Anda di halaman 1dari 11

1.

RINGKASAN STRUKTUR DAN DESAIN LABORATORIUM


KIMIA

Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang
SMP, SMA/MA, dan SMK. Sebagai cabang dari sains, kimia pada hakikatnya
terdiri dari dua dimensi yaitu ilmu kimia sebagai proses dan produk. Hakikat kimia
sebagai proses hanya dapat diperoleh melalui kegiatan praktikum sehingga
diperlukan sarana dan prasarana penunjang, salah satunya adalah laboratorium.
Laboratorium berdasarkan kegunaan dibagi menjadi laboratorium pembelajaran
dan laboratorium penelitian. Perbedaan antara laboratorium pembelajaran (sekolah)
dan penelitian adalah dari segi ukuran yang lebih besar dan untuk proses
pembelajaran. Berdasarkan bidang garapannya, laboratorium sekolah dibedakan
salah satunya menjadi Laboratorium kimia.
Laboratorium kimia adalah ruang untuk pembelajaran mata pelajaran kimia
secara praktik yang memerlukan peralatan khusus (Kemendiknas, 2007).
Laboratorium kimia berfungsi sebagai tempat yang dapat mendorong semangat
peserta didik untuk memperdalam pengertian dari suatu fakta yang diselidiki,
display atau pameran, memahami karakteristik alam dan lingkungan, berlatih
menerapkan keterampilan proses, dan lain-lain. Aktivitas pembelajaran dalam
laboratorium tidak terlepas dari pemahaman struktur dan desainnya.
Struktur dan desain ruang laboratorium kimia disesuaikan dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007. Rasio minimum ruang
laboratorium kimia adalah 2,4 m2/siswa. Untuk rombongan belajar dengan siswa
kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium adalah 48 m2 termasuk
luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2. Menurut Padmaningrum (2013),
kriteria dalam mendesain laboratorium kimia ada dua, yaitu berdasarkan letak
laboratorium terhadap lingkungan dan keberadaan ruangan. Kriteria standar
bangunan laboratorium kimia berdasarkan Pedoman Standarisasi Bangunan dan
Perabot Sekolah Menengah Atas (2011) dibagi menjadi dua ruangan, yaitu ruang
praktik sebagai tempat kegiatan utama yang hendaknya disediakan meja permanen
dan bak air serta ruang persiapan sebagai tempat menyimpan alat, bahan-bahan
kimia, dan persiapan sebelum dimulainya praktik. Fasilitas penunjang ruangan,
yaitu fasilitas umum yang digunakan oleh semua pemakai laboratorium, contohnya
penerangan serta fasilitas khusus berupa peralatan mebelair, contohnya meja siswa.

