Anda di halaman 1dari 6

Manggaro, April 2011 Vol.12 No.

1:29-34

PENGENDALIAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM DI PEMBIBITAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas


linn.) DENGAN Gliocladium virens DAN Trichoderma viride

Hartal1), Misnawaty1) dan Fren Bardo1)

Program Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Jurusan Perlindungan Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
ABSTRACT
Objective of this study was determine the efectivness of G. virens and T. viride in controlling Fusarium
wilt disease during nursery of physic nut. Study was conducted form November 2008 to August 2009 at Plant
Protection Laboratory and Greenhouse of Faculty of Agriculture, University of Bengkulu. A completely rancomized
design six with replications was used to allocated 4 treatments of isolate applications, namely G. virens, T. viride,
combination of G. virens and T. viride, and control. Results indicated that combination of G. virens and T. viride
suppressed the growth and development of F. oxysporum up to 90.32% with antibiosis antagonism mechanism,
nutrients and growth space competition, hyperparasites, and lyses. This combination of isolates had prolonged
incubation period for 12 days, as compared to control of 5 days incubation period. The effectiveness of suppression
were 67.77% (G. virens), 87.5% (T. viride) and 92.5% (combination of G. virens and T. viride). The treatment were
significantly affect on plant height, stem diameter, plant fresh weight, and root length, but not on leaf number and
plant dry weight.

Keywords : Fusarium oxysporum, Glicladium virens, Trichoderma viride, Jatropha curcas

PENDAHULUAN dapat bertahan dan membentuk buah, namun kualitas


buah yang dihasilkan sangat rendah.
Kenaikan harga minyak bumi dunia yang
Penelitian tentang tanaman jarak pagar telah
meningkat tajam pada tahun 2007 mencapai level
banyak dilakukan. Serangan terhadap penyakit sering
USD 140 per barel. Kebutuhan konsumsi bahan bakar
terjadi pada saat pembibitan. Hasil dari identifikasi
minyak bumi di Indonesia melebihi produksi dalam
yang telah dilakukan di Laboratorium IHPT, Fakultas
negeri, diperkirakan dalam kurun waktu 10-15 tahun
Pertanian, Universitas Bengkulu bahwa penyakit layu
ke depan Indonesia akan krisis energi (Hambali et
tanaman jarak adalah F. oxysporum dan F. solani,
al.,2007). Oleh sebab itu, perlu dikembangkan
juga ditemukan Cylindrocarpon sp., dan Acremonium
sumber energi alternatif yang bersifat renewable.
sp. Diantara patogen-patogen tersebut serangan
Salah satu sumber minyak nabati yang sangat
penyakit layu Fusarium yang paling dominan, tingkat
prospektif adalah biji jarak pagar (Jatropha curcas
serangan pada plot tumbuhan dapat mencapai lebih
L.).
dari 30 % (Winarsih, 2008). Usaha perlindungan
Di Provinsi Bengkulu terdapat kebun jarak
tanaman terhadap penyakit hendaknya dilakukan dari
dengan luas 720 ha milik masyarakat dan 50 ha kebun
persemaian, pembibitan sampai tanaman dewasa di
induk milik Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu
lapangan. Untuk mencegah terjadinya penyebaran
(Yoh dalam Winarsih dan Hartal, 2009). Usaha
penyakit layu, perlu dipersiapkan paket teknologi
pengembangan tanaman jarak akan terus dilakukan
dalam pengendalian penyakit layu (Winarsih, 1993).
dengan membuka lahan setiap tahunnya. Menurut
Pengendalian yang berpotensi dikembangkan
Sudradjat (2006), luas lahan yang belum
adalah penggunaan agensia antagonis. Salah satu
dimanfaatkan di Provinsi Bengkulu adalah 24.800 ha.
alternatif yang dinilai lebih prospektif adalah aplikasi
Oleh sebab itu, untuk perluasan kebun jarak tersebut
penggunaan Gliocladium spp., dan Trichoderma spp.
dibutuhkan bibit yang sehat. Ditambahkan oleh
di pembibitan (Semangun, 1999). Menurut Hambali
Sudradjat (2006) bahwa penyebaran lahan yang
et al., (2007) untuk mengendalikan penyakit layu
sesuai untuk ditanami jarak pagar di Provinsi
Fusarium pada tanaman jarak pagar adalah dengan
Bengkulu adalah seluas 602.022 ha.
aplikasi T. viride. Lebih lanjut Semangun (2007)
Prihandana dan Hendrok (2006) melaporkan
menyatakan bahwa percobaan isolat-isolat
jarak pagar yang ditanam pada waktu curah hujan dan
Trichoderma antara lain T. harzianum, T. viride, T.
kelembaban tinggi cenderung mudah terserang
koningii, dan Gliocladium spp. dengan pemberian
patogen tanah seperti Phytophthora sp., Pythium sp.,
bahan organik dapat menekan serangan F.
dan Fusarium sp. Serangan pada saat pembibitan
oxysporum. Penyakit layu Fusarium pada tanaman
dapat menyebabkan kematian dan menimbulkan
jarak pagar dapat dikendalikan dengan formulasi
busuk akar. Penyakit ini biasanya menyerang
Gliocladium spp., dan T. harzianum (Nuryani et al.,
perakaran tanaman muda. Kematian tanaman dapat
2003)
terjadi secara mendadak karena pada pangkal batang
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
terjadi kerusakan atau kanker yang menggelang dan
efektifitas G. virens dan T. viride dalam
dapat menggangu proses metabolisme unsur-unsur
mengendalikan penyakit layu Fusarium di pembibitan
hara pada tanaman. Serangan patogen pada tanaman
jarak pagar (J. curcas).
yang sudah dewasa dapat menyebabkan tanaman
Manggaro, April 2011 Vol.12 No.1:29-34 30

