Anda di halaman 1dari 10

Anatomi

 STERNOCLAVICULAR JOINT
 ACROMIOCLAVICULAR JOINT
 GLENOHUMERAL JOINT
 SUPRAHUMERAL JOINT
 SCAPULOTHORACIC JOINT
 OTOT2 SHOULDER GIRDLE & SHOULDER JOINT
 SCAPULOHUMERAL RHYTHM

Gerakan bahu secara normal merupakan hasil gerak yang kompleks dari 7 sendi yang terpisah
: glenohumeral, skapulohumeral, skapulokosta, suprahumeral,
skapulotorasik,sternoklavikular , akromioklavikular . 13,14 .

Sendi bahu merupakan salah satu sendi yang paling mobil dan serba guna karena
lingkup gerak sendi yang sangat luas, sehingga berperan penting dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari. Gerakan pada sendi bahu : fleksi ( 180 0 ), ekstensi (60 0 ),abduksi ( 180 0 ), adduksi
( 75 0), endorotasi ( 90 0 ),eksorotasi ( 90 0 ) . 14,15,16 .

Glenohumeral,sternoklavikular, dan akromioklavikular merupakan sendi


artrodial.Walaupun sendi ini masing –masing dapat bergerak sendiri, semuanya bergerak
secara simultan dan sinkron, sehingga tercipta gerakan yang halus dan mulus. Sendi
sternoklavikular menghubungkan gelang bahu dan dinding dada, yang dibentuk oleh iga I ,
klavikula, dan manubrium sterni. Sendi akromioklavikular dan sternoklavikular
memungkinkan klavikula mengadakan rotasi sesuai dengan sumb panjangnya , ataupun
melakukan gerakan elevasi pada saat mengangkat bahu. Dapat pula melakukan gerakan fleksi
dan ekstensi gelang bahu .7,13,17. ( Gambar 1.)
Gambar 1 : Persendian pada gelang bahu :

(1). Glenohumeral, (2). Suprahumeral.

(3). Akromioklavikular. (4). Scapulokostal,

(5). Sternoklavikular. (6). Costosternal.

(7). Costovertebral.

Sendi glenohumeral dibentuk oleh humerus dan skapula dengan fosa glenoid yang
menjadi lebih dalam dengan adanya labrum glenoid. Permukaan kapsul sendi cukup luas dan
untuk mempertahankan kaput sendi tetap pada tempatnya diperkuat oleh ligamen glenohumeri
dan ligamen korakohumeral .4,7,18.
Muskulotendineus “ rotator cuff “ terdiri atas gabungan tendon dari otot
supraspinatus, infraspinatus, teres minor yang berinsersi pada tuberkulum mayus humeri ,
dan subskapularis yang berinsersi pada tuberkulum minus humeri. Subskapularis berfungsi
sebagai internal rotator, supraspinatus sebagai elevator , sedangkan infraspinatus dan teres
minor berfungsi sebagai eksternal rotator .7,10,12,17 .
Sendi bahu mempunyai gerakan yang paling luas diantara sendi-sendi lain. Geraka
abduksi bisa sampai 180 0 . Dua pertiga bagian gerak ini dilakukan oleh sendi glenohumeral
dan sepertiga lainnya dilakukan oleh skapulotorasik. Karena itu untuk mencapai gerak lengan
yang penuh sampai diatas kepala diperlukan sendi yang tidak ada gangguan .7,10,17 .(gambar
2 ).

Gerakan lain yang penting adalah gerakan rotasi internal dan rotasi eksternal. Gerakan
rotasi internal merupakan gerakan gelang bahu dimana tangan dapat mencapai bagian
punggung /belakang kepala ( gambar 3 ). Kedua gerakan ini sangat penting untuk dapat
melakukan aktivitas memakai baju, bersisir .2,7,18.

Gambar 2 : Gerakan skapulotorasik.


