Dengue Virus
Dengue Virus
SCIENCE)
Source:
1. Jawetz’ Medical Microbiology 27
2. Murray’s Medical Microbiology 8
3. Sherris’ Medical Microbiology 6
4. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic
Fever (Expanded and Revised Edition - WHO South East Asia Region, 2011)
5. Dengue : Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control, WHO, 2009
6. CDC Yellow Book 2018
A. DEFINISI
Dengue (breakbone fever) adalah sebuah infeksi yang mosquito-borne yang disebabkan oleh
sebuah flavivirus yang dikarakteristikkan oleh demam, nyeri kepala berat, nyeri otot dan sendi
(joint), mual dan muntah, sakit mata, dan rash.
Bentuk berat dari penyakit ini, dengue hemorrhagic fever (DHF) dan dengue shock syndrome
(DSS), principally affect children.
B. EPIDEMIOLOGI
Dengue virus (Flavivirus) memliki 4 related serotypes (DEN 1-4), any of which boleh jadi exist
concurrently dalam satu area endemis tertentu.
Virus-virus dengue terdistribusi luas di seluruh dunia di daerah-daerah (region) tropis.
Kebanyaan daerah-daerah (regions) tropis dan subtropics di sekeliling dunia di mana vektor-
vektor Aedes ada (exist) adalah area-area endemis.
o Dalam past 20 years, dengue epidemis telah muncul sebagai masalah di Benua Amerika.
o Pada 1995, lebih dari 200.000 kasus dengue dan lebih dari 5500 kasus dengue hemorrhagic
fever terjadi di Benua Amerika Tengah dan Selatan.
o Pola penyakit yang berubah mungkin terkait dengan pertumbuhan populasi urban yang
cepat, overcrowding, dan kurang ketatnya usaha kontrol nyamuk.
o Pada tahun 2008, dengue adalah penyakit viral yang mosquito-borne yang paling penting
yang menjangkit/mempengaruhi manusia. Ada sekitar (terestimasi) 50 juta atau lebih kasus
dengue setiap tahunnya di seluruh dunia, dengan 400,000 kasus dengue hemorrhagic fever.
The latter adalah penyebab utama kematian di masa kanak-kanak pada beberapa (several)
negara-negara di Asia.
Dengue endemis pada lebih dari 100 negara.
Ada lebih dari 100 negara di mana dengue telah menjadi endemis.
Dengue virus merupakan 1 masalah utama seluruh dunia dengan minimal 100 juta kasus dengue
fever dan 300,000 kasus dengue hemorrhagic fever (DHF) terjadi setiap tahun.
Virus ini dan vektornya hadir di Amerika Selatan bagian tengah dan Utara, dan kasus-kasus telah
terjadi di Puerto Rico, Texas, dan Florida.
Agen-agen viral ini tersebar luas di seluruh dunia, terutama Afrika, benua Amerika,
Mediterranean Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat, Timur Tengah, Africa, the Far East, dan
Kepulauan Karibia. Mereka pernah menginvasi Amerika Serikat di masa lalu.
Insidensi DHF yang lebih serius telah berlipat ganda empat kali lipat (quadrupled) sejak 1985.
Pada tahun 1981 di Kuba, dengue-2 virus menginfeksi satu populasi yang sebelumnya terpapar
dengue-1 virus antara 1977 dan 1980, mengakibatkan sebuah epidemic lebih dari 100,000 kasus
DHF/DSS dan 168 kematian.
Resiko sindroma demam berdarah (hemorrhagic fever syndrome) sekitar 0.2% selama infeksi
dengue pertama tetapi minimal 10x lebih tinggi selama infeksi dengan satu serotype virus
dengue kedua. The fatality rate dengan demam berdarah dengue bisa mencapai 15% tetapi bisa
dikurangi menjadi kurang dari 1 persen dengan treatment yang layak (proper).
Rasio infeksi yang tidak tampak (inapparent) terhadap yang tampak (apparent) bervariasi, tidak
tetap, tetapi boleh jadi sekitar 15 terhadap 1 untuk infeksi primer ; rasionya lebih rendah pada
infeksi sekunder.
Diperkirakan sekitar 100 juta orang terinfeksi oleh dengue virus setiap tahunnya secara global.
Pada komunitas urban, dengue epidemics bersifat eksplosif dan melibatkan porsi yang besar
(appreciable) dari populasi. Mereka sering dimulai selama musim hujan (rainy season), ketika
sang nyamuk vektor, Aedes aegypti (A aegypti), sedang ada dalam jumlah banyak (is abundant).
Nyamuk ini berkembang biak (breeds) pada iklim tropis atau semitropis pada penampungan air
(water-holding receptacles atau dalam tanaman yang dekat dengan tempat tinggal manusia.
Vektor :
o A aegypti, adalah nyamuk vektor utama untuk dengue di Hemisfer Barat bumi. Nyamuk
betina memperoleh (acquires) virus dengue dengan makan dari satu manusia yang viremis
(di dalam darahnya ada virus (feeding upon a viremic human). Setelah satu periode 8-14
hari, nyamuk-nyamuk ini menjadi bersifat infektif dan mungkin tetap demikian seumur hidup
mereka (1-3 bulan). Pada daerah dan iklim tropis, perkembangbiakan nyamuk sepanjang
tahun memelihara keberadaan (maintains) penyakit ini (dengue).
o Aedes albopictus, satu nyamuk yang berasal dari Asia, ditemukan di Texas pada tahun 1985 ;
by 1989 nyamuk ini telah menyebar ke seluruh Amerika Serikat bagian Tenggara, di mana A
aegypti, principal vector untuk dengue virus, prevalen. Kontras terhadap A aegypti, yang
tidak bisa overwinter (hidup bertahan melalui sepanjang musim dingin) di daerah-daerah
Utara (northern states), A albopictus bisa bertahan hidup melalui sepanjang musim dingin
jauh di Utara (farther north), meningkatkan resiko dari epidemic dengue di Amerika Serikat.
Perang Dunia II bertanggung jawab untuk penyebaran dengue dari Asia Tengara throughout the
Pacific region. Hanya dengue tipe 2 yang hadir di Benua Amerika selama bertahun-tahun.
Kemudian, pada 1977, satu virus dengue tipe 1 terdeteksi untuk pertama kali di Hemisphere
Barat. Pada 1981, dengue tipe 4 pertama kali dikenali (recognized) di Hemisphere Barat diikuti
dengan pada 1994 dengan dengue tipe 3. Virus-virus ini sekarang tersebar di seluruh
(throughout) Amerika Tengah dan Selatan, dan demam berdarah dengue bersifat endemis di
banyak negara.
Endemic dengue di the Carribean (Karibia) dan Mexico adalah sebuah ancaman konstan untuk
Amerika Serikat, di mana nyamuk-nyamuk A aegypti prevalen pada bulan-bulan musim panas.
Concurrent dengan meningkatnya aktivitas epidemis dengue di area tropis, telah ada
peningkatan dalam jumlah kasus yang diimpor ke dalam Amerika Serikat. By 2010, dengue
merupakan penyebab utama febrile illness di antara para penjelajah (travelers) yang kembali
dari Karibia, Amerika Latin, dan Asia. Kasus demam berdarah dengue pertama yang didapat
secara lokal di Amerika Serikat terjadi di Texas Selatan pada tahun 2005. Dari 2009 hingga 2010
28 kasus dengue yang didapat seara lokal terjadi di Key West, Florida.
C. INFECTIOUS AGENT
Dengue merupakan suatu penyakit demam akut (acute febrile illness) yang disebabkan oleh
salah satu yang manapun dari 4 related positive-sense, single stranded RNA viruses of the genus
Flavivirus, dengue viruses 1, 2, 3, or 4.[6]
D. VIROLOGI
Virus dengue (Dengue viruses) adalah anggota dari genus Flavivirus dan family Flaviviridae.
Virus-virus yang kecil ini (50 nm) mengandung single-strand RNA (positif) sebagai genome.
Virion dari virus ini terdiri dari satu nucleocapsid dengan cubic symmetry yang enclosed dalam
sebuah lipoprotein envelope.
Genome virus ini sebesar 11.644 nucleotides panjangnya, dan terdiri dari 3 structural protein
genes encoding the nucleocapsid or core protein (C), a membrane-associated protein (M), and
envelope protein (E), and 7 non structural (NS) protein genes. Di antara protein-protein non
struktural, envelope glycoprotein, NS1, memiliki kepentingan diagnostic dan pathological. NS1
berukuran 45 kDa dan terkait dengan aktivitas hemaglutinasi dan neutralisasi oleh virus.
Partikel virus dengue yang dewasa/matur berbentuk spherical dengan diameter 50 nm
mengandun multiple copies of 3 structural proteins, satu host-derived membrane bilayer dan
sebuah single copy of a positive-sense, single-stranded RNA genome. Genome ini kemudian is
cleaved oleh host dan viral proteases menjadi 3 protein struktural (capsid, C, prM, prekursor dari
membr M, protein dan envelope, E) dan 7 protein non struktural (NS).
Virus-virus dengue membentuk sebuah kompleks khas dalam genus Flavivirus berdasarkan pada
karakteristik antigenic dan biologis. Ada 4 serotipe virus yang berbeda tetapi berhubungan erat,
yang designated sebagai DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Infeksi dengan satu serotype
manapun akan memberikan kekebalan seumur hidup terhadap serotype virus tersebut.
Meskipun seluruh 4 serotipe serupa secara antigenic, mereka cuku berbeda untuk memicu
cross-protection hanya untuk beberapa bulan setelah infeksi oleh salah satu yang manapun di
antara mereka. Infeksi sekunder dengan serotype lain atau multiple infections dengan serotypes
yang berbeda mengakibatkan bentuk berat dari dengue (DHF/DSS)
There exists considerable genetic variation dalam seterotipe dalam bentuk “sub-types” atau
“genotypes” yang khas secara filogenetik (phylogenetically distinct).
Saat ini, 3 subtipe bisa diidentifikasi untuk DENV-1, 6 untuk DENV-2 (salah satunya ditemukan
pada primate non manusia), 4 untuk DENV-3, dan 4 untuk DENV-4, dengan 1 subtipe DENV-4
yang lain eksklusif untuk primate non manusia.
Genotypes yang khas atau lineages (virus-virus yang berkerabat erat dalam nucleotide sequence)
telah teridentifikasi dalam setiap serotype, highlighting variabilitas genetic yang ekstensif dari
dengue serotypes. Purifying selection tampak menjadi satu tema yang dominan dalam evolusi
virus dengue, namun, seperti demikian hanya virus-virus yang “fit” untuk manusia maupun
vektor yang dijaga (maintained). Di antara mereka, “Asian” genotypes of DEN-2 and DEN-3
sering dikaitkan dengan penyakit berat mengiringi (accompanying) infeksi dengue sekunder.
Intra-host viral diversity (quasispecies) juga telah dideskripsikan dalam human hosts.
Dengue viruses dari seluruh 4 serotypes telah dikaitkan dengan epidemi demam dengue (dengue
fever), dengan atau tanpa DHF, dengan berbagai derajat keparahan.
Vektor nyamuknya (A aegypti) sama seperti domestic vector dari yellow fever.
Siklus transmisi yang diketahui adalah manusia – nyamuk – manusia, meski sebuah sylvatic cycle
yang melibatkan monyet boleh jadi ada.
Periode inkubasinya 4 hingga 10 hari.
E. HOST
Virus-virus dengue, telah berevolusi dari nyamuk, beradaptasi terhadap primate non manusia dan
kemudian kepada manusia dalam sebuah proses evolusi. Viraemia di antara manusia-manusia
membangun titer yang tinggi 2 hari sebelum onset demam (non-febrile) dan berlangsung selama 5-7
hari setelah onset demam (febrile.) Hanya selama 2 periode ini spesies vektor memperoleh infeksi.
Maka, manusia menjadi dead-ends untuk transmisi. Penyebaran infeksi terjadi melalui gerakan host
(manusia) karena pergerakan vektor sangat terbatas.
Kerentanan manusia tergantung pada status imun dan predisposisi genetic. Baik kera dan
manusia merupakan amplifying hosts dan virus dengue is maintained oleh nyamuk-nyamuk secara
transovarial melalui telur-telur.
Setelah 1 periode inkubasi selama 4-10 hari, infeksi oleh salah satu yang manapun dari 4
serotipe virus dengue bisa menghasilkan a wide spectrum of illness, meskipun kebanyakan infeksi
bersifat asimptomatik (tidak bergejala) atau subklinis (Chapter 2). Infeksi primer diduga/dipikir
menginduksi kekebalan protektif seumur hidup terhadap serotype yang menginfeksi (46). Individu
yang menderita infeksi terlindung/terproteksi dari penyakit klinis dengan 1 serotipe yang berbeda
dalam 2-3 bulan of the/dari infeksi primer tetapi tanpa cross-protective immunity jangka panjang.
Faktor risiko individual menentukan tingkat keparahan penyakit dan meliputi infeksi sekunder, usia,
etnisitas, dan possibly chronic diseases (bronchial asthma, sickle cell anaemia dan diabetes mellitus).
Anak-anak kecil terutama boleh jadi kurang bisa ketimbang dewasa untuk mengompensasi bocor
kapiler dan konsekuensinya memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami dengue shock.
Studi seroepidemiological di Kuba dan Thailand secara konsisten mendukung peran infeksi
heterotypic sekunder sebagai satu faktor risiko untuk dengue berat, meski ada sedikit lporan kasus-
kasus berat terkait dengan infeksi primer (47–50). Interval waktu antara infeksi-infeksi dan the
particular viral sequence of infections may also be of importance. Misalnya, a higher case fatality
rate teramati di Kuba ketika infeksi DEN-2 mengikuti/terjadi setelah DEN-1 setelah satu interval 20
tahun dibandingkan dengan interval 4 tahun.. Dengue berat juga teramati secara teratur/regular
Selma infeksi primer pada infants yang lahir dari ibu-ibu yang kebal terhadap dengue.
Antibody-dependent enhancement (ADE) of infection telah dihipotesiskan (51,52) sebagai
sebuah mekanisme untuk menjelaskan dengue berat alam perjalanan suatu infeksi sekunder dan
pada infants dengan infeksi primer. Dalam model ini, non-neutralizing, cross-reactive antibodies
yang muncul selama sebuah infeksi primer, atau diperoleh secara pasif saat kelahiran, berikatan
kepada epitopes pada permukaan sebuah heterologous infecting virus dan memfasilitasi masuknya
virus ke dalam Fc-receptor-bearing cells. Jumlah sel-sel terinfeksi yang meningkat diprediksi untuk
mengakibatkan satu higher viral burden dan induksi respon imun yang sangat kuat (robust) yang
meliputi inflammatory cytokines and mediators, sebagian dari mereka (inflammatory cytokines and
mediators) mungkin berkontribusi terhadap kebocoran kapiler. Selama sebuah infeksi sekunder,
cross-reactive memory T cells are juga secara cepat diaktivasi, berproliferasi, mengekspresikan
cytokines dan mati melalui apoptosis in a manner yang generally berkorelasi dengan keparahan
penyakit secara keseluruhan. Host genetic determinants mungkin mempengaruhi clinical outcome
dari infeksi (53,54), meski kebanyakan penelitian telah belum mampu adequately address this issue.
Studies in the American region show the rates of severe dengue lebih rendah pada individu
keturunan Afrika ketimbang mereka dari kelompok etnis lain. (54)
Virus dengue masuk melalui kulit ketika seekor nyamuk yang terinfeksi meminum darah.
SElama fase akut dari penyakit denuge, virus ini (virus dengue) ada di dalam darah dan
pembersihanny dari kompartemen ini umumnya coincides with defervescence. Respon-respon imun
humoral dan cellular dianggap (are considered to) berkontribusi terhadap virus clearance via the
generation of neutralizing antibodies dan aktivasi limfosit T CD4+ dan CD8+. Tambahannya, innate
host defence mungkin membatasi infeksi oleh virus isni. Setelah infeksi, , serotype specific and cross-
reactive antibodies and CD4+ and CD8 + T cells tetap bisa diukur sampai bertahun-tahun.
Kebocorn plasma, haemoconcentration dan abnormalitas dalam homeostasis
mengkarakteristikkan dengue berat. Mekanisme-mekanisme yang mengakibatkn penyakit berat tak
terdefinisikan dengan baik tetapi respon imun, latar belakang genetic individu dan karakteristik virus
yang menyerang mungkin semuany berkontribusi terhadap dengue berat.
Data baru-baru ini (sekitar 2009) mensugestikan bahwa aktivasi sel-sel endothelial bisa
mediate kebocoran plasma (55,56). Kebocoran plasma diduga/dipikr terkait/terasosiasi dengna efek
fungsional ketimbang efek destruktif pada sel-sel endothelial. Aktivasi monosit dean sel-sel T yang
terinfeksi, sistem komplemen dan produksi mediators, monokines, cytokines dan soluble receptors
boleh jadi juga terlibat dalam endothelial cell dysfunction. Thrombocytopenia boleh jadi terasosiasi
dengan perubahan/ alterations dalam megakaryocytopoieses oleh infeksi pada sel-sel
haematopoietic manusia dan terganggunya pertumbuhan sel progenitor, mengakibatkan platelet
dysfunction (aktivasi dan agregasi platelet), meningkatnya penghancuran atau consumption
(peripheral sequestration and consumption). Haemorrhage boleh jadi sebuah konsekuensi dari
the thrombocytopenia and associated platelet dysfunction or disseminated intravascular
coagulation. Ringkasnya, sebuah ketidakseimbangan yang sementara dan dapat dibalikkan
(reversible) pada mediator inflamasi, cytokines dan chemokines terjadi selama dengue berat,
mungkin didorong oleh a high early viral burden, dan mengakibatkan dysfunction of vascular
endothelial cells, derangement of the haemocoagulation system kemudian menuju kebocoran
plasma, shock dan perdarahan (bleeding).
F. TRANSMISI[6]
Transmission terjadi melalui gigitan nyamuk-nyamuk Aedes yang terinfeksi, utamanya Aedes aegypti
dan Ae. albopictus. [6]
Oleh karena viremia yang diperkirakan selama 7 hari pada manusia transmisi melalui darah
(bloodborne) dimungkinkan melalui pajanan/paparan terhadap darah yang terinfeksi, organ-organ
tubuh yang terinfeksi, atau jaringan lain (seperti sumsum tulang) yang terinfeksi.[6]
Tambahannya, transmisi penyakit ini secara perinatal terjadi ketika ibu terinfeksi menjelang/di dekat
waktu melahirkan, di mana infeksi terjadi melalui mikrotransfusi ketika plasenta terlepas (is detached)
atau melalui kontak mukosal dengan darah ibu selama kelahiran.[6]
Transmisi congenital belum didokumentasikan.[6]
Dengue mungkin juga ditularkan melalui air susu ibu.[6]
Tidak ada bukti transmisi melalui kontak seksual.[6]
TRANSMISI DF/DHF
Untuk terjadinya transmisi nyamuk Ae. aegypti betina harus menggigit seorang manusia yang
terinfeksi selama fase viraemik dari penyakit dengue yang bermanifestasi 2 hari sebelum onset
demam dan berlangsung 4-5 hari setelah onset demam. Setelah ingesti makanan dari darah yang
terinfeksi, virus dengue berreplikasi di dalam lapisan sel epithel pada the midgut dan kabur ke dalam
haemocoele untuk menginfeksi kelenjar saliva dan akhirnya memasuki/masuk ke dalam the saliva
menyebabkan infeksi selama probing. The genital track juga terinfeksi dan virus mungkin untuk
memasuki telur-telur yang sudah berkembang secara penuh pada waktu oviposition. Periode
inkubasi ekstrinsik berlangsung dari 8 higga 12 hari dan nyamuk tersebut (the mosquito) tetap
terinfeksi seumur hidupnya. Periode inkubasi intrinsic covers/mencakup 5 hingga 7 hari. 22
DIAGNOSIS
Dokter harus mempertimbangkan demam berdarah pada pasien yang berada di daerah
endemik dalam 2 minggu sebelum onset gejala. Karena demam berdarah adalah penyakit
yang dapat diketahui secara nasional, semua kasus yang dicurigai harus dilaporkan ke
departemen kesehatan setempat.
Konfirmasi dari pemeriksaan laboratorium dapat dibuat dari spesimen serum fase akut
tunggal yang diperoleh secara dini (≤5 hari setelah onset demam) pada penyakit dengan
mendeteksi urutan genomik virus dengan RT-PCR atau antigen dengue nonstruktural protein
1 (NS1) oleh immunoassay. Kemudian pada penyakit (≥4 hari setelah onset demam), IgM
terhadap virus dengue dapat dideteksi dengan ELISA.
Untuk pasien yang datang selama minggu pertama setelah demam, tes diagnostik harus
mencakup tes untuk virus dengue (PCR atau NS1) dan IgM. Untuk pasien yang datang> 1
minggu setelah onset demam, IgM paling berguna, meskipun NS1 telah dilaporkan positif
hingga 12 hari setelah onset demam (Gambar 3-1).
Di Amerika Serikat, baik IgM ELISA dan RT-PCR real-time disetujui sebagai tes diagnostik in
vitro.
Keberadaan virus melalui RT-PCR atau NS1 antigen dalam spesimen diagnostik tunggal
dianggap sebagai konfirmasi laboratorium demam berdarah pada pasien dengan riwayat
klinis dan perjalanan yang kompatibel.
IgM dalam sampel serum tunggal menunjukkan kemungkinan infeksi dengue baru-baru ini
dan harus dianggap diagnostik untuk dengue jika infeksi kemungkinan besar terjadi di
tempat di mana flavivirus lain yang berpotensi reaktif silang (seperti Zika, West Nile, demam
kuning, dan ensefalitis Jepang). virus) bukan risiko.
Jika infeksi kemungkinan terjadi di tempat di mana flavivirus lain yang berpotensi reaktif
silangn bersirkulasi, baik tes diagnostik molekuler dan serologis harus dilakukan untuk
mendeteksi bukti infeksi dengue dan flvivirus lainnya.
IgG oleh ELISA dalam sampel serum tunggal tidak berguna untuk pengujian diagnostik
karena masih dapat terdeteksi seumur hidup setelah infeksi dengue. Selain itu, orang yang
terinfeksi atau divaksinasi flavivirus lain (seperti demam kuning atau Japanese encephalitis)
dapat menghasilkan antibodi-antibodi cross-reaktif, menghasilkan hasil tes diagnostik
dengue serologik positif palsu.
Pengujian diagnostic untuk dengue (molekuler dan serologis) tersedia dari beberapa laboratorium
diagnostik referensi komersial, laboratorium kesehatan publik negara bagian, dan CDC
(www.cdc.gov/Dengue/ clinicalLab/index.html). Konsultasi tentang pengujian diagnostik dengue
dapat diperoleh dari CDC di787-706-2399.
K. DIAGNOSIS LABORATORIUM
Metode berbasis reverse transcriptase PCR (RT-PCR) tersedia untuk identifikasi cepat (rapid) dan
serotyping of dengue virus pada serum fase akut, roughly selama periode demam.
Isolasi virus penyebabnya sulit. Pendekatan yang lebih disukai saat ini adalah inokulasi sebuah
sel lini nyamuk dengan serum pasien yang coupled dengan nucleic acid assays untuk identifikasi
sebuah virus yang recovered.
Diagnosis serologis terkomplikasi dengan cross-reactivity pada antibodi IgG terhadap antigen
flavivirus yang heterologous.
Satu rangkaian beragam metode tersedia ; metode yang paling umum dipakai adalah
envelope/membrane viral protein-specific capture IgM or IgG ELISA dan the HI test. IgM
antibodies berkembang dalam beberapa (a few) hari penyakit. Antibodi-antibodi yang
menetralisir dan menghambat hemaglutinasi muncul dalam semiggu setelah onset dari dengue
fever. Analisis dari sera akut dan convalescent yang dipasangkan (paired) untuk menunjukkan
kenaikan yang signifikan dalam antibody titer merupakan bukti yang paling reliable dari sebuah
infeksi dengue yang aktif.
L. TREATMENT
Treatment penyakit ini adalah bersifat supportif dan tidak ada vaksin yang tersedia untuk
proteksi.
Tidak ada terapi obat antiviral
Dengue hemorrhagic fever (demam berdarah dengue) bisa diobati (treated) dengan terapi
penggantian cairan (fluid replacement therapy).
Tidak ada vaksin, tetapi vaksin-vaksin kandidat sedang dalam pengembangan. Pengembangan
vaksin untuk dengue sulit karena sebuah vaksin harus menyediakan proteksi terhadap semua 4
serotipe virus dengue.
Antibodi terapeutik yang bisa menetralisir multiple genotypes of dengue juga sedang dalam
pengembangan.
Tidak ada agen antivirus khusus untuk demam berdarah.
Pasien harus disarankan untuk tetap terhidrasi dengan baik dan untuk menghindari aspirin
(asam asetilsalisilat), obat yang mengandung aspirin, dan obat antiinflamasi nonsteroid lainnya
(seperti ibuprofen) karena sifat antikoagulan mereka.
Demam harus dikontrol dengan acetaminophen dan mandi spons hangat.
Pasien demam harus menghindari gigitan nyamuk untuk mengurangi risiko penularan lebih
lanjut.
Bagi mereka yang mengembangkan dengue berat, observasi yang ketat dan seringnya
pemantauan dalam pengaturan unit perawatan intensif mungkin diperlukan.
Transfusi trombosit profilaksis pada pasien dengue tidak menguntungkan dan dapat
berkontribusi untuk kelebihan beban cairan.
Demikian pula, pemberian kortikosteroid tidak menunjukkan manfaat dan berpotensi
membahayakan pasien; kortikosteroid tidak boleh digunakan kecuali dalam kasus komplikasi
yang berhubungan dengan autoimun (seperti lymphohistiocytosis hemofagositik atau purpura
trombositopenia imun).
M. PENCEGAHAN
Menghindari gigitan nyamuk adalah prosedur pencegahan terbaik.
N. KONTROL
Tergantung pada prosedur antinyamuk, meliputi
o eliminasi tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (breeding places), dan
o penggunaan insektisida.
Screened windows and doors (jendela dan pintu yang dipasangi kawat dengan rancangan seperti
jala untuk mencegah masuknya nyamuk) bisa mengurangi paparan terhadap vektor.
Menanam tumbuhan pengusir nyamuk (geranium, zodia, serai, jeruk, dll)
O. KOMPLIKASI
Yang lebih penting, subsequent infections dengan serotypes yang lain meningkatkan resiko
untuk mengembangkan severe dengue disease (meningkatkan keparahan dari dengue disease),
most likely oleh antibody-dependent enhancement (enhancing antibodies) yang tidak
menetralisir virus tetapi malah enhance viral entry ke dalam sel-sel host.