Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anatomi berasal dari bahasa yunani yang tersusun dari kata “ana” yang berarti susunan
dan “ tome” yang berarti memotong, Anatomi merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari susunan tubuh dan hubungan antara bagian-bagiannya satu sama lain.
Anatomi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari dan berhubungan
dengan struktur dan organisasi dari makhluk hidup (Brotowidjoyo, 1990).
Kata reptilian berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan
kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri
umum kelas ini yang membedakan dengan kelas lainnya adalah seluruh tubuhnya tertutup
oleh kulit kering dan sisik (Siller, 2009).
Reptilian termaksud dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi
beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali. Reptilia
yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya memiliki 5 jari (Djuhanda, 1982)
Reptilia menunjukkan kemajuan dibandingkan dengan ampibi. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya tutup tubuh yang kering dan berupa sisik yang merupakan penyesuaian
hidup menjauhi air. Ekstermitas cocok untuk gerak cepat. Sempurnanya proses
penulangan telur sesuai sekali dengan pertumbuhan didarat yang mempunyai membrane
dan cangkang yang berguna untuk melindungi embrio. Bentuk luar tubuh reptil
bermacam-macam yaitu ada yang bulat pipih (penyu), bulat panjang (ular) dan berbentuk
gelendong berekor dan caudal (Brotowidjoyo, 1989)
Semua reptil bernafas dengan paru-paru. Reptil memiliki jantung yang terdiri dari
empat ruang yaitu dua atrium dan dua ventrikel. Pada beberapa reptil sekat antara ventrikel
kanan dan ventrikel kiri tidak sempurna sehingga darah kotor dan darah bersih masih bisa
bercampur. Reptil merupakan hewan berdarah dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung
pada suhu lingkungan atau poikiloterm. Untuk mengatur suhu tubuhnya itu, reptil
melakukan mekanisme basking yaitu berjemur di bawah sinar matahari. Saluran ekskresi
pada kelas reptilia berakhir di kloaka. Ada dua tipe kloaka yang spesifik untuk ordo-ordo
reptilian yaitu kloaka dengan celah melintang dan kloaka dalam celah membujur. Kloaka
dengan celah melintang terdapat pada ordo squamata yaitu sub-ordo lacertilia dan sub-
ordo ophidia. Seadngkan kloaka dengan celah membujur terdapat pada ordo chelonia dan
ordo crocodilian ( Djuhanda, 1982).
Kelas yang termasuk reptilia adalah kadal dan ular (ordo Squamata), kurakura da
n penyu (ordo Chelonia), buaya dan aligator (ordo Crococilia), tuatara atau Spenodon pu
nctatum (ordo Rhychocephalia). Keempat ordo ini merupakan wakil yang representatif d
ari 14 ordo yang diketahui berkembang pada zaman mesozoikum yang merupakan zama
n dominasi reptilia. Reptilian merupakan sekelompok vertebrata yang menyesuaikan diri
di tempat yang kering di tanah. Penandukan atau cornificatio kulit dan aquama atau carp
ace untuk menjaga hilangnya cairan dari tubuh pada tempat yang kering atau panas. Na
ma kelas ini diambil dari model cara hewan berjalan (Latin: reptum = melata atau meray
ap) dan studi tentang reptilia disebut Herpetology (Yunani: creptes = reptil) (Jasin, 1992).
Di dalam tubuh hewan, khususnya vertebrata terdapat banyak organ yang
umumnya sudah memiliki kesempurnaan. Artinya organ tersebut dapat terlihat oleh mata
tanpa harus menggunakan suatu media atau alat. Selain itu, organ-organ tersebut juga
sudah memiliki bentuk 3 dimensi yang dapat di sentuh dan di pegang. Di dlam tubuh,
semuanya telah terbagi-bagi berdasarkan fungsinya masing-masing. Misalnya ada
kelompok organ yang berfungsi sebagai sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem
pernafasan, dan lain-lain.