(sumber : Caillet R.)
2.1 Anatomi

2.1.1 Shoulder Joint

Pemeriksaan
Pemeriksaan Spesifik
a. Yergason’s Test.
Tes ini dilakukan untuk menentukan apakah tendon otot biceps dapat mempertahankan
kedudukannya di dalam sulkus intertuberkularis atau tidak.
Pemeriksaan ini dilakukan dengn meminta pasien untuk memfleksikan elbow sampai
90 dan supinasi lengan bawah dan stabilisasi pada thoraks yang berlawanan dengan pronasi
lengan bawah. Pasien diminta untuk melakukan gerakan lateral rotasi lengan melawan
tahanan.
Hasil positif jika ada tenderness di dalam sulcus bicipitalis atau tendon ke luar dari
sulcus, ini merupakan indikasi tendinitis bicipitalis.
b. Speed Test
Pemeriksa memberikan tahanan pada shoulder pasien yang berada dalam posisi fleksi,
secara bersamaan pasien melakukan gerakan supinasi lengan bawah dan ekstensi elbow.
Tes ini positif apabila ada peningkatan tenderness di dalam sulcus bicipitalis dan ini
merupakan indikasi tendinitis bicipitalis.
c. Drop-Arm Test / Test Moseley
Tes ini dilakukan untuk mengungkapkan ada tidaknya kerusakan pada otot-otot serta
tendon yang menyusun rotator cuff dari bahu. Pemeriksa mengabduksikan shoulder pasien
sampai 90 dan meminta pasien menurunkan lengannya secara perlahan-lahan atau timbul
nyeri pada saat mencoba melakukan gerakan tersebut. Hasil tes positif indikasi cidera pada
rotator cuff complex.

d. Apley Scratch Test


 Eksternal rotasi dan abduksi
Pasien diminta menggaruk daerah sekitar angulus medialis scapula dengan tangan sisi kontra
lateral melewati belakang kepala. Pada penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva biasanya
tidak bisa melakukan gerakan ini. Bila pasien tidak dapat melakukan karena adanya nyeri maka ada
kemungkinan terjadi tendinitis rotator cuff..

 Internal rotasi dan adduksi


Pasien diminta untuk menyentuh angulus inferior scapula dengan sisi kontralateral, bergerak
menyilang punggung. Pada penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva biasanya tidak bisa
melakukan gerakan ini. Pada pemeriksaan ini didapatkan hasil bahwa tangan pasien tidak mampu
menyentuh angulus inferior scapula kiri dikarenakan adanya rasa nyeri pada daerah bahu kirinya.

e. Painful Arc Test


Tes ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya peradangan pada bursa shoulder.
Pemeriksa meminta pasien melakukan gerakan abduksi atau mengangkat tangannya ke arah
samping.. saat mencapai lingkup gerak sendi antara 70–120˚ pasien akan merasa nyeri, karena
pada lingkup ini bursa dalam keadaan tertekan. Hasil tes positif indikasi bursitis shoulder.
DAFTAR PUSTAKA

1. Djohan Aras. Penatalaksanaan fisioterapi pada frozen shoulder, Akfis Ujungpandang.


1994.
2. de Wolf AN, Mens JMA. Pemeriksaan alat penggerak tubuh, diagnostik fisis umum, cet 11,
Bohn Statleu Van Loghum Houten/Zaventem. 1994

Secara kumulatif insiden Frozen Shoulder diperkirakan 2.4 per 1000


penduduk per tahun. Berdasarkan studi penelitian menemukan bahwa Frozen
Shoulder terjadi pada 8,2% laki-laki dan 10,1% perempuan pekerja. Frozen Shoulder
paling sering terjadi pada orang-orang di usia 50-an dan lebih banyak pada wanita
dibandingkan pada pria2
Secara sekunder frozen shoulder disertai dengan diabetes mellitus, trauma,
penyakit kardiovaskular dan hemiparese. Insiden frozen shoulder dilaporkan 10–36%
di kalangan orang-orang dengan diabetes mellitus, dimana yang cenderung tidak
menanggapi pengobatan, serta yang disebabkan oleh trauma bervariasi (9–33%)2.

Anda mungkin juga menyukai