Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM ERGONOMI

ANTHROPOMETRI

Oleh :
Nama : Ilmi Amalia Sholikha
Kelas : K3-4D
NRP : 0516040101
Kelompok :

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan
suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi. Terutama
dalam hal perancangan ruang dan fasilitas akomodasi.Perlunya memperhatikan faktor
ergonomi dalam proses rancang bangun fasilitas dalam dekade ini merupakan sesuatu
yang tidak dapat ditunda. Hal tersebut tidak terlepas dari pembahasan mengenai ukuran
anthropometri tubuh operator maupun penerapan data-data anthropometrinya.Kata
anthropometri berasal dari bahasaYunani, yaitu anthropos yang berarti manusia (man,
human) dan metrein (to measure) yang berarti ukuran. Jadi, Secara definitif antropometri
dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimens itubuh
manusia.
Antropometri yaitu ilmu tentang ukuran-ukuran tubuh,baik dalam keadaan statis
atau dinamis. Antropometri statis adalah ilmu dan penerapan ynag berkaitan dengan
ukuran-ukuran tubuh manusia. Ukuran-ukuran tersebut digunakan untuk merencanakan
tempat kerja dan perlengkapannya yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan
memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Antropometri dinamis
adalah pengukuran kemampuan gerak tubuh untuk melaksanakan pekerjaan. Pengukuran
ini dilakukan sesuai dengan kemampuan gerakan normal dan maksimal.
Anthropometri akan memberikan penjelasan kalau manusa itu pada dasarnya
memiliki berbeda satu dengan yang lain. Manusia akan bervariasi dalam berbagai macam
dimensi ukuran seperti kebutuhan, motivasi, inteligensia, imaginasi, usia, latarbelakang
pendidikan, jenis kelamin, kekuatan, bentuk dan ukuran tubuh, dansebagainya. Dengan
memiliki data antropometri yang tepat, maka seorang perancang produk ataupun fasilitas
kerja akan mampu menyesuaikan bentuk dan geometris ukuran dari produk
rancangannya dengan bentuk maupun ukuran segmen-segmen bagian tubuh yang
nantinya akan mengoperasikan produk tersebut. Jadi bisa dikatakan antropometri
memegang peranan utama dalam rancang bangun sarana dan prasarana kerja.
Dalam praktikum ini dilakukan pengukuran kepada para mahasiswa untuk
megetahui cara-cara pengukuran dengan menggunakan alat antropometri.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui ukuran dimensi tubuh manusia, tangan, kepala, dan kaki untuk
kepentingan ergonomi.
2. Membuat tabel anthropometri yang digolongkan berdasarkan sumber variabilitasnya.
3. Mengetahui hubungan dan pengaruh antar segmen tubuh.
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Antropometri
Istilah anthropometry berasal dari kata “anthropos (man)” yang berarti manusia dan
“metron (measure)” yang berarti ukuran (Bridger 2003). Berikut adalah beberapa definisi
antropometri dari berbagai sumber:
a. Antropometri menurut (Nurmianto 1996) adalah suatu kumpulan data numerik yang
berhubungan dengan karakteristik tubuh manusia seperti ukuran, bentuk, dan kekuatan
serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
b. Antropometri terutama berkaitan dengan dimensi stasiun kerja dan pengaturan alat,
peralatan, serta material (Pulat 1997).
c. Antropometri tidak hanya fokus pada kesesuaian ketinggian tempat kerja, tetapi juga
bagaimana operator dapat dengan mudah mengakses kontrol dan perangkat
input(Helander 2006).
d. Antropometri merupakan studi dan pengukuran dimensi tubuh manusia (Wickens et
al. 1998).
Ada 3 filosofi dasar untuk desain yang digunakan oleh ahli-ahli ergonomi sebagai data
antropometri untuk diaplikasikan (Niebel & Freivalds 2002).
a. Desain untuk Ekstrim, yang berarti bahwa untuk desain tempat atau lingkungan kerja
tertentu seharusnya menggunakan data antropometri individu ekstrim. Contoh: penetapan
ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.
b. Desain untuk penyesuaian, desainer seharusnya merancang dimensi peralatan atau
fasilitas tertentu yang bisa disesuaikan dengan pengguna (users). Contoh: perancangan
kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju atau mundur, dan sudut sandarannya pun
bisa diubah.
c. Desain untuk rata-rata, desainer dapat menggunakan nilai antropometri rata-rata dalam
mendesain dimensi fasilitas tertentu. Contoh: desain fasilitas umum seperti toilet umum,
kursi tunggu, dan lain- lain.
Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan fasilitas,
maka faktor-faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis
maupun dinamis harus diperhatikan. Hal lain yang perlu diamati adalah berat dan pusat
massa (centre of gravity) dari suatu segmen/bagian tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk
pergerakan melingkar (angular motion) dari tangan dan kaki, dan sebagainya.
Selain itu, harus didapatkan pula data-data yang sesuai dengan tubuh manusia.
Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika diaplikasikan pada data
perseorangan. Namun, semakin banyak jumlah manusia yang diukur dimensi tubuhnya,
maka semakin terlihat besar variasi antara satu tubuh dengan tubuh lainnya baik secara
keseluruhan tubuh maupun persegmennya (Nurmianto, 1996).
Data antropometri yang diperoleh akan diaplikasikan secara luas dalam hal :
1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll.).
2. Perancangan peralatan kerja (perkakas, mesin, dll.).
3. Perancangan produk-produk konsumtif (pakaian, kursi, meja, dll.).
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

Ada beberapa prinsip dalam perancangan area kerja, yaitu:


a. Menentukan ketinggian permukaan area kerja dengan tinggi siku
b. Menyesuaikan ketinggian berdasarkan pekerjaan yang dilakukan
c. Menyediakan kursi yang nyaman untuk operator duduk
d. Menyediakan kursi yang dapat disesuaikan
e. Mendorong fleksibilitas postural
f. Menyediakan tikar anti lelah (antifatigue mats) untuk operator yang berdiri
g. Meletakkan semua alat dan bahan dalam jangkauan kerja yang normal
h. Menetapkan lokasi alat dan bahan untuk mendapatkan posisi terbaik
i. Menggunakan alat pengiriman untuk mengurangi jangkauan dan perpindahan berulang
j. Mengatur alat, kontrol, dan komponen lain secara optimal untuk meminimalkan
gerakan.

Antropometri dibagi atas dua bagian, yaitu:


1. Antropometri statis, di mana pengukuran dilakukan pada tubuh manusia yang berada
dalam posisi diam. Dimensi yang diukur pada Anthropometri statis diambil secara linier
(lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasil pengukuran representatif, maka
pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap berbagai individu, dan
tubuh harus dalam keadaan diam.
2. Antropometri dinamis, di mana dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi tubuh
yang sedang bergerak, sehingga lebih kompleks dan lebih sulit diukur.

Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis, yaitu:


a. Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis
dari suatu aktivitas. Contoh: dalam mempelajari performa atlet.
b. Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja. Contoh: Jangkauan dari
gerakan tangan dan kaki efektif saat bekerja yang dilakukan dengan berdiri atau duduk.
c. Pengukuran variabilitas kerja. Contoh: Analisis kinematika dan kemampuan jari-jari
tangan dari seorang juru ketik atau operator komputer.
2.2 Pengukuran Anthropometri
Secara garis besar pedoman pengukuran pada data anthropometri antara lain,yaitu :
1. Posisi Duduk Samping
- Tinggi Duduk Tegak (TDT), cara pengukuran yaitu dengan mengukur jarak vertikal dari
permukaan alas duduk samping ujung atas kepala. Subjek duduk tegak dengan mata
memandang lurus ke depan dan lutut membentuk sudut siku-siku.
- Tinggi Bahu Duduk (TDT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari
permukaan alas duduk samping ujung tulang bahu yang menonjol pada saat subjek duduk
tegak.
- Tinggi Mata Duduk (TMD), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari
permukaan alas duduk samping ujung mata bagian dalam. Subjek duduk tegak dan
memandang lurus ke depan.
- Tinggi Siku Duduk (TSD), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari
permukaan alas duduk samping ujung bawah siku kanan. Subjek duduk tegak dengan
lengan atas vertikal di sisi badan dan lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan
lengan bawah.
- Tebal Paha (TP), cara pengukuran yaitu mengukur sybjek duduk tegak, ukur jarak
dari permukaan alas duduk samping ke permukaan atas paha.
- Tinggi Popliteal(TPO), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari lantai
sampai bagian bawah paha.
- Pantat Popliteal (PP), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk tegak dan ukur
jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam (popliteal).
Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.
- Pantat Ke Lutut (PKL), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk dan ukur
horisontal dari bagian terluar pantat sampai ke lutut. Paha dan kaki bagian bawah
membentuk sudut siku-siku
2. Posisi Berdiri.
- Tinggi Siku Berdiri (TSB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari lantai ke
titik pertemuan antara lengan atas dan lengan bawah. Subjek berdiri tegak dengan kedua
tangan tergantung secara wajar.
- Panjang Lengan Bawah (PLB), cara pengukuran yaitu mengukur subjek berdiri tegak
dan tangan di samping, ukur jarak dari siku sampai pergelangan tangan.
- Tinggi Mata Berdiri (TMB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari lantai
sampai ujung mata bagian dalam (dekat pangkal hidung). Subjek berdiri tegak dan
memandang lurus ke depan.
- Tinggi lurus ke depan.
- Tinggi Bahu Berdiri (TBB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari lantai
sampai bahu yang menonjol pada saat subjek berdiri tegak.
- Tebal Badan (TB), cara pengukuran yaitu mengukur berdiri tegak dan ukur jarak dari
dada (bagian ulu hati) sampai punggung Badan Tegak (TBT), cara pengukuran yaitu
mengukur jarak vertikal telapak kaki sampai ujung kepala yang paling atas, sementara
subjek berdiri tegak dengan mata memandang
secara horisontal.
3. Posisi Berdiri Dengan Tangan Kedepan.
- Jangkauan Tangan (JT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak horisontal dari
punggung samping ujung jari tengah dan subjek berdiri tegak dengan betis, pantat dan
punggung merapat ke dinding, tangan direntangkan secara horisontal ke depan.
4. Posisi Duduk Menghadap Kedepan.
- Lebar Pinggul (LP), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk tegak dan ukur
jarakhorisontal dari bagaian terluar pinggul sisi kiri samping bagian terluar pinggul sisi
kanan.
- Lebar Bahu (LB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak horisontal antara kedua lengan
atas dan subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah
direntangkan ke depan.
5. Posisi Berdiri Dengan Kedua Lengan Direntangkan.
- Rentangan Tangan (RT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak horisontal dari ujung
jari terpanjang tangan kiri samping ujung jari terpanjang tangan kanan. Subjek berdiri
tegak dan kedua tangan direntangkan horisontal ke samping sejauh mungkin.
6. Pengukuran Jari Tangan
- Panjang Jari 1,2,3,4,5 (PJ-12345), cara pengukuran yaitu mengukur masing-masing
pangkal ruas jari sampai ujung jari. Jari-jari subjek merentang lurus dan sejajar.
- Pangkal Ke Lengan (PPT), cara pengukuran yaitu mengukur pangkal pergelangan
tangan sampai pangkal ruas jari. Lengan bawah sampai telapak tangan subjek lurus.
- Lebar Jari 2345 (LJ-2345), cara pengukuran yaitu mengukur dari sisi luar jari telunjuk
sampai sisi luar jari kelingking dan jari-jari subjek lurus merapat satu sama lain.
- Lebar Tangan (LT), cara pengukuran yaitu mengukur sisi luar ibu jari sampai sisi luar
jari kelingking
Gambar 2.1 Pengukuran Dimensi Tubuh Manusia
Sumber:http://antropometriindonesia.org/index.php/detail/sub/3/4/0/dimensi_antropometri
2.3 Distribusi Normal dan Persentil
Distribusi normal adalah sebuah distribusi frekuensi yang bentuknya sangat spesifik.
Selain itu, distribusi normal ini merupakan konsep yang sangat penting, karena banyak
menggunakan variable seperti, tinggi, lebar, kecerdasan, kepribadian, sifat, dan lain
sebagainya.
Sebagian besar data antropometri dinyatakan dalam bentuk persentil. Suatu populasi
untuk kepentingan studi dibagi dalam seratus kategori prosentase, dimana nilai tersebut akan
diurutkan dari terkecil hingga terbesar pada suatu ukuran tubuh tertentu. Persentil
menunjukkan suatu nilai prosentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di
bawah nilai tersebut menurut Wignjosoebroto (2008). Apabila dalam mendesain produk
terdapat variasi untuk ukuran sebenarnya, maka seharusnya dapat merancang produk yang
memiliki fleksibilitas dan sifat mampu menyesuaikan (adjustable) dengan suatu rentang
tertentu Wignjosoebroto (2008). Oleh karena itu, untuk penetapan antropometri dapat
menerapkan distribusi normal. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan
berdasarkan nilai rata-rata dan standar deviasi dari data yang ada dan digabungkan dengan
nilai persentil yang telah ada seperti pada Gambar di bawah ini:

Gambar 2.2 Distribusi Normal dengan Data Antropometri 95-th Percentile


Penerapan data athropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata)
dan standar deviasinya (SD) dari suatu distribusi normal.Pengertian dari Standar Deviasi
adalah penyimpangan nilai dari nilai mean (rata-rata). Adapun distribusi normal ditandai
dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi). Sedangkan Percentile adalah
suatu nilai yang menyatakan bahwa presentase tertentu dari sekelompok orang yang
dimensinya sama dengan atau lebih rendah nilai tersebut. Misalnya : 95 % populasi adalah
sama dengan atau lebih rendah dari 95 percentile. Besarnya nilai percentile dapat ditentukan
dari tabel percentile dan distribusi normal di bawah ini :
PERCENTILE CALCULATION
1 th X – 2.325 x
2,5 th X – 1.960 x
5 th X – 1.645 x
10 th X – 1.280 x
50 th X
90 th X + 1.280 x
95 th X + 1.645 x
97,5 th X + 1.960 x
99 th X + 2.325 x
Tabel 2.1. Distribusi normal dan perhitungan percentil

Menurut Nurmianto, 2003, Dalam pokok bahasan antropometri, 95 percentil menunjukkan


tubuh berukuran besar, sedangkan 5 percentil menunjukkan tubuh berukuran kecil.
2.4 Penyebab Variabilitas
Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia,
diantaranya :
a. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai kira-kira berumur 20
tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Kemudian manusia akan berkurang ukuran
tubuhnya saat manusia berumur 60 tahun.
b. Jenis kelamin
Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan pinggul.
c. Suku Bangsa (Etnis)
Variasi dimensi akan terjadi, karena pengaruh etnis.
d. Pekerjaan
Aktivitas kerja sehari-hari juga menyebabkan perbedaan ukuran tubuh manusia.
Selain faktor-faktor di atas, masih ada beberapa kondisi tertentu (khusus) yang dapat
mempengaruhi variabilitas ukuran dimensi tubuh manusia yang juga perlu mendapat
perhatian, seperti:
a. Cacat tubuh
Data antropometri akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-orang cacat.
b. Tebal atau tipisnya pakaian yang harus dikenakan
Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda pula dalam bentuk
rancangan dan spesifikasi pakaian. Artinya, dimensi orang pun akan berbeda dalam satu
tempat dengan tempat yang lain.
c. Kehamilan (pregnancy)
Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran dimensi tubuh (untuk
perempuan) dan tentu saja memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang
dirancang bagi segmentasi seperti itu.
2.5 Korelasi, Koefisien Determinasi, dan Regresi
 Melakukan Uji Kolerasi
Uji korelasi merupakan uji kolerasi pada dimensi tubuh berdasarkan variabilitas yang
bertujuan untuk mengetahui besarnya hubungan dan arah antara 2 variabel dimensi tubuh
yang dimiliki. Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan)
linear antara dua variabel. Korelasi tidak menunjukkan hubungan fungsional atau dengan
kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel
independen.
Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau
lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel 2.
Koefisien korelasi disimbulkan dengan huruf “r”. Besarnya koefisien korelasi akan
berkisar antara -1 (negatif satu) sampai dengan +1 (positif satu) . Tanda + menunjukkan
korelasi positif, tanda - menunjukkan korelasi negatif dan 0 menunjukkan tidak adanya
hubungan.
Apabila koefisien korelasi mendekati +1 atau –1, berarti hubungan antarvariabel
tersebut semakin kuat. Sebaliknya, apabila koefisien korelasi mendekati angka 0, berarti
hubungan antarvariabel tersebut semakin lemah. Dengan kata lain, besarnya nilai korelasi
bersifat absolut, sedangkan tanda “+“ atau “–“ hanya menunjukkan arah hubungan saja.
Misal nilai r = 0.9857 menunjukkan bahwa variabel X dan Y berkorelasi linier positif
dan tinggi.
Data yang dipakai untuk uji korelasi ini adalah data mentah hasil pengukuran.
Pengolahannya bisa menggunakan software Excel atau SPSS. Langkah-langkah jika
menggunakan Excel adalah sebagai berikut:
a. Tools ► data analyze ► correlation
b. (blok semua input data) ► ok ► keluar
 Menghitung Koefisien Determinasi Tubuh
Koefisien determinasi merupakan suatu nilai yang menyatakan seberapa besar
kemampuan variabel independen dalam mempengaruhi atau menerangkan variasi dari
variabel dependen. Semakin besar nilai koefisien determinasi, semakin baik nilai variable
independen dalam mempengaruhi variable independen. Nilai koefisien determinasi
berkisar antara 0 < R2< 1. Misal, jika r = 0,98572, maka R2 = 0.97165 = 97 % . Nilai R
= 97% menunjukkan bahwa 97% proporsi keragaman nilai peubah Y dapat dijelaskan
oleh nilai peubah X melalui hubungan linier, sisanya, yaitu 3 % dijelaskan oleh hal-hal
lain.
 Melakukan Uji Regresi
Regresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk membentuk model
hubungan antara variabel terikat (dependent; respon; Y) dengan satu atau lebih variabel
bebas (independent, prediktor, X). Apabila banyaknya variabel bebas hanya ada satu,
maka disebut sebagai regresi linier sederhana, sedangkan apabila terdapat lebih dari 1
variabel bebas, disebut sebagai regresi linier berganda. Analisis regresi setidak-tidaknya
memiliki 3 kegunaan, yaitu untuk tujuan deskripsi dari fenomena data atau kasus yang
sedang diteliti, untuk tujuan kontrol, serta untuk tujuan prediksi.
Yang akan dilakukan uji Regresi Linear hanya antar dimensi tubuh yang memiliki
R2>0,5. Untuk melakukan regresi linear, masukkan data mentah hasil pengukuran.
Independent variable (X) adalah Dimensi tubuh utama dan Dependent variable (Y) adalah
dimensi tubuh.
Jika menggunakan software SPSS, maka langkah penggunaan sebagai berikut :

Regresi linier : analyze regression linier

 Uji Keseragaman Data


Uji keseragaman data adalah suatu uji untuk mengetahui bahwa tidak ada data yang
terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang dari rata-rata. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan peta kontrol. Peta kontrol ini dibuat dengan bantuan
software minitab.
Rumus :
BKA/BKB= X + σ

dimana :
σ = standar deviasi
X = rata-rata
k = nilai indeks pada tabel distribusi normal yang besarnya tergantung tingkat
kepercayaan yang diambil.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Peralatan
1. Anthropometer
2. Meteran
3. Mistar
4. Jangka sorong
5. Observation sheet
6. Program Ms.Excel, MINITAB, dan/atau SPSS

3.2 Prosedur Pelaksanaan Praktikum


1. Melakukan pengambilan data dengan mengambil sample secara random
(menyesuaikan dengan jumlah praktikan).
2. Kelompok yang mendapat kesempatan pengambilan data, membagi tugas menjadi :
1 orang sebagai objek yang diukur.
1 orang sebagai pengukur.
1 orang sebagai pencatat data.
(menyesuaikan dengan jumlah praktikan).
3. Proses pengukuran dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :
a) Tahap pertama (Anthropometri tubuh)
Mempersiapkan alat ukur yaitu Anthropometer, meteran dan mistar.
Mengukur dimensi tubuh praktikan yang menjadi objek, dimana dimensi tubuh
yang diukur 26 buah.
b) Tahap kedua (Anthropometri tangan)
Mempersiapkan alat pengukur yaitu metran dan mistar.
Mengukur dimensi tangan praktikan yang menjadi objek, dimana dimensi tangan
yang diukur sebanyak 20 buah.
c) Tahap ketiga (Anthropometri kepala)
Mempersiapkan alat pengukur yaitu meteran dan mistar.
Mengukur dimensi kepala praktikan yang menjadi objek, dimana dimensi kepala
yang diukur sebanyak 14 buah.
d) Tahap keempat (Anthropometri kaki)
Mempersiapkan alat pengukur yaitu meteran dan mistar.
Mengukur dimensi kaki praktikan yang menjadi objek, dimana dimensi kaki yang
diukur sebanyak 8 buah.
4. Mengumpulkan data-data yang telah didapat menjadi satu dan mengolahnya
menggunakan program Excel, MINITAB, dan/atau SPSS.
5. Menyimpulkan dan menganalisa hasil data yang telah diolah.
DAFTAR PUSTAKA

Nurmianto, Eko (1996), Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, PT Guna Widya Jakarta
Wignjosoebroto, Sritomo (1996), Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, PT Guna Widya Jakarta

Anda mungkin juga menyukai