NIM : J1A116072
Kelas : KESLING
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2018
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................. 3
C. TUJUAN ............................................................................................................................. 3
BAB II............................................................................................................................................ 4
D. Identifikasi zat adiktif/bahan tambahan pangan apa yang terkandung dalam jajanan
tersebut ....................................................................................................................................... 6
F. Apa tanggapan serta solusi dari kalian sebagai mahasiswa FKM terhadap penggunaan
bahan tambahan pangan/zat adiktif.\ .......................................................................................... 8
A. KESIMPULAN ................................................................................................................... 9
B. SARAN ............................................................................................................................... 9
A. LATAR BELAKANG
Pangan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah dan atau langsung
disajikan siap santap oleh penjual di tempatnya berjualan untuk kalangan umum bukan
yang disajikan oleh jasa boga, rumah makan atau restoran, dan hotel. Peraturan
pemerintah melalui BPOM dan UU no 7 tahun 1996 tentang pangan serta UU no 8 tahun
1999 tentang perlindungan konsumen telah menegaskan bahwa makanan apapun yang
dijual harus sesuai dengan standar keamanan pangan di Indonesia, tetapi tetap saja masih
banyak masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan makanan yang diolah atau
disajikan. Hal ini mengakibatkan gangguan pada saluran cerna prevalensinya terus
meningkat, termasuk salah satunya karena foodborne disease. Foodborne disease
adalah penyakit akibat pangan yang terjadi segera setelah mengkonsumsi pangan atau
disebut keracunan. Perjalanan foodborne disease ini membutuhkan penanganan yang
cukup panjang agar penyebarannya benar- benar terputus.
Salah satu penyebab dari penyakit akibat mengonsumsi makanan yang tercemar
adalah bakteri, contohnya adalah Escherichia coli dan Salmonella sp. Escherichia coli
merupakan salah satu flora normal yang ada di tubuh manusia, akan tetapi bakteri ini
akan menjadi patogen dengan mekanisme virulensi yang berbeda apabila jumlahnya
melebihi ambang batas di tubuh manusia. Sedangkan bakteri Salmonella sp. merupakan
bakteri patogen di saluran cerna. Kedua bakteri ini dapat menimbulkan masalah pada
saluran cerna, salah satunya adalah diare.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Hygiene dalam penyiapan bahan pangan (jajanan)
b. Proses penyimpanan bahan pangan (jajanan)
c. Pencemaran bahan pangan (jajanan)
d. Identifikasi zat adiktif/bahan tambahan pangan apa yang terkandung dalam jajanan
tersebut
e. Hubungan dengan peraturan perundang-undangan tentang penggunaan bahan
tambahan pangan/zat adiktif
f. Apa tanggapan serta solusi dari kalian sebagai mahasiswa FKM terhadap
penggunaan bahan tambahan pangan/zat adiktif.
C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui Hygiene dalam penyiapan bahan pangan pada jajanan tersebut
b. Untuk mengetahUI proses penyimpanan pada jajanan tersebut
c. Untuk mengetahui apa saja bahan tercemar yang terkandung didalam bahan pangan
jajanan tersebut
d. Untuk mengetahui zat adiktif /bahan tambahan pangan apa yang terkandung didalam
jajanan tersebut
e. Untuk mengetahui Hubungan dengan peraturan perundang-undangan tentang
penggunaan bahan tambahan pangan / zat adiktif
f. Untuk mengetahui tanggapan serta solusi dari mahasiswa fkm terhadap penggunaan
bahan pangan /zat adiktif
BAB II
Mikroba indikator adalah golongan atau spesies bakteri yang kehadirannya dalam
makanan dalam jumlah diatas batas (limit) tertentu merupakan pertanda bahwa makanan
telah terpapar dengan kondisi kondisi yang memungkinkan berkembangbiaknya mikroba
pathogen. Mikroba indikator digunakan untuk menilai kemanan dan mutu mikrobiologi
makanan (Damanik dalam BPOM, 2008). Didapati juga 12 dari 15 tempat penjual
pentolan bakso gerobak tersebut didapati positif mengandung Eschericia coli . Hal ini
menandakan bahwa sanitasi atau tempat penjualan pentolan bakso gerobak dapat
menjadi penyebab ditemukannya bakteri Eschericia coli pada pentolan bakso gerobak
yang dijual. Dalam persyaratan mikrobiologi Eschericia coli dipilih sebagai indicator
tercemarnya air atau makanan karena keberadaan bakteri Eschericia coli dalam sumber
air atau makanan merupakan indikasi terjadinya kontaminasi tinja manusia.
a) MediaGula-gula
Bakteri yang telah tumbuh pada media EMB dan SSA selanjutnya
diinokulasi pada media gula-gula. Panaskan osebulat hingga pijar,
diamkan beberapa saat lalu ambil koloni bakteri, masukkan kedalam
tabung reaksi, aduk dengan memutar dan menaik turunkan sehingga koloni
tercampur dengan larutan. Letakkan media pada incubator selama 24 jam.
Hasil positif pada uji gula-gula adalaha danya perubahan warna medium
menjadi kuning dan positif membentuk gas apabila terdapat gelembung
udara pada tabung durham.
F. Apa tanggapan serta solusi dari kalian sebagai mahasiswa FKM terhadap
penggunaan bahan tambahan pangan/zat adiktif.\
Hal ini sangat mengecewakan buakn dari segi kesehatan saja melainkan
dari aspek sosial karen hal ini dapat memicu terjadinya hal yang tidak
diinginkan, seperti meningkatnya angka kesakitan karena banyaknya makanan
yang tercemar baik itu dari zat tambahan seperti boraks, formalin, dan lain lain
maupun dari mikroorganisme yang bersifat patogen.
A. KESIMPULAN
Kesimpulandalampenelitianiniyaitusebagaiberikut:
Padaseluruhsampeljajananbatagorterdapatcemaranbakteri
B. SARAN
Semoga pemerintah dapat melakukan peninjauan yang lebih lanjut agar pedagang
dapat menjual makan yang sehat tanpa adanya bahan-bahan makanan yang berbahaya
bagi pembeli.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. Situasi Pangan Jajanan Anak Sekolah. Info DATIN Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI ISSN 2442- 7659. 2015.
[cited 2016 Agustus 04].
Widyaningsih, T.W. dan Murtini, E.S. 2006. Alternatif pengganti formalin pada produk
pangan.Surabaya : Trubus Agirasana