Organ-organ tersebut bekerja untuk kelangsungan hidup hewan karena organ yang
ada didalam tubuhnya merupakan pusat segalanya. Apabila terdapat kerusakan atau salah
satunya tidak berfungsi maka organ-organ lainnya juga akan mendapatkan dampak yang
tidak baik untuk kelangsungan hidupnya. Organ-organ yang terdapat didalam tubuh
hewan kadang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Bukan hanya morfologinya saja
yang memiliki perbedaan tetapi anatominya pun juga memiliki perbedaan.
Kadal merupakan salah satu dari anggota hewan vertebrata yang berasal dari
ordo Squamata. Tubuh kadal tertutupi oleh kulit yang kering dengan sisik zat tanduk di
permukaannya tanpa adanya kelenjar lendir. Kadal dalam klasifikasinya termasuk
dalam Reptilian. Kadal berhabitat di tempat-tempat yang kering atau lembab. Tubuh
kadal terbagi menjadi 3 bagian yaitu bagian kepala (caput), badan (truncus) dan ekor
(cauda). Kadal yang terkenal dengan nama ilmiah Eutropis multifasciata bernafas dengan
hidung karena sistem pernafasannya dengan menggunakan paru-paru dan berfungsi untuk
sirkulasi CO2 dan O2(Jasin, 1992).
Ciri-ciri khusus dari organ tubuh reptile dapat diketahui jika dilakukan
pembedahan terhadap objek dimana objek yang digunakan dalam praktikum kali ini
adalah ular (Dendrelaphis pictus) dan kadal (Eutropis multifasciata).
Selain itu, dengan mempelajari morfologi dan anatomi Mabouya multifasciata dan
Dendrelaphis pictus, kita dapat lebih memanfaatkannya, dapat mengelolanya dengan
lebih baik karena tau karakteristik Mabouya multifasciata dan Dendrelaphis pictus
sehingga dapat memahami manfaat ataupun pengolahan yang bisa dilakukan dari tubuh
Mabouya multifasciata dan Dendrelaphis pictus. Juga dengan begitu dapat
mengembangbiakkannya ataupun mempertahankan eksistensinya di bumi agar tidak
menuju kepunahan karena dari morfologi dan anatomi ular tambang dan kadal tersebut
dapat diketahui juga makanan apa dan lingkungan seperti apa yang cocok untuknya.
Dilatar belakangi penjelasan inilah praktikum struktur hewan tentang reptilia yaitu
Mabouya multifasciata dan Dendrelaphis pictus yang mempelajari morfologi dan anatomi
hewan tersebut dilakukan. Dengan begitu kita dapat melihat bentuk, warna, tekstur hewan
tersebut dan dengan ilmu anatomi dapat dilakukan pembedahan untuk melihat warna,
bentuk, dan letak organ serta susunan organ yang membentuknya menjadi sistem organ
dengan fungsi yang berbeda-beda.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui bentuk morfologi,
anatomi, sistem yang bekerja pada tubuh dari kelompok reptilia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam kelas reptilia terdapat begitu banyak ordo, termasuk ordo yang telah punah yaitu
Dinosaurus dan Pterydactyla. Dan masih terdapat satu ordo primitif yang hidup di
Selandia Baru yaitu ordo Sphenodon punctatum yang memiliki ciri-ciri mata pineal
(komis sebagai modifikasi badan pineal). Ciri-ciri ini biasa terdapat pada vertebrata
tingkat rendah. Karena itu ordo ini mendapat perhatian dari peneliti terkait evolusinya
(Brotowidjoyo, 1990).
Karakteristik morfologi Reptil adalah memiliki kulit bersisik tanpa kelenjar, bulu,
rambut maupun kelenjar susu seperti yang terdapat pada mamalia. Sisik pada reptil tidak
seperti sisik pada ikan. Bila pada ikan sisiknya saling terpisah, pada reptil memiliki sisik
yang saling menyatu. Warna kulit beragam, mulai dari warna yang menyerupai
lingkungannya sampai warna yang membuat reptil mudah terlihat. Semua reptil tidak
memiliki telinga eksternal. Pada sebagian besar reptil dapat dilihat perbedaan antara jantan
dan betinanya dengan melihat pada ukuran dan bentuk, maupun warna tubuh dewasa yang
berbeda antara jantan dan betina (Anggrani et al., 2014).
Pada kelas reptilia terdapat 3 jenis tengkorak yang umum dibedakan, dan biasa
menjadi landasan klasifikasi reptilia. Jenis tengkorak itu yang pertama adalah Anapsid
yaitu tipe tengkorak yang tidak memiliki bukaan temporal di belakang mata soket. Dengan
kata lain, memiliki tengkorak yang solid tanpa bukaan. Yang kedua adalah Synapsid yang
memiliki satu pasang bukaan di tengkorak terkait dengan pelekatan otot rahang. Dan yang
ketiga adalah Diapsid yaitu tipe yang memiliki dua pasang bukaan di langit-langit
tengkorak (Linzey, 2003).
Ordo yang terkenal dalam kelas reptilia ada tiga yaitu Ordo Chelonia, Ordo
Crocodilia, dan Ordo Squamata. Ciri umum Ordo Chelonia adalah dengan melihat
skeleton yang sebagian bermodifikasi menjadi karapaks (perisai dorsal), dan plastron
(perisai ventral). Rahang-rahangnya berzat-tanduk dan tidak memiliki gigi. Biasa hidup
di air laut, air tawar, ataupun di darat. Bentuk tubuhnya lebar. Karapaks keras dan bersatu
di sisi tubuh dengan plastron. Perisainya tertutup oleh skutum poligonal. Memiliki tulang
kuadrat yang tidak dapat digerakkan. Rusuk-rusuknya bersatu dengan perisai dorsal. Anus
pada ordo ini berupa celah melintang. Berkembangbiak dengan cara ovipar, di mana telur
diletakkan di dalam lubang yang telah digali oleh betina. Contoh pada Ordo Chelonia
adalah kura-kura dan penyu (Brotowidjoyo, 1994).
Lalu ada Ordo Crocodilla (Loricata) dimana hewan-hewan dari ordo ini adalah
kelas reptilia yang ukurannya besar, berkulit tebal, dengan rusuk-rusuk yang abdominal.
Bilik (ventrikel) jantung terbagi sempurna menjadi ventrikel kiri dan ventrikel kanan.
Biasa hiduo di air laut dan air tawar. Tubuhnya panjang dengan kepala yang besar dan
panjang. Rahangnya sangat kuat namun memiliki gigi-gigi yang tumpul (konis). Kaki
berjumlah dua pasang yaitu sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang, berukuran
pendek dan jari-jarinya disertai dengan adanya kuku. Ekor panjang dan pipih. Kulit tebal
dengan skutumnya yang bertanduk. Lubang tekinga berukuran kecil, tertutupi oleh kulit.
Lidah tak dapat dijulurkan. Tak mempunyai kandung kemih. Dan berkembng biak secara
ovipar di mana telur diletakkan di dalam daun-daun yang membusuk (Brotowidjoyo,
1994).
Berikutnya adalah Ordo Squamata yang memiliki ciri-ciri umum di mana
tubuhnya tertutup dengan sisik-sisik yang kecil yang fleksibel. Tidak ada rusuk abdominal
(Brotowidjoyo, 1994). Ordo Squamata terbagi menjadi dua subordo yaitu Subordo Sauria
(Lacertilia) dan Subordo Serpentes (Ophidia) (Radiopoetro, 1996).
Subordo Sauria (Lacertilia) memiliki ciri-ciri morfologi tubuh memanjang,
tertekan lateral. Kaki empat, kuat dapat digunakan untuk memanjat. Kelopak mata dapat
digerakkan. Memiliki mulut yang lengkap dan gendang telinga dapat dilihat dari luar.
Kulit tertutup sisik yang tersusun seperti susunan genting, sisik ini bersifat lunak.
diketahui terdapat 3000 spesies kadal (Brotowidjoyo, 1994). Kedua rahang bawah bersatu,
sehingga hewan kurang bisa membuka mulutnya. Kadal dan salamandra mempunyai
bentuk tubuh yang sejenis. Akan tetapi bedanya, salamandra mempunyai kulit yang licin
dan basah, serta jari-jari yang tidak memiliki kuku. Sedangkan kadal sebaliknya, kulit
kering dan bersquama, serta jari-jari memiliki kuku. Terdapat kadal berukuran besar
hingga 4 m yang berada di Flores yaitu Varanus komodoenis (Radiopoetro, 1996).
Sistem skeleton dari Subordo Sauria adalah vertebra ekor tidak menulang secara
sempurna, ekornya mudah putus, namun cacat mengalami regenerasi. Kolumna vertebrae
terbagi menjadi servikal, toraks, lumbar, sakral, dan kaudal. Terdapat tulang rusuk yang
bebas. Sebagian tulang-tulang terdiri atas kartilago. Kolumna vertebralis dengan otot-otot
yang segmental dan terlihat jelas (Brotowidjoyo, 1994).
Sistem pencernaan dari reptil dimulai dari mulut yang lidahnya dapat dijulurkan
keluar dengan mudah (bebas) dan memiliki gigi-giginya yang melekat pada rahang.
Dilanjutkan ke faring, esofagus, dan lambung. Lambung dengan bagian fundus dan pilorus.
Dari lambung menuju intestinum, rektum, dan terakhir kloaka. Hati serta pankreasnya
berpembuluh ke intestinum. Kloaka untuk mengeluarkan sisa pencernaan, ekskret, dan
untuk reproduksi. Sistem respirasi dimulai dari lubang hidung ke hidung dalam (di
belakang velum) kemudian menuju glottis (dalam faring), trakea, bronki yang berjumlah
dua, dan dilanjutkan ke paru-paru dengan kapiler-kapiler di dalamnya (Brotowidjoyo,
1994).
Sistem sirkulasi Subreptil ordo Sauria yaitu berpusat pada jantung yang terdiri dari
sinus venosus, dua aurikel, dan dua ventrikel yang telah terbagi sempurna. Darah bermula
dari sinus venosus ke aurikel kanan, ventrikel kanan, arteri pulmonar (bercabang dua),
vena paru-paru, aurikel kiri, kemudian menuju ventrikel kiri. Dari ventrikel kiri keluar
lengkung aorta menuju dorsal, arteri karotis menuju kepala dan kaki depan. Sirkulasi
darah ke belakang menyebarkan darah ke seluruh tubuh, kaki belakang, serta ekor. Darah
vena berkumpul dalam vena cava anterior (pada kedua belah sisi kepala dan leher), vena
cava posterior, vena porta hepatis, yang kemudian menjadi vena hepatis, dan dalam vena
epigastrikum yang seluruh alirannya kembali ke sinus venosus tersebut (Brotowidjoyo,
1994).
Sistem ekskresi reptil terdapat kandung kemih, namun kotoran / ekskret bersifat
semisolid (setengah kurus) seperti pda burung, dan dikeluarkan langsung melalui kloaka
bersama tinja. Pada bagian dari air kencing ekskret terdapat urat, bahan berwarna putih,
biasanya sebagai garam Na dan mengandung zat kapur. Sistem saraf dan sensori pada
kadal yaitu otak yang terdiri dari dua lobus olfaktorius yang panjang, hemisfer, 2 lobus
optikus, serebellum, dan medulla oblongata yang berlanjut menuju korda saraf. Di bawah
hemisfer terdapat indundibulum dan hipofisis. Terdapat 12 pasang saraf kranial dengan
pasangan-pasangan saraf spinal pada tiap somit tubuh (Brotowidjoyo, 1994).
Reproduksi dan perkembangannya masuk dalan fertilisasi internal. Reptil jantan
memiliki alat kelamin khusus yaitu hemipenis yang terletak di dekat kloaka. Kebanyakan
perkembangan telur terjadi di alam bebas tapi kadang-kadang jika keadaan tidak
memungkinkan kadal betina akan akan menahan telur yang telah dibuahi (ovipar atau
ovovivipar) (Campbell,2002).
Subordo Serpentes (Ophidia) tidak mempunyai kaki. Namun pada Phyton dan Boa
masih mempunyai sisa-sisa dari pelvis dan extremitates posterior. Dapat bergerak maju
dengan pertolongan musculus undulans yang berada di sebelah lateral tubuh dan karen
pergerakan dari squamae yang berada di sebelah ventral dan tersusun transversal. Ular
tidak mempunyai celah auris externa dan membrana tympani. Palpebrae juga tidak ada.
Mata terlindungi oleh membrana nictitans yang tetap dan transparant (Radiopoetro, 1996).
Ular (termasuk dalam Subordo Ophidia) adalah reptilia yang kehilangan apendiks,
sternum, kelopak mata, telinga luar. Gigi tumbuh pada rahang dan tulang langit-langit
mulut dengan posisi gigi yang mengarah ke belakang untuk menahan mangsanya. Ular
berbisa memiliki sepasang taring pada maksila yang berguna untuk menyalurkan bisanya.
Lidah pada ular panjang, sempit, dan bercabang dua di ujungnya. Meski dengan mulut
tertutup lidah dapat dijulurkan ke luar melalui lekuk rahang bawah (Brotowidjoyo, 1994).
Sedangkan menurut Anggrani et al. (2014),
Ular adalah reptil yang tidak memiliki kaki, kelopak mata, atau telinga eksternal. Seluruh
tubuhnya tertutup oleh sisik. Jumlah, bentuk dan penataan sisik ular dapat digunakan
untuk mengidenifikasi jenis ular. Ukuran tubuh ular berkisar dari 10 mm sampai 10 m.
Ular terpanjang berasal dari famili Pythonidae. Sebagian besar ular berukuran antara 45-
200 cm, dan 10-20% dari panjang tersebut adalah panjang ekor.
Menurut Brotowidjoyo (1990), pada sistem digestoria ular dibedakan menjadi
tractus digestivus atau saluran pencernaan dan glandula digestoria atau kelenjar
pencernaan. Tractus digestivus terdiri dari cavum oris, pharynx, oesophagus, ventriculus,
intestenum tenue, intestenum crassum dan cloaka.
Didalam cavum oris terdapat dentes yang berbentuk canus. Dentes ini berbentuk
pleurodont, artinya menempel pada sisi samping gingival, sedikit melengkung kearah
medial cavum oris. Ventriculus berdinding muscular yang tebal. Intestenum crassum
berfungsi sebagai rectum. Sedangkan antara intestenum tenue dan intestenum crassum
terdapat suatu pembatas yang disebut caecum (Kimball, 1992).
Selanjutnya untuk glandula digestoria atau yang lebih dikenal dengan kelanjar
pencernaan terdiri dari hepar dan pancreas, empedu yang dihasilkan hepar ditampung oleh
kantung yang dikenal dengan vesica fellea. Hepar ini sendiri memiliki 2 lobus, yaitu
sinister dan dexter, dimana hepar ini memiliki warna coklat kemerahan (Djuhanda, 1982).
m pencernaan pada Subordo Ophidia berupa saluran lurus dimulai dari mulut hingga ke
anus. Semua organ internal dalam tubuh ular berbentuk memanjang sesuai dengan
kondisinya. Subordo Ophidia hanya memiliki satu paru-paru yaitu paru-paru kiri saja.
Pada ular jantan terdapat organ khusus yaitu hemipenis sebagai alat kopulasi
(Brotowidjoyo, 1994).
Jumlah vertebrae (tulang belakang) pada ular tergantung pada panjang ular
tersebut (dapat berjumlah 200 bahkan 400). Otot-otot tubuhnya menghubungkan antara
vertebrae dengan vertebrae, vertebrae dengan rusuk, rusuk dengan rusuk, rusuk dengan
kulit, dan kulit dengan kulit. Otot-otot tersebut dapat memiliki panjang melebihi jarak
yang ada sehingga memungkinkan ular dapat bergerak melingkar-lingkar. Ular juga dapat
bergerak lurus ke depan, cara bergerak dengan meluncur dan dengan bantuan sisik-sisik
ventral yang berada di tanah (di bagian dorsal), atau melekukkan tubuh dengan membuat
sudut yang tajam (Brotowidjoyo, 1994).
Sistem sirkulasi atau peredaran darah pada ular yaitu ganda tertutup yaitu dua kali
melewati jantung dan darah tidak keluar dari pembuluh darah. Darah yang datang dari
seluruh tubuh akan masuk pada bagian atrium kanan yang membawa darah dari seluruh
tubuh yang kaya akan karbondioksida dan setelah itu akan mengalir ke bagian ventrikel
kanan yang kemudian akan di pompa ke paru-paru untuk melakukan pertukaran oksigen
dan karbondioksida. Kemudian proses kedua dalam sirkulasi yaitu darah yang telah
banyak mengandung oksigen akan di pompa kembali ke atrium kiri dan dari atrium kiri
akan mengalir ke dalam ventrikel kiri yang kemudian darah akan di pompa ke seluruh
tubuh untuk proses metabolisme dan kebutuhan sel lainnya (Jasin, 1992).
Sistem respirasi ular pada saat inspirasi yaitu mulai dari lubang hidung, yaitu udara
akan masuk melewati lubang hidung, menuju ke trakea dan kemudian ke paru-paru.
Begitu juga ketika ekspirasi, setelah oksigen yang masuk pada tubuh ular dan di pakai
dalam proses metabolisme dan aktivitas tubuh maka dihasilkan karbondioksida yang
kemudian akan dikeluarkan melalui proses ekspirasi, yaitu udara yang terdapat dalam
tubuh ular akan dikeluarkan melalui trakea dan berujung pada hidung (Jasin, 1992).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Anatomi Reptilia ini dilaksanakan pada Hari Selasa, 29 Agustus 2017 pukul
13.00-16.00 WIB, di Laboratorium Teaching II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat Dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum Anatomi Amphibi adalah bak bedah, killing bottle,
kertas reject, gunting bedah, sarung tangan, plastik, masker, tisu, kapas serta penjepit /
pinset mata.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah sepasang Dendrelaphis pictus dan sepasang Mabouya
multifasciata, kloroform, dan sabun.

3.3 Cara Kerja

Dendrelaphis pictus dan Mabouya multifasciata dimatikan dengan cara dibius


menggunakan killing bottle yang telah diberi kapas dan Chloroform. Biarkan beberapa
saat hingga hewan pingsan. Kemudian diletakkan di atas bak bedah dan diamati morfologi
dari hewan tersebut. Lalu dibedah bagian abdomennya dengan hati-hati. Amati dan
dokumentasikan situsvicerum sebelum dikeluarkan. Lalu dikeluarkan seluruh organ yang
terdapat pada abdomen dengan hati-hati dan direntangkan di atas kertas. Pisahkan masing-
masing organ berdasarkan sistemnya. Kemudian ambil bagian otot dan tulang untuk
diamati.Amati organ-organ yang ada beserta bagian otot dan tulang. Catat dan gambarkan
beserta keterangan semua bagian-bagian tubuh yang diamati pada buku kerja danbuku
gambar.

Anda mungkin juga menyukai