B. Metode Wawancara
1. Metode Wawancara Mendalam
Dengan menggunakan metode ini, keterangan untuk tujuan penelitian diperoleh
dengan cara tanya jawab dan bertatap muka secara langsung dengan informan,
biasanya dilakukan berkali-kali, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara, dan keduanya akan terlibat dalam kegiatan sosial yang relatif lama.
Pewawancara harus melakukan peliputan semua proses wawancaranya melalui
pencatatan (bagi peneliti yang terbuka) atau perekaman (bagi peneliti yang melakukan
penyamaran). Catatan harian penting karena menjadi bahan analisis data.
b. Situasi wawancara
Kemampuan pewawancara atau responden biasanya dipengaruhi oleh situasi pada
saat wawancara dilakukan. Sehingga pewawancara harus lebih bijaksana dalam
memilih waktu dan tenpat untuk mewawancarai responden.
c. Isi wawancara
Isi dari sebuah wawancara harus menjadi perhatian khusus bagi pewawancara,
terutama untuk hal-hal yang sangat sensitif atau bersifat pribadi karena sebagian
besar responden akan menolak untuk menjawabnya. Pertanyaan yang sukar yang
mengandung pengertian majemuk, abstrak, dan bahkan tidak rasional juga akan
menyulitkan responden.
5. Perlengkapan Wawancara
Beberapa alat bantu yang dapat digunakan selama proses wawancara adalah tape
recorder, daftar pertanyaan, hardboard, surat tugas, surat ijin, daftar respon, peralatan
tulis seperti pensil, penghapus, pulpen, dll. Teknik penggunaan alat-alat bantu
wawancara menjadi otoritas pewawancara, yang digunakan berdasarkan kemampuan,
pengalaman, dan kondisi yang ada.
C. Metode Observasi
Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui
hasil kerja pancaindra mata dibantu dengan pancaindra lainnya. Suatu kegiatan
pengamatan dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian apabila
memiliki kriteria, yaitu (1) pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah
direncanakan serius, (2) pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan, (3) pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsi
umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian, dan (4)
pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya.
1. Observasi Partisipatif
Observasi partisipatif adalah pengumpulan data melalui proses observasi terhadap
objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam
aktivitas kehidupan objek pengamatan.
2. Observasi Tidak Berstruktur
Observasi dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Dengan demikian,
pengamat harus mampu secara pribadi mengembangkan daya pengamatannya dalam
mengamati suatu objek dan pemahaman atas objek secara umum sangat diperlukan.
3. Observasi Kelompok
Observasi ini dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek
sekaligus dan mempelajari gejala lain yang berpengaruh terhadap objek penelitian.
4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melakukan Observasi
Yang perlu diperhatiakn diantaranya, hal apa yang hendak diamati, bagaimana
mencatat pengamatan, alat bantu pengamatan yang digunakan, dan bagaimana
mengatur jarak antar pengamat dengan objek yang diamari.
5. Hal-hal yang Hendak Diamati
Dalam menentukan hal-hal yang hendak diamati, pengamat harus mengamati kembali
masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Pada observasi tidak
berstruktur, pengamat dituntut mengembangkan sendiri kebutuhannya di lapangan.
6. Bagaimana Mencatat Pengamatan
Dalam mencatat hasil observasi harus memperhatikan waktu pencatatan, cara
pencatatan, dan mencatat disela pengamatan. Hal terbaik mencatat adalah pada saat
objek pengamaran yang diamati sedang terjadi untuk menghindari bias dan lupa. Jika
pencatatan langsung tidak dapat dilakukan, maka pencatatan dilakukan dengan
menggunakan kata kunci. Alternatif lain adalah mencatat disela pengamatan.
7. Alat Bantu Pengamatan
Validitas hasil pengamatan dapat dilakukan menggunakan kamera dan tape recorder.
8. Menjaga Jarak antara Pengamat dan Objek Pengamatan
Kesadaran profesi menjadi pertimbangan utama dalam menjaga jarak yang ideal.
9. Kesulitan Umum Observasi
Beberapa kesulitan umum dalam observasi yaitu: (1) pengamat tertangkap dalam
subjektivitasnya tanpa disadari, (2) pengamat terbawa situasi sehingga melupakan
fungsi utamanya, (3) timbulnya gejala yang menyulitkan pengamat, (4) munculnya
peristiwa yang tidak terduga, (5) pelaksanaan observasi yang terbatas, dan (6)
pengamat mencampuradukkan data observasi dengan pendapat pribadi.
D. Metode Dokumenter
Metode ini adalah metode pengumpulan data yang menelusuri data historis.
1. Dokumen Pribadi adalah catatan seseorang tentang tindakan, pengalaman, dan
kepercayaan. Dapat berupa buku harian, surat pribadi dan otobiografi.
2. Dokumen Resmi terbagi menjadi dua yaitu interen (berupa memo, pengumuman,
instruksi, risalah rapat, dll) dan eksteren (berupa majalah, buletin, pengumuman, dll).
Komunikasi yang baik adalah interaksi yang terencana, dan interviu dilakukan untuk
mendapatkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian. Sebagai penginterviu, peneliti
berupaya agar kata-kata responden berhamburan atau making words fly dalam metafora
Gleshne & Peshkin (1988). Namun, harus dirancang dengan cermat agar yang berhamburan
itu bukan omong kosong yang tidak terkait dengan tujuan penelitian. Seringkali menginterviu
beberapa orang sekaligus lebih baik, karena beberapa alasan, antara lain: (1) responden
merasa lebih nyaman dan tidak merasa terintimidasi bila sewaktu diinterviu ada teman lain,
(2) responden terdorong untuk menjawab, dan (3) mereka akan saling melengkapi sehingga
topik-topik akan tertuntaskan dalam sekali pertemuan. Peneliti – termotivasi oleh pertanyaan
penelitian – mengembangkan sejumlah pertanyaan interviu kepada responden – sebagai
penguasa informasi – dalam konteks emiknya, yaitu motif, nilai, kepedulian, dan kebutuhan.
Menyusun Pertanyaan
Pertanyaan interviu tidak identik dengan pertanyaan penelitian, namun keduanya
memang terkait. Pertanyaan penelitian merupakan energi yang mampu menggerakkan
penelitian dari A hingga Z, sedangkan pertanyaan interviu hanyalah alat untuk memancing
jawaban dari berbagai responden.
Jenis-jenis Pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan dapa diklasifikasi berdasarkan fungsi, substansi, dan
sebagainya. Dilihat dari fungsinya, ada tiga jenis pertanyaan yang diajukan kepada para
responden, yakni (1) pertanyaan pendahuluan sebagai tanda permisi untuk menumbuhkan
kepercayaan, (2) pertanyaan luas (Spradley:1979) yakni pertanyaan sebagai kerangka umum,
dan (3) pertanyaan spesifik ihwal substansi penelitian yaitu persoalan pokok yang digali. Dari
sudut substansi atau jenis informasi yang ditanyakan, Patton (1980) membedakan enam
pertanyaan sebagai berikut:
1. Pertanyaan pengalaman atau tingkah laku yang dimaksudkan untuk mengungkap
deskripsi pengalaman, tingkah laku, tindakan, dan kegiatan yang telah teramati.
2. Pertanyaan opini atau nilai yang dimaksudkan untuk mengungkap opini responden
ihwal dunia, program, atau kejadian tertentu.
3. Pertanyaan perasaan yang dimaksudkan untuk mengungkap respon emosional dari
responden terhadap pengalaman mereka.
4. Pertanyaan pengetahuan untuk mengungkap respon kognitif dari responden.
5. Pertanyaan sensori untuk mengungkap respon sensori dari responden
6. Pertanyaan latar belakang untuk mengungkap hubungan lokasi dari responden
terhadap orang lain, khususnya usia, pendidikan, ras, tempat tinggal, dan sebagainya.
Dalam penelitian kualitatif, metode yang paling utama adalah interviu dan observasi.
Observasi berbeda dengan interviu dalam dua hal. Interviu dilakukan pada latar yang
direncanakan, sedangkan observasi peran serta dilakukan pada latar belakang alami. Data
yang diperoleh dari interviu adalah data sekunder sedangkan data dari observasi merupakan
data primer. Observasi perlu dilakukan bila (1) peristiwa itu dapat diobservasi langsung, (2)
diperlukan sudut pandang baru terhadap peristiwa itu, dan (3) manakala responden tidak
bersedia atau tidak mungkin diwawancarai.
Definisi
Observasi penelitian adalah pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk
perolehan data yang dikontrol validitas dan realibilitasnya. Pertama, pertanyaan penelitian
tetap merupakan patokan yang menerangi kegiatan observasi atau kerangka konseptual harus
tetap dijadikan rujukan dalam menentukan langkah-langkah observasi. Kedua, kompetensi
mengobservasi meliputi antara lain keterampilan menulis secara deskriptif, membuat catatan
lapangan, membedakan yang penting dan menggunakan metode yang mantap untuk
memvalidasi temuan. Ketiga, observasi didahului oleh observasi informal dan impresionistis.
NIM : 041711323050
Prodi : AJ Akuntansi
Judul Jurnal : Partisipasi Masyarakat dalam Proses Penganggaran Daerah Berbasis Kearifan
Lokal (Studi pada Masyarakat Suku Tengger Pegunungan Bromo Jawa Timur)
Penulis Jurnal : Ana Sopanah, Made Sudarma, Unti Ludigdo, dan Ali Djamhuri
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memahami partisipasi masyarakat dalam
proses penganggaran, baik dalam perencanaan, implementasi, maupun
pertanggungjawabannya dalam konteks masyarakat Suku Tengger. Perbedaan adat istiadat
dan budaya suku ini memungkinkan melahirkan bentuk partisipasi yang berbeda dengan
mengkaji nilai lokalitas masyarakatnya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
menghasilkan gambaran yang lebih nyata tentang partisipasi mereka dalam proses
penganggaran daerah berbasis kearifan lokal.
Metodologi
Hasil
Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan rembug desa Suku Tengger di Desa Ngadisari
menurut teori partisipasi yang dikemukakan oleh Arnstein (1971) dikategorikan dalam
partisipasi penuh dan merupakan temuan yang menarik karena hampir tidak pernah terjadi di
daerah lainnya. Dalam konteks penganggaran daerah nilai kearifan lokal kepatuhan (setuhu)
terinternalisasi dalam proses perencanaan, nilai kearifan lokal gotong royong (sayan)
terinternalisasi dalam implementasi pembangunan, dan nilai kearifan lokal kejujuran dan
keterbukaan terinternalisasi dalam pertanggungjawaban pembangunan.