An nisa 34
ت ض يوبتيماَ أيننفيمقوا تمنن أينميوالتتهنم ٍ يفاَل ن
صاَلتيحاَ م ضمهنم يعليذىَ بينع ض
ام بينع ي ساَتء بتيماَ في ن
ضيل ن النريجاَمل قينوامموين يعيلىَ النن ي
ظومهنن يوانهمجمرومهنن تفي شويزمهنن فيتع مام ٍ يوالنلتتي تييخاَمفوين نم م
ظ ن ب بتيماَ يحفت ي ت لتنليغني ت ت يحاَفت ي
ظاَ ر يقاَنتيتاَ ر
اي يكاَين يعلت يلياَ يكتبيلراستبيلل ْ إتنن ن ضترمبومهنن َّ فيإ تنن أي ي
طنعنيمكنم فييل تينبمغوا يعلينيتهنن ي ضاَتجتع يوا ن انليم ي
34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita
yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,
oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka,
dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha
Besar.
An nur 30
An nur 31
َظهههر ممننهها ظهن فههروهجههلن هوهل يِهنبمديِهن مزيِنهتهههلن إملل هماَ ه صاَمرمهلن هويِهنحفه نضهن ممنن أهنب ه ض نت يِهنغ ه هوقهنل لمنلهمنؤممهناَ م
ضمرنبهن بمهخهممرمهلن هعلهىى هجهيوُبممهلن هوهل يِهنبمديِهن مزيِنهتهههلن إملل لمبههعوُلهتممهلن أهنو آهباَئممهلن أهنو آهباَمء بههعوُلهتممهلن أهنو هونليه ن
ت أهنبهناَئممهلن أهنو أهنبهناَمء بههعوُلهتممهلن أهنو إمنخهوُاَنممهلن أهنو بهمنيِ إمنخهوُاَنممهلن أهنو بهمنيِ أههخهوُاَتممهلن أهنو نمهساَئممهلن أهنو هماَ هملههك ن
ت اَلننهساَمء ظهههرواَ هعلهىى هعنوُهراَ م أهنيِهماَنهههلن أهمو اَللتاَبممعيهن هغنيمر هأومليِ اَ ن ملنربهمة ممهن اَلنرهجاَمل أهمو اَلطننفمل اَللمذيِهن لهنم يِه ن
ام هجمميععاَ أهيَيِهه اَنلهمنؤممهنوُهن لههعللهكنم ضمرنبهن بمأ هنرهجلممهلن لميهنعلههم هماَ يِهنخمفيهن ممنن مزيِنهتممهلن َّ هوهتوُهبوُاَ إمهلى لهوهل يِه ن
تهنفلمهحوُهن
31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-
laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan
laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-
orang yang beriman supaya kamu beruntung.
1
syahwatnya. Jika ia menginginkan wanita yang sedang menjalani iddah, ia boleh meminangnya
secara tidak terang-terangan , yakni dengan kata-kata sindiran yang baik.
Ini merupakan hukum bagi wanita-wanita yang dalam iddah, baik karena kematian suami
atau perceraian talak ketiga dalam kehidupan, yaitu diharamkan bagi selain suami yang telah
mentalak tiga untuk menyatakan secara jelas keinginannya untuk meminangnya, itulah yang
dimaksudkan dalam ayat, [ ًّ]ووُلَسكس س سسن لن تهسوواًّسعس س سهدوُههنن سسس س سرا “dalam pada itu janganlah kamu
2
menyimpang dari garis-garis kemurahan yang telah Allah berikan kepada kalian dalam masalah
ini.3[5]
Para ulama sepakat, bahwa tidak sah nikah (akad) yang dilakukan dimasa iddah , hingga
selesai masa iddahnya.tetapi para ulama berselisih pendapat mengenai wanita yang dinikahi
hingga ia disetubuhi, apakah suami istri itu harus dipisahkan? Kemudian apakah boleh kembali
mengawininya atau tidak?
Jumhur ulama berpendapat, bahwa setelah keduanya dipisahkan, maka si suami boleh
meminang dan mengawininya setelah selesai iddahnya. Sedangkan Imam Malik berpendapat,
sesudah keduannya dipisahkan tetap haram buat selamanya. Sebab, ia telah melanggar dengan
masa yang ditentukan Allah, sehingga ia dihukum dengan hal yang berlawanan dengan
keinginannya, sama dengan pembunuh ang tidak bisa menerima waris dari si terbunuh.
Karena itu, Allah menutup ayat ini dengan peringata “Dan ketahuilah, bahwasanya Allah
mengetahui apa yang ada didalam hati kalian, Maka takutlah kepada-Nya.
Tetapi disamping itu Allah Maha Pengampun bagi hamba-Nya yang bertaubat setelah terlanjur
berbuat pelanggaran dan Allah itu sabar, tidak keburu menyiksa orang yang berbuat pelanggaran
bukan siksa Nya ditangguhkan kalau-kalau dia meminta ampun.4[6] 5[6] Tafsir Ibnu Katsier jilid I, 469