akan memberikan hasil yang beragam. Oleh karena itu, untuk memberikan
software Grav2DC. Model sintetik struktur patahan dibuat dua jenis, yaitu
sesar naik dan sesar normal / turun. Model terdiri dari dua lapisan dengan
densitas masing-masing 1,8 gr/cc untuk lapisan atas dan 2,2 gr/cc untuk
lapisan bawah.
48
2
g g
2
FHD
x y
g
2
FHD
x
dan SHD :
2g
SHD 2
x
g
dimana adalah turunan horizontal gayaberat pada arah x.
x
sesar berdasarkan data respon gayaberat model sintetik. Nilai perhitungan SVD
2g
SVD SHD 2
x
50
Gambar 28. Kurva sesar naik respon anomali gayaberat, FHD, dan SVD
51
Gambar 29. Kurva sesar turun respon anomali gayaberat, FHD, dan SVD
52
Dari Gambar 28 dan 29 tampak bahwa bidang kontak sesar pada kurva FHD
berada pada nilai puncak maksimum atau minimum, sedangkan pada kurva
SVD berada pada nilai nol. Dengan demikian terlihat bahwa teknik FHD
Hasil perhitungan SVD terlihat bahwa karakteristik sesar naik memiliki nilai
mutlak SVD maksimum lebih kecil dari nilai mutlak SVD minimum,
Dari sub Bab 5.1.2 dan 5.1.3 dapat dibuat karakteristik FHD, SHD, dan
SVD respon anomali gayaberat model sintetik dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Untuk penentuan arah (dip) sesar dapat dilihat dari kurva-kurva Anomali Gaya
Berat, FHD, dan SHD. Arah (dip) sesar tersebut akan mengikuti dari
kemiringan arah kurva Anomali Gayaberat dan kurva SVD. Jika arah kurva
Anomali Gaya berat dan kurva SVD menurun ke arah kiri, maka sesar pun
arahnya akan menurun ke arah kiri bawah, begitu juga sebaliknya. Jika arah
kurva Anomali Gayaberat dan kurva SVD menurun ke arah kanan, maka sesar
Pada Gambar 30 terlihat bahwa kurva dari Anomali gayaberat memiliki pola
dari nilai gayaberat yang besar lalu mengecil ke kanan bawah. Kurva FHD
sendiri berpola dari besar ke kecil pula, namun arahnya berkebalikan dari
kurva anomali gaya berat dan pada nilai minimum menunjukkan perubahan
nilai yang sangat besar. Dan dari kurva SVD, terlihat seperti sinyal
gelombang yang naik turun. Dari ketiga kurva tersenut kita dapat menentukan
bidang kontak sesar dan arah sesar pada geologi bawah permukaan, yaitu
Pada Gambar 31, kurva dari Anomali gayaberat memiliki pola dari nilai
gayaberat yang kecil lalu besar ke kanan atas. Kurva FHD sendiri berpola dari
menunjukkan perubahan nilai yang sangat besar. Dan dari kurva SVD,
terlihat seperti sinyal gelombang yang naik turun. Dari ketiga kurva tersenut
kita dapat menentukan bidang kontak sesar dan arah sesar pada geologi
bawah permukaan, yaitu berarah ke kiri bawah, mengikuti seperti pola kurva
anomali gayaberat.
55
Pada Gambar 32, kurva anomali gayaberat, FHD dan SVD terlihat naik turun,
menunjukkan bahwa terdapat lebih dari satu bidang kontak sesar. Pada kurva
anomali gayaberat terdapat pola dua gunungan di kedua tepinya. Pada kurva
FHD terlihat dua puncak nilai maksimum dan minimum yang perubahannya
sangat besar. Dan pada kurva SVD terlihat pola seperti cekungan pada tengah
kurva. Dari kurva-kurva tersebut dapat ditentukan bidang kontak sesar berada
56
pada dua titik yang memiliki perubahan nilai yang cukup besar, seerta untuk
arah kemiringan sesarpun masih sama, yaiut akan mengikuti kurva anomali
gayaberat tersebut.
Dari ketiga model diatas, dapat diketahui bahwa arah dari kemiringan (dip)
sesar akan mengikuti dari kurva anomali gayaberat yang didapatkan. Untuk
besarnya kemiringan dari sesar tersebut ditunjukkan pada besar nilai puncak
maksimum dan minimum dari kurva SVD. Nilai puncak maksimum dan
minimum dari kurva SVD akan semakin mengecil jika kemiringan sesar
semakin besar. Sedangkan untuk letak bidang kontak dapat diketahui pada
kurva FHD yang terletak pada kurva yang bermilai maksimum atau minimum,
serta pada kurva SVD terletak pada kurva yang tepat bernilai nol.
SVD secara praktis bisa didapatkan dengan nilai negatif dari SHD. Hasil
mutlak SVD maksimum lebih kecil dari nilai mutlak SVD minimum,
Pada Gambar 33 di atas terlihat empat garis yang akan dilakukan teknik
gradient untuk mengetahui bidang kontak sesar, jenis sesar serta arah
pada sebelah Timur Laut dan membentang dengan arah NE – SW, garis C
Pada Gambar 34 terlihat ada tiga kurva, yaitu kurva anomali gaya berat, FHD
dan SVD dengan tiga garis merah yang memotong ketiga kurva. Pada garis
merah yang pertama nilai kurva maksimum lebih besar dari nilai kurva
minimum, ini menunjukan bahwa pada garis tersebut terdapat sesar turun.
Pada garis merah kedua, dimana nilai kurva minimum memiliki nilai yang
59
lebih besar dari nilai kurva maksimum, yang artinya pada daerah tersebut
juga terdapat sesar naik. Garis ketiga sama dengan garis kedua, yang
diinterpretasikan sebagai sesar naik. Antara bidang kontak kedua dan ketiga
terlihat pada kurva SVD terdapat kurva bernilai nol, namun tidak dapat
dikatakan sebagai bidang kontak sesar karena jika ditarik garis lurus, kurva
FHD tidak tepat pada puncak. Ketiga bidang kontak tersebut memiliki arah
titik tersebut, hasil respon yang ditunjukkan yaitu nilai kurva maksimum
lebih besar dibandingkan dengan nilai kurva minimumnya. Hal ini berarti
bahwa sesar pada titik tersebut adalah sesar turun. Pada kurva SVD
sebenarnya terlihat 2 bidang kontak yang bernilai nol, namun pada kurva
FHD tidak tepat pada nilai puncak maksimum atau minimum, jadi belom
bisa dikatakan sebagai adanya sesar. Arah kemiringan sesar dari bidang
kontak yang ditampilkan pada Gambar 35 ke arah kiri bawah dilihat dari
Pada Gambar 36, terdapat dua bidang kontak yang diperlihatkan dengan
garis merah yang memotong ketiga kurva, anomali gayaberat, FHD dan
lebih besar dari nilai puncak minimum, yang artinya adalah sesar normal.
Pada bidang kontak pertama, arah kemiringan sesar ke arah kiri bawah,
dan bidang kontak kedua kemiringan sesar ke arah kanan bawah, hal ini
dari keempat titik tersebut hanya dua yang merupakan bidang kontak
sesar, yaitu pada titik kedua dan ketiga yang ditandai garis merah, karena
sebagai sesar. Pada bidang kontak pertama nilai maksimum lebih besar
dan kurva SVD. Pada bidang kontak kedua nilai maksimum lebih kecil
dari nilai minimum, artinya pada bidang kontak tersebut merupakan sesar
(Gambar 38).
63
39) yang ditandai dengan perubahan pola warna antara merah, kuning dan
hijau) dan lapisan ketiga (berwarna merah) yang memiliki densitas tinggi.
dengan hanya menampilkan densitas total 2,5 gr/cm3 sampai dengan 2,7
gr/cm3, dapat dilihat bahwa reservoir panas bumi berada pada kedalaman
andesit lava Pasir Jawa di sebelah Barat menyebar ke Utara dan piroksin
reservoir yang berada pada bagian Utara dan Selatan daerah penelitian.
penelitian.
65
berkisar 2,8 gr/cm3 diduga merupakan batuan sumber panas (heat source)
1. Peta topografi
Pada peta topografi diatas menunjukkan elevasi rendah 1060 m pada bagian
2. Gayaberat observasi
dikoreksi tide dan drift yang kemudian diikatkan pada suatu titik yang sudah
suatu titik pengukuran pada peta topografi yang tinggi maka nilai gayaberat
3. Anomali Bouguer
Nilai anomali pada peta anomali Bouguer daerah panas bumi Kamojang
(Gambar 44) bervariasi antara 19 – 27,5 mGal. Pola kontur anomali yang
rapat terdapat pada tengah dengan nilai anomali berkisar 24 - 26,5 mGal,
69
terdapat di bagian tengah daerah penelitian dibagian lebih dalam dari kontur
anomali rapat.
Gambar 45. Grid Peta Kontur Anomali Bouguer dengan Spasi 500 m
70
metode ini, terlebih dahulu dibuat grid yang beraturan pada peta kontur
anomali Bouguer. Spasi grid yang digunakan adalah 500 m (Gambar 45).
Untuk menentukan lebar jendela, dibuat dua lintasan dari peta anomali
Bouguer. Dari setiap lintasan dilakukan transformasi Fourier lalu dari hasil
Dari grafik (Gambar 46) dan (Grafik 47) ini dapat ditentukan nilai bilangan
16
14
12
y = -4463x + 12.524 reg
10
8 res
6 y = -767.19x + 6.0607 Linear (reg)
4 Linear (res)
2 K = 0,0017
0
-0.001 3.4E-17 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005
Gambar 46. Grafik hasil analisa spektrum terhadap anomali Bouguer pada
lintasan A – A’
16
14
12
y = -4678.1x + 12.402
10
8
y = -716.2x + 6.5685
6
4
2 reg
0 res
K = 0,0016
0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 Linear (reg)
Linear (res)
Gambar 47. Grafik hasil analisa spektrum terhadap anomali Bouguer pada
lintasan B – B’
71
residual berada pada kedalaman 767 m. Pada grafik lintasan B–B’ diperoleh
Dari kedua grafik lintasan A-A’ dan B-B’ diatas sumber anomali regional
Dan dari grafik A–A’ didapat nilai k dan memasukkan kedalam persamaan
grid 200 m2 maka didapatkan lebar jendela 7 x 7, dan pada grafik B-B’
0.0015 maka didapat nilai λ = 4188.79 m, dengan spasi grid 200 m2 maka
data, maka digunakan operator moving average yang terdapat pada software
Surfer 10.
5. Anomali regional
Anomali regional didapat dari hasil moving average dari anomali Bouguer.
yang dalam yaitu pola kemiringan batuan dasar di daerah ini. Kemiringan
72
batuan dasar diperkirakan semakin dalam ke arah Selatan dan Timur daerah
penelitian.
Pola kontur anomali yang tinggi berada pada daerah Timur Laut dan bagian
6. Anomali residual
Peta SVD anomali residual ini merupakan salah satu teknik filtering
dangkal. Adanya struktur sesar di suatu daerah dapat diketahui dengan baik
Pada daerah penelitian, nilai kontur anomali second vertical derivative dari
data residual yang rendah sampai ke tinggi ditunjukkan oleh skala warna
ungu sampai merah dengan nilai anomali dari -2,5 sampai dengan 1,8 mGal.
74
bahwa di daerah tersebut adanya struktur sesar. Adapun cara penentuan pola
struktur sesar dari peta SVD yaitu dengan menarik garis tegak lurus
Dari pola kontur anomali second vertikal derivative dari data residual yang
akan diamati adalah pola kontur yang bernilai 0 (nol), karena kontur
atau graben. Struktur sesar ini berkaitan dengan struktur sesar bawah
permukaan yang dangkal di daerah ini, dan pola struktur sesar yang
ditunjukkan dengan garis hitam tegak ini memiliki kesamaan pada posisi
Dari pola struktur sesar diatas, antara pola struktur sesar yang dihasilkan
oleh SVD dari data residual dan pola sesar pada peta geologi ada yang tidak
memiliki kesamaan pada posisi dan arah sesarnya di karenakan pola struktur
sesar yang dihasilkan oleh SVD dari data residual didapat berdasarkan data
gayaberat, sedangkan pola sesar yang terdapat pada peta geologi ini
permukaan.