2. Ringkasan General Lab Organisation and Procedure

Struktur organisasi laboratorium sesuai dengan Peraturan Menteri


Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2008 tentang
Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah terdiri dari kepala
laboratorium sekolah/madrasah, teknisi, dan laboran. Kepala laboratorium
menguasai bidang kimia dapat menempuh dua jalur, yaitu jalur guru:
pendidikan minimal sarjana (S1), berpengalaman minimal 3 tahun sebagai
pengelola praktikum, memiliki sertifikat kepala laboratorium
sekolah/madrasah dari perguruan tinggi atau lembaga lain, dan jalur laboran
atau teknisi: pendidikan minimal diploma 3 (D3), memiliki sertifikat kepala
laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan tinggi atau lembaga lain,
berpengalaman minimal 5 tahun sebagai laboran atau teknisi.
Teknisi laboratorium merupakan tenaga laboratorium yang membantu
kepala laboratorium terutama dalam mempersiapkan alat dan bahan praktikum,
serta pemeliharaan alat dan bahan. Kualifikasi teknisi laboratorium adalah
minimal lulusan diploma dua (D2) yang relevan dengan peralatan laboratorium
dan memiliki sertifikat teknisi laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan
tinggi atau lembaga. Laboran adalah tenaga laboratorium yang membantu
kepala laboratorium terutama dalam mengelola bahan-bahan dan peralatan,
dan melayani kegiatan praktikum. Kualifikasi laboran adalah minimal lulusan
program diploma satu (D1) yang relevan dengan jenis laboratorium,
diselenggarakan oleh perguruan tinggi dan memiliki sertifikat laboran
sekolah/madrasah dari perguruan tinggi. Kepala lab, teknisi, dan laboran
memiliki kompetensi kepribadian, administratif, sosial, dan professional.
Selain, ketiga struktur tersebut, dalam laboratorium juga terdapat personil
kerja.
Personil kerja dalam laboratorium terdiri dari peneliti utama, postdocs,
teknisi atau asisten penelitian, mahasiswa pascasarjana, dan mahasiswa rotasi.
Peneliti utama merupakan orang yang dikenal sebagai kepala laboratorium,
pemimpin, dan penasihat yang lebih banyak menghabiskan waktu dalam
administrasi dibandingkan pekerjaan laboratorium. Postdocs adalah seseorang
yang menerima gelar Ph.D atau M.D. dan mengikuti masa pelatihan 2-5 tahun
sebelum mencari posisi peneliti utama dalam sebuah universitas atau industri.
Teknisi atau asisten penelitian dapat berupa mahasiswa yang ingin mencari
pengalaman lebih banyak di dalam lab sebelum lulus serta mendapatkan gaji
dan gelar yang sesuai. Mahasiswa pascasarjana melakukan pekerjaan
laboratorium selama berjam-jam untuk mendapatkan gelar. Mahasiswa rotasi
adalah mahasiswa yang melakukan penelitian singkat di dalam laboratorium
selama 6 minggu sampai 6 bulan. Bekerja dalam laboratorium juga dilakukan
oleh mahasiswa musim panas, penduduk, visiting faculty, sekretaris atau
asisten administratif, pembantu laboratorium, pengawas laboratorium, dan
petugas keamanan laboratorium.
Mahasiswa musim panas umumnya adalah mahasiswa terkadang juga
siswa SMA yang telah bekerja di dalam laboratorium untuk mengerjakan
proyek kecilnya. Penduduk biasanya mengikuti penelitian laboratorium pusat
medis menangani penyakit manusia. Visiting faculty merupakan kegiatan yang
dilakuan anggota fakultas selama cuti panjang berupa pergi ke laboratorium
lain untuk belajar teknik baru, mencoba bidang baru, atau berkolaborasi dalam
eksperimen. Sekretaris atau asisten administratif bertanggung jawab untuk
memesan persediaan laboratorium, membantu anggota laboratorium dengan
aplikasi hibah, dan mengatur seminar laboratorium. Pembantu laboratorium
mengerjakan serangkaian tugas tertentu dalam jurusan yang menyita banyak
waktu. Pengawas laboratorium bertanggungjawab untuk menjaga stok
laboratorium dan mengatur klub jurnal. Petugas keamanan laboratorium
bertanggungjawab pada kesehatan dan keamanan anggota laboratorium serta
kelayakan protokol lab. Berdasarkan hal tersebut, maka personil kerja
laboratorium memiliki prosedur yang harus dan tidak harus dilakukan.
Prosedur yang harus dilakukan pada minggu pertama adalah melakukan
eksperimen, mengatur bangku lab, memperkenalkan diri kepada setiap orang,
mencatat untuk semua hal, membiasakan dirimu dengan cara kerja lab, tempat
penyimpan benda, siapa yang melakukan, dan kapan, serta bertanya.
Sementara itu, prosedur yang tidak boleh dilakukan pada minggu pertama
adalah jangan membaca koran atau novel, bermain komputer, jangan bertanya
tentang uang atau gaji, jangan menggunakan telepon atau mesin fotokopi untuk
alasan personal, jangan mensugesti bahwa anda bekerja karena alasan tertentu
dibandingkan mencintai riset. Selain prosedur, laboratorium juga dilengkapi
dengan aturan-aturan.
Aturan kelangsungan hidup dasar bagian sikap, yaitu bertanya, jangan
memberi perintah, tidak memberi asumsi, catat semuanya saat seseorang
memberi instruksi, buat perjanjian atau permintaan waktu, jangan
mengeluarkan jurnal, dan jangan mendiskusikan hasil dari anggota
laboratorium kepada orang yang tidak berada dalam laboratorium. Aturan
kelangsungan hidup dasar bagian kesopanan pada bangku, yaitu jangan
menggunakan reagen tanpa ijin, jika reagen biasa habis, maka pesan lebih
banyak, jangan mengabaikan peralatan yang pecah atau alarm peralatan,
jangan memindahkan benda di sekeliling atau mengubah lokasi, jangan
meninggalkan apa saja di mana saja, jika melakukan sesuatu yang salah, maka
akuilah, bersihkan segera setiap bagian dalam eksperimen, dan meminta
pertolongan minimum. Aturan keamanan yang tidak bisa diperbincangkan,
yaitu (1) ikuti aturan keamanan universal laboratorium, yaitu tidak makan,
minum, merokok dalam laboratorium, hindari menggunakan sepatu terbuka,
gunakan jas lab, jangan menggunakan jas lab ke luar area lab, jangan memulut
pipet, (2) mengetahui cara menolong diri anda dan anggota lab lainnya pada
keadaan darurat, seperti mengingat nomor telepon keamanan darurat, dan
mencari tahu letak alat pertolongan pertama, radiasi dan tumpahan bahan
kimia, mencuci mata, dan pembasuh keamanan, dan (3) jangan melakukan
sesuatu yang menurut anda tidak aman.

3. Ringkasan Kebijakan Pemerintah Mengenai Perlindungan Terhadap


Keselamatan Kerja di Laboratorium
Keselamatan kerja adalah perlindungan atas keamanan kerja yang dialami
pekerja baik fisik maupun mental dalam lingkungan pekerjaan (Wilson, 2012).
Menurut Mondy dan Noe (2012), manajemen keselamatan kerja meliputi
perlindungan karyawan dari kecelakaan di tempat kerja sedangkan, kesehatan
merujuk kepada kebebasan karyawan dari penyakit secara fisik maupun mental.
Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari
penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja (Mangkunegara, 2000).
Keselamatan kerja penting karena alasan moral, hukum, dan ekonomi. Secara
moral, manusia memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan
kerja dari perusahaan/organisasi. Secara hukum diatur oleh berbagai kebijakan
pemerintah yang memberi jaminan bagi setiap pekerja untuk menghadapi resiko
kerja yang ditimbulkan pekerjaan. Alasan ekonomi terkait dengan biaya yang
dikeluarkan apabila terjadi kecelakaan kerja. Tujuan peraturan keselamatan kerja
antara lain untuk menjamin:
1. Kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan orang yang bekerja di
laboratorium.
2. Mencegah orang lain terkena resiko terganggu kesehatannya akibat kegiatan
di laboratorium.
3. Mengontrol penyimpanan dan penggunaan bahan yang mudah terbakar dan
beracun
4. Mengontrol pelepasan bahan berbahaya (gas) dan zat berbau ke udara,
sehingga tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.
Kebijakan pemerintah yang mengatur keselamatan kerja di laboratorium
adalah sebagai berikut.
1. UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Undang-Undang ini mengatur tentang kewajiban pemimpin tempat kerja
dan pekerja untuk melaksanakan keselamatan kerja. Dalam pasal 3
disebutkan tentang syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat pelindung diri pada para pekerja.
2. UU Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Dalam pasal 23 ayat 1
menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya
sehingga diperoleh produktivitas kerja yang optimal. Kesehatan kerja
meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan
syarat kesehatan kerja (ayat 2).
3. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-
Undang ini mengatur tentang hal yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti, serta
keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-51/Men/1999 Tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja.
5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-187/Men/1999 Tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
7. Surat Edaran Dirjen Binawas No.SE.05/BW/1997 tentang Penggunaan Alat
Pelindung Diri.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No: PER.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
9. Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul
Akibat Hubungan Kerja.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/IX/VIII/2001
tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Lingkungan.
11. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang
Pedoman Penanganan Dampak Radiasi.
12. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 315/Menkes/SK/III/2003 tentang
1405/MENKES/SK/IX/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri.
13. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 315/Menkes/SK/III/2003 tentang
Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan
14. Peraturan pemerintah RI Nomor 11 Tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja
Terhadap Radiasi. Dalam peraturan ini diatur nilai ambang batas yang
diizinkan dan diatur lebih lanjut oleh instansi yang berwenang.
15. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1244/ Menkes/SK/XII/1994 tentang
Pedoman Keamanan Laboratorium Mikrobiologi dan Biomedis.
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 472/Menkes/Per/V/1996 tentang
Pengamanan Bahaya Berbahaya Bagi Kesehatan.
17. Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 pasal 4 ayat (3) menyebutkan
kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga
kerja untuk menggunakannya sebagai pencegahan penyakit akibat kerja.
18. Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 pasal 2 butir I menyebutkan
memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan di tempat kerja.

