Anda di halaman 1dari 59

Asuhan Keperawatan pada Ny.

T dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Mobilitas
Fisik pada Pasien Stroke di Kelurahan Suka
Maju Kecamatan Medan Johor

Karya Tulis Ilmiah (KTI)


Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Irma Linda Wahyu Utami


142500041

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JULI 2017

ii

Universitas Sumatera Utara


iii

Universitas Sumatera Utara


i

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini yang berjudul : “Asuhan Keperawatan pada Ny. T
dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Mobilitas Fisik pada
Pasien Stroke di Kelurahan Suka Maju Kecamatan Medan Johor”. Karya Tulis
Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di
Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.
Selama proses penulisan hingga penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tentunya
tidak lepas dari segala macam kendala yang harus dihadapi. Namun berkat
rahmat, hidayah, dan pertolongan-Nya serta bimbingan dan dorongan dari
orangtua saya dan berbagai pihak, sehingga kendala-kendala tersebut dapat
penulis hadapi sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh
karena itu, dalam kesempatan berbahagia ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Wakil Dekan I Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB, selaku Wakil
Dekan II Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp. M.Kep., Sp. Mat, selaku Wakil Dekan
III Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program
Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.
6. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Sekretaris Program Studi
DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.

ii

Universitas Sumatera Utara


7. Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktu serta pikiran dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
8. Ibu Fatwa Imelda, S.Kep, Ns, M.Biomed selaku Dosen Penguji yang telah
meluangkan waktunya dalam sidang Karya Tulis Ilmiah penulis.
9. Teristimewa kepada orangtua saya ayahanda Syamsuir dan ibunda
Rahimullah Elizarwati serta seluruh keluarga saya yang selalu membantu
saya, terima kasih atas segala pengorbanan dan perjuangan baik dalam
segala moril dan materil dan dukungan penuh dalam doa dan kasih sayang
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Kepada abang dan adik saya, Andre Saputra, Novelia Ayu Malinda dan
Putri Ayu Sintia, Nanda Dwi Martha, Suci Intan Pratama, terimakasih atas
dukungan, semangat, dan motivasi yang selalu di berikan kepada saya
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.
11. Dan tidak lupa saya berterima kasih kepada semua teman-teman
mahasiswa/i Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Angkatan
2014 atas kebersamaan yang kita telah lalui selama 3 tahun ini dan
terkhusus saya ucakapan terimakasih kepada Nina Ervina, Tika Anggraini,
Zahrina Violla, Wisda Elviani, Dessy Leoni, Inggrid M Rumapea, Kezia
Rekha, dan Agus Salim Nasution yang telah berpartisipasi dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, terima kasih untuk dukungan, semangat,
dan motivasi yang kalian berikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
terdapat kekurangan, dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah berikutnya.

Medan, 26 Juli 2017


Penulis

Irma Linda Wahyu Utami

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Lembaran Pengesahan ...................................................................................... i


Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................................... iv
BAB I Pendahuluan .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan .................................................................................................... 2
C. Manfaat ................................................................................................... 3
BAB II Pengelolaan Kasus ............................................................................... 4
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan
Dasar Mobilitas Fisik ............................................................................ 4
1. Pengkajian ....................................................................................... 10
2. Analisa data ..................................................................................... 12
3. Rumusan masalah ........................................................................... 15
4. Perencanaan ................................................................................... 16
B. Asuhan Keperawatan Kasus ............................................................. 19
1. Pengkajian ....................................................................................... 19
2. Analisa data ..................................................................................... 29
3. Rumusan masalah ........................................................................... 30
4. Perencanaan ................................................................................... 31
5. Implementasi ................................................................................... 33
6. Evaluasi ........................................................................................... 37

BAB III Kesimpulan dan Saran .................................................................... 38


A. Kesimpulan ........................................................................................... 38
B. Saran ..................................................................................................... 39

Daftar Pustaka ................................................................................................ 41


Lampiran ......................................................................................................... 42

iv

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern
saat ini. Dewasa ini, semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir
diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang mendadak dapat
mengakibatkan kematian , kecacatan fisik dan mental baik pada usia produktif
maupun usia lanjut. (Junaidi, 2011).
Data WHO (2013) menunjukkan bahwa 63% penyebab kematian di seluruh
dunia disebabkan oleh penyakit tidak menular yaitu stroke atau setara dengan
kematian 36 juta jiwa per tahun. Stroke juga merupakan penyebab kematian tertinggi
dari seluruh PTM (Penyakit Tidak Menular) setelah penyakit kardiovaskuler dan
kanker, serta menyebabkan terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen.
World Stroke Organization (2011) menyatakan bahwa terdapat 15 juta orang terkena
stroke setiap tahunnya dan setiap 6 detik meninggal karena stroke. Sedangkan jumlah
penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0 %) sedangkan
berdasarkan diagnosis Nakes/gejala diperkirakan sebanyak 2.137.941 orang
(12,1‰). Berdasarkan diagnosis Nakes maupun diagnosis/gejala, Provinsi Jawa
Barat memiliki estimasi jumlah penderita terbanyak yaitu sebanyak 238.001 orang
(7,4‰) dan 533.895 orang (16,6‰), sedangkan Provinsi Sumatera Utara menjadi
peringkat ke-4 terbanyak yaitu sebanyak 92.078 orang (10, 3%) dan 151.080
orang (16, 9%). Medan merupakan salah satu Kota di Indonesia yang juga
mengalami peningkatan prevalensi penyakit stroke. Pernyataan diatas didukung
dengan data survey yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia dalam profil kesehatan Indonesia (2013) menunjukkan di Kota Medan
terdapat peningkatan prevalensi penyakit stroke dari 7 per 1000 penduduk pada
tahun 2007 menjadi 10 per 1000 penduduk ditahun 2013.
Kondisi yang dapat terjadi pada pasien stroke beragam, seperti kelumpuhan
anggota gerak, bibir tidak simetris, bicara pelo atau apasia (tidak dapat berbicara),
nyeri kepala, penurun kesadaran, gangguan rasa, kelumpuhan bahkan sampai
dengan kematian. Kehilangan fungsi tubuh akibat penyakit stroke mengakibatkan

Universitas Sumatera Utara


produktifitas pasien stroke terhalang dan berpengaruh pada status fungsional
pasien stroke. (Junaidi, 2011).
Status fungsional adalah suatu bentuk kemampuan fungsi individu untuk
melaksanakan aktivitas dan perawatan diri sehari-hari secara mandiri, dan
pemeliharaan diri. Gangguan status fungsional pada umumnya menyebabkan
pasien stroke mengalami gangguan mobilitas fisik. (Junaidi, 2011).
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. T di Kelurahan Suka Maju
Kecamatan Medan Johor didapatkan data bahwa Ny. T mengalami stroke
hemoragik ditandai dengan Ny. T sulit berjalan, postur tubuh tidak sejajar, dan
sulit membolak-balikan posisi tubuh sehingga kebutuhan mobilisasinya kurang
terpenuhi. Ditambah Ny. T merasa dirinya tidak berguna dengan kondisi yang
dialaminya sekarang. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan studi
kasus dan membuat Karya Tulis Ilmiah tentang “ Asuhan Keperawatan pada Ny.
T dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Mobilitas Fisik pada
Pasien Stroke di Kelurahan Suka Maju Kecamatan Medan Johor”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu memberikan asuhan keperawatan pada Ny. T dengan
prioritas masalah kebutuhan dasar gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke di
kelurahan Suka Maju kecamatan Medan Johor.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. T dengan
prioritas masalah kebutuhan dasar gangguan mobilitas fisik pada pasien
stroke di kelurahan Suka Maju kecamatan Medan Johor.
b. Penulis mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada Ny. T dengan
prioritas masalah kebutuhan dasar gangguan mobilitas fisik pada pasien
stroke di kelurahan Suka Maju kecamatan Medan Johor.
c. Penulis mampu merencanakan intervensi keperawatan pada Ny. T
dengan prioritas masalah kebutuhan dasar gangguan mobilitas fisik pada
pasien stroke di kelurahan Suka Maju kecamatan Medan Johor.

Universitas Sumatera Utara


d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. T dengan prioritas
masalah kebutuhan dasar gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke di
kelurahan Suka Maju kecamatan Medan Johor.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan yang telah
dilakukan pada Ny. T dengan prioritas masalah kebutuhan dasar
gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke di kelurahan Suka Maju
kecamatan Medan Johor.
C. Manfaat
1. Bagi institusi pendidikan
Berguna sebagai wacana dan pengetahuan tentang perkembangan
ilmu keperawatan khususnya asuhan keperawatan dengan prioritas
masalah kebutuhan dasar gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke.
2. Bagi klien
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana
informasi dan menambah pengetahuan tentang gangguan mobilitas fisik
bagi klien maupun kepada keluarga klien.
3. Bagi penulis
Berguna sebagai pengalaman berharga meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan dalam menjalankan asuhan keperawatan serta menambah
wawasan penulis mengenai gangguan mobilitas fisik.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar


Gangguan Mobilitas Fisik
a. Konsep Dasar Stroke
1. Definisi
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus
ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang
timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah
otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Menurut WHO stroke adalah
adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak
fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler. Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat
berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir daya ingat,
dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak.
(Muttaqin, 2008).
2. Etiologi Stroke
A. Trombosis Serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
edema dan kongesti di sekitarnya. Hal ini terjadi karena penurunan
aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan
iskemia serebral. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan trombosis
otak adalah : aterisklerosis, hiperkoagulasi, arteritis, dan emboli.
B. Hemoragik
Perdarahan ini terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat
pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembasan darah ke dalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak membengkak,
jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin
herniasa otak.

Universitas Sumatera Utara


C. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum
adalah hipertensi parah, henti jantung-paru, dan curah jantung turun akibat
aritmia.
D. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat
adalah spasme arteri serebral, dan vasokontriksi arteri otak disertai sakit
kepala migren. (Muttaqin, 2008).
3. Faktor Risiko Stroke
Beberapa faktor penyebab stroke antara lain :
1. Hipertensi, merupakan faktor risiko utama.
2. Penyakit kardiovaskular – embolisme serebral beraal dari jantung.
3. Kolestrol tinggi.
4. Obesitas.
5. Peningkatan hemotakrit meningkatkan risiko infark serebral.
6. Diabetes – terkait dengan aterogenesis terakselerasi.
7. Kontrasepsi oral (khususnya dengan hipertensi, merokok, dan kadar
estrogen tinggi).
8. Merokok.
9. Penyalahgunaan obat (khususnya kokain).
10. Konsumsi alkohol.
4. Klasifikasi Stroke
a. Stroke hemoragik
Merupakan perdarahan serebral/subaraknoid yang disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah otak pada area otak tertentu. Biasanya terjadi
saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi 2,
yaitu :
1. Perdarahan intraserebral
Merupakan pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi
yang mengakbatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk
massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak.

Universitas Sumatera Utara


2. Perdarahan subaraknoid
Merupakan suatu keadaan dimana terjadi perdarahan yang berasal
dari pecahnya aneurisma berry. Pecahnya arteri dan keluarnya ke
ruang subaraknoid menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
secara mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme
pembuluh darah serebral yang berakibatkan disfungsi otak.
b. Stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral,
biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di
pagi hari. Tidak terjadinya perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat menimbulkan edema
sekunder. Kesadaran umumnya baik (Muttaqin, 2008).
5. Patofisioligi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin
lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan
spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan
paru dan jantung). Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai faktor penting
terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat
beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi
turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang
disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti
disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada
area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-
kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai
menunjukan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak
terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi

Universitas Sumatera Utara


akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler,
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan
intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak,
dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak
di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.
Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu
4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti
jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif
banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan
menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-
elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya
tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan
sekitarnya tertekan lagi. (Muttaqin, 2008).
6. Pemeriksaan Penunjang
a) Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik
seperti perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari
sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vascular.

Universitas Sumatera Utara


b) Lumbal fungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan
lumbal menunjukkan adanya hemorgi pada subaraknoid atau perdarahan
pada intrakranial.
c) CT scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema , posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya
secara pasti. Hasil pemeriksaan biasnya didapatkan hiperdens fokal,
kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
d) MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang
magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadi perdarahan otak.
Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan
infark akibat dari hemoragik.
e) USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit ateriovena (masalah
sistem karotis).
f) EEG
Pemeriksaan ini bertujuan umtuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik
dalam jaringan otak.
g) Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah rutin
b. Pemeriksaan kimia darah
c. Pemeriksaan darah lengkap (Muttaqin, 2008).
7. Penatalaksanaan Medis
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis
sebagai berikut:
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernafasan.

Universitas Sumatera Utara


b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
5. Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara percobaan,
tetapi maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.
6. Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan


teratur untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan imobilisasi
yang mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas
(Potter & Perry, 2005).
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah,
dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Setiap orang
butuh untuk bergerak. Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan
ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan. Mobilisasi

Universitas Sumatera Utara


diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan,
memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif, dan untuk
aktualisasi diri, harga diri dan citra tubuh (Mubarak dan Chayatin, 2007).
Sedangkan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik secara
mandiri dan terarah pada tubuh atau satu ekstremitas atau lebih (Wilkinson,
2012).
Gangguan mobilitas fisik adalah kondisi dimana pasien tidak mampu
melakukan pergerakan secara mandiri. (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
1. Pengkajian
Hidayat (2009) mengatakan bahwa pengkajian pada masalah
pemenuhan kebutuhan mobilitas dan immobilitas adalah sebagai berikut:
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dan immobilitas,
seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan
immobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama
terjadinya gangguan mobilitas.
b. Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah di Derita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis
(kecelakaan serebrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan
intrakranial, miastenia gravis, guillain barre, cedera medula spinalis),
riwayat penyakit sistem muskuloskeletal (infark miokard, gagal jantung
kongestif), riwayat penyakit sistem muskuloskeletal (osteoporosis, fraktur,
artritis), riwayat penyakit sistem pernafasan (penyakit paru obstruksi
menahun, pneumonia), riwayat pemakaian obat, seperti sedativa, hipnotik,
depresan sistem saraf pusat, laksansia, dan lain-lain.
c. Kemampuan Fungsi Motorik dan Fungsi Sensorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri,
kaki kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan,
atau spastis.

10

Universitas Sumatera Utara


d. Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk
menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan
berpindah tanpa bantuan.
Tingkat Aktivitas / Kategori
Mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawas orang lain.
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawas orang lain, dan
peralatan.
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan.

e. Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian mobilisasi pasien berfokus pada rentang gerak, gaya
berjalan, latihan, dan toleransi aktivitas, serta kesejajaran tubuh. Rentang
gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan
sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal, dan
transversal tubuh.
Pengkajian rentang gerak Range Of Motion (ROM) dilakukan pada
daerah seperti: kepala (leher spinal servikal), bahu, siku, lengan, jari-
tangan, ibu jari, pergelangan tangan, pinggul, dan kaki (lutut, telapak kaki,
jari kaki).
f. Perubahan Intoleransi Aktivitas
Pengkajian intoleransi yang berhubungan dengan perubahan pada
sistem pernafasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan
dinding thoraks, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan
nyeri saat respirasi dan sistem kardiovaskuler seperti nadi dan tekanan
darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya trombus, serta perubahan tanda
vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.
g. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi
Dalam pengkajian kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara
bilateral atau tidak.

11

Universitas Sumatera Utara


Skala Persentase Kekuatan Karakteristik
Normal
0 0 Paralisis sempurna.
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
di palpasi atau dilihat.

2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi


dengan topangan.

3 50 Gerakan yang normal melawan


gravitasi.

4 75 Gerakan penuh yang normal melawan


gravitasi dengan melawan tahanan
minimal.

Kekuatan normal, gerakan penuh yang


5 100
normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh.

h. Perubahan Psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya
gangguan mobilitas dan immobilitas, antara lain perubahan perilaku,
peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain.
2. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya
sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus
adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan
dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang
dilaksanakan terhadap klien (Potter & Perry, 2005).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-
kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien. Pengumpulan informasi merupakan
tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan
data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi pasien. Selanjutnya data dasar
tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan

12

Universitas Sumatera Utara


asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-
masalah pasien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit
(initial assessment), selama pasien dirawat secara terus-menerus (ongoing
assessment),serta pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi data (re-
assessment) (Potter & Perry, 2005).
Ada tujuan dalam pengumpulan data, yaitu:
a. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien.
b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien.
c. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien.
d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya.
Berikut beberapa tipe data dalam pengumpulan suatu data, yaitu :
1) Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian.Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya.Misalnya
tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan
malu (Potter & Perry, 2005).
2) Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan
panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik.Misalnya
frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran
(Potter & Perry, 2005).
Dan terdiri dari tiga karakteristik data adalah sebagai berikut :
a) Lengkap
Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah
klien yang adekuat. Misalnya, klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat
harus mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan
hal-hal sebagai berikut: Apakah tidak mau makan karena tidak ada nafsu makan
atau disengaja? Apakah karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang
patologis? Bagaimana respon pasien mengapa tidak mau makan (Potter & Perry,
2005).

13

Universitas Sumatera Utara


b) Akurat dan Nyata
Perawat harus berpikir secara akurat dan nyata untuk membuktikan benar
tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamati dan diukur melalui pemeriksaan ada
tidaknya validasi terhadap semua data yang mungkin meragukan. Apabila perawat
merasa kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data yang telah dikumpulkan,
maka perawat harus berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti. Misalnya,
pada observasi : “pasien selalu diam dan sering menutup mukanya dengan kedua
tangannya. Perawat berusaha mengajak pasien berkomunikasi, tetapi pasien selalu
diam dan tidak menjawab pertanyaan perawat. Jika keadaan pasien tersebut ditulis
oleh perawat bahwa pasien depresi berat, maka hal itu merupakan perkiraan dari
perilaku pasien dan bukan data yang aktual. Diperlukan penyelidikan lebih lanjut
untuk menetapkan kondisi pasien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang
ditemukan pada saat pengkajian (Potter & Perry, 2005).
c) Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali
data yang harus dikumpulkan.Kondisi seperti ini bisa diantisipasi dengan
membuat data komprehensif tetapi singkat dan jelas (Potter & Perry, 2005).
Dengan mencatat data yang relevan sesuai dengan masalah pasien merupakan data
fokus terhadap masalah pasien dan sesuai dengan situasi khusus berdasar sumber
data terdiri dari:
i. Sumber data primer
Pasien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat menggali
informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan pasien (Potter & Perry,
2005).
ii. Sumber data sekunder
Informasi dapat diperoleh melalui orang terdekat pada pasien seperti,
orang tua, suami atau istri, anak, dan teman pasien.Jika pasien mengalami
gangguan keterbatasan dalam berkomunikasi atau kesadaran yang menurun,
misalnya pasien dalam kondisi tidak sadar (Potter & Perry, 2005).

14

Universitas Sumatera Utara


iii. Sumber data lainnya
a) Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya.
Catatan kesehatan terdahulu dapat digunakan sebagai sumber informasi
yang dapat mendukung rencana tindakan perawatan (Potter & Perry, 2005).
b) Riwayat penyakit
Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat penyakit
yang diperoleh dari terapis.Informasi yang diperoleh adalah hal-hal yang
difokuskan pada identifikasi patologis dan untuk menentukan rencana tindakan
keperawatan (Potter & Perry, 2005).
c) Konsultasi
Terapi memerlukan konsultasi dengan anggota tim kesehatan spesialis,
khususnya dalam menentukan diagnosa medis atau dalam merencanakan dan
melakukan tindakan medis. Informasi tersebut dapat diambil guna membantu
menegakkan diagnosa (Potter & Perry, 2005).
d) Hasil pemeriksaan diagnostik
Seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik, dapat
digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat disesuaikan dengan masalah
kesehatan pasien.Hasil pemeriksaan diagnostik dapat digunakan membantu
mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan (Potter & Perry, 2005).
e) Perawat lain
Jika pasien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka
perawat harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat pasien
sebelumnya (Potter & Perry, 2005).
f) Kepustakaan
Data dasar pasien yang komprehensif, perawat dapat membaca literatur
yang berhubungan dengan masalah pasien (Potter & Perry, 2005).
3. Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan pada gangguan mobilisasi fisik harus aktual dan
potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama pengkajian dimana perawat
menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi atau mencegah bahaya
berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau gangguan mobilisasi (Potter &
Perry, 2006).

15

Universitas Sumatera Utara


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan mobilisasi
(NANDA dalam Potter & Perry, 2006) yaitu:
1. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kesejajaran tubuh yang buruk
dan penurunan mobilisasi.
2. Risiko cedera yang berhubungan dengan ketidaktepatan mekanika tubuh,
ketidaktepatan posisi dan ketidaktepatan pemindahan yang buruk.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan statis sekresi
paru dan ketidaktepatan posisi tubuh.
4. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan penurunan
pengembangan paru, penumpukan sekresi paru dan ketidaktepatan posisi tubuh.
5. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan pola nafas tidak simetris,
penurunan pengembangan paru dan penumpukan sekresi paru.
6. Gangguan integritas kulit atau risiko gangguan integritas kulit yang
berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi, tekanan permukaan kulit, dan gaya
gesek.
7. Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi,
risiko infeksi dan retensi urin.
8. Risiko infeksi yang berhubungan dengan statisnya sekresi paru, kerusakan
integritas kulit, dan statisnya urine.
9. Inkontinensia total yang berhubungan dengan perubahan pola eliminasi dan
keterbatasan mobilisasi.
10. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan pengurangan
tingkat aktivitas dan isolasi sosial.
11. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan pengurangan
tingkat aktivitas dan isolasi sosial.
12. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi dan
ketidaknyamanan.
4. Perencanaan
Berdasarkan diagnosa keperawatan hambatan mobilisasi fisik
berhubungan dengan penurunan rentang gerak maka intervensi dari diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan mobilisasi dan ketidaktepatan
mekanika tubuh diatas (NANDA dalam Potter & Perry, 2006) adalah:

16

Universitas Sumatera Utara


Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat mobilisasi pasien 1. Menunjukkan perubahan
dengan (tingkatan 0-4) secara tingkatan mobilitas pasien
berkala. setiap hari.
2. Kaji kekuatan otot/kemampuan 2. Menentukan perkembangan pe-
fungsi-onal mobilitas sendi ningkatan kekuatan
dengan mengguna-kan (skala otot/mobilitas sendi pasien
kekuatan otot 0-5) secara sebelum dan sesudah dilakukan
teratur. latihan rentang gerak (ROM).
3. Monitor tanda-tanda vital. 3. Kelumpuhan otot
mempengaruhi sirkulasi pada
ekstremitas.
4. Ubah posisi minimal setiap 2 4. Menurunkan resiko terjadinya
jam (te-lentang, miring), dan trauma/iskemia jaringan.
sebagainya jika bisa lebih
sering jika diletakkan dalam
posisi bagian yang terganggu.
5. Instruksi/bantu pasien 5. Meminimalkan atrofi otot,
melakukan latihan ROM meningkatkan sirkulasi,
pasif/aktif secara konsisten. membantu mencegah
kontraktur dan meningkatkan
pemulihan fungsi kekuatan otot
dan sendi.
6. Instruksikan pasien pada 6. Meningkatkan kemampuan
aktivitas sesuai dengan aktivitas mandiri pasien, harga
kemampuannya. diri, dan peran diri pasien
sehari-hari.
7. Melibatkan pasien dalam 7. Peran pasien mendukung
perawatan untuk mengurangi motivasi diri untuk menikmati
depresi dan kebosan-an yang pengobatan dan perawatan
berkaitan dengan terapi diberikan.

17

Universitas Sumatera Utara


mobilisasi ROM.
8. Kolaboraasi dengan ahli terapi 8. Mendukung peningkatan
fisik (fisioterapi) /okupasi dan kekuatan otot dan fungsi
atau rehabilitasi spesialis. ekstremitas fungsional dan
mencegah kontraktur.
9. Ajarkan keluarga dalam 9. Peran keluarga sangat
melakukan latihan rentang menbantu peningkatan
gerak mobilisasi (ROM) sesuai kesehatan pasien dalam
dengan jadwal pengobatan dan mobilisasi fisik di rumah sakit
perawatan pada pasien. dan atau dirumah.

18

Universitas Sumatera Utara


B. Asuhan Keperawatan Kasus

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN

1. Pengkajian

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 54 tahun
Status perkawinan : Belum kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. STM
Tanggal Pengkajian : Minggu /11-06-2017
Diagnosa Medis : Stroke
II. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan sudah mengalami stroke selama ±2 tahun yang
menyebabkan hemiplegia. Klien mengeluh sulit menggerakkan
tubuhnya khususnya bagian ekstremitas atas dan bawah bagian sinistra
sulit untuk digerakkan secara normal atau seperti biasanya.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative / palliative
1. Apa penyebabnya :
Klien mengatakan ada riwayat hipertensi sejak usia 46 tahun,
sakit kepala dan klien pernah terjatuh pada saat memasak. Tekanan
darah 220/150 mmHg pada saat terjadinya stroke.

19

Universitas Sumatera Utara


2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Melakukan cek kesehatan, mengkonsumsi obat amlodipin, dan
mengikuti saran dokter.
B. Quantity / quality
1. Bagaimana dirasakan :
Ny. T mengatakan sulit menggerakkan bagian tubuh
ekstremitas atas dan bawah bagian sinistra.
2. Bagaimana dilihat :
Pasien tampak lemah sulit untuk melakukan aktivitas dasar
seperti berpakaian, berjalan, duduk, makan, dan minum.
C. Region
1. Dimana lokasinya :
Bagian tubuh ekstremitas atas dan bawah sinistra.
2. Apakah menyebar :
Tidak.
D. Severity
Klien mengatakan sakit yang dialaminya saat ini sangat
mengganggu akitivitas dasar.
E. Time
Pada saat akan melakukan aktivitas dasar.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami :
Hipertensi
B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan :
Klien mengatakan mengkonsumsi obat amlodipin.
C. Pernah dirawat / dioperasi :-
D. Lama dirawat :-
E. Alergi :
Klien mengatakan tidak ada alergi.
F. Imunisasi :
Ny. T mengatakan imunisasi tidak lengkap.

20

Universitas Sumatera Utara


V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang Tua :
Ayah Ny. T meninggal karna penyakit stroke, Ibu Ny. T masih
hidup.
B. Saudara kandung :
Tidak ada riwayat kesehatan.
C. Penyakit keturunan yang ada :
Klien mengatakan bahwa ayah Ny. T memiliki riwayat hipertensi.
D. Anggota keluarga yang memiliki gangguan jiwa :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan kejiwaan.
E. Anggota keluarga yang meninggal :
Ayah Ny. T meninggal karna penyakit stroke, sedangkan 2 adik
perempuan Ny. T meninggal karena terbakar dan hanyut di sungai..
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya :
Ny. T mengatakan terganggu dengan penyakit yang dialami karena
menghambat Ny. T untuk melakukan aktivitas dasar.
B. Konsep Diri :
1. Gambaran diri :
Ny. T mengatakan penyakit yang di derita adalah cobaan dari
Tuhan.
2. Ideal diri :
Ny. T mengatakan ingin sembuh.
3. Harga Diri :
Ny. T mengatakan dirinya tidak berguna dengan kondisinya saat
ini.
4. Peran diri :
Ny. T berperan sebagai seorang kakak dan anak.
5. Identitas :
Ny. T berjenis kelamin perempuan.
C. Keadaan emosi :
Stabil.

21

Universitas Sumatera Utara


D. Hubungan sosial :
1. Orang yang berarti :
Klien mengatakan bahwa orang yang sangat berarti adalah
keluarga.
2. Hubungan dengan keluarga :
Klien mengatakan bahwa hubungannya dengan keluarga baik.
3. Hubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan hubungannya dengan orang lain kurang baik.
4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan malu berjumpa dengan saudaranya dan orang
yang mengunjunginya dengan kondisinya saat ini.
E. Spiritual :
1. Nilai dan keyakinan :
Klien beragama Islam, klien percaya akan agama yang
dianutnya.
2. Kegiatan ibadah :
Untuk sementara ini kegiatan ibadah klien tidak dapat dilakukan
sebagaimana mestinya dikarenakan penyakit yang diderita klien.
Untuk kegiatan shalat dan lainnya hanya dilakukan klien jika ia
merasa cukup kuat.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadann umum
Kesadaran komposmentis,klien tampak lemah, klien dapat
berjalan dengan cara menghentakkan kakinya saat bejalan, dan
berdiri dengan posisi tidak anatomi.
B. Tanda-tanda vital
1. Suhu tubuh : 36ºC
2. Tekanan darah : 180/120 mmHg
3. Nadi : 80x/i
4. Pernafasan : 22x/i
5. TB : 157 cm
6. BB : 50 Kg

22

Universitas Sumatera Utara


C. Pemeriksaan Head to toe
I. Kepala dan rambut
1. Bentuk :
Bentuk kepala klien bulat dan simetris.
2. Ubun-ubun :
Ubun-ubun klien tertutup dengan rambut dan ubun-
ubun keras.
3. Kulit kepala :
Kulit kepala klien bersih dan tidak kotor.
II. Rambut
1. Penyebaran rambut :
Penyebaran rambut normal keseluruhan, tidak ada
kebotakan pada kepala.
2. Bau :
Rambut tidak berbau.
3. Warna kulit :
Warna kulit pucat.
III. Wajah
1. Warna kulit :
Warna kulit klien coklat.
2. Struktur wajah :
Struktur wajah oval dan simetris.
IV. Mata
1. Kelengkapan dan kesimetrisan :
Struktur mata lengkap dan kedua mata simetris.
2. Palpebra :
Tidak ada tanda radang dan tidak terdapat edema.
3. Konjungtiva dan sklera :
Konjungtiva anemis dan sklera berwana putih.
4. Pupil :
Normal, saat diberikan reflek cahaya pupil mengecil.

23

Universitas Sumatera Utara


5. Cornea dan iris :
Normal, Kornea transparan dan iris mata jernih.
6. Tekanan bola mata :
Tidak dilakukan.
V. Hidung
1. Tulang hidung dan posisi sputum nasi :
Normal dan simetris.
2. Lubang hidung :
Lubang hidung bersih, tidak ada kotoran dan tanda
peradangan dan simetris kanan dan kiri.
3. Cuping hidung :
Ada dan simetris.
VI. Telinga
1. Bentuk telinga :
Normal, simetris pada keduanya dan tidak ada kelainan.
2. Ukuran telinga :
Normal/anatomis.
3. Lubang telinga :
Lubang telinga bersih, tidak ada kotoran dan tanda
peradangan.
4. Ketajaman pendengaran :
Pendengaran pasien masih normal,tidak ada masalah
dalam pendengaran.
VII. Mulut dan faring
1. Keadaan bibir :
Mukosa bibir lembab.
2. Keadaan gusi dan gigi :
Tidak ada perdarahan pada gigi dan gusi pada saat
dilakukan pengkajian.
3. Keadaan lidah :
Kurang bersih.

24

Universitas Sumatera Utara


4. Orofaring :
Normal, tidak ada tanda radang.
VIII. Leher
1. Posisi trachea :
Normal.
2. Thyroid :
Tidak ada pembengkakan thyroid.
3. Suara :
Suara masih terdengar dengan jelas.
4. Kelenjar limfe :
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar limfe.
5. Vena jugularis :
Teraba dengan jelas.
6. Denyut nadi karotis :
Teraba lambat.
IX. Pemeriksaan integrumen
1. Kebersihan :
Kulit terlihat bersih.
2. Kehangatan :
Kulit teraba hangat pada ekstermitas atas dan bawah.
3. Warna :
Warna kulit coklat.
4. Turgor :
Baik, pada saat dicubit dengan ujung jari kulit kembali
ke posisi semula.
5. Kelembaban :
Kulit tampak tidak lembab.
6. Kelaina pada kulit :
Kulit tampak seperti bersisik atau kering.

25

Universitas Sumatera Utara


X. Pemeriksaan thoraks/dada
1. Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, pigeon chest, flail
chest, kifos koliasis) :
Normal, tidak ada kelainan pada dada.
2. Pernafasan (frekuensi,irama) :
Pernafasan normal, tidak ada suara tambahan dan
frekuensi 22x/menit.
3. Tanda kesulitan bernafas :
Tidak ada mengalami kesulitan bernafas.
XI. Pemeriksaan paru
1. Perkusi :
Resonan.
2. Auskultasi :
Normal , tidak ada suara tambahan.
XII. Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi (bentuk, benjolan) :
Simetris dan tidak terdapat benjolan.
2. Auskultasi :
Bunyi peristaltik 7x/menit
3. Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan dan tidak terdapat benjolan atau
pun kelainan lainnya.
XIII. Pemeriksaan Muskuloskletal
Kelainan pada ekstremitas atas dan bawah bagian sinistra :
adanya kelemahan otot pada ekstremitas atas dan bawah
bagian sinistra .
XIV. Pemeriksaan Sensorik
NI : fungsi penciuman tidak ada kelainan.
N II : Tes ketajaman penglihatan normal.
N III, IV, VI : Pergerakan bola mata normal.
NV : Sensori wajah dan pergerakan rahang saat
mengunyah normal.

26

Universitas Sumatera Utara


N VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal,
wajah simetris.
N VIII : Ketajaman pendengaran baik.
N IX, X : Kemampuan menelan baik.
N XI : Tidak normal, mengangkat kedua bahu
tidak simetris.
N XII : Normal, gerakan lidah dan kekuatan lidah.
X. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

I. Pola makan dan minum

1. Frekuensi makan/ hari : 3 x sehari.


2. Nafsu/selera makan : Nafsu makan baik.
3. Nyeri uluh hati : Tidak ada.
4. Alergi : Klien tidak memiliki alergi.
5. Mual dan muntah : Tidak ada.
6. Waktu pemberian makan : Pagi jam 08.00 wib, siang
jam 13.00 wib, dan sore jam
19.00 wib.
7. Jumlah dan jenis makanan : Porsi kecil dan jenis
makanan yang diberikan
nasi, lauk, pauk, dan buah.
8. Waktu pemberian minum : Tidak menentu
9. Masalah makan dan minum : Tidak ada.
(kesulitan menelan, mengunyah)
II. Perawatan diri/personal hygiene

1. Kebersihan tubuh : Bersih.


2. Kebersihan gigi dan mulut : Bersih.
3. Kebersihan kuku kaki dan tangan : Bersih.

27

Universitas Sumatera Utara


III. Pola kegiatan/aktivitas

1. Uraian aktivitas klien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti


pakaian dilakukan secara mandiri, sebagian, atau total :
Aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti
pakaian sebagian dibantu oleh keluarga.
2. Uraikan aktivitas ibadah klien selama dirawat/sakit :
Selama klien sakit, kegiatan ibadah klien dilakukan jika
klien merasa dirinya cukup kuat.
IV. Pola eliminasi

A. BAB
1. Pola BAB : BAB klien lancar , 1x per
hari.
2. Karater fases : Lunak
3. Riwayat perdarahan : Tidak memiliki riwayat
perdarahan.
4. BAB terakhir : 11 Juni 2017
5. Diare : Tidak ada diare.
6. Penggunaan laktasif : Tidak ada.
B. BAK
1. Pola BAK :
4-5 x sehari.
2. Karakter urine :
Kuning keruh.
3. Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK :
Tidak ada.
4. Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih :
Tidak ada.
5. Penggunaan diuretik :
Tidak ada.
6. Upaya mengatasi masalah :
Tidak ada.

28

Universitas Sumatera Utara


V. Mekanisme koping
A. Adaptif :
klien mampu menyelesaikan masalahnya dengan keluarga.
B. Maladaptif :
Reaksi klien berbicara lambat.

2.Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. Ds : Penyakit stroke Gangguan
Ny. T mengatakan kondisinya ↓ mobilitas fisik
sudah dialaminya ± 2 tahun. Kerusakan
Ny. T mengatakan sulit berjalan neuromuskuler
Ny. T mengatakan tubuhnya tidak ↓
seimbang saat berdiri. Fungsi saraf
Ny. T mengatakan sulit sensorik/motorik
membolak-balik posisi tubuh terganggu

Do : Penurunan
Klien tampak menghentakkan kekuatan otot
kaki saat berjalan ↓
Postur tubuh tampak tidak Sulit
anatomi saat berdiri. menggerakkan
Klien tampak sulit membolak- tangan kiri dan
balik posisi tubuh. kaki kiri
Klien tampak lemah ↓
TD : 180/120 mmHg Gangguan
HR : 80 x/i mobilitas fisik
RR : 22 x/i
T : 36ºC

29

Universitas Sumatera Utara


No Data Etiologi Masalah
1. Ds : Penyakit stroke Harga diri
Klien mengatakan penyakitnya ↓ rendah
tidak sembuh-sembuh. Gangguan fungsi situasional
Klien mengatakan dirinya jelek sensorik
karena tangannya bengkok. ↓
Klien mengatakan dirinya tidak Ketidaksesuaian
berguna. kognitif
Do : ↓
Klien tampak termenung Perubahan proses
Tangan klien tampak bengkok pikir

Harga diri rendah
situasional

3. Rumusan Masalah
A. Masalah keperawatan :
1. Gangguan mobilitas fisik
2. Harga diri rendah situasional
B. Diagnosa keperawatan (prioritas) :
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot ditandai dengan TD : 180/120 mmHg, HR : 80
x/i, RR : 22 x/i, T : 36°C, tingkat mobilitas = 2 (memerlukan
bantuan/pengawasan orang lain), kekuatan otot kaki dan tangan
yaitu skala = 3 (gerakan yang normal melawan gravitasi), sulit
berjalan, postur tubuh tampak tidak anatomi saat berdiri dan
klien tampak sulit membolak-balikan posisi tubuh.
2. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan
proses pikir ditandai dengan klien mengatakan penyakitnya
tidak sembuh-sembuh, klien mengatakan dirinya tidak berguna,
dan klien mengatakan dirinya jelek karena tangannya bengkok.

30

Universitas Sumatera Utara


4. Perencanaan
Hari / No. Perencanaan Keperawatan
Tanggal Dx
Minggu 1. Tujuan jangka pendek : Setelah dilakukan asuhan
/ 11 Juni keperawatan dengan mengajarkan latihan rentang gerak
2017 (ROM aktif) diharapkan klien tingkat mobilitas dan
kekuatan otot meningkat.
Tujuan jangka panjang : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan diharapkan pasien mampu melakukan
mobilitas fisik dengan kemampuannya secara mandiri
(ROM aktif) setiap hari.
Kriteria hasil:
1. Klien mampu bergerak dengan mudah.
2. Postur tubuh klien anatomi.
3. Menunjukkan peningkatan mobilias fisik.
Intervensi Rasional
1. Bina hubungan 1. Mendekatkan diri pada
saling percaya klien.
dengan klien.
2. Kaji tingkat 2. Menunjukkan tingkat
mobilitas klien perubahan mobilitas
dengan tingkatan klien.
0-4.
3. Kaji kekuatan 3. Menunjukkan tingkat
otot klien dengan perkembangan
skala 0-5. kekuatan otot sebelum
dan sesudah dilakukan
latihan gerak.
4. Ajarkan dan 4. Meningkatkan
dukung klien kekuatan dan ketahan
dalam latihan otot dan sendi.

31

Universitas Sumatera Utara


ROM aktif atau
pasif.
5. Instruksikan 5. Mengembalikan postur
klien untuk tubuh klien.
mempertahankan
kesejajaran
tubuh.
6. Kaji tanda-tanda 6. Memberikan data
vital. lanjutan mengenai
efek aktivitas pada
klien.
7. Kaji lingkungan 7. Mengurangi resiko
rumah terhadap terhambatnya
kendala dalam mobilisasi.
mobilitas.
Hari / No. Perencanaan Keperawatan
Tanggal Dx
Minggu, 2. Tujuan jangka pendek : Setelah dilakukan asuhan
11 Juni keperawatan dengan memberi motivasi kepada klien di
2017 harapkan klien mau melakukan kegiatan yang positif.
Tujuan jangka panjang : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan diharapkan rasa percaya diri kembali dan
klien merasa dirinya berguna.
Kriteria hasil:
1. Meningkatkan rasa percaya diri.
2. Perasaan negatif terhadap diri sendiri hilang.
3. Meningkatkan penilaian penghargaan terhadap diri.
Intervensi Rasional
1. Pantau pernyataan 1. Untuk mengetahui
klien tentang harga sejauh mana persepsi
diri. tentang harga diri
klien.

32

Universitas Sumatera Utara


2. Berikan motivasi 2. Untuk meningkatkan
sering. rasa percaya diri
klien.
3. Ajak klien 3. Untuk menghilangkan
melakukan perasaan negatif
kegiatan yang terhadap diri klien.
dapat
dilakukannya.
4. Berikan pujian 4. Untuk meningkatkan
terhadap tindakan harga diri klien.
positif yang
dilakukan klien.

5. Implementasi

Hari / No Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)


Tanggal Dx
1. Membina hubungan saling
Minggu / 1. S:
percaya dengan klien.
11 Juni
2. Mengkaji tingkat mobilitas Klien mengatakan
2017
klien dengan tingkatan 0-4. tangan kirinya kaku.
3. Mengkaji kekuatan otot klien
dengan skala 0-5. O:

4. Mengajarkan dan dukung - Tangan kiri

klien dalam latihan ROM klien tampak

aktif atau pasif : menekuk dan

Memberi contoh tegang.

menggenggam dan membuka - Tingkat

genggaman tangan, mobilitas

meluruskan lengan kiri ekstremitas

kearah depan kemudian atas dan

33

Universitas Sumatera Utara


menekukkan lengan kiri bawah bagian
kearah bahu sebelah kanan sinistra = 2
dan mengembalikan posisi dan Skala
lengan seperti semula, kekuatan otot
Meluruskan lengan kiri =3
kearah depan dan - Tingkat
menekukkan lengan kearah mobilitas
atas membentuk sudut 90° ekstremitas
dan 60° dan mengembalikan atas dan bawah
lengan keposisi semula. bagian dextra
5. Menginstruksikan klien = 0, dan skala
untuk mempertahankan kekuatan otot
kesejajaran tubuh : =5
Mencontohkan sikap berdiri - Postur tubuh
anatomi dan mempertahan tampak tidak
posisi anatomi. anatomi saat
6. Mengkaji tanda-tanda vital. berdiri.
7. Mengkaji lingkungan rumah - TD :
terhadap kendala dalam 180/120mmHg
mobilitas. HR :
80x/menit
Senin / RR :
12 Juni 1. Membina hubungan 22x/menit
2017 saling percaya dengan T : 36ºC
klien.
A : Masalah belum
2. Mengkaji tingkat
teratasi.
mobilitas klien dengan
tingkatan 0-4. P : Intervensi
3. Mengkaji kekuatan otot dilanjutkan.
klien dengan skala 0-5.
4. Mengajarkan dan dukung
klien dalam latihan ROM

34

Universitas Sumatera Utara


aktif atau pasif.
- Memberikan contoh
menutup jari-jari
tangan secara
perlahan dan S:

membukanya
Klien mengatakan
kembali, meluruskan
tangannya masih
lengan kiri kearah
kaku.
kedepan dan
menggerakkan O:
lengan kearah kiri - Tingkat
dan mengangkat mobilitas
lengan kiri kearah ekstremitas
atas membentuk atas dan
sudut 180° dan bawah bagian
mengembalikan sinistra = 2
posisi lengan seperti dan Skala
semula. kekuatan otot
Meluruskan lengan =3
kiri kearah kedepan - Tingkat
dan menggerakkan mobilitas
lengan kearah kiri ekstremitas
dan menekukkan atas dan bawah
lengan membentuk bagian dextra
sudut 90° dan 60° = 0, dan skala
dan mengembalikan kekuatan otot
posisi lengan seperti =5
semula. - Postur tubuh
5. Menginstruksikan klien tampak masih
untuk mempertahankan tidak anatomi saat
kesejajaran tubuh dengan berdiri.
cara berdiri dengan - TD :180/120

35

Universitas Sumatera Utara


posisi anatomi dan mmHg
mempertahankan posisi HR : 80 x/i
anatomi. RR : 22 x/i
6. Mengkaji tanda-tanda T : 36ºC
vital.
A : Masalah belum
teratasi.

P : Intervensi
dilanjutkan.

Hari / No Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)


Tanggal Dx
Minggu/ 2. 1. Memantau pernyataan S:
11 Juni klien tentang harga diri. Klien mengatakan
2017 2. Memberikan motivasi tidak tau kegiatan apa
kepada klien. yang dapat ia lakukan.
3. Menyarankan klien O:
melakukan kegiatan yang Klien tampak
dapat dilakukannya seperti menerima saran yang
membaca,menonton, dll. diberikan dengan
4. Memberikan pujian memberi respon
terhadap tindakan positif positif.
yang dilakukan klien. A : Masalah belum
teratasi.
P : Intervensi
dilanjutkan.

36

Universitas Sumatera Utara


Senin/ 12 1. Memantau pernyataan S:
Juni klien tentang harga diri. Klien mengatakan
2017 2. Memberikan motivasi bahwa ia dapat
kepada klien. menerima kondisinya
3. Menyarankan klien sekarang.
melakukan kegiatan yang O:
dapat dilakukannya Klien tampak duduk
seperti membaca, di luar teras rumah.
mendengarkan radio, Klien tampak sedang
menonton tv. membaca koran.
4. Memberikan pujian A : Masalah sebagian
terhadap tindakan positif teratasi.
yang dilakukan klien. P : Intervensi
dilanjutkan.

6. Evaluasi

Pada tahap evaluasi, penulis menemukan evaluasi akhir dari pelaksanaan


yang telah dilakukan, yaitu : klien masih belum mampu mengkoordinir
kesejajaran tubuh saat berdiri/bergerak, tetapi klien mampu melakukan latihan
ROM (Range Of Motion), dari hasil tersebut penulis menarik hasil evaluasi dari
pelaksanaan yang dilakukan adalah masalah belum teratasi dengan intervensi
yang harus di lanjutkan yaitu klien mampu rutin melakukan latihan Range Of
Motion di rumah. Dengan mampunya klien melakukan hal yang telah diajarkan
oleh penulis, penulis berharap tubuh bagian sisi kiri klien dapat bergerak dengan
mudah dan dapat melakukan aktivitas sehari-harinya seperti biasanya.

37

Universitas Sumatera Utara


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah penulis mempelajari kasus masalah stroke baik dari tinjauan secara
teori maupun pelaksanaan asuhan keperawatan pada keluarga Ny. T terkhusus
bagi Ny. T maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam pengkajian Ny. T mengalami stroke hemoragik, pada saat
pengkajian Ny. T mengatakan mempunyai riwayat hipertensi, sulit
berjalan, bentuk tubuh tidak normal saat berdiri, sulit membolak-
balikan posisi tubuh sehingga kebutuhan untuk beraktivitas sebagian
dibantu keluarga dan hal tersebut membuat klien merasa dirinya tidak
berguna dengan kondisi yang dialaminya sekarang.
2. Sesuai dengan data yang didapatkan saat pengkajian , didapatkan 2
diagnosa keperawatan, yaitu :
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot ditandai dengan TD : 180/120 mmHg, HR : 80 x/i, RR : 22 x/i,
T : 36°C, tingkat mobilitas = 2 (memerlukan bantuan/pengawasan
orang lain), kekuatan otot kaki dan tangan yaitu skala = 3 (gerakan
yang normal melaan gravitasi), sulit berjalan, postur tubuh tampak
tidak anatomi saat berdiri dan klien tampak sulit membolak-balikan
posisi tubuh.
2. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan proses
pikir ditandai dengan klien mengatakan penyakitya tidak sembuh-
sembuh, klien mengatakan dirinya tidak berguna, dan klien
mengatakan dirinya jelek karena tangannya bengkok.
3. Intervensi ditegakkan berdasarkan prioritas masalah yang dihadapi
sekaligus memperhatikan kondisi Ny. T serta kesangguapan keluarga
dalam bekerjasama.
4. Asuahan keperawatan yang diberikan merupakan implementasi dari
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Pelaksanaan sangat
bergantung pada sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh perawat.

38

Universitas Sumatera Utara


Kepercayaan klien terhadap perawat menimbulkan sikap kooperatif
dalam menjalankan tindakan keperawatan. Ny. T dan keluarga dapat
berpartisipasi dan menerima terhadap pelaksanaan tindakan
keperawatan yang telah direncanakan.
5. Setelah dilakukan implementasi memberikan latihan ROM (Range
Of Motion), latihan berjalan, mengkaji kekuatan otot, dan mengkaji
tingkat mobilitas selama 4 hari pada Ny. T didapatkan hasil evaluasi
yaitu masalah belum teratasi. Pada diagnosa ke-2 dilakukan
implementasi memberikan motivasi, menyarankan untuk melakukan
kegiatan yang dapat dilakukan, dan memberikan pujian terhadap
tindakan positif yang dilakukan, didapatkan hasil evaluasi yaitu
masalah sebagian teratasi ditandai dengan klien mau melakukan
kegiatan seperti menonton tv dan membaca koran.
B. Saran
1. Bagi Keluarga
Keluarga adalah orang terdekat dari klien, diharapkan dapat saling
bekerjasama dalam menemukan intervensi paling tepat dan dapat membantu
klien untuk mengatasi masalah gangguan mobilitas fisik dan harga diri
rendah situasional.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Pendidikan keperawatan sebaiknya lebih meningkatkan kualitas
pendidikan mahasiswa, khususnya sebelum melakukan praktik baik di
rumah sakit maupun di komunitas demi meningkatkan kenyamanan bagi
klien. Terutama masalah keperawatan tentang mobilisasi yang sering
dialami klien, baik di rumah sakit maupun di komunitas, karena masalah
mobilisasi merupakan kebutuhan dasar yang sanagt mutlak dan harus
dipenuhi, sehingga mahasiswa perlu dibekali sebelum melakukan praktik
keperawatan.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan untuk lebih memperhatikan status perkembangan kesehatan
klien dan selalu mengevaluasi setiap tindakan yang telah diberikan. Baik di
rumah sakit maupun di komunitas, membina hubungan yang baik kepada

39

Universitas Sumatera Utara


masyarakat, dan memperhatikan mereka sebagai individu yang unik dan
holistic.

40

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba


Medika.

Junaidi, I. (2011). Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : ANDI.

Muttaqin, A. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Mubarak, W.I. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta : EGC.

Potter, & Perry. (2006). Buku Ajar Funda Mental Keperawatan: Proses, Konsep,
dan Praktik, Edisi : 4. Jakarta : EGC.

Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Edisi : 4. Jakarta : Salemba Medika.

Wilkinson, J.M & Ahern, N.C. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan :
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi : 9.
Jakarta : EGC.

41

Universitas Sumatera Utara


Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari I
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No. Hari/ Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi


DX Tanggal
1. Selasa, 15.30 1. Membina hubungan S:
13 Juni saling percaya dengan - Ny. T mengeluh
2017 klien. sulit berjalan
2. Mengkaji tingkat dengan normal.
mobilitas pasien O:
dengan tingkatan (0- Ny. T tampak
4). mampu berjalan
3. Mengkaji kekuatan dengan cara
otot menggunakan menghentakkan
skala kekuatan otot kakinya.
(0-5).
Tingkat mobilitas
4. Mengajarkan dan
ekstremitas atas dan
mendukung klien
bawah bagian
dalam latihan ROM
sinistra = 2 dan
aktif atau pasif.
Skala kekuatan otot
5. Membantu klien
=3
berjalan.
6. Mengkaji tanda-tanda Tingkat mobilitas
vital ekstremitas atas dan
bawah bagian dextra
= 0, dan skala
kekuatan otot = 5
Tanda-tanda vital
TD: 150/100
mmHg

42

Universitas Sumatera Utara


HR: 80x/menit
RR: 22x/menit
T : 36,5°C
A:
Masalah belum
teratasi.
P:
Intervensi
dilanjutkan.

2. 19.00 1. Memantau S:
pernyataan klien Ny. T mengatakan
tentang harga diri. bosan karena tidak
2. Memberikan tau mau melakukan
motivasi kepada apa.
klien. O:
3. Mengajak klien Ny. T tampak
melakukan kegiatan sedang menonton tv
yang dapat Ny. T tampak
dilakukannya. tersenyum.
Seperti : menonton A:
tv. Masalah sebagian
4. Memberikan pujian teratasi
terhadap tindakan P:
positif yang Intervensi
dilakukan klien. dilanjutkan

43

Universitas Sumatera Utara


Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Hari II
No. Hari/ Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi
DX Tanggal
1. Rabu, 15.30 1. Membina hubungan S:
14 Juni saling percaya dengan Ny. T mengatakan
2017 klien. otot-otot tangan
2. Mengkaji tingkat dan kakinya masih
mobilitas pasien terasa kaku saat
dengan tingkatan (0-4). melakukan latihan
3. Mengkaji kekuatan otot yang telah
menggunakan skala diajarkan.
kekuatan otot (0-5). O:
4. Mengajarkan dan Ny. T tampak
mendukung klien mampu berjalan
dalam latihan ROM dengan cara
aktif atau pasif. menghentakkan
5. Membantu klien kakinya.
berjalan. Tingkat mobilitas
6. Mengkaji tanda-tanda ekstremitas atas
vital dan bawah bagian
sinistra = 2 dan
Skala kekuatan otot
=3
Tingkat mobilitas
ekstremitas atas
dan bawah bagian
dextra = 0, dan
skala kekuatan otot
=5
Tanda-tanda vital

44

Universitas Sumatera Utara


TD: 150/90
mmHg
HR: 80x/menit
RR: 20x/menit
T : 36°C
A:
Masalah belum
teratasi.
P:
Intervensi
dilanjutkan.

2. 19.00 1. Memantau pernyataan S: -


klien tentang harga diri. O:
2. Memberikan motivasi Ny. T tampak
kepada klien. sedang menonton
3. Mengajak klien tv
melakukan kegiatan A:
yang dapat Masalah sebagian
dilakukannya. teratasi
4. Memberikan pujian P:
terhadap tindakan positif Intervensi
yang dilakukan klien. dilanjutkan

45

Universitas Sumatera Utara


Gerakan ROM Aktif dan Pasif dengan telapak mengarah ke
1. Latihan menekukkan dan tubuhnya.
meluruskan pergelangan tangan b. Letakkan tangan di atas siku
Cara : pasien dan pegang tangannya
a. Atur posisi lengan pasien mendekati bahu.
dengan menjauhi sisi tubuh c. Lakukan dan kembalikan ke
dan siku menekuk posisi sebelumnya.
dengan lengan.
b. Pegang tangan pasien dengan
satu tangan dan tangan yang
lain memegang pergelangan
tangan pasien.
c. Tekuk tangan pasien ke depan
Gambar 2. Latihan menekukkan dan
sejauh mungkin.
meluruskan siku

3. Latihan gerak lengan bawah


Cara :
a. Atur posisi lengan bawah
menjauhi tubuh pasien
dengan siku menekuk.
b. Letakkan satu tangan perawat
pada pergelangan pasien dan
Gambar 1. Latihan menekukkan dan pegang tangan pasien dengan
meluruskan pergelangan tangan lainnya.
tangan c. Putar lengan bawah pasien
sehingga telapaknya
2. Latiha menekukkan dan menjauhinya.
meluruskan siku d. Kembalikan ke posisi semula.
Cara : e. Putar lengan bawah pasien
a. Atur posisi lengan pasien sehingga telapak tangannya
dengan menjauhi sisi tubuh menghadap ke arahnya.
f. Kembalikan ke posisi semula.

46

Universitas Sumatera Utara


pegang tangan pasien dengan
tangan lainnya.
c. Gerakkan lengan pasien
menjauh dari tubuhnya
kearah perawat (mendekati
perawat).

Gambar 3. Latihan gerak lengan d. Gerakkan lengan pasien

bawah mendekati tubuhnya

4. Latihan gerak bahu (menjauhi perawat)

Cara : e. Kembalikan ke posisi

a. Atur posisi tangan pasien semula.

disisi tubuhnya.
b. Letakkan satu tangan perawat
di atas siku pasien dan
pegang tangan pasien dengan
tangan lainnya.
c. Angkat lengan pasien pada
posisi semula.

Gambar 5. Latihan mendekati dan


menjauhi bahu
6. Rotasi Bahu
Cara :
a. Atur posisi lengan pasien
menjauhi tubuh dengan siku
menekuk.
Gambar 4. Latihan gerak bahu
b. Letakkan satu tangan
5. Latihan gerak bahu
perawat di lengan atas pasien
Cara :
dekat siku dan pegang tangan
a. Atur posisi lengan pasien di
pasien dengan tangan yang
samping badannya.
lain.
b. Letakkan satu tangan perawat
c. Gerakkan lengan bawah ke
di atas siku pasien dan
bawah sampai menyentuh

47

Universitas Sumatera Utara


tempat tidur, telapak tangan
menghadap ke bawah.
d. Kembalikan posisi lengan ke
posisi semula.
e. Gerakkan lengan bawah ke
belakang sampai menyentuh
tempat tidur, telapak tangan
menghadap ke atas.
Gambar 7. Latihan menekukkan dan
f. Kembalikan lengan ke posisi meluruskan jari.
semula. 8. Latihan memiringkan (membuka
ke arah dalam tubuh) kaki dan
memiringkan (membuka ke arah
luar tubuh) kaki
Cara :
a. Pegang separuh bagian atas
kaki pasien dengan satu jari
dan pegang pergelangan kaki
Gambar 6. Latihan rotasi bahu dengan tangan satunya.
7. Menekukkan dan meluruskan jari- b. Putar kaki ke dalam sehingga
jari telapak kaki menghadap ke
Cara : kaki lainnya.
a. Pegang jari-jari kaki pasien c. Kembalikan ke posisi semula
dengan satu tangan, d. Putar kaki keluar sehingga
sementara tangan lain bagian telapak kaki menjauhi
memegang kaki. kaki yang lain.
b. Bengkokkan (tekuk) jari-jari e. Kembalikan ke posisi
kaki ke bawah semula.
c. Luruskan jari-jari kemudian
dorong ke belakang.
d. Kembalikan ke posisi semula.

48

Universitas Sumatera Utara


Gambar 8. Latihan memiringkan
(membuka ke arah dalam tubuh) kaki
dan memiringkan (membuka ke arah
luar tubuh) kaki Gambar 9. Latihan melekukkan dan
meluruskan kaki

9. Melekukkan dan meluruskan 10. Melekukakan dan meluruskan

pergelangan kaki lutut.

Cara : Cara :

a. Letakkan satu tangan perawat a. Letakkan satu tangan di

pada telapak kaki pasien dan bawah lutut pasien dan

satu tangan yang lain di atas pegang tumit pasien dengan

pergelangan kaki. Jaga kaki tangan yang lain.

lurus dan rilek. b. Angkat kaki, tekuk pada

b. Tekuk pergelangan kaki, lutut dan pangkal paha.

arahkan jari-jari kaki ke arah c. Lanjutkan menekuk lutut ke

dada pasien. arah dada sejauh mungkin.

c. Kembalikan ke posisi semula. d. Ke bawahkan kaki dan

d. Tekuk pergelangan kaki luruskan lutut dengan

menjauhi dada pasien. mengangkat kaki ke atas.


e. Kembali ke posisi semula.

49

Universitas Sumatera Utara


Gambar 11. Latihan rotasi pangkal
paha
12. Gerakan pangkal paha mejauhi
dan mendekati tubuh
Cara :
a. Letakkan satu tangan
perawat di bawah lutut
pasien dan satu tangan pada
tumit.
b. Jaga posisi kaki pasien

Gambar 10. Latihan Melekukakan lurus, angkat kaki kurang

dan meluruskan lutut. lebih 8 cm dari tempat tidur,

10. Rotasi pangkal paha gerakkan kaki menjauhi

Cara : badan pasien.

a. Letakkan satu tangan c. Gerakkan kaki mendekati

perawat pada pergelangan badan pasien.

kaki dan satu tangan yang d. Kembalikan ke posisi

lain di atas lutut. semula.

b. Putar kaki menjauhi


perawat.
c. Putar kaki ke arah perawat.
d. Kembalikan ke posisi
semula.

Gambar 12. Gerakan pangkal paha


mejauhi dan mendekati tubuh

50

Universitas Sumatera Utara


51

Universitas Sumatera Utara


52

Universitas Sumatera Utara


53

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai