Oktober 2016
9
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta: Yayasan Sad Satria Bakti, 2000). Hal. 7.

11
berkembang dan volume serta nilai transaksi boleh dikatakan tidak
beranjak maju.

3. Adanya batasan maksimum fluktuasi harga saham sebesar 4 % dari


harga awal saham dalam setiap hari perdagangan di bursa. Batasan
ini menjadikan pasar modal kita kurang menarik. Padahal kalau kita
cermati bursa-bursa di dunia, dinamikanya begitu tajam dan cepat.
Dengan demikian, harga saham yang terbentuk bukan karena
mekanisme pasar, karena ada batas pagu (plafond) fluktuasi harga
saham.

4. Tidak adanya perlakuan yang sama untuk pajak atas penghasilan dari
bunga deposito dan dividen. Akibatnya, menanamkan uang dalam
bentuk deposito jauh lebih menarik ketimbang berinvestasi di pasar
modal.

5. Belum dibukanya kesempatan bagi perusahaan untuk mencatatkan


seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh di bursa.

7. Periode Deregulasi (1987-1995)

Hambatan-hambatan yang merintangi perkembangan pasar modal telah disadari


pemerintah. Pemerintah melakukan perombakan peraturan yang nyata-nyata
menghambat minat perusahaan untuk masuk pasar modal dan investor untuk melakukan
investasi pada pasar modal Indonesia.Untuk mengatasi masalah itu pemerintah
mengeluarkan berbagai deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal,
yaitu :

1. Paket Kebijaksanaan Desember 1987 (Pakdes 1987)

Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi


saham dan obligasi, dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut
oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek. Selain itu dibuka
pula kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek maksimal
49% dari total emisi. Pakdes 87 juga menghapus batasan fluktuasi
harga saham di bursa efek dan memperkenalkan bursa paralel.

12
Sebagai pilihan bagi emiten yang belum memenuhi syarat untuk
memasuki bursa efek.

2. Paket Kebijaksanaan Oktober 1988 (Pakto 88)

Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankan, namun mempunyai


dampak terhadap perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan
tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit), dan pengenaan pajak
atas bunga deposito. Pengenaan pajak ini berdampak positif terhadap
perkembangan pasar modal. Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan
ini berarti pemerintah memberi perlakuan yang sama antara sektor
perbankan dan sektor pasar modal.

3. Paket Kebijaksanaan Desember 1988 (Pakdes 88)

Pakdes 88 pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh


pada pasar modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk
menyelenggarakan bursa.

Deregulasi pada intinya adalah melakukan penyederhanaan dan merangsang


minat perusahaan untuk masuk ke bursa serta menyediakan kemudahan-kemudahan bagi
investor.

Jika selama masa 1984-1988 tidak satu pun perusahaan yang go public, tahun
1999 sejak deregulasi dilancarkan, pasar modal Indonesia benar-benar booming. Selama
tahun 1989 terdapat 37 perusahaan go public dan sahamnya tercatat (listed) di BEJ.
Sedemikian banyaknya perusahaan-perusahaan yang mencari dana lewat pasar modal,
sehingga pada masa itu masyarakat luas pun berduyun-duyun untuk menjadi investor.
Pasar modal mengalami kemajuan yang pesat. Perkembangan yang menggembirakan ini
terus berlanjut dengan swastanisasi bursa.

1. 16 Juni 1989, berdiri PT Bursa Efek Surabaya (BES).

2. 2 April 1991, berdiri Bursa Paralel Indonesia (BPI).

3. 13 Juli 1992, berdiri PT Bursa Efek Jakarta (BEJ), yang menggantikan peran
Bapepam sebagai pelaksana bursa.

13
4. 22 Juli 1995, penggabungan Bursa Paralel dengan PT BES.

8. Periode Kepastian Hukum (1995-sekarang)

Dampak postitif dari kebijakan deregulasi telah menebalkan kepercayaan


investor dan perusahaan terhadap pasar modal Indonesia. Puncak kepercayaan itu
ditandai dengan lahirnya Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang
berlaku efektif sejak tanggal 1Januari 1996. Undang-undang ini dapat dikatakan sebagai
undang-undang yang cukup komprehensif, karena mengacu pada aturan-aturan yang
berlaku secara internasional.

Undang-undang ini dilengkapi dengan PP No. 45 Tahun 1995 tentang


Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal dan PP No. 46 Tahun 1995 tentang
Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal. Kemudian ada beberapa keputusan
menteri dan seperangkat peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam yang jumlahnya
lebih dari 150 buah peraturan.

Salah satu hal yang perlu dicermati dalam Undang-Undang Pasar Modal adalah
diberikannya kewenangan yang cukup besar dan luas kepada Bapepam selaku badan
pengawas. Undang-undang ini dengan tegas mengamanatkan kepada Bapepam untuk
melakukan penyelidikan, pemeriksaan, dan penyidikan terhadap kejahatan yang terjadi
di bidang pasar modal. Selain itu, Bapepam merupakan Self Regulation Organization
(SRO) yang menjadikan Bapepam mudah untuk bergerak dan menegakkan hukum,
sehingga menjamin kepastian hukum.

9. Periode Menyongsong Independensi Bapepam

Menurut UUPM, Bapepam bertugas untuk mencipatakan pasar modal yang


teratur, wajar, dan efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.
Bapepam mempunyai 17 kewenangan yang diberikan UUPM yang secara sederhana
dikategorikan ke dalam tiga macam, yaitu kewenangan untuk melakukan pembinaan,
pengaturan, dan pengawasan. Untuk mengekefktifkan independensi Bapepam menjadi
suatu hal yang amat penting untuk menegakkan hukum secara konsisten, imparsial, dan
adil. Posisi struktural Bapepam sebagai badan yang berada di bawah Departemen
Keuangan menjadi titik perhatian.

14
Saat ini posisi struktural Bapepam membuka peluang pihak-pihak lain untuk
melakukan intervensi demi kepentingan lain di luar soal penegakan hukum yang
konsisten, tegas, adil dan imparsial. Dengan demikian kinerja dan wibawa Bapepam
akan lebih terjaga lagi. Persiapan menuju independensi Bapepam harus segera
dilaksanakan, karena dasar hukum untuk mengimplementasikannya sudah ada, yaitu:

a. Amanat GBHN (1999-2004) Bab IV huruf b angka 8.

Mengembangkan pasar modal yang sehat, transparan, efisien, dan


meningkatkan penerapan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan
standar internasional yang diawasi oleh lembaga independen.

b. UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Penjelasan Pasal 34.

Lembagapengawasan jasa keuangan yang akan dibentuk melakukan


pengawasan terhadap bank dan perusahaan-perusahaan sektor jasa keuangan
lainnya, yaitu asuransi, dana pensiun, sekuritas, perusahaan pembiayaan, dan
badan-badan lain yang menyelenggarakan. pengelolaan dana masyarakat.
Lembaga ini bersifat independen dalam menjalankan tugasnya,
kedudukannya berada di luar kendali pemerintah serta berkewajiban
menyampaikan laporan kepada BPK dan DPR.

c. Amandemen UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia telah


diselesaikan oleh Panitia Khusus DPR RI. Hasil amandemen tersebut
menyatakan bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus sudah terbentuk
selambat-lambatnya pada tanggal 31 Desember 2010.

Perkembangan terbaru berkaitan dengan independensi Bapepam yaitu mengenai


pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seperti yang tersebut dalam poin huruf c di
atas. UU No. 23 Tahun 1999 dan kemudian disempurnakan melalui UU No. 3 Tahun
2004 yang mengamanatkan fungsi pengawasan perbankan dan keuangan lainnya akan
dialihkan ke Lembaga Pengawas Jasa Keuangan (LPJK) independen atau sering disebut
dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sesuai dengan UU Nomor 3 Tahun 2004, OJK
harus terbentuk selambat-lambatnya 31 Desember 2010 sebagai lembaga independen
yang mengawasi lembaga keuangan, baik bank maupun bukan bank, seperti perusahaan

15
sekuritas, anjak piutang, sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan pembiayaan,
reksa dana, asuransi, dan dana pensiun serta lembaga lain yang berkegiatan
mengumpulkan dana masyarakat.10

Salah satu embrio OJK adalah Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK) yang sekarang masih di bawah Kementerian Keuangan.
Dengan adanya OJK maka Bapepam-LK akan lepas dari Kementerian Keuangan. Ide
pembentukan OJK berasal dari pengalaman Indonesia dalam menghadapi krisis
keuangan. Alhasil, setelah munculnya krisis keuangan global dan ditambah dengan isu
panas Bank Century maka pembentukan OJK semakin ramai dibicarakan. Bahkan UU
No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia mengamanatkan bahwa sebelum 31
Desember 2010, OJK sudah harus terbentuk.67 B. Pengembangan Pasar Modal
Indonesia Oleh karena OJK merupakan hal yang baru dan berkembang dalam pasar
modal Indonesia maka pembahasan mengenai OJK ini akan dibahas pada bagian
selanjutnya yaitu Bab II bagian b mengenai Pengembangan Pasar Modal Indonesia.

10
http://adpi.or.id/news/Otoritas-jasa-keuangan, diakses tanggal 17 Oktober 2016

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasar modal sering disebut sebagai pasar tempat dilakukannya penawaran umum
atau diperdagangkannya berbagai bentuk instrumen keuangan jangka panjang, berbeda
dengan pasar uang yang merupakan tempat diperdagangkannya dana jangka pendek.
Pasar modal (capital market) mempertemukan pemilik dana (supplier of funds)
dengan pengguna dana (user of funds) untuk tujuan investasi jangka menengah (middle-
term investment) dan jangka panjang (long-term investment). Pemilik dana menyerahkan
sejumlah dana sedangkan penerima dana (perusahaan terbuka) menyerahkan surat bukti
kepemilikan berupa efek.

Sejarah perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dibagi dalam beberapa


periode. Pembagian tersebut dimaksudkan karena ada hal-hal khusus yang terjadi dalam
periode perkembangannya baik dilihat dai sisi peraturan maupun dari sisi ekonomi,
bahkan juga dari sisi politik dan keamanan. Adapun periode yang dimaksud adalah
sebagai berikut :

1. Periode Permulaan (1878-1912)

2. Periode Pembentukan Bursa (1912-1925)

3. Periode Awal Kemerdekaan (1925-1952)

4. Periode Kebangkitan (1952-1977)

5. Periode Pengaktifan Kembali (1977-1987)

6. Periode Deregulasi (1987-1995)

7. Periode Kepastian Hukum (1995-sekarang)

8. Periode Menyonsong Independensi Bapepam

17

Anda mungkin juga menyukai