METODE PENELITIAN Universitas Bengkulu di Taman Hutan Raja Lelo


(TAHURA).
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
Penyiapan medium tanam. Medium tanam
November 2008 sampai bulan Agustus 2009 di
berupa tanah yang disterilkan dengan oven merek
Laboratorium Proteksi Tanaman Program Studi Ilmu
Complex Plantcare, CAT No. HD 512 R.
Hama dan Penyakit Tumbuhan dan di Rumah Kawat
Thermaforce L.T.D. England), kemudian dimasukkan
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
ke dalam polibag berdiameter 12 cm sebanyak 2 kg.
Penelitian dilakukan dalam dua set percobaan
Pada medium tanah dituangkan suspensi pathogen
yaitu di Laboratorium dan di Rumah Kawat.
sebanyak 10 ml/ polibag pada lubang tanam dan siap
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak
untuk ditanami.
Lengkap (RAL) yang terdiri dari aplikasi isolat G.
Peubah yang diamati di Rumah Kawati ialah
virens (F1), aplikasi isolat T. viride (F2), aplikasi
Masa inkubasi, tinggi tanaman, diameter batang,
isolat G. virens dan T. viride (F3), kontrol (F4).
jumlah daun, persentase jumlah akar dan efektifitas
Sehingga didapatkan 4 perlakuan dengan
penghambatan serangan penyakit layu Fusarium,
pengulangan masing-masing 6 kali. Kombinasi
panjang akar, berat berangkasan.
tersebut didapatkan 24 satuan percobaan.
Persentase jumlah akar dengan rumus
Penyiapan isolat patogen dan antagonis. Isolat
sebagai berikut :
F. oxysporum diperoleh dari isolasi tanaman jarak
pagar yang terserang Fusarium di areal penanaman Jumlah Akar Terserang
jarak pagar di Desa Sukarami Kota Bengkulu, isolat P x100%
JumlahSeluruh Akar/Polibag
G. virens diperoleh pada lahan yang sama. Sedangkan
isolat T. viride diperoleh pada lahan percobaan Efektifitas penghambatan G. virens dan/atau
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu di Taman T. viride terhadap serangan F. oxysporum pada akar
Hutan Raja Lelo (TAHURA). tanaman jarak pagar dihitung dengan menggunakan
Pengujian antagonisme in vitro Jamur G. rumus :
virens dan T. viride terhadap F. oxyporum pada
A  B
Medium PDA dilakukan pada medium PDA yang H  x100%
diinkubasi selama 7 hari. Biakan murni jamur A
patogen dan antagonis yang berumur 5 hari
Keterangan :
ditumbuhkan pada cawan petri berdiameter 9 cm
H = Efektifitas penghambatan
dengan cara meletakan potongan F. oxysporum dan
A = Jumlah akar tanaman yang terserang F.
antagonis berdiameter 0,5 cm pada jarak keduanya 3
oxysporum tanpa G. virens dan T. viride
cm. Untuk perlakuan kombinasi G. virens, F.
(kontrol)
oxysporum, dan T. viride ditumbuhkan pada cawan
B = Jumlah akar tanaman yang terserang F.
petri dengan jarak yang sama sehingga didapatkan
oxysporum yang diinfestasi G. virens
tiga titik biakan. Tingkat penghambatan dihitung
dan/atau T. viride
dengan rumus sebagai berikut :
Efektifitas penghambatan jumlah akar
D1 - D2
I  x 100 % terserang dihitung dengan menggunakan sistem
D1 skoring, yaitu : > 80 % = sangat efektif, >60 % - < 79
Keterangan : % = efektif, < 59 % = tidak efektif
I = Persentase penghambatan Data dianalisis dengan analisis keragaman,
D1 = Diameter koloni patogen yang tidak diberi dan apabila hasilnya berbeda nyata atau sangat nyata
jamur antagonis dilanjutkan dengan uji DMRT.
D2 = Diameter koloni patogen yang diberi jamur
antagonis. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbanyakan dapat dilakukan dengan cara Pengaruh Antagonis In Vitro


isolasi koloni jamur F. oxysporum yang telah murni Uji antagonis G. virens, dan T. viride terhadap
dengan menggunakan jarum ent. Kemudian F. oxysporum secara in vitro. Berdasarkan hasil uji
dimasukkan masing-masing ke dalam 10 cawan petri secara statistik secara in vitro menunjukkan bahwa
yang telah berisi medium PDA, diinkubasi pada persentase penghambatan terhadap pertumbuhan F.
temperatur ruang selama 7 hari. Selanjutnya biakan oxysporum adalah sebagai berikut : G. virens dapat
jamur diblender dengan menambahkan 1 liter aquades menghambat pertumbuhan F. oxysporum sebesar
steril. Kemudian suspensi yang terbentuk diambil 73,44% , T. viride dapat menghambat pertumbuhan F.
sebanyak 10 ml dengan kerapatan konidia F. oxysporum sebesar 78,04%, G. virens T. viride dapat
oxysporum 8 x 106 dan jamur antagonis dengan menghambat pertumbuhan F. oxysporum sebesar
kerapatan konidia 12 x 106 kemudian diinokulasikan 90,32%, dan pada perlakuan kontrol sebesar 0%.
ke dalam polibag yang telah berisi medium tanam, Menurut Soesanto et al. (2008) menyatakan bahwa
dan diinkubasikan selama 10 hari. penerapan gabungan agensia pengendali yang
Penyiapan bibit jarak pagar. Bibit diperoleh berbeda mampu memberikan hasil yang lebih baik
dari tempat penanaman jarak pagar di Provinsi dari pada penerapan secara tunggal. Peristiwa ini
Bengkulu, yaitu lahan percobaan Fakultas Pertanian diduga karena masing–masing jamur antagonis yang
Manggaro, April 2011 Vol.12 No.1:29-34 31