4. Ringkasan Laboratorium Setup and Equipment

Ruang dan tempat dalam laboratorium, yaitu bangku lab, daerah wastafel,
centrifuge, tudung asap, daerah kultur jaringan, pH dan daerah berat, ruang
peralatan, dapur, ruang gelap, ruang dingin, dan ruang hangat.
a. Bangku laboratorium merupakan sebuah bangku pendek dengan laci di
bawahnya, botol rak di atas, peralatan kecil, dan ruang kerja terbuka di
permukaannya. Dalam laboratorium terdapat bays, buffer dan reagen
lainnya, meja tulis, piring panas, pembakar api, kotak gel, microfuge, pipet,
power supply, kotak tip, dan pusaran.
b. Daerah wastafel, centrifuge, dan tudung asap terdiri dari kabinet, centrifuge,
detergen, rak pengering, -20oC freezer, tudung asap bahan kimia, handuk
kertas, wastafel, dan unit pemurnian air.
c. Daerah kultur jaringan terdiri dari pembuang limbah biohazard, kabinet
keamanan hayati, incubator CO2, coulter conter centrifuge atau disebut juga
penghitung sel, silinder gas, tangki nitrogen cair, mikroskop, bantuan pipet,
dan pemandian air.
d. Dalam ruang pH dan daerah timbang terdapat asam dan basa, timbangan,
piring panas pengaduk, pH meter, spatula, scoopulas, persediaan reagen,
botol pencuci, serta menimbang kapal dan kertas.
e. Ruang peralatan terdiri dari pengering gel, freezer temperatur rendah
(biasanya -70oC), pompa, ultracentrifuge, dan penghitung kilau.
f. Dalam dapur terdapat autoclave, tempat penyimpan es kering, gelas pencuci
piring, pembuat es, dan pipet washer.
g. Ruang gelap terdapat laci, polaroid, safelight, pintu putar, X-OMAT, dan
transilluminator UV atau lampu kotak.
h. Ruang dingin terdiri dari kolom, High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) dan Fast Pressure Liquid Chromatography
(FPLC), fraksi kolektor, media siap, lepaskan tombol untuk pintu, baling-
baling, dan kamar transfer.
i. Ruang hangat diatur pada suhu 37oC atau sesuai temperatur dari organisme
yang ada dalam laboratorium. Dalam ruang ini terdapat shaker, rol, rak, dan
botol rol.
Selain ruang dan tempat, dalam laboratorium juga terdapat peralatan lain, yaitu
sebagai berikut.
a. Sesuatu yang dicampur dan digoncangkan terdiri dari pengocok inkubator,
nutator, roda rol, gemetar inkubator, gemetar pemandian air, dan piring
pengaduk. Gerakan dari pengoncang dan inkubator adalah vibrasi, orbital,
timbal balik, goyang, dan gelombang.
b. Sesuatu yang mengukur, yaitu komputer, penghitung Geiger (banyaknya
radiasi), High Performance Liquid Chromatography (HPLC), pembaca
lempeng atau pembaca piring, fosforimager, dan spektrofotometer.
c. Sesuatu yang mempertahankan atau mengubah temperatur, yaitu mandi
kering, piring panas, inkubator, inkubator hibridisasi, microwave,
pengendara temperatur, dan pengering vakum.
d. Hal yang mengubah sesuatu, yaitu pensintesis DNA, elektroporator,
sonikator, dan UV crosslinker.
Peralatan yang ada dalam laboratorium memiliki aturan dasar penggunaan sebagai
berikut:
a. Dapatkan demonstrasi penggunaannya dari anggota laboratorium, bahkan
untuk peralatan yang biasa-biasa saja seperti pH meter.
b. Cuci, kembalikan, bersihkan, matikan dengan tepat setiap peralatan yang
Anda gunakan.
c. Jangan memesan peralatan tanpa berkonsultasi dengan kepala laboratorium.
d. Jadilah sangat kooperatif ketika menggunakan peralatan di laboratorium
lain.
e. Untuk setiap bagian dari peralatan di laboratorium (bahkan yang tidak Anda
gunakan), Anda harus mengetahui (1) apa itu, apa yang dilakukannya; (2)
siapa yang bertanggungjawab untuk itu, siapa yang harus didekati jika ada
masalah.
f. Untuk setiap bagian dari peralatan yang Anda gunakan, Anda harus
mengetahui (1) bagaimana cara mengoperasikannya; (2) di mana manual,
booklet instruksi, atau protokol disimpan; (3) apakah dimatikan setelah
digunakan atau dibiarkan sepanjang hari? (4) haruskah itu dihangatkan
sebelum digunakan? (5) apakah ada lembar daftar? Jika ada lembar daftar,
daftar setiap waktu, bahkan jika Anda hanya menggunakan peralatan selama
5 menit.
g. Respon kepada semua alarm peralatan dengan segera.
Hal-hal yang akan dilakukan jika mendengar sebuah alarm, yaitu sebagai berikut:
a. Identifikasi sumber dari alarm tersebut.
b. Beri tahu orang yang bertanggungjawab atas peralatan tersebut.
c. Jika Anda tidak dapat menemukan orang yang bertanggungjawab, temukan
seseorang yang lebih mengetahui dibandingkan Anda.
d. Jika Anda yang tersisa untuk berurusan menghadapi alarm, maka:
 Memutuskan apakah ada masalah keamanan.
 Memutuskan apakah ada keadaan darurat lab.
 Lihat apakah ada keadaan darurat eksperimental.
 Jika tidak ada krisis, matikan alarm, letakkan catatan pada peralatan
sehingga tidak ada yang mengandalkannya untuk eksperimen, dan
tinggalkan pesan untuk orang yang bertanggung jawab.
Cara membeli peralatan baru adalah sebagai berikut:
a. Putuskan dengan hati-hati jika Anda membutuhkan peralatan.
b. Periksa pilihan gaya dan produsen. Hal ini dapat dilakukan dengan pergi ke
direktori komprehensif peralatan medis, hubungi rekan kerja untuk melihat
apakah mereka telah menggunakan model tertentu dan dapat
merekomendasikannya, browsing di antara vendor di pertemuan untuk
melihat apa yang tersedia, kirimkan pertanyaan tentang peralatan di papan
buletin on-line, serta mintalah perusahaan untuk nama dan nomor telepon
orang yang telah membeli peralatan tersebut.
c. Putuskan mana di antara dua atau tiga model yang Anda suka.
d. Pergilah ke pengaturan akhir dengan pilihan utama Anda.
e. Beli peralatan uji coba, jika memungkinkan.
f. Coba peralatannya dan tetap berhubungan erat dengan perusahaan.

