Anda di halaman 1dari 17

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI

Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada


ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional
adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus
mentsruasi (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2011).

Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti
kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat
gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul.
(Andang, 2013)

Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung telur)
berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung
telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja , pada masa
pubertas sampai menopause, juga selama masa kehamilan.. (Setyorini, 2014)

kista ovarium merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas. Kehamilan kista ovarium yang dijumpai yang
paling sering adalah kista dermonal, kista coklat atau kista lutein, kista ovarium
yang cukup besar dapat disebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat
menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam panggul (Wiknjosastro,2015)
B. ETIOLOGI
Penyebab dari kista ovarium (Setyorini, 2014).
1. Gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis, dan ovarium
2. Ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen
3. Pertumbuhan folikel yang tidak terkontrol
4. Degenerasi ovarium
5. Gaya hidup tidak sehat yakni dengan:
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak, kurang serat dan makanan
berpengawet
b. Penggunaan zat tambahan pada makanan
c. Kurang berolah raga
d. Merokok dan mengkonsumsi alkohol
e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
6. Faktor genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen – gen yang berpotensi memicu kanker yaitu
yang disebut protoonkgen, karena suatu sebab tertentu misalnya karena
makan makanan yang bersifat karsinogen, polusi atau terpapar zat kimia
tertentu atau atau karena radiasi, protoonkgen ini dapat berubah menjadi
onkgen yaitu gen pemicu kanker.
C. KLASIFIKASI
Menurut etiologi, kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen
dari epithelium ovarium. Dan dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidakseimbangan hormn estrogen dan progesteron
diantaranya adalah
a. Kista non fungsional : kista serosa inklusi, berasal dari permukaan
epithelium yang berkurang di dalam korteks.
b. Kista fungsional
1) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang rupture atau
folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara
siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang
dari 12 tahun.
2) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesteron setelah ovulasi.
3) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa.
4) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang
kehilangan epithel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
b. Kista denoma ovarii musinosum
Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu terutama yang
pertumbuhannya 1 elemen mengalahkan elemen yang lain.
c. Kista denoma ovarii serosum : berasal dari epithel permukaan ovarium (
Germinal ovarium).
d. Kista endometreid : belumdiketahui penyebab dan tidak ada hubungannya
dengan endometroid.
e. Kista dermoid : tumor berasal dari sel telur melalui fase patogenesis
Pada kehamilan yang dijumpai dengan kista ovarium ini memerlukan
tindakan operasi untuk mengangkat kista tersebut ( pada kehamilan 16
minggu) karena dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin yang
akhirnya mengakibatkan abortus, kematian dalam rahim ( dr. Ida ayu).
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala kista ovarium (Mansjoer, 2013).
1. Perut membesar sehingga menimbulkan tekanan, terasa penuh, berat, dan
nyeri abdomen
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
5. Nyeri mendadak dibagian perut bawah
6. Nyeri pinggul ketika menstruasi
7. Menstruasi nyang datang terlambat disertai dengan nyeri
8. Menstruasi yang kadang memanjang dan memendek
9. Nyeri sanggama
10. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
E. PATOFISIOLOGI
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan
endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat
rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan
ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal
hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat
sel genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating
Hormone) dan LH (LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan
hormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2015).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang
normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium
tidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan
hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat
menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel
telur. Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium dan hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di dalam
ovarium, serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita (Manuaba, 2010).
F. KOMPLIKASI
Komplikasi dari kista ovarium yang dapat terjadi (Prawirohardjo,2010).
1. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit- sedikit hingga berangsur- angsur menyebabkan kista
membesar menimbulkan nyeri diperut. Kista berpotensi untuk pecah,
.Pecahnya kist bisa menyebabkan pembuluh darah robek dan menimbulkan
terjadinya pendarahan
2. Infeksi pada kista
Jika terjadi didekat tumor ada sumber kuman patogen
3. Torsio ( Putaran tangkai )
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5
cm atau lebih, torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau aligamentum
roduntum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini dapat berkembang menjadi
infark peritonitis dan kematian.
4. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang
seksama terhadap kemungkinan perubahan kegansannya,adanya asites dalam
hal ini mencurigakan masa kista ovarium berkembang setelah masa
menapouse sehingga bisa kemungkinan untuk berubah menjadi kanker.
5. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula terjadi akibat trauma, seperti
jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu melakukan
bersetubuh, jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara akut,
maka perdarahan bebas berlangsung keuterus ke dalam rongga peritoneum
dan menimbulkan rasa nyeri terus- menerus disertatai tanda tanda akut.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurarif, A.H & Kusuma, H (2015) pemeriksaan penunjang kista
ovarium yaitu:
1. Pap smear
Untuk mengetahui displosia seluler menunjukkan kemungkinan adanya
kanker/kista.
2. Ultrasound/scan CT
Membantu mengidentifikasi ukuran/lokasi massa.
3. Laparoskopi
Dilakukan untuk melihat tumor perdarahan perubahan endometrial.
4. Hitung darah lengkap
5. Foto rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
6. Pemeriksaan darah : Tes petanda tumor (tumor marker) CA 125 adalah
suatu protein yang konsentrasinya sangat tinggi pada sel tumor khususnya
pada kanker ovarium. Lalu, sel tersebut diproduksi oleh sel jinak sebagai
respon terhadap keganasan.
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Nugroho, T (2012) penatalaksanaan kista ovarium yaitu.
I. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya
setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas
(kanker)
2. Operasi
Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yang dilakukan
pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau laparatomi.
3. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi
salpingooforektomi. Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang
tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada
bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar
atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai
dengan pengangkatan tuba (Salpingo-oovorektomi).
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Biodata Klien
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Keluhan utama Klien biasanya mengeluh nyeri pada perut kanan bawah.
Klien biasanya merasa berat pada daerah pelvis dan cepat merasa lelah.
4. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.
Tanyakan apakah klien ada mengalami/menderita penyakit molahidatidosa /
kehamilan anggur, kehamilan ektopik.
5. Riwayat penyakit Keluarga
Tanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama denagn
klien.
6. Riwayat Obestri
Tanyakan kapan menstruasi terakhir?
Tanyakan haid pertama dan terakhir?
Tanyakan siklus menstruasi klien, apakah teratur atau tidak?
Tanyakan lamanya menstruasi dan banyaknya darah saat menstruasi
Tanyakan apakah ada keluhan saat menstruasi?
Pernahkah mengalami abortus? Berapa lama perdarahan?
Apakah partus sebelumnya spontan, atern atau proterm?
7. Pola Kebiasaan
Aktivitas / istirahat: Perubahan pola istirahat dan jam tidur pada malam hari,
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti: nyeri, cemas,
berkeringat malam.
Kelemahan atau keletihan.
Keterbatasan latihan ( dalam berpartisipasi terhadap latihan ).
8. Sirkulasi.
Palpitasi (denyut jantung cepat / tidak beraturan / berdebar-debar), nyeri dada,
perubahan tekanan darah.
9. Integritas ego
Faktor stres (pekerjaan, keuangan, perubahan peran), cara mengatasi stres
(keyakinan, merokok, minum alkohol dan lain-lain). Masalah dalam perubahan
dalam penampilan : pembedahan, bentuk tubuh.
Menyangkal, menarik diri, marah.
10. Eliminasi
Perubahan pola defekasi, darah pada feces, nyeri pada defekasi.Perubahan
buang air kecil : nyeri saat berkemih, nematuri, sering berkemih.
Perubahan pada bising usus : distensi abdoment.
11. Makanan/cairan
Keadaan/kebiasaan diet buruk : rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan
pengawet, Anorexsia, mual-muntah. Perubahan berat badan. Perubahan pada
kulit: edema, kelembaban.
12. Neurosensori
Pusing, sinkope (kehilangan kesadaran secara tiba-tiba)
13. Nyeri
Derajat nyeri (ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat)
B. DIAGNOSA & INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ansietas b/d krisis situasional, rencana tindakan pembedahan (operasi)
Defenisi: cemas merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respon otonom (sumber sering sekali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu): perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya, hal ini merupakan kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk menghadapi
ancaman.
Batasan karakteristik:
Perilaku
 Agitasi  Mengekspresikan kekhawatiran
 Gelisah  Penurunan produktivitas
 Gerakan ekstra  Perilaku mengintai
 Insomnia  Tampak waspada
 Kontak mata yang buruk  Melihat sepintas
Afektif
 Berfokus pada diri sendiri  Menyesal
 Distres  Peka
 Gelisah  Perasaan tidak adekuat
 Gugup  Putus asa
 Kesedihan yang mendalam  Ragu
 Ketakutan  Sangat khawatir
 Menggemerutukan gigi  Senang berlebihan
Fisologis
 Gemetar  Tremor
 Peningkatan keringat  Tremor tangan
 Peningkatan ketegangan  Wajah tegang
 Suara bergetar
Simpatis
 Anoreksia  Mulut kering
 Diare  Peningkatan denyut nadi
 Dilatasi pupil  Peningkatan frekuensi nafas
 Eksitasi kardiovaskuler  Peningkatan refleks
 Gangguan pernapasan  Peningakatan tekanan darah
 Jantung berdebar-debar  Vasokontrinsksi superfisial
 Kedutan otot  Wajah memerag
 Lemah
Parasimpatis
 Anyang-anyangan  Mual
 Diare  Nyeri abdomen
 Dorongan segera berkemih  Penurunan denyut nadi
 Gangguan pola tidur  Penurunan tekanan darah
 Kesemutan pada ekstremitas  Pusing
 Letih  Sering berkemih
Kognitif
 Bioking pikiran  Melamun
 Cenderung menyalahkan  Menyadari gejala fisiologis
 Gangguan konsentrasi  Penurunan kemampuan untuk
 Gangguan perhatian belajar
 Konfusi  Penurunan kempauna untuk
 Lupa memecahkan masalah
 Penurunan lapang persepsi
 Preokupasi
Faktor yang berhubungan:
 Ancaman kematian  Pajanan pada toksin
 Ancaman pada situasi terkini  Penularan interpersonal
 Hereditas  Penyalahgunaan zat
 Hubungan interpersonal  Perubahan besar (mis, status
 Kebutuhan yang tidak dipenuhi ekonomi, lingkungan, kesehatan,
 Konflik nilai fungsi, peran)
 Konflik tujuan hidup  Riwayat keluarga tentang ansietas
 Krisis maturasi  Stresor
 Krisis situasi
NOC (Tujuan dan Kriteria Hasil )
a. Anxiety self-control
b. Anxiety level
c. Coping
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien
tidak mengalami cemas dengan kriteria hasil:
a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas.
c. Vital sign dalam batas normal.
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivfitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.
NIC (Intervensi Keperawatan):
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
d. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
e. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
f. Dorong keluarga untuk menemani anak
g. Lakukan back / neck rub
h. Dengarkan dengan penuh perhatian
i. Identifikasi tingkat kecemasan
j. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
k. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
l. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
m. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
2. Resiko perdarahan b/d tindakan pembedahan, terputusnya kontinuitas
jaringan, rusaknya pembuluh darah.
Definisi : Beresiko mengalami penurunan volume darah yang dapat
mengganggu kesehatan
Batasan Karakteristik :
 Aneurisme  Gangguan gastrointestinal
 Sirkumsisi (mis.,penyakit ulkus lambung, polip,
 Defisiensi pengetahuan varises)
 Koagulopati intravaskuler  Gangguan fungsi hati (mis, sirosis,
diseminata hepatitis)
 Riwayat jatuh  Koagulopati inheren (mis,
 Komplikasi terkait kehamilan trombositopenia
(mis, plasenta previa,  Komplikasi pascapartum (mis, atoni
kehamilan mola, solusio uteri, retensi plasenta)
plasenta)  Efek samping terkait terapi (mis,
 Tumor pembedahan, pemberian obat,
pemberian produk darah defisiensi
trombosit, kemoterapi)

NOC (Tujuan dan Kritera Hasil ) :


a. Blood lose severity
b. Blood koagulation

Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien


tidak mengalami perdarahan dengan kriteria hasil:
a. Tidak ada hematuria dan hematemesis
b. Kehilangan darah yang terlihat
c. Tekanan darah dalam batas normal sistol dan diastole
d. Tidak ada perdarahan pervagina
e. Tidak ada distensi abdominal
f. Hemoglobin dan hematrokrit dalam batas normal
g. Plasma, PT, PTT dalam batas normal
NIC (Intervensi Keperawatan) :
Bleeding precautions
a. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
b. Catat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah terjadìnya perdarahan
c. Monitor nilai lab (koagulasi) yang meliputi PT, PTT, trombosit
d. Monitor TTV ortostatik
e. Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif
f. Kolaborasi dalam pemberian produk darah (platelet atau fresh frozen
plasma)
g. Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan perdarahan
h. Hindari mengukur suhu lewat rectal
i. Hindari pemberian aspirin dan anticoagulant
j. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake makanan yang banyak
mengandung vitamin K
k. Hindari terjadinya konstipasi dengan menganjurkan untuk
mempertahankan intake cairan yang adekuat dan pelembut feses
Bleeding reduction
a. Identifikasi penyebab perdarahan
b. Monitor trend tekanan darah dan parameter hemodinamik
(CVP,pulmonary capillary / artery wedge pressure
c. Monitor status cairan yang meliputi intake dan output
d. Monitor penentu pengiriman oksigen ke jaringan (PaO2, SaO2 dan level
Hb dan cardiac output)
e. Pertahankan patensi IV line
Bleeding reduction: wound/luka
a. Lakukan manual pressure (tekanan) pada area perdarahan
b. Gunakan ice pack pada area perdarahan
c. Lakukan pressure dressing (perban yang menekan) pada area luka
d. Tinggikan ekstremitas yarg perdarahan
e. Monitor ukuran dan karakteristik hematoma
f. Monitor nadi distal dari area yang luka atau perdarahan
g. Instruksikan pasien untuk menekan area luka pada saat bersin atau batuk
h. Instruksikan pasien untuk membatasi aktivitas
Bleeding reduction : gastrointestinal
a. Observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh: emesis, feces, urine,
residu lambung, dan drainase luka
b. Monitor complete blood count dan leukosit
c. Kolaborasi dalam pemberian terapi : lactulose atau vasopressin
d. Lakukan pemasangan NGT untuk memonitor sekresi dan perdarahan
lambung
e. Lakukan bilas lambung dengan NaCI dingin
f. Dokumentasikan warna, jumlah dan karakteristik feses
g. Hindari pH lambung yang ekstrem dengan kolaborasi pemberian antacids
atau histamine blocking agent
h. Kurangi faktor stress
i. Pertahankan jalan nafas
j. Hindari penggunaan anticoagulant
k. Monitor status nutrisi pasien
l. Berikan cairan Intravena
m. Hindari penggunaan aspirin dan ibuprofen
3 Nyeri akut b.d agen injuri fisik, luka insisi operasi
Defenisi: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan dengan kerusakan jaringan actual maupun potensial
digambarkan sebagai suatu kerusakan yang tiba-tiba atau lambat dengan
intensiatas ringan hingga berat yang berlangsung < 3 bulan.
Batasan Karakterisitik:
 Tampak meringis  Tekanan darah meningkat
 Bersikap protektif (waspada menghindari nyeri)  Pola napas berubah
 Gelisah  Proses berpikir terganggu
 Frekuensi nadi meningkat  Menarik diri
 Sulit tidur  Berfokus pada diri sendiri
 Diaforesis
Faktor yang berhubungan:
a. Agen cedera fisiologis (mis. Inflamasi, Iskemia, neoplasma)
b. Agen cedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia, iritan)
c. Agen cedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
NOC (Tujuan & Kriteria Hasil):
a. Pain level (tingkat nyeri)
b. Pain control (kontrol nyeri)
c. Comfort level (tingkat kenyamanan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien tidak mengalami
nyeri dengan kriteria hasil:
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
f. Tidak mengalami gangguan tidur
g. Ekspresi wajah nampak tenang
NIC (Intervensi):
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
d. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
g. Ajarkan tehnik nonfarmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi,
kompres hangat/dingin.
h. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
i. Tingkatkan istirhat
j. Berikan informasih tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan berkurang dan antipaisi ketidaknyamanan dari prosedur
k. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama
kali.
DAFTAR PUSTAKA

Andang, Tantrini. 2013. 45 penyakit musuh kaum perempuan. Yogyakarta :


Rapha Publishing

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2011). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih
bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Manuaba (2010). Ilmu Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Mansjoer Arief. M, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. FKUI: Media


Ausculapius; 2013.

Nanda, (2015) Nursing Diagnoses Defenitions and Classification 2015-2017.


Jakarta: EGC
Nugroho, T. (2012). Obsgyn: Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta: Nuha Medika

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015).Nanda Nic Noc Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis. Yogyakarta: Mediaction.

Setyorini, Aniek. 2014. Kesehatan Reproduksi & Pelayanan Keluarga Berencana.


Bogor: IN MEDIA

Wiknjosastro H. 2015. Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai