Anda di halaman 1dari 11

Pasien Dengan Pneumonia Komunitas dan Tatalaksananya

William Wibowo / 102016228


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Abstrak
Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang
tinggi serta kerugian produktivitas kerja. ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk,
tersering adalah dalam bentuk pneumonia. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Pneumonia memilik banyak penyebabnya, salah satunya adalah bakteri Streptococcus
pneumoniae. Pada perkembangannya pengelolaan pneumonia telah dikelompokkan pneumonia
yang terjadi di rumah sakit yang disebut Pneumonia Nosokomial atau Hospital Acquired
Pneumonia (PN/HAP), kepada kelompok pneumonia yang berhubungan dengan pemakaian
ventilator yang disebut Ventilator Associated Pneumonia, dan pneumonia yang terdapat di
masyarakat yaitu Pneumonia Komunitas atau Community Acquired Pneumonia (PK/CAP).
Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
radiologis, bakteriologis, laboratorium, dan pemeriksaan khusus. Diagnosis banding dari
pneumonia adalah abses paru dan bronkiektasis. Terapi dapat dilakukan dengan pemberian
antibiotic. Komplikasi yang sering terjadi adalah empyema dan efusi pleura. Untuk pencegahan
dapat dilakukan vaksinasi influenza dan pneumokokus terhadap orang dengan resiko tinggi.
Apabila belum terjadi komplikasi prognosis baik. Adanya leukopenia, icterus, terkenanya 3
atau lebih lobus paru dan komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk.
Kata Kunci: Pneumonia komunitas, Streptococcus pneumoniae
Abstract
Lower respiratory tract infections (LRTI) cause high morbidity and mortality and productivity loss.
LRTI can be found in various forms, the most common being in the form of pneumonia. Pneumonia is
an inflammation that affects the lung parenchyma, distal from the terminal bronchioles that include the
respiratory bronchioles, and the alveoli, and leads to consolidation of lung tissue and local gas
exchange disturbances. Pneumonia has many causes, one of which is the bacterium Streptococcus
pneumoniae. In the development of pneumonia management has been grouped pneumonia that
occurred in the hospital called Nosocomial Pneumonia or Hospital Acquired Pneumonia (PN / HAP),
to the pneumonia associated with the use of ventilators called Ventilator Associated Pneumonia, and
pneumonia in the community that is Community Pneumonia or Community Acquired Pneumonia (PK /
CAP) To make the diagnosis can be done investigation in the form of radiological examination,
bacteriological, laboratory, and special examination. The differential diagnosis of pneumonia is a lung
abscess and bronchiectasis. Therapy can be done with antibiotics. The most common complications are
empyema and pleural effusion. For prevention can be done influenza and pneumococcal vaccination
against people with high risk. In the absence of a good prognosis complication. The presence of
leukopenia, icterus, the presence of 3 or more lung lobes and extrapulmonary complications is a marker
of poor prognosis.
Keywords: Community Acquired Pneumonia, Streptococcus pneumoniae
Pendahuluan

1
Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan dan kematian
yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja. ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk,
tersering adalah dalam bentuk pneumonia. Pneumonia dapat terjadi secara primer atau
merupakan tahap lanjutan manifestasi ISNBA lainnya misalnya sebagai perluasan
bronkiektasis yang terinfeksi.1
Pada masa yang lalu pneumonia di klasifikasikan sebagai pneumonia tipikal yang
disebabkan oleh Stertococcus pneumoniae dan atipikal yang disebabkan kuman atipik seperti
halnya Mycoplasma pneumoniae. Kemudian ternyata manifestasi dari pathogen lain seperti
Haemophillus influenza, Staphylococcus aureus, dan bakteri Gram negatif memberikan
sindrom klinik yang identic dengan pneumonia oleh Streptococcus pneumoniae, dan bakteri
lain dan virus dapat menimbulkan gambaran yang sama dengan pneumonia oleh Mycoplasma
pneumoniae. Sebaliknya Legionella spp. dan virus dapat memberikan gambaran pneumonia
yang bervariasi luas. Karena itu istilah tersebut tidak lagi dipergunakan.1
Pada perkembangannya pengelolaan pneumonia telah dikelompkkan pneumonia yang
terjadi di rumah sakit yang disebut Pneumonia Nosokomial atau Hospital Acquired Pneumonia
(PN/HAP), kepada kelompok pneumonia yang berhubungan dengan pemakaian ventilator yang
disebut Ventilator Associated Pneumonia, dan pneumonia yang terdapat di masyarakat yaitu
Pneumonia Komunitas atau Community Acquired Pneumonia (PK/CAP). Disamping itu masih
ditemukan pneumonia bentuk khusus yang masih sering dijumpai.1
Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai pneumonia komunitas,
epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, tatalaksana,
pencegahan, komplikasi, dan prognosis dari penyakit ini.
Anamnesis
Pada skenario ini, dari hasil anamnesis yang didapatkan secara alo-anamnesis dimana
pasien berusia 48 tahun dengan keluhan sesak nafas sejak 2 jam yang lalu. Pasien diketahui
mengalami batuk berdahak kental berwarna putih sejak 3 hari lalu disertai demam yang tinggi.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umum dilakukan dengan mengukur tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernapasan, dan suhu. Kemudian melihat kesadaran dan keadaan umum.
Pemeriksaan fisik pada system respiratori dibagi menjadi inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Pada saat inspeksi dapat diperhatikan bentuk toraks, pola pernapasan, posisi
pernapasan dan petunjuk lainnya dari luar toraks. Palpasi adalah pemeriksaan taktil pada toraks
untuk mengetahui adanya massa, krepitus, vocal fremitus, asimetri. Perkusi adalah mengetuk

2
toraks untuk mendengar suara normal toraks seperti sonor. Auskultasi untuk mendengar suara
pernapasan dari pasien.2
Pada pneumonia terdapat tanda-tanda konsolidasi paru yaitu perkusi paru yang pekak,
ronkhi nyaring, suara pernapasan bronkial. Bentuk klasik pada pneumonia komunitas primer
berupa bronkopneumonia, pneumonia lobaris atau pleuropneumonia. Gejala atau bentuk yang
tidak khas dijumpai pada pneumonia komunitas sekunder.1
Berdasarkan pemeriksaan fisik keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos
mentis, tekanan darah 110/80, frekuensi nadi 98x/menit, frekuensi napas 28x/menit, suhu 38C.
Inspeksi toraks dalam keadaan statis dan dinamis, palpasi simetris, perkusi sonor, auskultasi
terdapat ronkhi di paru sebelah kanan, tidak terdapat wheezing. Untuk pemeriksaan fisik
jantung yaitu bunyi jantung I dan II murni regular tidak ada murmur, tidak ada gallop.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronkhogram
(airspace disease) misalnya oleh Streptococcus pneumoniae, bronkopneumonia oleh antara
lain oleh staphylococcus, virus atas mikoplasma, dan pneumonia insterstisial oleh virus dan
mikoplasma.1
Pada pneumonia akibat bakteri dapat ditemukan konsolidasi pada lobus karena udara
dalam alveoli digantikan oleh eksudat radang (gambar 1). Pada pneumonia atipikal atau yang
bukan disebabkan oleh bakteri, terdapat gambaran bilateral dan infiltrate yang difus. Distribusi
infiltrate pada segmen apical lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk kuman
aspirasi. Tetapi pada pasien yang tidak sadar, lokasi ini bisa dimana saja. Infiltrat di lobus atas
sering ditimbulkan Klebsiella spp, tuberculosis atau amyloidosis. Pada lobus bawah dapat
terjadi infiltrate akibat staphylococcus atau bacteremia.1

Gambar 1. Konsolidasi pada Penderita Pneumonia Komunitas3


Jika bentuk lesi berupa kavitas dengan air-fluid level maka dapat dicurigai pasien
terkena abses paru, infeksi anaerob, gram negative atau amiloidis.1
Pemeriksaan Laboratorium

3
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit normal/ rendah dapat
disebabkan oleh infeksi virus/mycoplasma atau pada infeksi yang berat sehingga tidak terjadi
respons leukosit, orang tua atau lemah. Pada hasil pemeriksaan hitung jenis leukosit ditemukan
pergeseran ke kiri yang menandakan meningkatnya sel neutrophil yang belum matang.
Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya neutropenia pada infeksi kuman Gram
negative atau Staphylococcus aureus pada pasien dengan keganasan dan gangguan kekebalan.
Faal hati mungkin terganggu.1
Pemeriksaan bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi jarum
transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsy. Untuk tujuan terapi empiris dilakukan
pemeriksaan apus gram, Burri Gin, tes Quellung dan pewarnaan Ziehl Nielsen. Kuman yang
predominan pada sputum yang disertai PMN yang kemungkinan merupakan penyebab infeksi.
Kultur kuman merupakan pemeriksaan utama pra terapi dan bermanfaat untuk evaluasi terapi
selanjutnya.1
Pemeriksaan Khusus
Titer antibody terhadap virus, legionella, dan mycoplasma. Nilai diagnostic bila titer
tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingkat
hipoksia dan kebutuhan oksiegen. Pada pasien yang dirawat inap perlu diperiksakan analisa
gas darah, dan kultur darah.1
Diagnosis Banding
Abses Paru
Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang
terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah atau pus dalam parenkim paru pad
satu lobus atau lebih. Abses paru dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme yaitu
kelompok bakteri anaerob, biasanya diakibatkan oleh pneumonia aspirasi (Bacterioides
melaninogenus, Bacteriodes fragilis), dan kelompok bakteri aerob gram positif
(Staphylococcus aureus, Streptococcus microaerophilic, Streptococcus pyogenes,
Streptococcus pneumoniae) dan gram negative (Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa, Escherichia coli, Haemophillus influenza), serta jamur (mucoraceae, Aspergillus
sp.), parasite, amuba, dan mikobakterium.1
Pada gambaran klinis ditemukan malaise, tidak nafsu makan, penurunan berat badan,
batuk kering, keringan malam, ada atau tidak ada demam intermitten bisa disertai menggigil.
Setelah beberapa hari dahak bisa menjadi purulent dan bisa mengandung darah. Sering terdapat

4
gejala dimana sputum berbau busuk berwarna anchovy yang menunjukkan adanya infeksi
anaerob.1
Pada pemeriksaan fisik ditemukan suhu badan meningkat, pada paru ditemukan
kelainan seperti nyeri tekan local, pada daerah terbatas perkusi terdengar redup dengan suara
nafas bronkial atau amforik jika abses luas dan terletak dekat dinding.1
Pada pemeriksaan radiologi ada gambaran radiolusen dalam bayangan infiltrate yang
padat. Selanjutnya bila abses tersebut mengalami rupture sehingga terjadi drainase abses yang
tidak sempurna ke dalam bronkus, maka baru akan tampak kavitas irregular dengan batas
cairan dan permukaan udara (air fluid level) di dalamnya.1

Gambar 2. Air Fluid Level pada Penderita Abses Paru4


Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi (ektasis) dan
distorsi bronkus local yang bersifat patologis dan berjalan kronik, persisten atau ireversibel.
Penyebabnya sampai saat ini masih belum diketahui dengan jelas. Tetapi penyakit ini dapat
timbul secara kongenital maupun didapat.1
Gejala dapat bervariasi tergantung luas dan beratnya penyakit. Gejala khasnya yaitu
batuk kronik disertai produksi sputum dan hemoptysis. Batuk produktif berlangsung kronik,
jumlah sputum bervariasi, umumnya banyak terutama pada pagi hari setelah bangun tidur.
Kalau tidak ada infeksi sekunder maka sputum mukoid, apabila ada infeksi sekunder sputum
purulent, dapat memberikan bau mulut yang tidak sedap. Apabila infeksi sekunder karena
kuman anaerob, sputum berbau busuk.1
Hemoptisis (batuk darah) terjadi pada 50% kasus bronkiektasis. Kelainan ini dapat
terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah dan timbul
perdarahan. Gejala lainnya yaitu sesak napas yang ditemukan pada sebagian besar pasien, dan
demam berulang.1
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala pasien dan tanda-tanda umum yang meliputi
sianosis dan jari tabuh. Pemeriksaan laboratorium kurang mendukung. Pemeriksaan radiologis
didapatkan kista-kista kecil dengan fluid level, mirip sarang tawon (honey comb appearance)

5
pada daerah yang terkenam tetapi tidak khas, hanya ditemukan pada 13% kasus. Gambaran
bronkiektasis akan jelas pada bronkogram dengan menemukan dilatasi dan nekrosis dinding
bronkus.1 Pada gambar 3 didapatkan bronkiektasis pada lobus inferior kanan dimana media
kontras memenuhi bronki yang berdilatasi.

Gambar 3. Bronkogram pada Bronkiektasis5


Diagnosis Kerja
Pneumonia Komunitas
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pada pemeriksaan histologis
terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa alveolitis dan pengumpulan eksudat yang
dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang
bervariasi.1
Istilah pneumonia umum dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut yang
merupakan penyebabnya yang tersering, sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk
proses non infeksi. Bila proses infeksi teratasi, terjadi resolusi dan biasanya struktur paru
normal kembali. Namun pada pneumonia nekrotikans yang disebabkan antara lain oleh
staphylococcus atau kuman gram negatif berbentuk jaringan parut atau fibrosis.1
Pneumonia komunitas adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi diluar rumah sakit,
sedangkan pneumonia nosocomial adalah pneumonia yang terjadi setelah lebih dari 48 jam
atau lebih dirawat di rumah sakit, baik di ruang rawat umum ataupun ICU tetapi tidak sedang
memakai ventilator, selain itu pasien yang tinggal di rumah perawatan (nursing home atau
long-term care facility), mendapat antibiotic intravena, kemoterai, atau perawatan luka dalam
waktu 30 hari proses infeksi ataupun datang ke klink rumah sakit atau klinik hemodialisa.
Pneumonia akibat ventilator adalah pneumonia yang terjadi setelah 48-72 jam atau lebih
setelah intubasi tracheal.1

6
Epidemiologi
Penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan tinggi di
seluruh dunia. Di Amerika Serikat disimpulkan terdapat kurang lebih 915.900 kasus
pneumonia komunitas pada orang dewasa setiap tahunnya.6 Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, period prevalence atau prevalensi periode seluruh
pneumonia di Indonesia secara nasional adalah 1,8% dimana lima provinsi dengan insiden
tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi
Selatan.7
Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun
pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih
penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh. Pneumonia semakin sering dijumpai pada
orang lanjut usia dan sering terjadi pada penyakit paru obstruktik kronik (PPOK). Juga dapat
terjadi pada pasien dengan penyakit lain seperti diabetes mellitus, payah jantung, penyakit
arteri coroner, kegananasan, insufiensi renal, penyakit saraf kronik, dan penyakit hati kronik.1
Faktor predesposisi lainnya antara lain berupa kebiasaan merokok, pasca infeksi virus,
diabetes mellitus, keadaan immunodefisiensi, kelainan atau kelemahan struktur organ dada dan
penurunan kesadaran. Juga adaya tindakan invasive seperti infus, intubasi, trakeostomi, atau
pemasangan ventilator. Kemudian dari factor lingkungan khususnya tempat kediaman
misalnya di rumah jompo, penggunaan antibiotic dan obat suntik intravena, serta keadaan
alkoholik yang meningkatkan kemungkinan terinfeksi kuman gram negatif.1
Etiologi
ISNBA dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, tersering disebabkan oleh
bakteri. Kuman penyebab pneumonia yang tersering dijumpai berbeda jenisnya di suatu negara,
dan antara satu daerah dengan daerah lain pada satu negara, di luar rumah sakit dan di dalam
rumah sakit, antara rumah sakit besar/tersier dengan rumah sakit yang lebih kecil. Karena itu
perlu diketahui dengan baik epidemiologi kuman di suatu tempat.7
Diagnosis kuman penyebab akan lebih cepat terarah bila diagnosis pneumonia yang
dibuat, dikaitkan dengan interaksi factor-faktor terjadinya infeksi dan cara pasien terinfeksi,
misalnya infeksi melalui droplet sering disebabkan Streptococcus pneumoniae, melalui selang
infus oleh Staphylococcus aureus sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh
Pseudomonas aeruginosa dan Enterobacter. Pada masa kini terjadi perubahan keadaan pasien
seperti gangguan kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotic
yang tidak tepat yang menimbulkan perubahan pada karakteristik kuman. Terjadinya
peningkatan patogenitas/jenis kuman, serta resistensi yang disebabkan oleh Staphylococcus

7
aureus, Branhamella catarrhalis, Haemophillus influenza dan Enterobacteriaceae yang
menghasilkan beta lactamase.7
Pada waktu akhir-akhir ini sejumlah kuman baru/oportunis telah menimbulkan infeksi
pada pasien dengan kekebalan tubuh yang rendah, misalnya Legionella, Chlamydia
trachomatis, dan berbagai jenis jamur seperti Candida albicans, Aspergillus fumigatus, dan
virus.7
Tabel 1. Urutan Kuman Penyebab Tersering Utama pada Pneumonia Komunitas7
Diagnosis Str. Sta. Esch. Kl. Pse Unaerob
pneumoniae aureus coli pneumoniae aeruginosa
Tipikal 4 3 1 1 - -
Campuran 2 3 3 4 1 1

Patofisiologi
Patofisiologi pneumonia mencakup interaksi antara mikoorganisme penyebab yang
masuk melalui berbagai jalan, dengan daya tahan tubuh pasien. Kuman mencapai alveoli
melalui inhalasi, aspirasi kuman orofaring, penyebaran hematogen dari focus infeksi lain, atau
penyebaran langsung dari lokasi infeksi. Pada bagian saluran napas bawah, kuman menghadapi
daya tahan tubuh berupa system pertahanan mukosilier, daya tahan tubuh berupa system
pertahanan mukosilier, daya tahan tubuh seluler makrofag alveolar, limfosit bronkial, dan
neutrophil. Juga daya tahan humoral IgA dan IgG dari sekresi bronkial.8
Kuman masuk bersama secret bronkus ke alveoli dan menyebabkan inflamasi,
kemudian karena system imun tubuh, makrofag dan neutrophil mematikan bakteri dengan cara
bermigrasi dari kapiler dan menyebabkan kebocoran kapiler. Hal ini menyebabkan alveoli
terisi cairan, bakteri, dan neutrophil yang terlihat sebagai konsolidasi pada foto toraks.
Kemudian leukosit yang bermigrasi ini mengeluarkan pyrogen dan masuk ke pembuluh darah,
kemudian menstimulasi hipotalamus untuk mengaktivasi mekanisme produksi panas. Hal ini
menyebabkan demam dan menggigil.8
Terjadinya pneumonia tergantung kepada virulensi mikroorganisme, tingkat
kemudahan dan luasnya daerah paru yang terkena serta penurunan daya tahan tubuh.
Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun pada
kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya 1 atau lebih penyakit
dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.8
Gejala Klinis

8
Pada penderita pneumonia umumnya akan ditemukan demam dan menggigil, batuk
dengan mengeluarkan dahak yang berwarna kuning, hijau, keperakan atau mungkin
mengandung darah (purulent berkarat). Pernapasan cepat dan pendek serta hilang selera makan.
Dapat pula ditemukan sesak nafas saat aktivias terutama bila berat, tetapi dapat pula terjadi saat
istirahat tanpa adanya mengi. Pada pneumonia, sesak tidak dipengaruhi oleh posisi, aktivitas,
dan postur tubuh.1
Penatalaksanaan
Untuk pneumonia tatalaksana utamanya adalah antibiotic terhadap kuman
penyebabnya. Tatalaksana yang adekuat adalah yang dapat diberikan pada pasien infeksi
Streptococcus pneumoniae dan bakteri atipikal pathogen. Pasien tanpa komorbiditas dan tanpa
resiko resistensi obat dapat diberikan antibiotic golongan makrolid seperti azitromisin,
klaritromisin atau eritromisin dan antibiotic doksisiklin.6
Apabila pasien terdapat komorbiditas seperti penyakit hati kronik, penyakit paru dan
ginjal, diabetes mellitus, pengguna alcohol, keganasan, imunosupresi, pengguna antibiotic
dalam 90 hari sebelumnya, atau beresiko terinfeksi Streptococcus pneumoniae yang resistensi
obat dapat diberikan fluorokuinolon untuk respiratori yaitu levofloxacin, gemifloxacin, dan
moxifloxacin, serta beta-lactam (amoxicillin dosis tinggi / amoxicillin dengan asam klavulanat,
ceftriaxone, cefuroxime) ditambah dengan makrolid atau doksisiklin.6
Pada pasien yang dirawat inap bukan di ICU dapat diberikan flurokuinolos respirasi;
atau beta-lactam dengan makrolid. Tetapi untuk pasien yang di rawat di ICU dapar diberikan
beta-lactam dengan azitromisin/fluorokuinolon respirasi.6
Komplikasi
Berbagai komplikasi dari pneumonia yang dapat terjadi yaitu efusi pleura dan empyema
yang terjadi pada 45% kasus. Selain itu dapat pula terjadi komplikasi sistemik akibat invasi
kuman atau bacteremia berupa meningitis. Dapat juga terjadi dehidrasi dan hyponatremia,
anemia pada infeksi kronik, peninggian ureum dan enzim hati. Pneumonia kronik apabila
pneumonia sudah terjadi lebih dari 4-6 minggu akibat kuman Staphylococcus aureus, dan
kuman gram negative seperti Pseudomonas aeruginosa.8
Pencegahan
Untuk pencegahan dapat dilakukan vaksinasi influenza dan pneumokokus terhadap
orang dengan resiko tinggi misalnya pada pasien gangguan imunologis, penyakit berat
termasuk penyakit paru kronik, hati, ginjal, dan jantung. Disamping itu, vaksinasi juga perlu
diberikan untuk penghuni rumah jompo atau rumah penampungan penyakit kronik, dan usia
diatas 65 tahun.1

9
Prognosis
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya antibiotic.
Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman, usia, penyakit dasar dan kondisi pasien.
Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah sebesar 5%, namun dapat
meningkat menjadi 60% pada orang tua dengan kondisi yang buruk misalnya gangguan
immunologis, sirosis hepatis, penyakit paru obstruktif kronik, atau kanker. Adanya leukopenia,
icterus, terkenanya 3 atau lebih lobus paru dan komplikasi ekstraparu merupakan petanda
prognosis yang buruk. Kuman gram negative menimbulkan prognosis yang lebih jelek.
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik.8
Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan gejala klinis dapat diambil diagnosis
kerja yaitu pneumonia apabila pada gambaran radiologis terdapat konsolidasi dan masuk dalam
klasifikasi pneumonia komunitas karena sebelumya tidak dirawat di rumah sakit. Dengan
diagnosis banding yaitu abses paru dan bronkiektasis. Penatalaksanaannya dengan memberikan
antibiotic golongan makrolid dan doksisiklin. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan
vaksinasi influenza dan pneumokokus. Prognosis baik apabila mendapat penanganan segera
dan pasien tidak dalam kondisi buruk.

Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jilid 3.
Jakarta: Interna Publishing; 2009. H 2196-2205, 2297-2300, 2323-25
2. Springer JZ. Pulmonari examination technique: inspection, palpation, percussion.
Updated on Jan 7th, 2016. Doanloaded from :
https://emedicine.medscape.com/article/1909159-technique#c5, July 11th, 2018.
3. Gambar diunduh dari : https://www.slideshare.net/ansarinaila/community-acquired-
pneumonia-cap-35258124, 11 Juli 2018
4. Gambar diunduh dari : http://www.learningradiology.com/archives2008/COW%2
0306-Lung%20abscess/lungabscesscorrect.html, 11 Juli 2018
5. Gambar diunduh dari : http://chestatlas.com/gallery/v/Bronchiectasis/06Bronchiect
asisgrm.jpg.html, 11 Juli 2018
6. Baer SL. Community-acquired pneumonia (CAP). Updated on Jun 16th, 2017.
Downloaded from: https://emedicine.medscape.com/article/234240-overview#a4, Jul
11th, 2018.

10
7. Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia. 2013. Diunduh dari :
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.p
df, 11 Juli 2018
8. Dahlan Z. Pneumonia. Dalam: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta:
FKUI; 2003. H 802-4

11

Anda mungkin juga menyukai