Anda di halaman 1dari 40

BAB IV

TINJAUAN KHUSUS

PEKERJAAN BALOK DAN PLAT LANTAI GEDUNG B

4.1 Rencana Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada Proyek


Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Pekanbaru
Pada bab ini penulis akan menggambarkan secara garis besar unit Pekerjaan
Struktur Balok dan Plat Lantai yang dilaksanakan pada Proyek Pembangunan
Rumah Sakit Daerah Kota Pekanbaru.
4.2 Karakteristik Struktur Balok dan Plat Lantai pada Proyek Pembangunan
Rumah Sakit Daerah Kota Pekanbaru
Karakteristik pada struktur Balok dan Plat Lantai Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Daerah Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut:
1. Tulangan yang digunakan pada balok adalah tulangan dengan diameter 19
mm.
2. Tulangan lantai dan precast yang digunakan adalah tulangan dengan diameter
10 mm.
3. Tulangan sengkang pada balok adalah tulangan dengan diameter 10 mm.
4. Beton yang digunakan adalah mutu k-300
5. Tebal selimut beton adalah 3 cm.

4.3 Bahan yang Digunakan Dalam Pembuatan Balok dan Plat Lantai
4.3.1 Ready mix

Ready Mix adalah suatu adukan beton (campuran semen, agregat halus,
agregat kasar dan air) yang dilakukan di pabrik, kemudian diangkut ke lokasi proyek
dengan menggunakan kendaraan khusus (concrete mixer truck). Beton di dipesan dan
didatangkan dari PT. SHJ. Dalam pengecoran balok dan kolom beton bertulang pada
proyek ini, mutu beton yang dipakai adalah K-300.
Satu buah Concrete Mixer Truck mempunyai kapasitas sebesar 5-7 m3. Untuk
satu buah truck digunakan bahan aditif (admixture) sebanyak 0,3% dari berat semen.
Nilai standar penambahan aditif untuk beton berkisar antara 0,2%-0,35% dari berat
semen. Apabila digunakan lebih dari 0,35% maka daya ikat (setting time) campuran
beton akan semakin panjang dan beton menjadi lama mengering dan mengerasnya.
Penambahan aditif tidak mempengaruhi mutu beton yang diinginkan. Air dan zat
aditif mempunyai sifat tolak-menolak sehingga dengan ditambahkannya aditif
menyebabkan air masuk ke semen lebih lama. Pengadukan atau perputaran mesin
molen truck sekitar 85 Rpm, sehingga campuran beton menjadi rata dan homogen.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh Ready Mix adalah :
1. Semua beton Ready Mix disuplai dari perusahaan yang telah mengadakan
kontrak kerja sama (sub kontraktor).
2. Perbandingan berat semen, agregat kasar, agregat halus terus menerus dicatat
di batching plan dengan pertimbangan yang telah dikalibrasi oleh badan yang
berwenang.
3. Penambahan bahan aditif dalam proses pembuatan beton ready mix harus
sesuai dengan petunjuk teknis pabrik yang bersangkutan dan izin tertulis dari
MK/pengawas. Penggunaan bahan tambah tersebut diatas tidak boleh
menyebabkan dikuranginya volume semen dalam adukan.
4. Selang waktu yang diizinkan untuk penambahan air dalam adukan harus
dilaksanakan dibawah pengawasan, baik selama ditempat pembuatan beton
Ready Mix maupun dilapangan, penambahan air untuk meningkatkan slump
beton atau alasan lain tidak diperkenankan kecuali atas pengawasan dan
persetujuan pengawas.
Beton Ready Mix harus dicor pada tempatnya dalam waktu maksimum 3 jam
dihitung mulai truck mixer keluar dari plant sampai kelokasi proyek, lebih dari itu
maka daya lekat beton akan berkurang.

4.3.2 Baja Tulangan dan Kawat Pengikat


Besi beton/baja tulangan merupakan suatu bahan yang sangat penting untuk
pembuatan beton bertulang karena baja tulangan mempunyai fungsi untuk menahan
kekuatan tarik.
Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat dalam PBI 1971 (SNI-
3), digunakan besi dengan mutu baja U-24 tegangan lelehnya sebesar 240 Mpa untuk
baja polos, dan U-40 tengangan lelehnya sebesar 400 Mpa untuk tulangan ulir.
Pada proyek Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Pekanbaru, tulangan yang
digunakan adalah tulangan berulir untuk struktur yang di produksi Krakatau Steel.
Mutu baja yang digunakan BJTD dengan fy =400 Mpa.
Pada Proyek ini, adapun syarat besi/baja yang digunakan antara lain:
1. Baja tulangan yang dipakai harus bersih dari segala macam kotoran, karat,
minyak, cat dan lain-lain yang akan merusak mutu beton.
2. Kawat ikat (bendrat) harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum
1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.
3. Baja tulangan harus lurus tidak terdapat lipatan-lipatan, tidak mengandung
serpih dan tidak bergelombang.
4. Sama sekali tidak diperkenankan mengadakan pengecoran beton sebelum
tulangan yang telah terpasang telah diperiksa dan disetujui oleh direksi.
Apabila diperlukan, baja tulangan disikat untuk dibersihkan sebelum dipakai.
4.4 Peralatan yang Digunakan Dalam Pekerjaan Balok dan Plat Lantai
4.4.1 Tower Crane

Tower Crane digunakan untuk mengangkat bahan material dan struktur


termasuk balok dan pelat lantai precast dari tempat perletakan yang berada di bawah
halaman bangunan ke atas bangunan untuk kemudian dikerjakan.
Gambar 4.1 Tower Crane

Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

4.4.2 Concrete Mixer Truck

Concrete Mixer Truck, yaitu : truk khusus yang dilengkapi dengan Concrete
Mixer yang fungsinya sama seperti molen. Alat ini digunakan karena besarnya
kapasitas pekerjaan pengecoran srtuktur balok dan pelat lantai yang akan
dilaksanakan, apabila dilakukan dengan tenaga manusia akan memerlukan waktu
yang lama sehingga tidak efesien.

Gambar 4.2 Concrete Mixer Truck


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
Truk ini mengangkut beton siap pakai (Ready Mix) dari tempat pencampuran
beton (batching plan) sampai pada lokasi pengecoran. Selama pengangkutan, Mixer
Truck ini terus berputar searah jarum jam dengan kecepatan 8-12 putaran permenit
agar adukan beton tetap homogen dan tidak mengeras. Mixer truck yang digunakan
dalam proyek ini adalah dari PT. SHJ yang menyuplai beton siap pakai dengan
kapasitas sebuah truk adalah 5-7 m3.

4.4.3 Concrete Vibrator

Vibrator adalah alat getar beton. Alat ini digunakan pada saat pengecoran
yang berfungsi untuk menggetarkan campuran beton agar tidak terjadi pemisahan
antar agregat sehingga diperoleh suatu campuran yang padat dan tidak berongga.
Berdasarkan jenisnya Concrete Vibrator terdiri atas :
1. Alat getar cetakan.
2. Concrete Vibrator external.
Fungsi alat ini adalah :
1. Untuk memampatkan adukan beton yang sedang dicor.
2. Untuk mengeluarkan gelembung – gelembung udara yang ada dalam
adukan beton pada saat pengecoran.
Untuk meratakan adukan agar menyebar kesegala arah.

Gambar 4.3 Concrete Vibrator


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
4.4.4 Kompresor (Compressor)

Kompresor atau Compressor berfungsi untuk membersihkan bagian-bagian


struktur, terutama yang akan dicor dari kotoran dan debu.

Gambar 4.4 Compressor


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

4.4.5 Alat Pemotong Besi (Bar Cutter)

Besi-besi yang akan digunakan untuk pembuatan kolom terlebih dahulu


diluruskan dan harus bersih dari segala macam kotoran, karat, minyak, cat, dan lain-
lain yang akan merusak mutu beton. Alat pemotong tulangan atau Bar Cutter yaitu
alat yang digunakan untuk memotong besi/baja sesuai dengan panjang yang
dibutuhkan. Alat pemotong baja ini mempunyai suatu alat pemotong berupa pisau
blok yang di gerakkan dengan mesin generator menggunakan sistem hidraolik
sehingga mata pisau bisa terdorong dengan perlahan disebabkan tekanan udara
sehingga dapat memotong besi baja tulangan sesuai yang direncanakan.
Gambar 4.5 Bar Cutter

Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

4.4.6 Alat Pembengkok Tulangan (Bar Bender)

Adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan/meluruskan besi tulangan


dalam pekerjaan pembesian sesuai kebutuhan lapangan.

Gambar 4.6 Bar Bender

Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

4.4.7 Gerobak Sorong


Gerobak sorong berfungsi mengangkut material bangunan ketempat lain
sesuai dengan kapasitas kemampuannya dan juga berfungsi dalam pengujian slump
sebagai alat angkut bubur beton.

Gambar 4.7 Gerobak Sorong

Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

4.4.8 Skaffolding

Scaffolding digunakan sebagai penyangga pada balok dan pelat lantai agar
posisi balok dan pelat lantai tidak mengalami pergeseran dan berada dalam posisi
yang kokoh dan kuat, serta membantu tukang dalam pekerjaan joint.
Gambar 4.8 Scaffolding

Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

4.4.9 Peralatan Pembantu Lainnya

Alat-alat yang digunakan untuk mempelancar pekerjaan seperti : tang/kakak tua,


sekop, cangkul, gergaji, ember, lighting (lampu penerangan), linggis,meterandanpalu.

Gambar 4.9 Peralatan Pembantu


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

4.5 Pekerjaan Persiapan


4.5.1 Papan Nama Proyek

Papan nama proyek di pasang di depan lokasi proyek 1 (satu) minggu setelah
kontraktor menerima surat perintah mulai kerja serta di jaga keberadaannya selama
proyek berlangsung.

Gambar 4.10 Papan Nama Proyek

Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

4.6 Pelaksanaan Pekerjaan Balok dan Plat Lantai Gedung B


4.6.1 Pekerjaan Balok
4.6.1.1 Pemasangan Skaffolding dan Bekisting Balok
Memasang scaffolding di bawah balok sebagai penyangga, dapat di lihat pada
gambar 4.11.
Gambar 4.11 Pemasangan Scaffolding
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
Pembuatan cetakan atau bekisting balok ini dilakukan seiring dengan
pembuatan tulangan balok. Walaupun bekisting merupakan alat bantu
sementara, tetapi bekisting memegang peranan yang sangat penting. Bekisting
harus dibuat dengan bahan yang bermutu dan perlu direncanakan dengan
sedemikian rupa agar konstruksi tidak mengalami kerusakan akibat lendutan
atau lenturan yang timbul ketika beton dituangkan. Sebelum melaksanakan
pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang perlu dipersiapkan adalah
multiplek ukuran tebal 9 mm, kayu 5/7 cm, meteran, palu, waterpass, gergaji,
paku, siku-siku, pahat dan lain-lain. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan bekisting, antara lain:
1. Bekisting harus kokoh dan stabil
2. Bekisting harus rapat sehingga tidak terjadi kebocoran pada saat
dilaksanakan pekerjaan pengecoran.
3. Bekisting sebaiknya terbuat dari bahan yang tidak mudah menyerap air,
sehingga mudah dalam pembongkarannya dan tidak menimbulkan
kerusakan pada beton pada saat pembongkaran bekisting.

Gambar 4.12 Pemasangan Bekisting Pada Balok


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Langkah-langkah pembuatan bekisting balok adalah sebagai berikut :


a. Multiplek ukuran tebal 9 mm dipotong menurut ukuran yang telah
ditetapkan sesuai dengan bentuk balok yang akan dikerjakan.
b. Menggunakan kolom sebagai titik acuan untuk menentukan sumbu dan
elevasi balok dengan menarik benang dianatara kolom dimana bekisting
balok yang akan di pasang.
c. Memasang bekisting balok arah memanjang dan melintang.
d. Bekisting balok tiap sudutnya diberi penyangga dan dipaku dari luar
bekisting dengan maksud agar kuat, kokoh, stabil dan tidak terjadi ke
bocoran ketika dilakukan pengecoran.

Gambar 4.13 Bekisting Diberi Penyangga


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
4.6.1.2 Pekerjaan Penulangan Balok
Langkah-langkah penulangan balok meliputi :
1. Pekerjaan Pemotongan Besi
a. Besi yang akan di potong untuk pembuatan balok terlebih dahulu
diluruskan dan harus bersih dari segala macam kotoran, karat, cat
dan lain-lain yang akan merusak mutu beton kemudian besi
dibengkokkan sesuai gambar rencana.
b. Besi tulangan 10 digunakan pada begel/sengkang.
Gambar 4.14 Besi dipotong

Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

2. Pembuatan Beugel/Sengkang
Untuk balok induk dan balok anak, pembuatan begel atau sengkang
dilakukan setelah besi tulangan 10 telah selesai di potong.

Gambar 4.15 Pembengkokan Besi Untuk Membentuk Beugel


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
Gambar 4.16 Tulangan Sengkang/Beugel yang Telah dirakit
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
3. Pengangkatan Tulangan
Besi tulangan dan sengkang yang telah dipotong dan dibengkokkan
kemudian diangkat dan dibawa ke lokasi tempat bekisting untuk
dirangkai.

Gambar 4.17 Pengangkatan Tulangan


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
4. Pemasangan Tulangan
Penulangan balok langsung pada tempat dimana bekisting balok dipasang
sesuai dengan gambar rencana. Rangka tulangan utama dirakit dan ikatkan
dengan kawat pengikat, setelah itu tulangan sengkang dirakit pada
tulangan utama. Tulangan utama dan tulangan sengkang diikat dengan
kawat pengikat.

Gambar 4.18 Perakitan Penulangan Balok


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
Di dalam bekisting balok diletakkan beton deking yang berfungsi sebagai
pembatas jarak antara lapisan beton dengan tulangan utama, dapat dilihat
pada Gambar 4.19 a dan Gambar 4.19 b.

Gambar 4.19 a Beton Decking


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
Gambar 4.19 b Penggunaan Beton Decking
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
Adapun detail tulangan balok gambar 4.20 dibawah ini :

Gambar 4.20 Tulangan Balok Lantai 2


Sumber : Data Gambar PT Pembangunan Perumahan
4.6.1.3 Penyetelan Rangka Besi Balok
Penyetelan besi pada balok terhadap kolom dapat dilihat pada gambar 4.21
dan gambar 4.22
Gambar 4.21 Penyambungan Tulangan Kolom ke Tulangan Balok
Sumber : Buku Standard Method Of Detailing Stuctural Concrete by The
Institution Of Stuctural Engineers

Gambar 4.22 Penyambungan Tulangan Kolom ke Beberapa Balok


Sumber : Buku Standard Method Of Detailing Stuctural Concrete by The
Institution Of Stuctural Engineers
4.6.2 Pekerjaan Plat Lantai
4.6.2.1 Pemasangan Scaffolding dan Bekisting Plat Lantai
Adapun langkah-langkah pemasangan bekisting plat lantai adalah sebagai
berikut :
1. Memasang Scaffolding di plat lantai 2 sebagai penyangga, dapat dilihat
pada gambar 4.23

Gambar 4.23 Pemasangan Scaffolding di Plat Lantai 2


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
2. Bekisting plat lantai dipasang untuk lantai kamar mandi atau toilet sesuai
ukuran yang telah ditentukan dapat dilihat pada gambar 4.24

Gambar 4.24 Bekisting Pada Lantai Kamar Mandi


Sumber ; Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
4.6.2.2 Pekerjaan Pabrikasi Precast
Adapun tahapan untuk pelaksanaan pekerjaan precast half slab adalah sebagai
berikut :
1. Pekerjaan Pembesian Precast
Pembesian untuk pembuatan precast langsung dibekisting dipotong sesuai
dengan ukuran digambar. Besi yang dipakai untuk pembuatan precast
adalah besi ukuran diameter 10 mm dapat dilihat pada gambar 4.25 a,
gambar 4.25 b, gambar 4.25 c dan gambar 4.25 d.

Gambar 4.25 a Pemotongan Besi Precast


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Gambar 4.25 b Besi Precast dipasang


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
Gambar 4.25 c Pembengkokan Besi Precast
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Gambar 4.25 d Pemberian Besi Untuk Pengangkatan


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
2. Penyiraman Solar Pada Besi dan Bekisting precast
Penyiraman solar pada besi dan bekisting Precast bertujuan agar saat
pembongkaran precast tidak sulit. Dapat dilihat pada gambar 4.26.
Gambar 4.26 Penyiraman Solar Pada Besi dan Bekisting Precast
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
3. Pengecoran Precast
Pengecoran precast digunakan beton ready mix produk PT. SHJ dengan
mutu beton K-300. Langkah-langkah pengecoran precast adalah :
a. Setelah pembesian selesai, dilakukan pemesanan beton ready mix
dengan volume yang dibutuhkan sesuai dengan perhitungan yang telah
dilakukan konsultan pengawas.
b. Setelah concrete mixer truck sampai dilapangan, maka dilakukan uji
slump terlebih dahulu.
c. Beton ready mix di tuangkan kedalam cetakan precast.

Gambar 4.27 Pengecoran Precast


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
d. Meratakan coran dengan menggunakan trowel tangan. Setelah sekitar
kurang dari dua jam dilakukan penyiraman pada permukaan beton agar
tidak terjadi keretakan.
Gambar 4.28 Meratakan Coran Menggunakan Trowel Tangan
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Gambar 4.29 Precast Siap dipasang


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
4.6.2.3 Pemasangan Plat lantai Precast
Precast half slab diangkut dilakukan pengecoran menggunakan tower crane.
Gambar 4.30 Pengangkutan Precast Ketempat Pengecoran
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Gambar 4.31 Pemasangan Plat Lantai Precast


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
4.6.2.4 Pekerjaan Penulangan Lantai
Perakitan tulangan pada plat lantai dilakukan seperti membuat anyaman.
Posisi tulangan plat lantai disesuaikan dengan gambar kerja, dengan
menggunakan dua lapis besi untuk lantai kamar mandi, di mana tulangan arah
memanjang terletak dibawah dan tulangan arah melintang terletak pada bagian
atas dan bawah dengan selang seling dengan jarak yang telah ditentukan.
Sedangkan tulangan untuk lantai precast menggunakan satu lapis besi
tulangan lalu setiap pertemuan ujung tulangannya di ikat menggunakan kawat
beton.
Gambar 4.32 Tulangan Pada Plat lantai
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Gambar 4.33 Penyambungan antar Precast Half Slab


Sumber :Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Pemasangan kayu balok dan multiplek dilokasi yang sudah ditentukan dalam
gambar rencana sebagai batas ketinggian pengecoran dan sebagai penutup
tempat pemasangan pipa pvc untuk saluran air agar tidak terkena saat
pengecoran.
Gambar 4.34 Multiplek Lantai Kamar Mandi
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

4.6.3 Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai


Pengecoran balok dan plat lantai digunakan beton ready mix produk PT. SHJ
dengan mutu beton K-300. Langkah-langkah pengecoran balok dan plat lantai
:
1. Setelah selesai pembesian pada balok dan lantai, pemesanan concrete
mixer truck dilakukan sesuai dengan volume yang dibutuhkan sesuai
dengan perhitungan yang dilakukan konsultan pengawas.
2. Setelah concrete mixer truck sampai di lapangan, maka dilakukan uji
slump terlebih dahulu dengan menggunakan kerucut terpancung.
3. Sebelum pengecoran, dilakukan penyiraman daerah yang akan di cor
terlebih dahulu agar tidak kering saat perekatan beton dengan
bekistingnya. Setelah itu pengecoran dilakukan dengan menggunakan
beton ready mix dari truck mixer ke concrete bucket dimasukkan hingga
penuh, di angkat menggunakan tower crane ke tempat pengecoran (Lantai
2) seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.35.
Gambar 4.35 Pengecoran Balok dan Plat Lantai 2
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
4. Secara perlahan beton ready mix yang sudah berada diatas bekisting balok
dan plat lantai digetarkan dengan menggunakan concrete vibrator yang
bertujuan untuk memadatkan adukan dan menghindari terjadinya void
apabila adukan tersebut mulai mengaras. Ready mix yang telah digunakan
pada saat pengecoran langsung diratakan dalam waktu yang cepat agar
tidak terjadi pengerasan beton.

Gambar 4.36 Pemadatan Beton Menggunakan Concrete Vibrator


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
Jika pengecoran terpotong atau harus menyambung pengecoran yang
sudah kering dan dilakukakan hari sebelumnnya maka dipinggir cor yang
sudah kering tersebut di beri perekat beton menggunakan Calbond seperti
gambar 4.40.

Gambar 4.37 Penggunaan Calbond Sebagai Perekat Sebelum


Penyambungan Pengecoran
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
5. Mengontrol ketebalan dan ketinggian coran menggunakan alat pengukur
seperti gambar 4.41 dan diukur ketinggian elevasi pada tongkat pengukur
yang berpatok pada elevasi yang sudah ditandai di kolom menggunakan
waterpass.
Gambar 4.38 Mengukur Ketebalan Coran menggunakan Tongkat
Pengukur dan Waterpass
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
6. Meratakan coran dengan menggunakan trowel tangan, dapat dilihat pada
gambar 4.42.
Gambar 4.39 Meratakan Beton
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
7. Pada saat melakukan pengecoran tiga tempat pertemuan kolom, balok dan
plat lantai diusahakan agar terisi penuh.
8. Setelah sekitar kurang dari dua jam dilakukan penyiraman pada
permukaan beton agar tidak terjadi keretakan.
4.6.4 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Balok
Pembongkaran bekisting balok dilakukan setelah beton mengeras yaitu ketika
umur beton berumur 7 hari setelah pengecoran. Langkah-langkah
pembongkaran bekisting pada balok adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan pertama yang dilakukan dalam melepas bekisting balok adalah
melakukan pembongkaran terhadap scaffolding .
2. Setelah scaffolding terlepas, lakukan pembongkaran bekisting pada balok
dengan hati-hati.
3. Kemudian bekisting dan scaffolding yang telah selesai digunakan di
angkat ke tempat yang telah di sediakan dengan menggunakan Tower
Crane.
4.6.5 Perawatan beton
Perawatan beton adalah suatu langkah/tindakan untuk memberikan
kesempatan pada beton untuk mengembangkan kekuatannya secara wajar dan
sesempurna mungkin. Untuk tujuan tersebut maka suatu pekerjaan beton perlu
dijaga agar permukaan beton segar selalu lembab. Kelembaban beton ini harus
dijaga agar proses hidrasi semen dapat terjadi dengan wajar dan berlangsung
sempurna. Bila hal ini tidak dapat dilakukan, akan terjadi beton yang kurang
kuat, dan juga menimbulkan retak-retak. Selain itu, kelembaban beton tadi
juga dapat menambah beton menjadi lebih tahan terhadap pengaruh cuaca dan
lebih kedap air.
Cara perawatan beton adalah sebagai berikut :
1. Menggenangi permukaan beton dengan air
2. Menyirami permukaan beton dengan air bersih setiap saat secara berkala
selama ± dua minggu
3. Dalam perawatan beton ini, air yang digunakan adalah air bersih dan
bebas dari unsur-unsur kimia yang bisa menyebabkan terjadinya
perubahan warna pada beton.

4.7 Pengawasan Kualitas (Quality Control)

Pengawasan kualitas (quality control) dilakukan berbagai macam pengujian,


prosedur pelaksanaannya mengacu pada Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung (PPIUG) yang meliputi :

4.7.1 Slump Test

Slump beton adalah suatu cara untuk mengetahui atau mengukur


kelecekan/kekentalan adukan beton yang nantinya akan berguna untuk pekerjaan
beton.

Prosedur pengujian slump test sebagai berikut :

1. Tuangkan material adukan beton ke dalam gerobak. Dimana adukan beton


yang baru datang dilakukan pengujian dengan menuangkan kedalam gerobak
agar beton tidak berserak dan memudahkan dalam pengujian slump dan
pengambilan sample.
2. Sebelum beton dimasukkan kedalam kerucut Abrams, maka beton harus
diaduk terlebih dahulu dengan sendok spesi supaya beton merata. Pada
percobaan ini hal yang harus diperhatikan yaitu sebelum menuangkan beton
kedalam kerucut, maka kerucut harus ditahan dengan kaki supaya tidak
terangkat pada bagian bawah. Pengisian adukan beton kedalam kerucut
Abrams sampai 1/3 dari tinggi kerucut Abrams.
Gambar 4.40 Kerucut Abrams
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
3. Setelah adukan beton diatuangkan dalam kerucut Abrams 1/3 dari tinggi
kerucut abrams maka dilakukan penusukan dengan tongkat sebanyak 25 kali
dengan merata dan dalam tahapan ini yang harus diperhatikan jangan terlalu
lama dalam penusukan dan penusukan harus konstan juga, kerucut Abrams
tidak boleh terangkat.
4. Setelah dilakukan penusukan sebanyak 25 kali maka adukan beton dalam
gerobak diaduk kembali untuk menjaga keplastisan adukan. Dan kemudian
adukan dimasukkan kembali kedalam kerucut Abrams hingga ketinggian 2/3
tinggi kerucut Abrams.
5. Setelah dilakukan kembali pengisian adukan beton kedalam kerucut Abrams
dengan ketinggian 2/3 dari tinggi kerucut Abrams, maka dilakukan penusukan
kembali samai 25 kali dengan kekuatan konstan. Dalam tahapan ini hal yang
harus diperhatikan dalam penusukan tidak boleh terlalu dalam, penusukan
diusahan pada kedalaman lapisan pertama 1/3 tinggi kerucut.
6. Setelah dilakukan penusukan 25 kali pada lapisan kedua maka dilakukan
kembali pengisian adukan beton kedalam kerucut Abrams hingga penuh dan
dilakukan penusukan kembali sebanyak 25 kali pada lapisan ketiga.
7. Setelah dilakukan penusukan sebanyak 25 kali pada lapisan ketiga maka pada
bagian atas kerucut Abrams diratakan hingga pada bagian ujung kerucut
Abrams rata dan datar. Maka dengan mendatarkan pada bagian ujung kerucut
Abrams sehingga memastikan bahwa adukan dalam kondisi penuh didalam
kerucut.
8. Setelah kerucut Abrams terisi penuh dan sudah didatarkan dengan sendok
spesi maka didiamkan selama kurang lebih 30 detik sambil membersihkan sisi
kerucut abrams.
9. Setelah kira-kira 30 detik maka dilakukan proses pengangkatan dengan
kecepatan 5±2 detik dengan kecepatan konstan dan pengangkatan tegak lurus.
Setelah dilakukakan proses pengangkatan kerucut Abrams maka ukur tinggi
jatuhnya material adukan beton dengan menegakkan kerucut Abrams dan
meletakkan tongkat penusuk diatas kerucut Abrams. Maka dengan
menggunakan meteran tinggi jatuh material dapat diketahui dengan
melakukan pengukuran. Dan setelah dilakukan pengukuran maka langkah
selanjutnya menyimpulkan nilai slumnya masuk dalam ketentuan yang
diminta atau tidak, jika masuk maka beton boleh langsung digunakan untuk
pengecoran.
Gambar 4.41 Pengukuran Slump Beton
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Nilai slump beton dapat dicari dengan cara menghitung penurunan benda uji
terhadap puncak kerucut Abrams dalam 3 sisi bagiannya (H1, H2, H3). Lalu ambil
nilai rata – rata dari penurunan yang terjadi.

𝐻1 + 𝐻2 + 𝐻3
𝑆𝑙𝑢𝑚𝑝 =
3

Keterangan :

H1= tinggi sampel pertama

H2= tinggi sampel kedua

H3= tinggi sampel ketiga

Tabel 4.1 Nilai Slump Untuk Berbagai Pekerjaan Beton

Slump (cm)
No. Uraian
Max Min
Dinding, plat pondasi
1 12,5 6,5
telapak bertulang
Pondasi telapak tidak
2 bertulang, kaison, dan 9 2,5
struktur di bawah tanah
Plat lantai, balok, kolom,
3 15 7,5
dan dinding

4 Pengerasan jalan 7,5 5

5 Pembetonan missal 7,5 2,5


Sumber : SNI M-12-1989-F
Pengujian slump beton yang digunakan adalah dalam bentuk SSD, seperti pada
gambar dibawah ini :

Slump Encer Slump plastis Slump Sejati( Kental)

Gambar 4.42 Pengujian Slump Beton dalam Bentuk SSD


Sumber :google searching

4.7.2 Kuat Tekan Beton Berdasarkan SNI

Kuat tekan beton adalah muatan maximum yang dapat dipikul dari persatuan
luas. Kuat tekan beton harus direncanakan dengan baik sesuai dengan gaya yang akan
bekerja pada konstruksi.

Kuat tekan beton pada umumnya dipengaruhi oleh :

1. Faktor air semen


Makin rendah faktor air semen makin tinggi kuat tekannya namun terkadang
makin rendah faktor air semen maka kekuatannya pun semakin rendah.
2. Umur beton
Kuat tekan beton bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton
tersebut, kuat tekan beton yang maximum terdapat pada usia 28 hari.
3. Jenis semen
Jenis semen akan menyebabkan kenaikan kuat tekan beton yang berbeda.
Kualitas semen sangat mempengaruhi kekuatan dari beton yang dihasilkan
walaupun sesuai dengan takarannya. Jika hasil kuat tekan beton tidak sesuai
dengan yang diharapkan ini berarti kualitas semen tersebut rendah.
4. Jumlah semen
Jumlah semen yang sedikit, berarti jumlah air juga sedikit sehingga adukan
beton sulit untuk dipadatkan dan kuat tekan beton menjadi rendah.
5. Perawatan
Perawatan yang dimaksud adalah yang dilakukan setelah adukan beton
dituangkan kedalam cetakan. Perawatan itu biasanya berupa penyiraman
beton menggunakan air dengan tujuan menjaga kelembapan beton tersebut.
6. Sifat agregat
Sifat agregat yang paling berpengaruh adalah kekerasan optimum dan gradasi
agregat yang digunakan. Adapun jenis gradasi agregat yang bagus digunakan
adalah jenis gradasi menerus dengan tujuan meminimalkan celah atau pori
yang akan terjadi.

Dalam menentukan kuat tekan beton,dapat menggunakan benda uji kubus


bersisi 15 cm, atau benda uji silinder berdiameter 15 cm dengan tinggi 30 cm,
sehingga didapat perbandingan kuat tekan beton yang terdapat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Perbandingan Kuat Tekan Beton Terhadap Berbagai Benda Uji

Perbandingan kekuatan
Benda uji
beton

Kubus 15 x 15 x 15 1

Kubus 20 x 20 x 20 0,95

Silinder Ø15,tinggi 30 cm 0,83

Sumber : SNI 03 - 1974 – 1990

Pada proyek Pembangunan Rumah Sakit Daerah Pekanbaru ini, jenis benda uji
kuat tekan beton yang digunakan oleh Laboratorium PT. SHJ dan Laboratorium Uji
Bahan Universitas Riau adalah benda uji berbentuk kubus dengan ukuran 15 cm x 15
cm, tinggi 15 cm dan benda uji berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15 cm,
tinggi 30 cm.
Gambar 4.43 Benda Uji Kuat Tekan

Sumber : PT Pembangunan Perumahan (PP), 2015

Prosedur Pengujian Kuat Tekan :

a. Pembuatan Benda Uji


1) Siapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk pengujian ini. Alat
alat yang harus disiapkan adalah cetakan kubus dan silinder yang
terbuat dari baja, kerucut Abraham, tongkat penusuk terbuat dari besi,
sendok spesi, sendok semen dan gerobak
2) Ambil beton segar yang akan digunakan dalam proses pengecoran
yang beton tersebut sudah dilakukan pengujian slump dan nilai slump
sesuai dengan ketentuan. Maka beton segar tersebut dimasukkan
kedalam cetakan kubus dan silinder
3) Isi cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, setiap lapisan berisi
kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat
pemadat sebanyak 25 kali secara merata atau dengan memukul-mukul
dengan palu karet hingga gelembung udara tidak kelihatan lagi
4) Setelah dilakukan pemadatan dengan cara menusuk-nusuk maka
dilakukan proses perataan benda uji dengan menggunakan sendok
spesi hingga datar dan melektakkan benda uji pada tempat yang aman
5) Biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan letakan pada tempat
yang bebas getaran serta ditutup oleh bahan yang kedap air.
b. Penyimpanan Benda Uji
1. Setelah selesai percetakan benda uji dirawat selama ± 24 jam
2. Setelah ± 24 jam, keluarkan benda uji dari cetakan
3. Rawat benda uji sampai batas waktu yang telah ditentukan.
c. Pengujian Kuat Tekan

Untuk pengujian kuat tekan pada beton dilakukan setelah umur beton 7 hari, 14
hari dan 28 hari. Pengujian kuat tekan beton mengacu pada tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.3 Perbandingan Kuat Tekan Beton pada Berbagai Umur

Umur Beton 3 7 14 21 28 90 365

Semen
0,4 0,65 0,88 0,95 1 1,2 1,35
Portland Biasa
Semen
Portland yang
0,55 0,75 0,9 0,95 1 1,15 1,2
berkekuatan
awal tinggi
Sumber : google searching

Pemeriksaan uji kuat tekan pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Daerah
Pekanbaru dilakukan pada tanggal 20 Mei 2015 dan 12 Oktober 2015. Kesimpulan
dari hasil pemeriksaan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Uji Kuat Tekan Beton dalam Usia 28 Hari untuk K-
300

Sampel Kuat
Luas
Tanggal Ukuran Tekan
Tekan
Pemeriksaan Jumlah Kode Sampel (cm) rata-rata
(cm²)
(kg/cm²)

20 Mei 2015 10 K-300 15×15 225 500,8

12 Oktober
11 K-300 15×30 176.6 329,13545
2015

Sumber : Laboratorium Teknologi Bahan Teknik Sipil Universitas Riau dan PT.
SEMANGAT HASRAT JAYA (SHJ)

Dapat dilihat dari data diatas bahwa pemeriksaan sudah memenuhi standar
dimana nilai kuat tekan rata-rata benda uji lebih besar dari nilai mutu beton K-300.

4.8 Pengendalian Waktu


Pengendalian waktu suatu proyek sangat penting karena dengan adanya
pengendalian waktu ini maka proyek akan siap tepat waktu seperti yang telah
ditetapkan dalam dokumen kontrak. Salah satu jalan untuk pengendalian waktu
proyek yaitu dengan Pembuatan Time Schedule ( Jadwal waktu ).

Adapun tujuan pembuatan time schedule ini adalah :

1. Untuk menentukan lamanya waktu pelaksanaan yang telah ditentukan sesuai


dengan rencana.
2. Sebagai pedoman bagi kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan sehingga
pekerjaan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
3. Untuk mengontrol kemajuan pekerjaan sehingga bila terjadi keterlambatan
akan dapat dicari jalan keluarnya.
4. Mengontrol pengeluaran biaya untuk pelaksanaan proyek.

Salah satu aspek keberhasilan dalam suatu proyek adalah apabila proyek tersebut
dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Untuk mencapai hal
tersebut, upaya yang harus dilakukan adalah dengan pengendalian dan pengontrolan
waktu pelaksanaan.

4.8.1 Time Schedule

Pada pengaturan jadwal pelaksanaan proyek, pihak kontraktor harus menyusun


jadwal (Time Schedule) seperti terlihat pada Lampiran 6. Penyusunan jadwal ini
sangat diperlukan agar pekerjaan dapat berjalan lancar, efesien dan efektif sesuai
dengan kontrak sehingga dapat memberikan keuntungan pada perusahaan.
Beberapa hal yang disusun oleh kontraktor untuk pengendalian waktu proyek
adalah :
1. Master Schedule
Yaitu jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan yang disusun berdasarkan urutan dari
saat proyek dimulai sampai proyek berakhir.Master Schedule merupakan pedoman
untuk membuat kurva S perencanaan dan kurva S aktual (pekerjaan yang telah
dilaksanakan), Sehingga dapat dinilai kemajuan pekerjaan secara keseluruhan.
2. Monthly Schedule
Yaitu jadwal kerja yang disusun pada minggu terakhir setiap bulan yang berisi
rencana pelaksanaan berbagai bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan pada bulan
berikutnya.
3. Weekly Schedule
Yaitu jadwal rencana pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam satu minggu.
4. Daily Schedule
Yaitu jadwal kerja harian yang disusun dengan mengacu kepada Weekly Schedule.
4.8.2 Kurva S

Rencana jadwal pekerjaan di lapangan dibuat dan disusun oleh kontraktor


berdasarkan laporan harian, mingguan, bulanan kemudian disusun dalam suatu
diagram atau disebut juga dengan kurva S.

Tahapan waktu pelaksanaan proyek dibuat dengan skala waktu tiap minggu.
Pada tiap minggu tercantum jumlah persentase bobot pekerjaan baik untuk mingguan
maupun untuk komulatif pekerjaan dari awal. Selanjutnya pihak kontraktor
mengajukan rencana pelaksanaan pekerjaan tersebut pada owner. Time Schedule
yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan serta tolak ukur atau standar
perencana dalam hal pengendalian waktu.

Proyek pembangunan Rumah Sakit Daerah Pekanbaru menggunakan Kurva S


Master Schedule seperti terlihat pada Lampiran 6.

4.8.3 Tenaga kerja

Tenaga kerja pada pelaksanaan pekerjaan kayu pada proyek “Pembangunan


Rumah Sakit Daerah Pekanbaru” di Kota Pekanbaru yang penulis ketahui selama
pekerjaan berlangsung adalah sebanyak 25 orang tukang. Pada pekerjaan besi, penulis
ketahui selama pekerjaan berlangsung adalah sebanyak 37 orang tukang. Untuk
melakukan pekerjaan pengecoran adalah sebanyak 2 orang tukang.

4.8.4 Keselamatan Kerja dan Kesehatan (K3)

Pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Daerah Pekanbaru, Keselamatan dan


Kesehatan Kerja sangat diperhatikan. Dalam penerapan dilapangan benar-benar
dilakukan pengawasan terhadap pekerja untuk selalu menggunakan perlengkapan
yang disediakan. Para pekerja, Tamu dan Penulis sendiri pada saat berada dilapangan
wajib mengunakan helm dan sepatu safety boot. Serta pada saat berada di lapangan
para pekerja dilarang merokok pada saat bekerja. Meskipun Demikian, masih ada
juga pekerja yang tidak menggunakan pengaman pada saaat pelaksanaan pekerjaan.
Untuk pekerja yang tidak melaksanakan K3 diberikan denda sesuai dengan
pelanggaran yang dilakukan.

4.9 Evaluasi
4.9.1 Kendala-kendala Yang Ada Dilapangan

Adapun kendala-kendala yang penulis temui selama mengikuti praktek kerja


lapangan pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Daerah Pekanbaru adalah:

1. Terjadi keterlambatan suplai material sehingga mengganggu jalannya


pelaksanaan pekerjaan yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada
Batching Plan.
2. Terdapat beberapa pekerja yang kurang sadar terhadap penggunaan alat-alat
Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3).
3. Terjadinya kerusakan mesin pada peralatan seperti Tower Crane , Bar Bander
dan Bar Cutter yang tidak bisa diperbaiki dengan cepat sehingga mengganggu
jalannya pelaksanaan pekerjaan.
4. Besi tulangan tidak dilindungi dari cuaca alam sehingga besi yang dipakai
menjadi berkarat.
4.9.2 Solusi dari Kendala Yang Ada Dilapangan
Adapun solusi dari kendala-kendala yang ada dilapangan selama penulis
mengikuti Praktek Kerja Lapangan pada Proyek Pembangunan Kondotel Pekanbaru
Park adalah :

1. Pihak kontraktor menghubungi Sub Kontraktor ataupun Vendor yang


bertanggungjawab pada penyediaan material bangunan untuk menyediakan
material secara tepat waktu sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terganggu.
2. Pihak kontraktor telah memberlakukan kesepakatan kepada pekerja tentang
denda jika pekerja melanggar peraturan K3 namun untuk menjamin Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) hendaknya pihak-pihak yang langsung terlibat
dalam pelaksanaan di lapangan memakai segala perlengkapan K3, sehingga
dapat mengurangi kecelakaan yang terjadi dilapangan.
3. Tenaga ahli dalam mesin melakukan perbaikan dengan segera mungkin.
4. Besi sampai di lokasi proyek tepat beberapa saat sebelum besi akan dipasang
dan volume nya sesuai dengan kebutuhan pada hari tersebut sehingga tidak
ada besi yang berkarat kerena tidak ditempatkan didalam ruangan tertutup dan
terkena cuaca alam.

Anda mungkin juga menyukai