Tabel 1 menyajikan hasil pengamatan masa


inkubasi, persentase jumlah akar yang terserang dan
efektivitas penghambatan G. virens, dan T. viride
terhadap F. oxysporum penyebab penyakit layu pada
tanaman jarak pagar. Hasil analisis keragaman
a menunjukkan bahwa pemberian jamur antagonis
berpengaruh nyata terhadap masa inkubasi,
berpengaruh sangat nyata terhadap persentase jumlah
b akar yang terserang dan efektivitas penghambatan G.
virens dan T. viride terhadap penyakit layu F.
oxysporum. F. oxysporum yang diinokulasikan pada
perlakuan kontrol lebih cepat menimbulkan gejala
Gambar 1. Mekanisme hiperparasit antara G. virens layu. Gejala yang ditampakkan pada batang semai
(a) dan F. oxysporum (b) perbesaran 100 mengkerut, pangkal batang mengering, daun agak
x10 µm) menguning, dan akhirnya tanaman akan rebah,
kemudian mati.
Masa inkubasi pada perlakuan kombinasi
berpengaruh nyata terhadap perlakuan G. virens, T.
viride dan pada perlakuan kontrol, hal ini disebabkan
karena pada perlakuan kontrol diinokulasikan F.
oxysporum tampa adanya jamur antagonis. Perlakuan
kombinasi dapat menghambat masa inkubasi selama
b 12,6 hari (Tabel 1). Perlakuan kombinasi dapat
menghambat terjadinya infeksi, hal ini kemungkinan
a disebabkan percepatan pertumbuhan pada perlakuan
kombinasi yang menghasilkan propagul lebih banyak
Gambar 2. Mekanisme hiperparasit antara T. viride dibandingkan dengan perlakuan lain sehingga dapat
(a) dan F. oxysporum (b) perbesaran 100 menghambat pertumbuhan dan infeksi F. oxysporum
x10 µm pada bibit G. virens dan T. viride juga dapat
menghasilkan enzim selulase dan kitinase seperti
diuji menghasilkan senyawa toksin yaitu T. viride selulosa yang terdapat pada dinding sel F. oxysporum
memproduksi trichodermin, sedangkan G. virens sehingga mengalami lisis dan mati. Menurut Ambar
memproduksi gliotoksin dan viridin (Baker et al., (2003) menyatakan bahwa gejala serangan F.
1983), sehingga apabila toksin yang berbeda tersebut oxysporum akan terlihat pada hari ke-7 sampai hari
diaplikasikan secara bersamaan maka daya ke-14 setelah tanam, karena pada fase ini bibit dalam
hambatnya akan semakin tinggi dibandingkan satu keadaan lemah dan rentan terhadap serangan patogen
antagonis yang menyebabkan spora patogen Perlakuan G. virens dan T. viride dan kombinasi
mengalami lesio dan tidak berkembang, dengan keduanya mampu menekan persentase jumlah akar
mekanisme penghambatan kompetisi ruang tumbuh terserang dibandingkan dengan perlakuan kontrol,
dan nutrisi, hiperparasit serta lisis. persentase jumlah akar terserang pada perlakuan
Pengaruh Antagonis di Rumah Kawat Masa kontrol sebesar 66,66 %, hal ini diduga karena
Inkubasi, Persentase Jumlah Akar Yang Teserang inokulasi F. oxysporum delapan hari sebelum tanam
dan Efektivitas Penghambatan G. virens dan T. ke dalam polibag lebih cepat berkembang dan lebih
viride Terhadap Serangan Penyakit Layu berpeluang untuk menginfeksi akar tanaman jarak
Fusarium. pagar. Pada perlakuan G. virens dan T. viride dan
kombinasi persentase jumlah akar

Tabel 2. Masa inkubasi, persentase jumlah akar yang terserang dan efektivitas penghambatan G. virens dan T.
viride terhadap jamur F. oxysporum penyebab penyakit layu Fusarium.

Akar terserang Efektivitas Katagori


Perlakuan Massa inkubasi
Fusarium (%) penghambatan (%) Efektivitas

G. virens (F1) 7,7 b 16,66 b 67,8 b Efektif


T. viride (F2) 8,0 b 10,00 b 87,5 ab Sangat efektif
G. virens dan T. viride (F3) 12,6 a 6,66 b 92,5 a Sangat efektif
kontrol (F4) 5,6 b 66,66 a 0,0 c Tidak efektif
Keterangan: angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut
DMRT
Manggaro, April 2011 Vol.12 No.1:29-34

terserang lebih kecil, hal tersebut diduga karena


sistem perakaran dikuasai oleh jamur antagonis 10
sehingga patogen membutuhkan waktu lama untuk F1
dapat menginfeksi tanaman jarak. Menurut Soesanto
et al. (2008) menyatakan bahwa jamur antagonis 5 F2
mampu hidup sebagai hiperparasit, menghasilkan F3
antibiotik dan mempunyai kemampuan tumbuh yang 0 F4
lebih cepat, sehingga dapat terjadi persaingan dalam Minggu Minggu Minggu Minggu
I II III IV
ruang dan nutrisi.
Pemberian jamur G. virens, T. viride maupun
kombinasi berpengaruh nyata pada efektivitas Gambar 4. Grafik rata-rata diameter batang tanaman
penghambatan jamur antagonis terhadap jamur F. jarak pagar terhadap berbagai perlakuan
oxysporum penyebab penyakit layu Fusarium. mulai minggu ke-1 sampai minggu ke-4.
Efektivitas penghambatan G. virens dan T. viride
tertinggi terjadi pada perlakuan F3 yaitu 92,5%.
Tingginya efektivitas penghambatan G. virens dan T. 10 F1
viride pada perlakuan F3 diduga disebabkan oleh
penggunaan agen antagonis secara bersamaan. Jamur 5 F2
antogonis mampu tumbuh lebih cepat dibadingkan F3
dengan F. oxysporum sehingga jamur antagonis lebih 0
kompetitif dalam memanfaatkan ruang tumbuh dan Minggu Minggu Minggu Minggu F4
I II III IV
nutrisi. Jamur antagonis dapat menyebabkan
kematian dan menghancurkan hifa inangnya karena
G. virens menghasilkan dan memproduksi antibiotik Gambar 5. Grafik rata-rata jumlah daun tanaman
gliotoksin, gliovirin dan viridin (Budi, 2007) dan T. jarak pagar pada berbagai perlakuan
viride memproduksi trichodermin dan trichoviridin mulai minggu ke-1 sampai minggu ke-4.
(Winarsih dan Syafrudin. 2000). Unsur-unsur yang ada akan diubah menjadi dalam
Tinggi Tanaman, Diameter Batang dan Jumlah bentuk larut sehingga bisa diserap oleh tanaman.
Daun (Avriyanti, 2006).
Pada pengamatan di rumah kawat mulai Gambar 4 menunjukan rata-rata pengamatan
minggu pertama sampai minggu ketiga perlakuan diameter batang minggu pertama sampai minggu
jamur antagonis tidak berpengaruh nyata terhadap ketiga perlakuan jamur antagonis tidak berpengaruh
tinggi tanaman jarak, hal tersebut karena serangan nyata terhadap diameter batang tanaman jarak, hal ini
infeksi F. oxysporum terhadap tanaman jarak terjadi diduga karena unsur-unsur hara yang dibutuhkan
pada hari ke-5 sampai ke-12 setelah tanam. Perlakuan untuk pertumbuhan tanaman dipergunakan terlebih
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jarak dahulu untuk kesiapan tanaman terhadap serangan
pada minggu keempat. Kondisi ini terjadi karena pada patogen. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap
perlakuan kontrol tidak terjadi pengendalian, diameter batang tanaman jarak pada minggu keempat,
sedangkan pada perlakuan F1, F2, dan F3 terjadi sedangkan hasil rerata pengamatan jumlah daun
pengendalian terhadap serangan jamur patogen. minggu pertama sampai minggu keempat
Menurut Widyastuti (2007) menyatakan bahwa menunjukkan bahwa perlakuan jamur antagonis tidak
pengaruh jamur antagonis dalam pertumbuhan memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun.
tanaman, salah satunya adalah memacu pertumbuhan Jamur antagonis dapat mendegradasi bahan
tinggi tanaman. Perbedaan pertumbuhan tersebut organik untuk menghasilkan senyawa antibiotik yang
dikarenakan G. virens dan T. viride berfungsi sebagai bersifat toksin terhadap patogen, jamur antagonis
dekomposer bahan organik yang ada dalam tanah. tersebut juga membantu proses pertumbuhan
tanaman. Pada perlakuan F4 (kontrol) terlihat
perbedaan pertumbuhan baik tinggi tanaman dan
30 diameter batang. Dengan penggunaan agen antagonis
F1 baik G. virens, T. viride maupun kombinasi keduanya
20
F2 terlihat pertumbuhan tinggi dan diameter batang
10 sangat berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan
F3 kontrol. Perbedaan pertumbuhan tersebut dikarenakan
0 pertumbuhan jamur antagonis yang lebih cepat dari
Minggu Minggu Minggu Minggu F4
I II III IV patogen sehingga mampu melindungi tanaman untuk
melakukan proses penyerapan unsur hara di dalam
Gambar 3. Grafik rata-rata tinggi tanaman jarak tanah. Jamur antagonis baik G. virens maupun T.
viride yang ada dapat mendekomposer bahan organik
pagar terhadap berbagai perlakuan mulai
minggu ke-1 sampai minggu ke-4. yang ada dalam tanah.
Masa inkubasi yang lebih lama, persentase
akar terserang yang rendah dan efektivitas
penghambatan G. virens, dan T. viride terhadap
Manggaro, April 2011 Vol.12 No.1:29-34

Tabel 2. Rataan berat basah, berat kering dan panjang akar tanaman jarak pagar pada berbagai perlakuan pada
minggu keempat.
Perlakuan Berat Basah Berat Kering Panjang Akar
G. virens (F1) 18,2a b 3,1 a 11,5 ab
T. viride (F2) 19,7a 3,55 a 12,25 a
G. virens dan T. viride (F3) 21,55 a 3,86 a 12,81 a
kontrol (F4) 14,6 b 1,83 a 7,83 b
Keterangan : Angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut
DMRT

jamur F. oxysporum yang tinggi selaras dengan tinggi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
tanaman dan besarnya diameter batang. Tinggi jurnal ini dengan semaksimal mungkin.
tanaman dan diameter batang yang paling baik terjadi
pada perlakuan F3 yaitu masing-masing sebesar 26,15 DAFTAR PUSTAKA
cm dan 9,25 cm
Ambar AA. 2003. Efektivitas waktu inokulasi
Berat Basah, Berat Kering dan Panjang Akar Trichoderma viride dalam mencegah penyakit
Tabel 2 menyajikan bahwa perlakuan jamur layu Fusarium tomat (Lycopersicon
antagonis memberikan pengaruh nyata terhadap berat esculentum) di rumah kaca. J Fitopat. Ind.
basah dan panjang akar namun tidak berpengaruh 7(1): 7-11
nyata terhadap barat kering. Perlakuan kombinasi G. Avriyanti R. 2006. Penggunaan tiga jenis pupuk
virens, dan T. viride menunjukkan hasil yang lebih kandang sebagai medium tumbuh G. virens
baik dalam meningkatkan rata-rata berat basah dan dan kemampuannya untuk mengendalikan
panjang akar masing-masing yaitu 21,55 gram dan Sclerotium rolfsii sacc. pada tanaman kacang
12,81 cm. Chang dan Baker (1986) dalam Widyastuti tanah. [Skripsi]. Bengkulu: Fakultas Pertanian
(2007), menyatakan bahwa penambahan jamur Universitas Bengkulu.
antagonis mampu mempercepat perkecambahan, Baker KF, Cook RJ. 1983. Biological Control of
menambah tinggi tanaman, meningkatkan berat Plant Pathogens. The American
basahnya dan panjang akar pada beberapa tanaman Phytopathological Society. USA.
perkebunan, diduga hal tersebut terjadi karena ada Budi I. 2007. Efektivitas jamur Trichoderma sp. dan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi panjang Glocladium sp. dalam pengendalian Fusarium
akar, yaitu ketersedian unsur-unsur hara, tanah oxysporum Schlecht. ex. Fr. penyebab
berdrainase baik, dan kelembaban tanaman berkisar penyakit layu pada tanaman krisan. [Skripsi].
antara 70-80% serta suhu yang sesuai dengan Bengkulu: Fakultas Pertanian Universitas
pertumbuhan jarak pagar berkisar 20-35 0C. Bengkulu.
Menurut Gustia (2006) menyatakan bahwa G. Gholib D, Kusumaningtyas E. 2006. Penghambatan
virens, dan T. viride dapat berkembang dengan cepat pertumbuhan Fusarium moniliforme oleh
pada daerah perakaran, disamping itu G. virens, dan Trichoderma viride. http://
T. viride merupakan jamur yang dapat menyerang Peternakan.litbang.deptan.go.id. [14 Januari
jamur lain. Dengan demikian keberadaan jamur ini 2010]
berperan sabagai biokontrol terhadap serangan Gustia H. 2006. Eksplorasi jamur rizosfer tanaman
patogen yang dinding selnya mengandung kitin, cabai dan potensi antagonismenya terhadap
glukan dan protein (Gholib dan Kusumaningtyas, Fusarium oxysporum di persemaian cabai.
2006) [Skripsi]. Bengkulu: Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu.
KESIMPULAN Hambali E, Suryani A, Dadang, Hariyadi, Hanafie H,
Reksowardojo IK, Rival M, Purnama W.
Penggabungan jamur G. virens dengan T.
2007. Jarak Pagar Tanaman Penghasil
viride mampu menekan pertumbuhan dan
Biodiesel. Jakarta: Penebar Swadaya.
perkembangan jamur F. oxysporum pada media PDA
Nuryani W, Hanudin, Djatnika I, Silvia E, Muhidin.
hingga 90,32%, dan mampu menekan perkembangan
2003. Pengendalian hayati layu Fusarium pada
jamur F. oxysporum hingga 92,5% secara in vivo.
anyelir dengan formulasi P. fluorescens,
Gliocladium sp., dan Trichoderma harzianum.
UCAPAN TERIMAKASIH J fitopat. Ind. 7(2): 71-75
Penyusunan jurnal ini dapat terselesaikan Prihandana, R., dan R. Hendrok. 2006. Petunjuk
berkat dorongan, motivasi, bantuan, bimbingan dan Budidaya Jarak Pagar. Jakarta: PT. Agro
arahan, serta adanya kerja sama dari berbagai pihak. Media Pustaka.
Untuk itu perkenankanlah penulis mengucapkan Semangun, H. 1999. Penyakit-Penyakit Tanaman
banyak terima kasih dan penghargaan yang sedalam- perkebunan di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah
dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu Mada University Press.
Manggaro, April 2011 Vol.12 No.1:29-34 34

Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman karbendazim. [Tesis] Bogor: Program


Holtikultura di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Pascasarjana Fakultas Pertanian Institut
Mada University Press. Pertanian Bogor.
Soesanto, L., Rokhlani, dan Prihatiningsih N. 2008. Winarsih S, Syafrudin. 2000. Pengaruh pemberian
Penekanan beberapa mikroorganisme Trichoderma viride dan sekam padi terhadap
antagonis terhadap penyakit layu Fusarium penyakit rebah kecambah di persemaian cabai.
gladiol. J Agrivita 30 (1): 75-83 J. Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia 5 (2): 107-
Sudradjat. 2006. Memproduksi Biodiesel Jarak 113
Pagar. Jakarta: Penebar Swadaya. Winarsih S. 2008. Identifikasi penyakit-penyakit
Widyastuti. 2007. Peran Trichoderma spp. dalam tanaman jarak dan agen antagonis. laporan
revitalisasi kehutanan di Indonesia. pengamatan penyakit tanaman jarak. PT. Oil
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Indonesia Bengkulu (tidak dipublikasikan).
Winarsih S. 1993. Usaha pengendalian penyabab Winarsih S, Hartal. 2009. Seleksi agensia hayati
busuk batang (Fusarium oxysporum f. sp. antagonis terhadap Fusarium oxysporum
vanilla) pada bibit panila dengan filtrate penyebab layu pada tanaman jarak (Jatropha
tanah bawang bakung, agen antagonis dan curcas L.). Bengkulu: Universitas Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai