Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KAJIAN PUSTAKA
dalam kelompok-kelompok kecil, dimana kelompok tersebut terjadi interaksi antar anggota
kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan. Menurut Abdurrahman dan
Bintoro (2000) dalam Nurhadi dkk (2004:61) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh
antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat. Kemudian Slavin (2008:4)
penting yang saling terkait. Menurut Sanjaya (2008:310-311) ada empat prinsip penting dalam
anggota kelompoknya, dengan demikian tiap anggota kelompok akan saling bekerja sama,
Sanjaya (2008:310) mengatakan ”tugas kelompok tidak mungkin dapat diselesaikan manakala
ada anggota yang tidak dapat menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerja sama
yang baik dari masing-masing anggota kelompok”. Sehingga keberhasilan seorang anggota
kelompok juga dipengaruhi oleh usaha anggota kelompok yang lain. Inilah yang dimaksud saling
ketergantungan positif.
Tiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan
setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jeawab sesuai
dengan tugasnya”.
untuk saling memberikan informasi dan saling bertukar pengetahuan, sehingga terjadi interaksi
tiap anggotanya, sehingga dalam kelompok akan tercipta komunikasi antar anggota.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif siswa akan berinteraksi, bersosialisasi, dan bekerja sama dengan siswa
lain dalam kelompok belajarnya. Dimana setiap siswa dalam kelompok belajar tersebut memiliki
saling ketergantungan positif, tanggung jawab dan saling berinteraksi serta berpartisipasi untuk
keberhasilan kelompok tersebut. Jadi dengan pembelajaran kooperatif ini diharapkan siswa dapat
lebih aktif dan terlidat dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dikelas tidak hanya
didominasi oleh guru dan guru merupakan sumber belajar satu-satunya bagi mereka. Tetapi
siswa akan berinteraksi dengan siswa lain untuk saling bertukar informasi dan pengetahuan
sedangkan guru akan menjadi fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk belajar bukan lagi
mengajar siswa seperti yang selama ini terjadi. Pembelajaran seperti inilah yang dikehendaki
oleh KTSP.
Menurut Sutiarso (1999:16) Problem Posing merupakan istilah dari bahasa Inggris,
sebagai padanan kata dalam bahasa Indonesia yang berarti merumuskan soal atau pembentukan
soal/masalah. Sedangkan menurut Azhar (2001:22) Problem Posing merupakan suatu bentuk
pendekatan pembelajaran yang menekankan pada kegiatan merumuskan (membentuk) soal yang
memungkinkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal. Jadi Problem
Posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri
atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu
pada penyelesaian soal tersebut dan menjawab soal yang sudah dibuat tersebut. Model
pembelajaran problem posing ini mulai dikembangkan di tahun 1997 oleh Lyn D. English, dan
awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika. Selanjutnya, model ini
dikembangkan pula pada mata pelajaran yang lain. Pada prinsipnya, model pembelajaran
problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk
mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.
1. Guru menyiapkan bahan atau alat pembelajaran, yaitu menyiapkan semua keperluan untuk
kegiatan pembelajaran, seperti RPP, materi, dan lembar kerja Problem Posing.
2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, maksudnya adalah menjelaskan tujuan yang ingin
3. Guru menjelaskan meteri pembelajaran, yaitu guru menjelaskan materi yang sudah
4. Guru memberikan contoh membuat soal, yaitu guru memberikan contoh kepada siswa
5. Guru meberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat soal dan jawaban dari situasi
yang diberikan, yaitu guru mempersilahkan siswa berdiskusi dan membaca literatur lain
untuk membuat pertanyaan dan jawaban yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari.
6. Guru mempersilakan tiap-tiap kelompok belajar untuk menyelesaikan soal yang dibuat
kelompok lain dan menyampaikannya pada seluruh siswa, dan kelompok yang memberikan
pertanyaan menanggapi apabila ada, serta mencocokkan jawaban antara kelompok yang
pertanyaan dan jawabannya paling baik, dan pada saat diskusi semua anggota kelompok
berpartisipasi. Penghargaan dapat berupa ucapan selamat atau bisa juga berupa benda.
Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran tersebut guru tidak lagi mendominasi dan
menjadi sumber belajar satu-satunya bagi siswa dalam proses pembelajaran, karena dengan
penerapan pembelajaran kooperatif Problem Posing siswa dituntut harus membuat pertanyaan
dan mendiskusikannya dengan kelompok belajarnya serta mencari alternatif jawaban dari soal
yang diajukan oleh kelompok lain, sehingga siswa akan memiliki kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan dan memberikan tanggapan atau jawaban terhadap pertanyaan yang timbul, selain iti
siswa juga akan terbiasa untuk berpikir dan berinteraksi dengan siswa lain dalam proses
pembelajaran. setiap kelompok akan berusaha membuat pertanyaan dan jawaban dengan sebaik
mungkin, karena diakhir pembelajaran guru akan memberikan penghargaan pada kelompok yang
paling baik. Dengan demikian permasalahan saat proses pembelajaran yang ada pada kelas XI