Anda di halaman 1dari 6

CTEV (CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS) ATAU CLUBFOOT

A. DEFINISI
CTEV (congenital talipes equinovarus) atau clubfoot merupakan
gangguan perkembangan ekremitas inferior yang sering ditemui yang
mengenai bagian angkle kaki sehingga tumit lebih tinggi dan terjadi
deviasi atau terjadi fiksasi kaki pada posisi adduksi, supinasi dan varus.
B. EPIDEMIOLOGI

Feature

Berdasarkan kelompok etnis


Populsi Asia: 6 per 10,000 kelahiran
Prevalensi Caucasia: 10-30 per 10,000 kelahiran

Sex Laki laki banding perempuan 2:1


differensiasi

Bilateral talipes: sekitar 50% kasus

Lateral Unilateral talipes: yang kanan lebih banyak


dari kiri

Most common associated conditions: spina


bifida (4.4% of children with talipes);
cerebral palsy (1.9%), and arthrogryposis
(0.9%)

C. ETIOLOGI
1. Genetik
2. Faktor intrauterin :
a. Hipokrates : adanya kompresi eksternal uterus menyebabkan kaki bayi
ditahan pada posisi equinovarus
b. Parker & Brown : oligohidramnion -> penekanan terhadap janin dari
luar

D. PATOGENESIS

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Berdasarkan tipe :
a. Type rigid (intrinsic) (resistent) => Tidak dapat dikoreksi dengan
manipulasi. Tumit kecil, equinus, dan inversi. Kulit dorsolateral
pergelangan kaki tipis dan teregang, sedangkan kulit medial
terlipat.
b. Type fleksibel (extrinsic) (easy) => Dapat dimanipulasi. Tumit
normal dan terdapat lipatan kulit pada bagian dorsolateral
pergelangan kaki.
2. Betis seperti tangkai pipa (pipe stem colf)
3. Tendo archiles pendek
4. Bagian distal fibula menonjol
5. Kaki lebar dan pendek
6. Metatarsal pendek

F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Adduksi dan supinasi kaki depan pada sendi mid dorsal
b. Subluksasi sendi talonavikulare
c. Equinus kaki belakang pada sendi ankle
d. Varus kaki belakang pada sendi subtalar
e. Deviasi medial seluruh kaki terhadap lutut
f. Inversi tumit
3. Pemeriksaan Penunjang

Radiologi = tujuannya bukan untuk diagnostik, tapi untuk menentukan


derajat equinus, varus, dan perubahan kaki belakang agar memberikan
gambaran seberapa besar koreksi yang dibutuhkan.

a. Foto AP => Sudut talocalcaneal kecil dari normal (normal=25-45


derajat)

b. Foto lateral => Sudut talocalcaneal lebih kecil dari normal.

c. Foto dorsoflexi maksimal => sudut ini bertambah kecil (normalnya


bertambah besar)

G. TATALAKSANA
1. Berdasarkan usia
a. 0-3 bulan : pemakaian popok dobel

b. 3-8 bulan : subcutaneus adductor tenotomy, kemudian lakukan


pemeriksaan radiografi untuk menilai posisi, bila sudah pas, maka
fiksasi dengan spica(diganti setiap 2 bulan)

c. 8 bulan-5 tahun : open reduksi

d. > 5 tahun : operasi penggantian sendi

2. Non operatif
a. Metode ponseti
Metode ini dikembangkan dari penelitian kadaver dan observasi klinik
yang dilakukan oleh dr. Ponseti, langkah-langkah yang harus diambil
adalah sebagai berikut :
1. Deformitas utama yang terjadi pada kasus CTEV adalah adanya
rotasi tulang kalkaneus ke arah intenal (adduksi) dan fleksi plantar
pedis. Kaki berada dalam posisi adduksi dan plantar pedis
mengalami fleksi pada sendi subtalar. Tujuan pertama adalah
membuat kaki dalam posisi abduksi dan dorsofleksi. Untuk
mendapatkan koreksi kaki yang optimal pada kasus CTEV, maka
tulang kalkaneus harus bisa dengan bebas dirotasikan kebawah
talus.
2. Cavus kaki akan meningkat bila forefoot berada dalam posisi
pronasi. Apabila ditemukan adany cavus, maka langkah pertama
dalam koreksi kaki adalah dengan cara mengangkat metatarsal
pertama dengan lembut, untuk mengoreksi cavusnya. Setelah
cavus terkoreksi, maka forefoot dapat diposisikan abduksi seperti
yang tertulis dalam langkah pertama.
3. Saat kaki diletakkan dalam posisi pronasi, hal tersebut dapat
menyebabkan tulang kalkaneus berada di bawah talus. Apabila hal
ini terjadi, maka tulang kalkaneus tidak dapat berotasi dan
menetap pada posisi varus.
4. Manipulasi dikerjakan di ruang khusus setelah bayi disusui.
Setelah kaki dimanipulasi, maka langkah selanjutnya adalah
memasang long leg cast untuk mempertahankan koreksi yang
telah dilakukan. Gips harus dipasang dengan bantalan seminimal
mungkin, tetapi tetap adekuat.
5. Langkah selanjutnya adalah menyemprotkan benzoin tingtur ke
kaki untuk melekatkan kaki dengan bantalan gips. Dr. Ponsetti
lebih memilih untuk memasang bantalan tambahan sepanjang
batas medial dan lateral kaki, agar aman saat melepaskan gips
menggunakan gunting gips. Gips yang dipasang tidak boleh
sampai menekan ibu jari kaki atau mengobliterasi arcus
transversalis. Posisi lutut berada pada sudut 90° selama
pemasangan gips panjang. Orang tua bayi dapat merendam gips
ini selama 30-45 menit sebelum dilepas.
6. Dr. Ponsetti memilih melepaskan gips dengan cara menggunakan
gergaji yang berosilasi (berputar). Gips ini dibelah menjadi dua
dan dilepas, kemudian disatukan kembali. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui perkembangan abduksi forefoot, selanjutnya hal ini
dapat digunakan untuk mengetahui dorsofleksi serta megetahui
koreksi yang telah dicapai oleh kaki ekuinus. Secara umum
metode ponseti ini dibutuhkan 4-6 kali pemasangan gips untuk
mendapatkan abduksi kaki yang maksimum. Gips tersebut diganti
tiap minggu. Koreksi yang dilakukan (usaha untuk membuat kaki
dalam posisi abduksi) dapat dianggap adekuat bila aksis paha dan
kaki sebesar 60°. Setelah dapat dicapai abduksi kaki maksimal,
kebanyakan kasus membutukan dilakukannya tenotomi
perkutaneus pada tendon Achilles. Hal ini dilakukan dalam
keadaan aspetis. Daerah lokal dianestesi dengan kombinasi antara
lignokain topikal dan infiltrasi lokal minimal menggunakan
lidokain. Tenotomi dilakukan dengan cara membuat irisan
menggunakan pisau Beaver (ujung bulat). Luka post operasi
kemudian ditutup dengan jahitan tunggal menggunakan benang
yang dapat diabsorbsi. Pemasangan gips terakhir dilakukan
dengan kaki yang berada pada posisi dorsofleksi maksimum,
kemudian gips dipertahankan hingga 2-3 minggu.
7. Langkah selanjutnya setelah pemasangan gips adalah pemakaian
sepatu yang dipasangkan pada lempengan Dennis Brown. Kaki
yang bermasalah diposisikan abduksi (rotasi ekstrim) hingga 70°.
with the unaffected foot set at 45° of abduction. Sepatu ini juga
memiliki bantalan di tumit untuk mencegah kaki terselip dari
sepatu. Sepatu ini digunakan 23 jam sehari selama 3 bulan,
kemudian dipakai saat tidur siang dan malam selama 3 tahun
3. Operatif
a. Insisi
Beberapa pilihan insisi, antara lain :
1. Cincinnati: berupa insisi transversal, mulai dari sisi anteromedial
(persendian navikular-kuneiformis) kaki sampai ke sisi
anterolateral (bagian distal dan medial sinus tarsal), dilanjutkan ke
bagian belakang pergelangan kaki setinggi sendi tibiotalus.
2. Insisi Turco curvilineal medial/posteromedial: insisi ini dapat
menyebabkan luka terbuka, khususnya di sudut vertikal dan
medial kaki. Untuk menghindari hal ini, beberapa operator
memilih beberapa jalan, antara lain: Tiga insisi terpisah – insisi
posterior arah vertikal, medial, dan lateral, dua insisi terpisah –
curvilinear medial dan posterolateral.

Anda mungkin juga menyukai