SEJAK DINI
SRI SUDARTINI
Ka Bidang Kesehatan Masyarakat
Dinas Kesehatan Jawa Barat
Disampaikan pada
PertemuanPERSAGI
PENGCAB KAB BANDUNG 1
MENYIAPKAN GENERASI EMAS UNTUK BONUS
DEMOGRAFI
BONUS Ledakan penduduk USIA
DEMOGRA Tahun 2020-2035 PRODUKTIF/potensial/kerja : 70
FI % dari total jumlah penduduk
menentukan
peluang Indonesia
menjadi
NEGARA MAJU
Bonus Demografi
Berkah? ><Bencana?
2 Indeks Pembangunan
Kesempatan menyiapkan SDM Berkualitas Manusia meningkat
PROYEKSI PENDUDUK JAWA BARAT
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010
2015 2035
20 tahun
kemudia
n
a. Penurunan AKI & AKB (Kesehatan Ibu & Anak termasuk Imunisasi)
b. Perbaikan Gizi khususnya Stunting
c. Pengendalian Penyakit Menular : HIV/ AIDS, Tuberkulosis & Malaria
d. Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, Diabetes Melitus, Obesitas &
Kanker)
PENDEKATAN
KELUARGA GERMAS
PERBAIKAN GIZI ADALAH PROGRAM NASIONAL
4. Kurangnya akses ke air Economic Co- operation and Development - Programme for International Student
Assessment), suatu organisasi global bergengsi, terhadap kompetensi 510.000
bersih dan sanitasi pelajar usia 15 tahun dari 65 negara, termasuk Indonesia, dalam bidang membaca, Sumber:diolah dari laporanWorldBankInvestinginEarlyYearsbrief,2016
matematika, dan science.
PENINGKATAN DERAJAT
KESEHATAN
MASYARAKAT dan Faktor
Perilaku
PENURUNAN STUNTING (Pola Asuh,
Pola Makan)
Faktor
Pelayanan
Kesehatan (TTD,
PMT, ANC,
Imunisasi,
DERAJAT Tatalaksana
KESEHATAN Kecacingan dan
Faktor Diare)
Lingkungan :
(Sanitasi dan
Air Bersih)
Faktor
Genetika
(Keturunan)
11
TEORI H.L. BLUM (1974)
PRINSIP TUMBUH DAN KEMBANG PADA AWAL KEHIDUPAN
Anak Kelas 4 SD
UKUR BB/U Skrining awal
• Gizi Buruk
• Gizi Kurang
13
MASALAH GIZI INTER GENERASI
MENGAPA PANJANG LAHIR PENDEK
❑ Faktor ibu selama masa kehamilan dan sebelum hamil, ikut menentukan
panjang lahir bayi.
❑ Pertambahan berat badan selama kehamilan berpengaruh pada panjang
lahir bayi.
Stunting dapat mulai di awal kehidupan, saat dalam kandungan, dan
umumnya berlangsung selama 2 tahun pertama
20% sudah terjadi saat lahir, 20% bertambah dalam 6 bulan pertama,
50% terjadi pada 6 – 24 bulan dan 10% sisanya di tahun ke 3
KETERANGAN :
•RENDAH (<20%): 2 Provinsi, yaitu DI YOGYAKARTA DAN BALI
•MEDIUM (20-29%): 13 Provinsi
•TINGGI (30-39%): 17 Provinsi
•SANGAT TINGGI (≥40%): 2 Provinsi, yaitu NTT dan SULAWESI BARAT
EMPAT KATEGORI PREVALENSI STUNTING DI INDONESIA
MENURUT WHO TAHUN 2010
Sangat Tinggi
Rendah (R) Medium (M) Tinggi (T) (ST)
Prevalensi Prevalensi
Prevalensi Prevalensi
antara 20- antara 30-
<20% ≥40%
29% 39%
Sangat Tinggi
Rendah (R) Medium (M) Tinggi (T) (ST)
Prevalensi Prevalensi
Prevalensi Prevalensi
antara 20- antara 30-
<20% ≥40%
29% 39%
Riskesdas, 2013
2/3 kematian terkait kurang gizi
Malaria 5% 2/3 kurang gizi disebabkan karena
praktik pemberian makan bayi &
batita kurang tepat
ISPA 19%
Diare 19%
Kurang Gizi 54%
Campak 7% Penting Penerapan
OPTIMAL FEEDING
Lainnya 32%
pada bayi dan anak
Perinatal 18%
Sumber: WHO, 2002
JUMLAH KEMATIAN IBU TAHUN 2017
Jumlah Kematian Ibu Per Kab/Kota Penyebab Kematian Ibu
Kab. Karawang 59
Kab. Bogor 59
Kab. Garut 51
Kab. Indramayu 45 LAIN2, 159
Kab. Bandung 44
GANGGUAN
Kab. Sukabumi 41 METABOLIK, 6 PERDARAHAN, 192
Kab. Cirebon 39 GGN SISTEM
Kab. Bandung Barat 38 PEREDARAN DARAH
Kab. Tasikmalaya 37 (JANTUNG, STROKE,
Kab. Bekasi 31 DLL) , 100 HDK, 204
Kab. Subang 27 PARTUS LAMA, 3
Kab. Cianjur 26 ABORTUS, 3
Kab. Kuningan 24 INFEKSI, 28
Kab. Purwakarta 21
Kota Depok 19
Kota Bandung 19
Kab. Sumedang 19 • Jumlah kematian ibu 695, menurun 13% dibandingkan
Kab. Majalengka 17 dengan tahun 2016
Kota Bekasi 15
Kota Tasikmalaya 14 • Ratio Kematian Ibu : 77,83/100.000 KH
Kab. Ciamis 13 • Kematian Tertinggi 59 kasus (Kab. Karawang, Kab. Bogor)
Kota Cimahi 12 • Kematian Terendah 2 kasus (kota Banjar)
Kota Sukabumi 7
Kota Bogor 6 • 10 Kab dengan Kematian Ibu tertinggi : Kab. Karawang,
Kab. Pangandaran 5 Bogor, Garut, Indramayu, Bandung, Sukabumi, Cirebon,
Kota Cirebon 4 Bandung Barat, Tasikmalaya, Bekasi
Kota Banjar 3
0 10 20 30 40 50 60 70
JUMLAH KEMATIAN NEONATAL TAHUN 2017
Jumlah Kematian Neonatal Per Kab/Kota Provinsi Jawa Penyebab Kematian Neonatal Tahun 2017
Barat Tahun 2017
Lain-lain, 440
Kab. Garut 262
Kab. Indramayu 233
Kab. Sukabumi 198 BBLR, 1132
Kab. Bandung 190
Kab. Tasikmalaya 186 Kelainan
Kab. Cirebon 159 Sepsis, 93 Bawaan, 302
Kab. Karawang 153
Kab. Cianjur 152 Tetanus
Kab. Bandung Barat 121 Neonatrum, 4
Kab. Subang 114
Kab. Ciamis 98
Kab. Sumedang 97
Kab. Bogor 97
Kota Bandung
ASFIKSIA, 799
94
Kab. Purwakarta 85
Kab. Majalengka 71
Kab. Kuningan 69
Kota Bogor 64
• Jumlah kematian neonatal tahun 2017 : 2.764 Kasus
Kota Depok 61 • Kematian Tertinggi 262 kasus (Kab. Garut)
Kota Cimahi 58 • Kematian Terendah 8 kasus (kota Tasik)
Kota Bekasi 46
Kab. Bekasi 44
• Kematian Neonatal 0-6 hari : 2.244 kasus (81%)
Kab. Pangandaran 37 • Kematian Neonatal 7-28 hari : 481 kasus (19%)
Kota Sukabumi 27 • 10 Kab dengan Kematian Neonatal tertinggi : Kab. Garut,
Kota Banjar 26
Kota Cirebon 14 Indramayu, Sukabumi, Bandung, Tasikmalaya, Cirebon,
Kota Tasikmalaya 8 Karawang, Cianjur, Bandung Barat, dan Subang
0 50 100 150 200 250 300
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMILIKI AKSES AIR MINUM (LAYAK) YANG
BERKUALITAS DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017
Jumlah
Nama Jumlah Akses Air Minum
Penduduk
Kabupaten yg Berkualitas (Pengguna)
(Jiwa)
Garut 1.766.064 2.548.723
PENCEGAHAN PENANGANAN
Stunting dapat dicegah dengan memastikan kesehatan yang baik dan gizi yang
cukup
Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan
Gizi Tepat + Pencegahan Penyakit = Tumbuh Kembang Optimal →Mencegah
MENTERIKESEHATAN
KEGIATANPENANGGULANGANSTUNTING
PELIBATAN
INTERVENSI PIMPINAN
DAERAH SPM
REMAJA PP No. 2, Th 2018
LINTAS SEKTOR
IBU HAMIL GERMAS INPRES
IBU HAMIL No.1 Th 2017
IBU MENYUSUI
BAYI-ANAK
PENCEGAHAN DUA TAHUN MANDATORY
KETETAPAN PIMPINAN NASIONAL
5 PILAR STRATEGI PENANGANAN STUNTING
Enabling Factors
Bantuan
Kemsos BPOM Keamanan pangan
pangan non
• Kemdagri (NIK, akta lahir, APBD) tunai, PKH
45
Bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik,
membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak
dalam mencapai proses kedewasaan, hingga kepada upaya
pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh
masyarakat pada umumnya
Suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah
atau membantu kesembuhan penyakit
(Depkes RI, 2009)
47
HAK ASASI
LINGKUNGAN
PMBA KUALITAS PENDIDIKAN
KEMATIAN IBU
KEMISKINAN
Menyusui eksklusif untuk 6 bulan pertama telah direkomendasi oleh WHO sejak
2001
Walau manfaat ASI eklusif untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas dan
meningkatkan kognitif jelas, bukti terhadap efek pada pertumbuhan linier lemah
Data survey nasional India, bayi yang mendapat ASI eksklusif terjadi prevalensi
stunting 21% di usia 6 bulan
6–24 months of age
Periode paling kritis untuk pertumbuhan linier
Angka
Kecukupan Gizi
yang dianjurkan
0 6 12 16 20 24 Umur (Bulan)
Memahami makanan ibu hamil dan dapat mengenali ibu hamil kurang gizi
untuk segera memberi edukasi dan konseling agar masalah gizi teratasi dan janin
mendapat asupan gizi adekuat selama kehamilan;
Memahami makanan yang terbaik bagi bayi 0 – 6 bulan yaitu ASI eksklusif dan bagi
ibunya yang sedang menyusui dan dalam kondisi bayi diberi susu formula memahami
pemberian susu formula yang sesuai dan mampu mendeteksi bayi bila terjadi gangguan
tumbuh / gangguan gizi pada periode ini
untuk segera memberi edukasi dan konseling agar masalah gizi teratasi;
Memahami praktek pemberian makan pendamping ASI bagi bayi 6 – 24 bulan yang
berkualitas saat ASI masih dilanjutkan pemberiannya, mampu mendeteksi bila terjadi
gangguan tumbuh/gizi pada periode ini
untuk segera memberi edukasi dan konseling agar masalah gizi teratasi.
POLA ASUH IBU : =➔ POLA MAKAN
(ASPEK ASUPAN PANGAN SESUAI
STANDAR )
PERAN
AHLI Kemandirian &
GIZI kreatifitas Ibu dalam
menyiapkan
makanan keluarga
PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN &
KELUARGA
SECARA UMUM
58
• Multifaktorial
PAHAM • Masalah Bersama
• Mendalami tugas
MAU Profesi
• Menetapkan Peran
• Menjalankan tugas
MAMPU profesi secara
profesional
TERIMA KASIH