5. Ringkasan Standar Keselamatan dan Keamanan Kerja di


Laboratorium

Keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium merupakan perlindungan


atas keadaan atau situasi aman yang dirasakan oleh pekerja baik fisik maupun
mental dalam laboratorium. Bekerja di laboratorium memiliki standar keselamatan
dan keamanan kerja sendiri. Standar keselamatan dan keamanan kerja di
laboratorium terdiri dari sebagai berikut.
1. Tata ruang laboratorium
2. Alat yang berfungsi dengan baik dan terkalibrasi
3. Infrastruktur laboratorium
4. Administrasi laboratorium
5. Pendanaan
6. Organisasi laboratorium
7. Disiplin dan keterampilan laboran
8. Aturan dasar di laboratorium
9. Penanganan masalah umum dalam laboratorium kimia.
Penerapan standar keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium memiliki
halangan.
Halangan untuk mematuhi keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium
antara lain sebagai berikut.
1. Pergantian siswa dan staf yang berlangsung cepat dan harus dilatih tentang
prosedur keselamatan dan keamanan.
2. Tingkat pengalaman di laboratorium yang beragam antara siswa, staf, dan
supervisor.
3. Kekurangan instruktur atau pihak lain yang dapat mengajari siswa dan staf
baru.
4. Beban waktu pelatihan dan penyimpanan catatan yang tidak memadai.
5. Biaya atau terbatasnya ketersediaan peralatan keselamatan dan keamanan.
6. Kondisi lingkungan yang menyulitkan kepatuhan.
Keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium merupakan standar atau acuan
untuk bekerja di laboratorium. Oleh karena itu, penerapannya dalam bentuk tingkah
laku harus ditingkatkan melalui cara-cara tertentu.
Cara untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium
ada sepuluh langkah, yaitu (1) kembangkan pernyataan kebijakan keselamatan dan
keamanan; (2) tunjuk petugas keselamatan dan keamanan kimia; (3) identifikasi
dan atasi situasi yang sangat berbahaya; (4) terapkan kendali administratif; (5)
terapkan prosedur manajemen bahan kimia; (6) kenakan peralatan pelindung diri
dan peralatan kendali teknik; (7) latih, komunikasikan, dan bina; (8) evaluasi
fasilitas dan atasi kelemahannya; (9) rencana untuk keadaan darurat; dan (10)
identifikasi dan atasi halangan kepatuhan terhadap keselamatan dan keamanan
kerja di laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai