Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP KEMAMPUAN

BERSOASIALISASI PADA REMAJA

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

AGUS SYAFIIE

J71217105

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2017
PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP KEMAMPUAN

BERSOASIALISASI PADA REMAJA

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia Oleh Estri Kusumawati

M. Kes

Oleh :

AGUS SYAFIIE

J71217105

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2017

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Yang telah melimpahkan begitu besar

rahmatnya, sehingga karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh pendidikan terhadap

kemampuan bersosialisasi pada remaja” dapat terselesaikan.

Makalah ini merupakan sebuah media belajar bagi mahasiswa. Melalui

makalah ini diharapkan memberikan pengetahuan yang mendalam bagi

masyarakat umum yang masih mengira bahwa pengalaman kuliah sama sekali

tidak berdampak pada kemampuan bersosialisasi pada remaja di kehidupan

bermasyarakat

Kami menyadari bahwa makalah ini akan sulit terselesaikan tanpa adanya

peran dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada

kami maka dari itu, kami mengucapkan terimakasih sebesar- besarnya kepada:

1. Prof. Moh Sholeh, M.Pd selaku dekan fakultas psikologi dan ilmu

kesehatan

2. Dr. Suryani, S.Ag,Msi selaku kaprodi fakultas psikologi dan ilmu

kesehatan

3. Estri Kusumawati, M.Kes selaku dosen pengampu yang telah

memberikan bimbingan hingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,

untuk itu kritik dan saran yang membangun merupakan suatu hal yang kami

harapkan untuk memperbaiki segala kekurangan dalam pembuatan karya ilmiah

ini semoga segala ikhtiar kami di ridhoioleh Allah SWT.

ii
Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi para pembaca dan

memperluas serta menambah hasanah dunia pendidikan, khususnya bagi kami

selaku penulis.

Surabaya , Desember 2017

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan ................................................................................................. 5

1. Pengertian ............................................................................................ 5

2. Pentingnya Pendidikan ........................................................................ 5

B. Sosialisasi Remaja..................................................................................... 7

1. Pengertian Sosialisasi .......................................................................... 7

2. Pengertian Remaja .............................................................................. 8

3. Ciri-ciri Masa Remaja ......................................................................... 10

4. Perkembangan Sosial Remaja ............................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya mempunyai

kebutuhan–kebutuhan, baik kebutuhan material maupun spiritual. Kebutuhan

itu bersumber dari dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia

semenjak dilahirkan.1 Lingkungan hidup merupakan sarana di mana manusia

berada sekaligus menyediakan kemungkinan-kemungkinan untuk dapat

mengembangkan kebutuhan-kebutuhan.

Oleh karena itu, antara manusia dengan lingkungan hidup terdapat

hubungan yang saling mempengaruhi. Hubungan-hubungan sosial yang terjadi

secara dinamis yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu,

individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok dan

berhubungan satu dengan yang lain disebut dengan interaksi sosial2

Setiap manusia akan bersosialisasi antara satu sama lainnya membuat

interaksi yang kuat untuk mengenal kepribadian manusia lain. Manusia yang

mudah bersosialisasi adalah manusia yang dapat atau mampu menjalankan

komunikasi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya.3

1
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Bina Aksara, 1988).
2
(Gillin dan Gillin: 1954).
3
Duane P. Schultz and Sydney Ellen Schultz, A History of Modern Psychology (Cengage Learning,
2015).

1
2

Kemampuan bersosialisasi adalah proses komunikasi dan proses interaksi

yang dilakukan oleh seorang individu selama hidupnya sejak lahir sampai

dengan meningal dunia. Proses tersebut berupa proses alamiah yang dilakukan

oleh semua individu sebagai makhluk sosial yang tidak dapat terlepas dengan

tata pergaulan dengan manusia yang lain. Sosialisasi didefinisikan sebagai

proses seorang anak belajar berpartipasi dalam masyarakat (a process by

which a child learns be a participant member of society)4

Masyarakat zaman sekarang menganggap kemampuan untuk bersosial

sangat dibutuhkan pada era modern ini. Ada anggapan yang mengatakan

bahwa kemampuan bersosial adalah anugerah dari Tuhan kepada orang-orang

tertentu saja. Tetapi banyak yang menyangkal hal itu, pasalnya seiring

berjalannya waktu kemampuan bersosialisasi adalah hal yang bisa diperoleh

melalui pengalaman dan pembelajaran.

Mayoritas remaja zaman sekarang lebih memilih untuk mengedepankan

kehidupan sosial di luar ikatan keluarga. Mereka merasa lebih memiliki

kepuasan tersendiri yang didapatkan dalam kelompok diskusi yang bertujuan

untuk memecahkan suatu masalah.

Disaat memasuki usia remaja pergaulan serta interaksi sosial teman satu

kelompok diskusi lebih kompleks dan lebih luas. Dalam kelompok diskusi

remaja dibutuhkan kompetensi sosial seperti keterampilan dan kemampuan

berhubungan dengan satu sama lain, dengan mengikuti beberapa organisasi

dapat menguntungkan remaja dalam proses pengembangan sosial yang baik.

4
P. L. Berge and Thomas Luckmann, “The Social Construction of Reality,” New York: Anchor,
1967.
3

Perkembangan sosial pada masa remaja merupakan puncak dari

perkembangan sosial dari fase-fase perkembangan. Bahkan, terkadang,

perkembangan sosial remaja lebih mementingkan kehidupan sosialnya di luar

ikatan sosialnya dalam keluarga. Perkembangan sosial remaja pada fase ini

merupakan titik balik pusat perhatian. Lingkungan sosialnya sebagai perhatian

utama.

Pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya

bertambah luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya

termasuk pergaulan dengan lawan jenis. Pemuasan intelektual juga didapatkan

oleh remaja dalam kelompoknya dengan berdiskusi, berdebat untuk

memecahkan masalah. Mengikuti organisasi sosial juga memberikan

keuntungan bagi perkembangan sosial remaja, namun demikian agar remaja

dapat bergaul dengan baik dalam kelompoknya diperlukan kompentensi sosial

yang berupa kemampuan dan keterampilan berhubungan dengan orang lain.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan pendidikan dengan kemampuan bersosialisasi pada

remaja di lingkungan masyarakat?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan kemampuan

bersosialisasi pada remaja dalam kehidupan bermasyarakat.


4

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat, untuk memberi pengetahuan dan pemahaman tentang

hubungan pendidikan dan kemampuan bersosialisasi.

2. Bagi remaja, sebagai motivasi bahwa pendidikan memiliki andil yang

besar dalam kemampuan berkomunikasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah segala daya upaya dan semua usaha untuk membuat

masyarakat dapat mengembangkan potensi manusia agar memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki

kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan

sebagai anggota masyarakat dan warga negara.5

Pendidikan juga sebagai sistem budaya atau instruksi intelektual yang

formal atau semiformal (non formal). Meski dalam pengertian ini

pendidikan dikatakan merupakan suatu ciri masyarakat manusia yang

universal. Sebab, di belahan dunia manapun proses pendidikan selalu

terjadi sehingga entitas sebuah masyarakat melalui sejarah dan

kebudayaannya dapat diwariskan secara turun-temurun dari generasi

kepada generasi berikutnya. Kontinuitas pewarisan inilah pada suatu masa

membentuk peradaban manusia yang khas dan unik. 6

2. Pentingnya Pendidikan

Manusia tidak bisa lepas dari pendidikan. Pendidikan merupakan salah

satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Menurut

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dalam pasal 1

5
Yuli Sectio Rini and Jurusan Pendidikan Seni Tari, Pendidikan: Hakekat, Tujuan, Dan Proses
(Makalah, 2015).
6
Syamsul Hadi Thubany, “PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA,” Jurnal
Sosiologi Reflektif 8, no. 1 (2016).

5
6

disebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses

pembelajaran. Dalam pasal 4 dijelaskan bahwa peserta didik adalah

anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui

proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan tertentu.7

Sekolah merupakan tempat pengembangan kepribadian dan

pengetahuan serta nilai-nilai baru bagi anak setelah keluarga. Di sekolah

anak-anak belajar pengetahuan dan ketrampilan khusus di samping diajari

budi pekerti agar anak tumbuh menjadi insan yang intelek sekaligus

berakhlak mulia. Lain lagi kalau di rumah, orang tua biasanya hanya

terbatas mengajarkan adab kesusilaan atau budi pekerti. Dan selebihnya,

lalu komunitaslah yang ikut membentuk kepribadian anak-anak. Menurut

Muhammad Athiyah Al-Abrasy, bahwa keluarga, sekolah dan komunitas

disebut sebagai tiga pusat pendidikan yang sangat berperan penting

membentuk kepribadian dan sikap mental anak kelak setelah dewasa.8

7
Rini and Tari, Pendidikan.
8
Rini and Tari.
7

B. Sosialisasi Remaja

1. Pengertian Sosialisasi

Secara umum sosialisasi adalah suatu proses belajar yang dilakukan

oleh seorang individu untuk bertingkah laku berdasarkan batasan-batasan

yang telah ada dan diakui di dalam masyarakat. Atau definisi sosialisasi

yaitu suatu proses dalam hidup seorang individu untuk mempelajari

berbagai macam kebiasaan seperti cara hidup, nilai-nilai dan norma-norma

sosial yang terdapat dalam masyarakat dengan maksud supaya dapat

diterima oleh masyarakat. Dengan proses ini seorang individu akan

mengadopsi kebiasaan, sikap maupun ide orang lain sehingga dapat

dipercaya dan diakui.9

Sosialisasi dalam arti sempit yaitu proses pembelajaran yang dilakukan

seseorang untuk mengenal lingkungan sekitarnya baik itu lingkungan fisik

maupun sosial. Pengenalan lingkungan dilakukan seorang individu untuk

menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, yang nantinya akan membekali

dirinya di dalam pergaulan yang luas. Dan sosialisasi dalam arti luas yaitu

suatu proses interaksi dan juga pembelajaran seorang individu yang

dimulai saat dia lahir sampai meninggal dalam suatu kebudayaan

masyarakat. Jadi seorang bayi yang baru lahir-pun akan melakukan proses

sosialisasi. Seperti dimulai dengan mengenal lingkungannya terdekatnya,

lingkungan yang paling dekat dengan dirinya yaitu keluarga. Dan seiring

9
Sora N, “Pengertian Sosialisasi Dan Contohnya Serta Tujuannya,” Pengertian Apapun (blog), July
31, 2016, http://www.pengertianku.net/2016/07/pengertian-sosialisasi-dan-contohnya.html.
8

berjalannya waktu proses sosialisasinya-pun akan semakin meluas seperti

mengenal lingkungan masyarakat dan sebagainya.10

2. Pengertian Remaja

Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata lain adolescere (kata

belnda, adolescentia) yang berarti tumbuh atau menjadi dewasa(Hurlock,

1999). Istilah adolescence, seperti yang digunakan saat ini mempunyai arti

yang luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial, dan fisik.11

Piaget mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia

dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana

anak tidak merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan

berada di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah

hak. hurlock(1999) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa

peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimulai saat anak

secara seksual matang dan berakhir saat ia mencapai uisa matang secara

hukum12

Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang

berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri

dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada

dan harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan

keluarga dan sekolah. Remaja lebih banyak menghabiskan waktunya

10
Indri Kemala Nasution, “Perilaku Merokok Pada Remaja,” 2007.
11
Sri Rumini and Siti Sundari, “Pengertian Remaja Menurut Para Ahli,” Artikel
(Online)(Http://Belajar Psikologi. Com. Diakses 28 Desember 2011), 2004.
12
Hendrianti Agustiani, “Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya Dengan Konsep
Diri Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja,” Abstrak, 2006.
9

bersama dengan teman-teman sebaya, maka pengaruh teman-teman sebaya

pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar

daripada pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui

bahwa bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan anggota

kelompok yang popular, maka kesempatan untuk diterima menjadi

anggota kelompok lebih besar (Hurlock, 1999).

Percepatan perkembangan pada masa puber berhubungan dengan

pemasakan seksual yang akhirnya mengakibatkan suatu perubahan dalam

perkembangan sosial. Sebelum memasuki masa remaja biasanya anak

sudah mampu menjalin hubungan yang erat dengan teman sebaya.

Seiring dengan itu juga timbul kelompok anak-anak untuk bermain

bersama atau membuat rencana bersama. Sifat yang khas kelompok anak

sebelum pubertas adalah bahwa kelompok tadi terdiri daripada jenis

kelamin yang sama. Persamaan sex ini dapat membantu timbulnya

identitas jenis kelamin dan yang berhubungan dengan perasaan identifikasi

yang mempersiapkan pengalaman identitasnya. Sedangkan pada masa

puber anak sudah mulai berani untuk melakukan kegiatan dengan lawan

jenisnya dalam berbagai kegiatan.

Selama tahun pertama masa puber, seorang remaja cenderung

memiliki keanggotaan yang lebih luas. Dengan kata lain, teman-teman

atau tetangga seringkali adalah anggota kelompok remaja. Biasanya

kelompoknya lebih heterogen daripada kelompok teman sebaya. Misalnya

kelompok teman sebaya pada masa remaja cenderung memiliki suatu


10

campuran individu-individu dari berbagai kelompok. Interaksi yang

semakin intens menyebabkan kelompok bertambah kohesif. Dalam

kelompok dengan kohesi yang kuat maka akan berkembanglah iklim dan

norma-norma kelompok tertentu. Namun hal ini berbahaya bagi

pembentukan identitas dirinya. Karena pada masa ini ia lebih

mementingkan perannya sebagai anggota kelompok daripada

mengembangkan pola pribadi. Tetapi terkadang adanya paksaan dari

norma kelompok membuatnya sulit untuk membentuk keyakinan diri.

3. Ciri-ciri Masa Remaja

Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1999) ciri-ciri masa remaja antara

lain:

1. Masa remaja sebagai periode yang penting

Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat dan

penting dimana semua perkembangan itu menimbulkan perlunya

penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang

telah terjadi sebelumnya. Tetapi peralihan merupakan perpindahan

dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya,

dengan demikian dapat diartikan bahwa apa yang telah terjadi

sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi

sekarang dan yang akan datang, serta mempengaruhi pola perilaku

dan sikap yang baru pada tahap berikutnya.


11

3. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak,

penyesuaian diri dengan standar kelompok lebih penting daripada

bersikap individualistis. Penyesuaian diri dengan kelompok pada

remaja awalmasih tetap penting bagi anak laki-laki dan

perempuan, namun lambat laun mereka mulai mendambakan

identitas diri dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda

dengan orang lain.

4. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi

gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk

memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, remaja

mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan

status dewasa yaitu merokok, minum minuman keras,

menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perbuatan seks.

Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberi citra yang

mereka inginkan.13

4. Perkembangan Sosial Remaja

Perkembangan sosial pada masa remaja merupakan puncak dari

perkembangan sosial dari fase-fase perkembangan. Bahkan, terkadang,

perkembangan sosial remaja lebih mementingkan kehidupan sosialnya di

13
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja (BPK Gunung Mulia, 2008).
12

luar ikatan sosialnya dalam keluarga. Perkembangan sosial remaja pada

fase ini merupakan titik balik pusat perhatian. Lingkungan sosialnya

sebagai perhatian utama.

Pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya

bertambah luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa

sebelumnya termasuk pergaulan dengan lawan jenis. Pemuasan intelektual

juga didapatkan oleh remaja dalam kelompoknya dengan berdiskusi,

berdebat untuk memecahkan masalah. Mengikuti organisasi sosial juga

memberikan keuntungan bagi perkembangan sosial remaja, namun

demikian agar remaja dapat bergaul dengan baik dalam kelompoknya

diperlukan kompentensi sosial yang berupa kemampuan dan keterampilan

berhubungan dengan orang lain.

Syamsu (2001: 198) menjelaskan bahwa pada masa remaja

perkembangan “social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami

orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik

yang menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun

perasaannya. Pemahamannya ini, mendorong remaja untuk menjalin

hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka (terutama teman sebaya),

baik melalui jaringan persahabatan maupun percintaan (pacaran).

Selanjutnya Syamsu (2001: 198) menjelaskan bahwa pada masa ini juga

perkembangan sikap “conformity”, yaitu kecenderungan untuk menyerah

atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau

keinginan orang lain (teman sebaya). Perkembangan sikap konformitas


13

remaja memberikan dampak yang positif maupun yang negatif bagi

dirinya.14

14
Gunarsa.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendrianti. “Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya


Dengan Konsep Diri Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja.” Abstrak, 2006.

Berge, P. L., and Thomas Luckmann. “The Social Construction of Reality.” New
York: Anchor, 1967.

Gunarsa, Singgih D. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. BPK Gunung


Mulia, 2008.

N, Sora. “Pengertian Sosialisasi Dan Contohnya Serta Tujuannya.” Pengertian


Apapun (blog), July 31, 2016.
http://www.pengertianku.net/2016/07/pengertian-sosialisasi-dan-
contohnya.html.

Nasution, Indri Kemala. “Perilaku Merokok Pada Remaja,” 2007.

Rini, Yuli Sectio, and Jurusan Pendidikan Seni Tari. Pendidikan: Hakekat,
Tujuan, Dan Proses. Makalah, 2015.

Rumini, Sri, and Siti Sundari. “Pengertian Remaja Menurut Para Ahli.” Artikel
(Online)(Http://Belajar Psikologi. Com. Diakses 28 Desember 2011),
2004.

Schultz, Duane P., and Sydney Ellen Schultz. A History of Modern Psychology.
Cengage Learning, 2015.

Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Bina Aksara,


1988.

Thubany, Syamsul Hadi. “PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP


KEHIDUPAN KELUARGA.” Jurnal Sosiologi Reflektif 8, no. 1 (2016).

14

Anda mungkin juga menyukai