Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH II

Hakikat Pendidik Dan Peserta Didik

Di Susun oleh :
Kelompok
Nama : 1.Ibnul Haq Sabilillah (E1D118053)
2. Halimatusya’diah (E1D118048)
3. Fitriatul Saqinnah (E1D118044)
4. Fifi Juniarti (E1D118039)
Kelas : 1 B Reguler Sore
Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris
A. Pendahuluan

Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia.


Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan. Ciri khas
manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa
yang di sebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki
sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.

Oleh karena itu, strategis jika pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan
pada seluruh pengkajian tentang pendidikan, dengan harapan menjadi titik tolak bagi
paparan selanjutnya. Untuk mencapai pengetahuan hakikat manusia tersebut maka akan
dikemukakan materi yang meliputi : arti dan wujud sifat hakikat manusia,dimensi
hakikat manusia serta potensi, keunikan, dan dinamikanya, pengembangan dimensi
hakikat manusia dan sosok manusia seutuhnya.

B. Pembahasan

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta


didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi
kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Ibarat biji mangga
dan bukannya menjadi pohon jambu.

Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat, jika

pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya.
Pemahaman

pendidik terhadap sikap hakikat manusia akan membentuk peta tentang karateristik
manusia. Peta ini akan menjadi landasan serta memberi acuan bagi pendidik dalam
bersikap, menyusun strategi, metode, dan teknik, serta memilih pendekatan dan orientasi
dalam merancang dan melaksanakan komunikasi transaksional didalam interaksi
edukatif. Gambaran yang benar dan jelas tentang manusia itu perlu dimiliki oleh
pendidik adalah karena adanya pengembangan sains dan teknologi yang pesat. Oleh
karena itu, adalah sangat strategis jika pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan
pada bagian pertama dari seluruh pengkajian tentang pendidikan.

Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu
(intergrated) dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Di sebut hakikat manusia
karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimilki oleh manusia dan tidak terdapat pada
hewan.
Sifat Hakikat Manusia

Sebelum kita mengetahui sifat hakikat manusia, terlebih dahulu kita harus
mengetahui apa sebenarnya arti kata manusia. Kata manusia berasal dari bahasa
sansekerta”manu”, dan dalam bahasa latin “mens” yang artinya berfikir, berakal budi
atau homo, yang berarti manusia.

Sifat hakikat manusia menajadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat


antropologi. Hal ini menjadi keharusan karena pendidikan bukanlah sekedar soal praktek
melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan
pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normative.

Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara


prinsipiil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manus ia dari hewan . Meskipun
antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi
biologinya.

Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru,


mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara GRADUAL. Wujud sifat
hakikat manusia, pada bagian ini akan di paparkan wujud sifat hakikat manusia (yang
tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensi dengan maksud
menjadi masukan membenahi konsep pendidikan.

Wujud dari sifat hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang dikemukakan oleh
faham eksistensialisme dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep
pendidikan , Prof. Dr. Umar Tirtaraharja dkk , menyatakan :

Kemampuan Menyadari Diri

Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki manusia maka manusia
menyadari bahwa dirinya memiliki ciri kas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan
manusia dapat membedakan dirinya dan membuat jarak dengan orang lain dan
lingkungan di sekitarnya. Yang lebih istimewa lagi manusia dikaruniai kemampuan
membuat jarak diri dengan dirinya sendiri, sehingga manusia dapat melihat kelebihan
yang dimiliki serta kekurangan-kekurangan yang terdapat pada dirinya. Kemampuan
memahami potensi-potensi dirinya seperti ini peserta didik harus mendapat pendidikan
dan perhatian yang serius dari semua pendidik supaya dapat menumbuh kembangkan
kemampuan mengeluarkan potensi-potensi yang ada pada dirinya.

Kemampuan Bereksistensi
Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia menempatkan diri dan
dapat menembus atau menerobos serta mengatasi batas-batas yang membelenggu
dirinya. Sehingga manusia tidak terbelenggu oleh tempat dan waktu. Dengan demikian
manusia dapat menembus ke sana dan ke masa depan.

Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar
belajar dari pengalamannya, mengantisipasi keadaan dan peristiwa, belajar melihat
prospek masa depan dari sesuatu serta mengembangkan imajinasi kreatifnya sejak masa
kanak-kanak.

Kata hati

Kata hati juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati,
pelita hati dan sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang
yang baik atau benar dan yang buruk atau salah bagi manusia sebagai manusia. Untuk
melihat alternatif mana yang terbaik perlu didukung oleh kecerdasan akal budi. Orang
yang memiliki kecerdasan akal budi disebut tajam kata hatinya. Kata hati yang tumpul
agar menjadi kata hati yang tajam harus ada usaha melalui pendidikan kata hati yaitu
dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki
keberanian berbuat yang didasari oleh kata hati yang tajam, sehingga mampu
menganalisis serta membedakan mana yang baik atau benar dan buruk atau salah bagi
manusia sebagai manusia

Moral

Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan maka
yang dimaksud moral adalah perbuatan itu sendiri. Moral dan kata hati masih ada
jarak antara keduanya. Artinya orang yang mempunyai kata hati yang tajam belum
tentu moralnya baik. Untuk mengetahui jarak tersebut harus ada aspek kemauan untuk
berbuat .
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa moral yang singkron dengan kata
hati yang tajam merupakan moral yang baik. Sebaliknya perbuatan yang tidak singkron
dengan kata hatinya merupakan moral yang buruk atau rendah.

Tanggung jawab

Sifat tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari
perbuatan yang menuntut jawab yang telah dilakukannya. Wujud bertanggung jawab
bermacam-macam. Ada bertanggung jawab kepada dirinya sendiri bentuk tuntutannya
adalah penyesalan yang mendalam. Tanggung jawab kepada masyarakat bentuk
tuntutannya adalah sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan masyarakat, hukuman
penjara dan lain-lain. Tanggung jawab kepada tuhan bentuk tuntutannya adalah
perasaan berdosa dan terkutuk.
Rasa kebebasan

Rasa kebebasan adalah tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai dengan
tuntutan kodrat manusia. Artinya bebas berbuat apa saja sepanjang tidak bertentangan
dengan tuntutan kodrat manusia. Jadi kebebasan atau kemerdekaan dalam arti yang
sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan.

Kewajiban dan Hak

Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul karena manusia itu sebagai
makhluk sosial, yang satu ada hanya karena adanya yang lain. Tidak ada hak tanpa
kewajiban. Kewajiban ada karena ada pihak lain yang harus dipenuhi haknya.

Kemampuan Menghayati Kabahagiaan

Kebahagiaan adalah merupakan integrasi dari segenap kesenangan,


kegembiraan, kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman-pengalaman pahit dan
penderitaan. Proses dari kesemuanya itu (yang menyenangkan atau yang pahit)
menghasilkan suatu bentuk penghayatan hidup yang disebut bahagia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perpaduan dari usaha,
hasil atau takdir dan kesediaan menerimanya.

Dimensi Hakikat Manusia Serta Potensi, Keunikan, Dan Dinamikanya

Pada pembahasan telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada bagian ini sifat hakikat
tersebut akan di bahas lagi dimensi-dimensinya atau di tilik dari sisi lain. Ada empat
macam dimensi yang akan di bahas, yaitu

Dimensi keindividualan

Dimensi kesosialan

Dimensi kesusilaan

Dimensi keberagamaan

Dimensi Keindividualan

Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan


suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan
sebagai pribadi . Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak,
perasaan, cita-cita, kecendrungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang
sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana di
gambarkan di atas secara potensial telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh
kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina,
melalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang
memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk
semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai
milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk
membentuk kepripadiannya atau menemukan kediriannya sendiri. Pola pendidikan yang
bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya
potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang menghambat
perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter) dalam hubungan ini
disebut pendidikan yang patologis.

Dimensi kesosialan

Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling
berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk saling memberi dan
menerima.

Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada dorongan untuk
bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan
sesamanya.

Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam


interaksi dengan sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain,
mengidentifikasi sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta
menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan sesamanya,
dalam saling menerima dan memberi, seseorang menyadari dan menghayati
kemanusiaanya.

Dimensi kesusilaan

Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi.
Akan tetapi di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang
pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan
terselubung. Karena itu maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering
digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan
kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan
mencakup etika dan etiket.
Persoaalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya
manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta
melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila.

Dimensi Keberagamaan

Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan


kebutuhan manusia karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan
tempat bertopang.

Manusia memerlukan agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa


agama menjadi sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui
proses pendidikan agama. Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang
hanya memberikan pengetahuan tentang agama, jadi segi-segi afektif harus di utamakan.
Di samping itu mengembangkan kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu mendapat perhatian.

Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia

Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi


hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik
tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja bisa terjadi kesalahan-kesalahannya yang
lazimnya di sebut salah didik. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa
terjadi, yaitu

1. Pengembangan yang utuh

Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua factor,
yaitu kulaitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas
pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.

Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi yaitu, wujud dan
arahnya.

Dari wujud dimensinya

Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan,
kesosialan, kesusilaan dan keberagamaan, antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Pengembangan aspek jasmaniah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat
pelayanan secara seimbang. Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan,
kesusilaan dan keberagaman dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat
layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya. Pengembangan
domain kognitif, afektif dan psikomotor dikatakan utuh jika ketiga-tiganya mendapat
pelayanan yang berimbang.

b.Dari arah pengembangan

Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan kepada


pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman secara
terpadu. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh
diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat
tumbuh dan berkembang secara selaras. Perkembangan di maksud mencakup yang
bersifat horizontal (yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang
menciptakan ketinggian martabat manusia). Dengan demikian totalitas membentuk
manusia yang utuh.

2.Pengembangan yang tidak utuh

Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam
proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk
ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi
keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan dimensi
keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif.
Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku terabaikan penanganannya.

Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan
tidak mantap. Pengembangan semacam ini merupakan pengembangan yang patologis.

Sosok Manusia Seutuhnya

Manusia seutuhnya berarti adalah sosok manusia yang tidak parsial, fragmental. Apalagi
split personality. Utuh artinya adalah lengkap, meliputi semua hal yang ada pada diri
manusia. Manusia menuntut terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, akal, fisik dan
psikisnya. Berdasarkan pikiran dimikian dapat diuraikan konsepsi manusia seutuhnya ini
secara mendasar yakni mencakup pengertian sebagai berikut:

1.Keutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang berkembang.

2.Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar nilai yang
menghayati dan yakin akan cita-cita dan tujuan hidupnya.

Selain hal tersebut, manusia juga memerlukan pemenuhan kebutuhan spiritual,


berkomunikasi atau berdialog dengan Dzat Yang Maha Kuasa. Lebih dari itu, manusia
juga memerlukan keindahan dan estetika. Manusia juga memerlukan penguasaan
ketrampilan tertentu agar mereka bisa berkarya, baik untuk memenuhi kepentingan
dirinya sendiri maupun orang lain. Semua kebutuhan itu harus dapat dipenuhi secara
seimbang. Tidak boleh sebagian saja dipenuhi dengan meninggalkan kebutuhan yang
lain. Orang tidak cukup hanya sekedar cerdas dan terampil, tetrapi dangkal
spiritualitasnya. Begitu pula sebaliknya, tidak cukup seseorang memiliki kedalaman
spiritual, tetapi tidak memiliki kecerdasan dan ketrampilan. Tegasnya, istilah manusia
utuh adalah manusia yang dapat mengembangkan berbagai potensi posisitf yang ada
pada dirinya itu.

Jika pemahaman terhadap manusia seutuhnya seperti itu, maka pendidikan


seharusnya mengembangkan berbagai aspek itu. Pendidikan tidak tepat jika hanya
mengembangkan satu aspek, tetapi melupakan aspek-aspek lainnya. Pendidikan agama
adalah sangat penting, tetapi tidak boleh terlalu mengesampingkan intelektualitasnya.
Sebaliknya juga tidak tepat pendidikan hanya mengedepankan pengembangan
kecerdasan dan ketrampilan, dengan mengabaikan pengembangan spiritual.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia ditangani oleh dua kementerian, yaitu


kementerian pendidikan dan kebudayaan dan kementerian agama. Selain itu,masih ada
kementerian lain yang juga menyelenggarakan pendidikan, tetapi jumlahnya tidak terlalu
banyak. Itulah sebabnya di negeri ini disebut telah terjadi dualisme penyelenggaraan
pendidikan. Yaitu terdapat sekolah yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan dan madrasah serta pondok pesantren yang berada di bawah
Kementerian Agama. Di sekolah umum, sekalipun diajarkan agama.jumlah jam
pelajaran yang disediakan tidak terlalu banyak. Demikian pula sebaliknya, di pondok
pesantren lebih mengutamakan pendidikan agama, dan dalam banyak kasus tidak
memberikan pengetahuan umum. Sedangkan di madrasah selama ini sudah dilakukan
perbaikan kurikulum dengan memberikan pengetahuan umum dan agama secara
seimbang, atau sama banyak jumlahnya. Namun begitu, terkait pendidikan agama,
selama ini belum ditemukan metodologi yang dirasa memuaskan. Agama masih
diajarkan dan belum sepenuhnya dididikkan yang sebenarnya. Sebetulnya, terbatasnya
waktu yang disediakan untuk pendidikan agama di sekolah tidak mengapa, asalkan
kekurangan itu dapat ditambal oleh lingkungan keluarga dan juga oleh masyarakat.
Namun pada kenyataannya, pendidikan agama di keluarga maupun di masyarakat sudah
semakin melemah. Atas dasar alasan-alasan kesibukan orang tua atau juga keterbatasan
pemahaman agama, maka pendidikan agama di lingkungan keluarga dan di masyarakat
tidak dapat dimaksimalkan. Kegiatan mengaji di langgar, mushalla, masjid dan lain-lain
tampaknya sudah semakin berkurang, tidak saja di perkotaan tetapi juga di pedesaan.

Kenyataan seperti itu menjadikan manusia yang utuh sebagaimana yang dicita-citakan
semakin sulit dipenuhi. Pendidikan berjalan secara terpragmentasi atau terpilah-pilah,
mengedepankan sebagian dan mengabaikan bagian lainnya. Akibatnya, manusia utuh
sebagaimana yang dicita-citakan menjadi tidak jelas kapan akan berhasil diraih. Oleh
karena itu, perlu kiranya dipikirkan secara saksama dan mendalam untuk mendapatkan
konsep pendidikan yang dipandang lebih ideal un tuk menyongsong masa depan bangsa
yang lebih baik dan maju.

Menyoal dunia pendidikan, khususnya pendidikan yang membangun jati diri manusia
seutuhnya, kiranya tidak akan berhenti. Berbagai kegiatan ilmiah seperti seminar,
diskusi, lokakarya dan semiloka terus dilakukan guna mencari sebuah model pendidikan
yang dianggap dapat membebaskan manusia dari sikap ketergantungan terhadap benda,
pendidikan yang dapat membebaskan manusia dari pendewaan terhadap dunia, dan atau
model pendidikan yang dapat mencetak manusia yang utuh, yakni manusia yang
manusiawi, manusia memiliki nilai-nilai kemanusiaan.

Pendidikan manusia seutuhnya, pada dasarnya merupakan tujuan yang hedak dicapai
dalam konsep Value Education atau General Education yakni:

1) manusia yang memiliki wawasan menyeluruh tentang segala aspek kehidupan, serta

2) memiliki kepribadian yang utuh. Istilah menyeluruh dan utuh merupakan dua
terminologi yang memerlukan isi dan bentuk yang disesuaikan dengan konteks sosial
budaya dan keyakinan suatu bangsa yang dalam bahasa lain pendidikan yang dapat
melahirkan: a) pribadi yang dapat bertaqarrub kepada Allah dengan benar, dan b)
layak hidup sebagai manusia.

Untuk dapat menghasilkan manusia yang utuh, diperlukan suri tauadan bersama antar
keluarga, masyarakat, dan guru di sekolah sebagai wakil pemerintah. Patut diingat
bahwa pembentukan jati diri manusia utuh berada pada tataran afeksi, dan
pembelajarannya dunia afeksi hanya akan berhasil apabila dilakukan melalui metode
pelakonan, pembiasaan, dan suri tauladan dari orang dewasa.

C. Penutup

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sifat hakikat manusia dan segenap
dimensinya hanya dimilki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Ciri-ciri yang
khas tersebut membedakan secara prinsipiil dunia hewan dari dunia manusia

Adanya hakikat tersebut memberikan tempat kedudukan pada manusia sedemikian rupa
sehingga derajatnya lebih tinggi dari pada hewan dan sekaligus mengusai hewan

Salah satu hakikat yang istimewa ialah adanya kemampuan menghayati kebahagian pada
manusia

Semua sifat hakikat manusia dapat dan harus ditumbuh kembangkan melalui pendidikan
Berkat pendidikan maka sifat hakikat manusia dapat ditumbuhkembangkan secara
selaras dan berimbang sehingga menjadi manusia yang utuh.

Saran

1.Kepada semua pihak yang berkepentingan dunia pendidikan wajib berpegang teguh
kepada nilai-nilai kependidikan dalam mengemban tugas dan tanggung jawab
kesehariannya

Penerapan paradigma baru dalam pendidikan disosialisasikan lebih luas


DAFTAR PUSTAKA

http://macro bio student ummy solok_ makalah pengantar pendidikan“hakikat manusia dan
pengembangannya”.html

http://Konsep manusia seutuhnya.htm

Pengantar pendidikan,Prof.DR.Umar tirtarahardja dan Drs.s.L.La Sulo

http://Hakikat Manusia dan Perkembangannya _ Afid Burhanuddin.html

http://nursekhamaulida makalah pendidikan manusia seutuhnya.htm

http://pengantar pendidikan – ringkasan materi _ suharnisihombing.htm

Anda mungkin juga menyukai