Anda di halaman 1dari 11

HUKUM PENGUPAHAN YANG BERKEADILAN SUBSTANTIF

(Kajian Teoritis Terhadap Teori Upah Teladan)


Zulkarnain Ibrahim
Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya
JI. Raya Palembang - Prabumulih Km. 32 lndralaya
email· denyhendratno@yahoo co.d

Abstract

Social Happiness that we called"justice ", we can find it from society. Justice means in the pay theory, we
know that justice isn't happen in the real life. Because payment salary depend on unilateral from the
keeper without bargain with the employment that in fact could'nt covering for they worthy life. At the same
time, the keeper still life with extra excessive. In the real life, the others theories such us theory of moral
pay, theory of social pay, and theory of figure pay, must be applied in our system government about
payment and labour. Right now, The theory of Figure Pay in the relationship with labour its very complete
each other between employee and their undertaking, because this theory based on humanism.

Key words : Undertaking, labour, figure pay.

Abstrak

Kebagiaan sosial yang kita sebut sebagai keadilan dapat kita temukan di dalam masyarakat. Keadilan
berarti dalam teori pengupahan, kita tahu bahwa keadilan tidak terjadi dalam dunia nyata. Karena
pengupahan tergantung secara sepihak oleh pengusaha tanpa tawar-menawar dengan pekerja yang
mana dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi kecukupan hidup mereka. Pada saat yang
bersamaan, pengusaha hidup berfebihan. Di dalam kehidupan nyata, teori-teori lainnya seperti teori
upah etika, teori upah sosial, dan teori upah teladan harus diimplementasikan dalam sistem
pemerintahan mengenai pengupahan dan tenaga kerja. Saal ini, teori upah teladan dalam
hubungannya dengan tenaga kerja sangat melengkapi setiap pihak antara pekerja dan perusahaan
mereka, karena teori ini didasarkan atas kemanusiaan.

Kata Kunci: pengusaha, tenaga kerja, upah teladan.


A. Pendahuluan kebahagiaan yang merupakan tujuan dari
Ide negara hukum, selain terkait dengan kesejahteraan secara umum dan salah satu
konsep rechsstaat dan the rule of Jaw', juga pengaturannya dalam hukum ekonomi yang
berkaitan dengan konsep nomocracy sebagai faktor berkaitan erat dengan masalah kemakmuran warga
penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan adalah negara. Nicholas Barr mengindentifikasi peran
nonna atau hukum. Karena itu, istilah nomokrasi itu negara kesejahteraan, bahwa sumber
berkaitan erat dengan ide kedaulatan hukum atau kesejahteraan masyarakat tidak hanya berasal dari
prinsip hukum sebagai kekuasaan tertinggi.2 negara, tetapi dari: 1. gaji; 2. kemampuan untuk
Semua negara hukum di dunia, bertujuan untuk menabung; 3. donasi warga yang lebih mampu
mensejahterakan warganegaranya. secara sukarela; dan 4. pemberian uang tunai atau
Hukum ditegakkan untuk menjamin dalam bentuk tertentu { cash benefits or benefits in

1 Rechsstaat menurut Fnednch Jul,us Stahl, dengan an-co: 1) HAM, 2) Tnas Pol:bka, 3) Pemenntahan berdasarkan peraturan-peraturan {welmatigheidvan
bestuu,), dan 4) Peradilan adm1r111taS1 dalam persel:s,han. Sedangkan A. V. Dicey, ahll Argo Saxon membenkan cin rule of Jaw sebagai benkut a. supremas,
hukum, dalam arb bdak boleh ada kesewenang-wenangan sebaga1 seseorang hanya boleh d1hukum J1ka melanggar hukum: b. kedudukan yang sama di depan
hukum bail( bag! rakyal btasa maupun bag1 pejabat. dan c. terjam,rv,ya hak-hak marusia oleh undang~ndang dan keputusan-keputusan pengadilan. L1hat
Moh. Mahrud, 2000, Demokrasi Dan Konstitusi o,Indonesia, Studi Tentang lnteraksi Politi1c Dan Kehidupan Ketatanegaraan, Jakarta, Rineka C,pta, him. 27-28.
2 JIITllyAsshlddiqie, 2010, KonstitusidanKonstitusionalismeIndonesia, SinarGrafika, Jakarta, 2010, him. 125.

292
Zulkamain Ibrahim, Hukum Pengupahan Yang Berl<eadilan Substanlif

kind) dari pemerintah.3 Untuk mewujudkan yang harmonis. Upaya pengaturan dan penegakan
kesejahteraan, negara melaksanakan hukum pengupahan, untuk mewujudkan
pembangunan yang menyeluruh dan berlangsung kesejahteraan pekerja yang berbasis keadilan
secara bertahap.' Kesejahteraan sekarang sulit substantif.
didapatkan oleh rakyat yang disebabkan trend
globalisasi dunia. Susan George menyatakan B. Pembahasan
bahwa: globalisasi5 lebih banyak menciptakan 1. Kerangka Teoritis Hukum Pengupahan
orang-orang yang kalah daripada yang menang, Untuk Kesejahteraan Pekerja
baik di negara-negara kaya maupun ( dan lebih-lebih Sebelum membahas masalah pengaturan dan
) di negara-negara miskin.6 penegakan hukum pengupahan, patut diuraikan dua
Akibat globalisasi, juga berdampak pada teori besar yang menjadi basis sandaran
kemiskinan rakyat Indonesia termasuk pekerja. Hal permasalahan di atas. Kedua teort itu adalah: a)
ini tidak mencerminkan amanat para Pendiri teori keadilan dan b) teen negara kesejahteraan
Republik Indonesia yang tertuang dalam sosial.
Pembukaan UUD 1945. Dalam Pasal 27 ayat ( 2 ) a. Teori Keadilan
UUD 1945 dikatakan bahwa: • Tiap-tiap warga Plato mendambakan hukum sebagai sarana
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan keadilan. Teori keadilan Plato secara riil,
yang layak bagi kemanusiaan". Kemudian diikuti merumuskannya dalam hukum, sebagai berikut: 1)
kembali dalam Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang hukum merupakan tatanan terbaik untuk menangani
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ( fenomena dunia yang penuh situasi ketidak-adilan;
UUK) bahwa: " setiap pekerja/buruh berhak 2) aturan-aturan hukum harus dihimpun dalam satu
memperoleh penghasilan yang memenuhi kitab, supaya tidak muncul kekacauan hukum; 3)
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan". Upah setiap UU harus didahului preambule tentang motif
yang layak harus didasarkan pada suatu kriteria dan tujuan UU tersebut. Manfaatnya adalah agar
tertentu 1 Sebab dengan pemberian kreteria yang rakyat dapat mengetahui dan memahami kegunaan
jelas, akan menentukan rasionalitas dari penilaian mematuhi hukum itu, dan insaf bahwa tidak baik
tentang upah tersebut. Upah dalam sistem Hukum mematuhi hukum hanya karena takut dihukum. lni
ketenagakerjaan, tidak hanya mementingkan aspek berangkat dari konsep Socrates bahwa orang yang
keadilan prosedural, tetapi juga keadilan substantif. cukup radar tentang hidup yang baik, akan
Analisa dari kajian berikut ini dengan melaksanakan yang baik itu; dan 4) tugas hukum
pemahaman teori upah teladan, akan membawa adalah membimbing para warga (lewat UU) pada
pengusaha dan pekerja kepada hubungan kerja suatu hidup yang saleh dan sempurna.8 Rumusan
3 Yud1 LaLI dkl<. nm R,set PSIK, Negara Kese,ahteraan dan Globa/1saS1. Pusat Stud, Islam dan Kenegaraan (PSIK) Un1Vers,tas Paramad,na, Jakarta 2008. hal.
19-20 L,hat N!Cholas Barr 1998. The Econom,cs of the WelfareState, Cal1fom1a, Stanford Univers,ty Press, him. 6.
4 Menurut OrganskJ, Negara • negara modem sekarang nu seperb Amenka Senkat, lnggns, dan Jepang tetah melaksanakan pembangunan secara bertal\ap,
yaitu pe,tama. tahap un,tl<asl kedua, tahap •ndustnalisas,. Ket,ga, tahap negara keseJahteraan. Pada negara keseianteraan, Pemenntah mencoba
memperba k1 1mpl1kasi negabf dan 1ndustnahsas1 dengan mehndung, pthal( yang lernah, L1haL A. Wiyono. 2001 Hak Mogok 01 Indonesia, Jakarta Program
Pascasanana Fakultas Hukum U.1 .. him 22
5 Global sast sebaga, s,stem meooptakan mtegraS1 secara meluas d, btdang janngan produks, dan konsekuens,nya melakukan 'perampasan" teknologl, eLICa,
dan budaya melalu, penanarnan modal langsung dan tidak hanya mellQIJbah hubungan antarnegara, mela,nkan Juga berdampak terhadap ruang ekonom
domest,k dan ,Id m budaya suatu negen: Ddcu1Jp dan Gel,nas oleh: Roml1 Atmasasm,ta, 2010. Globahsas1 Kejahatan B1srns, Jakarta. Kencana Prenada Med:a
Group, him 28.
6 Susan George, Republtk Pasar Bebas, Me,yual Kekuasaan Negara. DemokraSt dan CM/ Soaety kepada Kapital,sme Global, tef}Brnahan Esb Sumarah, PT
B na Rena Panwara dan INFID, Jakarta, 2002 hal 70-71 Dalam: I Dewa Gede Palguna, 2008, Mahkamah KonstlluSt Judicial Review dan Welfare State,
Jakarta. Sekjen dan Keparnteraan Mahkarnah KonsbtuSI him. 177.
7 Berbaga1 kajian menentukan kntena upah yang layak' pertama. upah yang layak tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan pokok, kebutuhan sekunder dan
sebagian dapat diSls1hkan untu,c d tabung<an (pnmary need, secundary need and saving); L1hat: M. Yahya Harahap, Cura Penega<an Hukum Maj8lah
Peradilan. Ta~nXNo.117,.Juru 1995,hlm.145
Kedua, upah yang layalt menurut Abraham Maslow d~1hat dan kebutuhan yang tersusun dalam suatu hirar1u. sebaga1 benkut; a kebutuhan fis,olog s
(physioiog,calneeds). b. kebutuhan akan keselamatan dan keamanan (safety and security needs), c. kebutuhan akan rasa memddo, sos1al dan enta (social
needs). d. kebutuhan akan penghargaan/ego (esteem needs), e kebutuhan perwuJUdan d1ri (self actuahzation needs. Llhat: Bambang Tn Cahyono, 1996,
Mana,emen Sumber Daya ManuSJa, Jakarta, IPWI, him 294. unat Juga: Purriad1 Purbacaraka dan Soetjono Soekanto. 1986. Perihal Kaedah Hukum,
Bandung,Alum111. hlm.7.
8 Iess Plato tentang kaum anf bqaksana yang dapat diandalkan sebaga1 mnra bestan dalam menghad1rkan kead1lan, munglon menJadi peluang eksplanasi yang
menanl( dalam kajian ookum. Tess Plato 1111 dapat menjad1 salah satu pisau analsrs untuk menJelaskan knss hukum dan kemerosotan kead,lan dalam
bentangan penegakan hukum. Kita bsa memballQIJn sernacam h,potes,s, misalnya di tangan pelaksana yang bdak ant dan b1a1tsana, rnaka hukum cenderung
me11c1d1 alasan kemungkaran. Hpotese 1111 sap d1ujt kesah1hannya dalam dunia emp,nk. Dengan beg,tu kJta bsa memben penjelasan secara 1lm1ah dan
obyekbf tenlang banyak hal selau'I soal kebdakadilan, Lihal: Plato dalam: Bernard L. Tanya dkk, 2010, Teori Hukum, Sf!ategi Tertib ManUSJa Lmtas Ruang dan
GeneraSI, Yokyakarta. Genta Publishing, him. 41-42.

293
MMH, Jilid 42, No. 2, April 2013

keadilan tidak mudah untuk dijabarkan dalam hal International Covenant on Economic, Social and
yang konkrit, karena merupakan rumusan yang Cultural Rights (ICESCR) dan Universal Declaration
abstrak. of Human Rights (UDHR) dengan mengakui hak
Gambaran dari pesan sosial pekerja menurut semua orang untuk bekerja serta hak atas kondisi
Hans Kelsen, bahwa: hukum sebagai katagori moral kerja yang adil dan menguntungkan seperti upah
adalah sama saja dengan keadilan, ungkapan yang yang layak, termasuk upah yang sama atas
digunakan sebagai kebenaran pesan sosial, yang pekerjaan yang sama, kondisi kerja yang aman,
sepenuhnya dengan tujuan memuaskan setiap kesempatan kerja dan promosi yang sama, serta
orang. Kerinduan pada keadilan secara psikologis, waktu istirahat dan libur." Menurut Krzysztof
adalah kerinduan yang kekal bagi manusia untuk Drzewicki, hak untuk bekerja dan hak dalam
mendapatkan kebahagian, yang tidak dapat pekerjaan tidak saja dalam lingkup hak ekonomi,
ditemukan pada individu, Karena itu kebahagian sosial dan budaya, tetapi juga dalam lingkup HAM,
sosial yang disebut "keadilan" mencarinya dalam walaupun dalam konteks dan isinya adalah
masyarakat. 9 "perburuhan". Sebab ada keterkaitan antar kondisi-
Prinsip keadilan itu sendiri menurut John kondisi kerja, keadilan sosial dan perdamaian dunia.
Rawls, sebagai berikut: Persepsi modern telah mempertinggi konsep
Justice is the first vertue of social instututions, bekerja secara layak, yaitu sebagai nilai manusiawi,
as truth is of systems of through. A theory however kebutuhan sosial dan sarana perwujudan dan
elegent and economical must be rejected or reviced pengembangan kepribadian." Keadilan sebagai
if it is untrue; likewise laws and institutions how fairness dalam teori Rawls, jika dipahami di bidang
effisient and we/1-arrenged must be and reformed or hukum ketenagakerjaan masih harus diperjuangkan
abolished if they are unjust. 10 untuk mencapainya.
Memperhatikan prinsip keadilan menurut John b. Teori Negara Kesejahteraan
Rawls, sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat Pengertian kesejahteraan sedikitnya
dipahami bahwa: keadilan adalah kebajikan utama mengandung empat makna, yaitu: 1) sebagai kondisi
dalam institusi sosial, sebagaimana kebenaran sejahtera (well-being), 2) sebagai pelayanan sosial, 3)
dalam sistem pemikiran. Suatu teori, betapapun sebagai tunjangan sosial, dan 4) sebagai proses
elegan dan ekonomisnya, harus ditolak atau direvisi atau usaha terencana.13 Dalam kajian llmu negara
jika ia tidak benar; demikian juga hukum dan dikenal dua model negara, yaitu n e g a r a
institusi, tidak peduli betapapun effesien dan penjaga malam (nachtwakerstaa~ dan negara
rapinya, harus dihapuskan jika tidak adil. kesejahteraan (welvarestaat).14 Model negara-
Jika selama ini pihak pekerja memandang negara modem sekarang yang dianut adalah
pengusaha telah memeperlakukan mereka secara welvarestaat.
tidak adil, dalam pembayaran pengupahan, juga Sedangkan menurut Daniel Bell, konsep
tidak adil dalam pri kehidupan sehari-hari. Karena masyarakatpost-industrilebih dapat dipahami lewat
pengusaha di mana-mana menampilkan analisa dimensi atau komponen, yaitu: 1) sektor
kemewahan hidup, tanpa peduli terhadap segala ekonomi; 2) sektor lapangan pekerjaan; 3)
keterbatasan pekerja pabriknya yang disebabkan pemusatan pengetahuan teoritis sebagai inovasi; 4)
upah yang tidak layak. orientasi ke masa depan yang mengendalikan
Keadilan bagi pekerja dijamin dalam teknologi dan penaksiran teknologis;dan 5)

9 HansKelsen, 2002, lntroducbonto TheProblemsofLegalTheory. New YOik, OxfordUrwers.tyPress, him. 16.


10 John Rav.is, 1995, A 71leotyof Jusbce, Massachusetts, Harvard UrvvefSlty Press. him. 3
11 Enc Harper, 2009, lntemallonal Law and Standard Applicable ,n natural Disaster Situation, IDLO; D1le1Jemahkan: Remig1Us Jumal1an, 2009, Hukum dan
Standar lntemaSI008l yang berlakudalam Situasi BencanaAlam, Jakarta, Kompas Gramedia, him. 59.
12 Knysztof Dr2~do. Hak untuk Bekeqa dan hak dalam Peketjaan; Dalam: AsbJom Eide, catarina Crause and Allan Rosas (Etfrtor), Eronomic, Social and
Cultural Rights, Martinus Nijhoff Publishers; Ottel)emahkan: Rint Adnab, 2001, Hak Elconoll1I dan Sosial Budaya, Jakarta, RWIHRHL· Oep. Hulrum dan HAM
RI. dan Stda, him. 143.
13 Ed, Suharto, Peta dan Dinamika Welfare State dt beberapa Negara. Pela1aran apa yang bisa dipebk untuk membangun lndoneSJa, Maka.lah disampaikan pada
Seminar "Mengkaj U/ang Relevansi Welfare State dan Terobosan me/alt.Ji Desenlraltsas.i-Olonomi di Indonesia", Institute forResearch and Empowerment (IRE)
Yogyakarta dan Pet1cumpulanPrakarsaJakar1a, bertempatdi Wisma MM. UntVers.lasGadjah Mada, Yogyakarta, 25Juli 2006.
14 N.E. Algra en K Van Duyvendijk, Rechtsaanvang, H.O. rieentc WiDmk, Alphen aan der Rtin. Dalam Teqemaban : J.C.T. Simorangkir, 1983, Muta Hukum,
Bandung, Btnaopla, him. 171.

294
Zulkamain Ibrahim, Hukum Pengupahan Yang Berkeadilan Subs/anti(

mencakup mengambil keputusan dan menciptakan komunis. Sedangkan hubungan ketenagakerjaan


teknologi intekektua/ baru .15 di lndonssia tidak menganut salah satu dari paham-
Sebagai trend negara modem, Negara selalu paham itu, tetapi memilih sistem Hubungan
berpihak kepada kepentingan warga negara, Industrial Pancasila (HIP).
Negara sebagai alat lazim dipersamakan dengan Kemitraan antara pekerja dan pengusaha
bahtera, Negara menurut Plato adalah bahtera yang dalam sistem hubungan industrial, selalu menjadi
menyangkut para penumpangnya ke pelabuhan kajian pelbagai paham baik menurut ideologi liberal
kesejahteraan. Arti Negara sebagai bahtera sudah dan marxis maupun dalam Hubungan Industrial
terkandung dalam kata "pemerintah". Pemerintah Pancasila. Kesemua pihak tersebut mempunyai
adalah terjemahan dari kata asing "government". dasar dan kepentingan masing-masing kelebihan
Kata-kata asing itu semua berasal dari kata Yunani dan kekurangan.
"kubeman" yang berarti mengemudikan kapal. Paham liberal menempatkan kedudukan
Negara dan pemerintah dapat dipersamakan pengusaha sebagai pemilik modal menjadi "sangat
dengan kapal yang dikemudikan oleh nahoda perkasa" dihadapan pekerja. Akibatnya berupa
beserta awak kapalnya yang mengantarkan semua eksploitasi dan diskriminasi terhadap pekerja. Hal ini
penumpang-penumpangnya menuju pelabuhan sejalan dengan teori makro menurut Jujun S.
yang sejahtera. Hanya dengan memandang Negara Suriasumantri, karena adanya hukum permintaan
sebagai alat, sebagai bahtera dapatlah diselami dan penawaran. Bila permintaan naik sedangkan
hakekat Negara yang sebenamya. Negara adalah penawaran tetap maka harga akan naik, bila
lembaga sosial yang diadakan manusia untuk penawaran naik sedangkan harga tetap maka harga
memenuhi kebutuhannya yang vital. Sebagai akan tu run. 20 Ditambah lagi dengan sempitnya
lembaga sosial, Negara tidak diperuntukkan lapangan kerja yang tersedia, tidak sebanding
memenuhi kebutuhan khusus dari segolongan dengan besamya jumlah pencari kerja.
orang tertentu, tetapi untuk memenuhi keperluan- Sedangkan Sosialisme (marxisme adalah salah
keperluan dari seluruh rakyat Negara itu." Fungsi satu cabangnya) mengacu dan berhubungan dengan
Negara sudah pula menetapkan problem yang ideologi atau kelompok ideologi, sistem ekonomi, dan
negara. lstilah ini mulai digunakan sejak awal abad ke-
menarik perhatian sarjana-sarjana ilmu politik sejak
19, digunakan pertama kali untuk menyebut pengikut
Plato dan Aristoteles.11 Pada abad ke-18 para Robert Owen pada tahun 1827. Di Perancis, istilah ini
sarjana, mengembangkan pemikiran yang mengacu pada para pengikut doktrin Saint-Simon pada
bersumberkan pada filsafat tentang gagasan tahun 1832 yang dipopulerkan oleh Pierre Leroux dan J.
gagasan bertindak yang disebut ideologi. Regnaud dalam l'Encyclopedie Nouvelle Penggunaan
ldeologi sebagai suatu istilah, pertama kali istilah sosialisme sering digunakan dalam berbagai
diciptakan oleh Desstutt de Tracy tahun 1796 di konteks yang berbeda-beda oleh berbagai kelompok,
Perancis. MC. Closky menyatakan bahwa tetapi hampir semua sepakat bahwa istilah ini berawal
membicarakan ideologi, 18 berarti kita memasuki dari pergolakan kaum buruh industn dan buruh tani pada
masalah sulit dan sampai sekarang sekarang belum abad ke-19 hingga awal abad ke-20 berdasarkan
terpecahkan, seperti masalah hakekat dan prinsip solidaritas dan memperjuangkan
pengukuran ideoioqi." masyarakat egalitarian yang dengan sistem
Secara universal di dunia ini ada dua ideologi ekonomi menurut mereka dapat melayani
21
dalam sistem hubungan industrial, yaitu: pertama, masyarakat banyak daripada hanya segelintir elite.
sistem liberal atau kapitalis di negara-negara barat; Para sosiolog mengakui adanya hubungan
dan kedua, sistem marxis di negara-negara esensial antara lembaga hukum dengan tertib
15 Daniel Ben, 1973. The Com,ng of pos1 -lndustnal Soaety· A Venture in Sooal Forecasbng, Basic Books, New York, 1973, Dalam: Margaret M. Paloma,
Contemporary SoclOlog,cal Theory. D,tel)emah: Tun Peneqemah Yasogama, 1984, Sos1olog1 Kontemporer, Yokyakarta, CV. Rajawah, him. 384-385.
16 F lsywara 1985, llroo Pohtik. Bandung,Alum111. him. 163
17 Plato menul1s dalam •republ.c•nya bahwa Negara bmbu! karena adanya kebutuhan-kebutuhan umat manusia Tiada manusia yang dapat memenuh1 semua
kebutuhannya sendrn-sendm, sedangltan mas1ng-ma5;ng manusra mempunyas banyak kebutuhan. Untuk memenuh1 kebutuhan yang banyak dan yang bdak
dapat d1penuh1 send.n oleh manu513 secara 1nd•vidu~. maka d,bentuldah Negara Dem1klanlah Aristoteles yang berpendapat bahwa Negara dtbentuk dan
d,pertahankan karena negara bertu1uan menyelenggara'<an hldup yang baik bag1 semua warganegara. L1hat F lsywara, Ibid., him. 164.
18 ldeologs bersumber pada filsafat. filsafat adalah hakekat sesuatu, sedangkan ideolog1 adalah pemmran yang berkanan dengan gagasan bertmdalt L1hat Kabul
Bud!Ona, 2010. Pendld•kan Pancas,la untukPerguruan Tingg,, Bandung ,Alfabeta. him 134.
19 Slamet Sutnsno, 2006, Filsafat dan ldeologt Pancas la, Yokyakarta. PenerbitAnd1, 2006, him. 24.
20 Jujun S. Sunasumanlri, 1987, Ftlsafal llmu. Sebuah Pengantar Populer. Jakarta. Pustaka S1nar Hara pan, him 145.
21 l.lhal: http:/(id.wiklpedia.org.lwi1<i/Sosaahsme, dtunduh tanggal 2 Oldober 2012.

295
MMH, Ji/id 42, No. 2, April 2013

sosial. Salah satu tokohnya adalah Karl Marx menurut Ulpianus, keadilan adalah kemauan yang
terkenal dengan teori kelas yang menyatakan bersifat tetap dan terus-menerus untuk memberikan
bahwa kelas adalah motor segala perubahan dan kepada setiap orang apa yang semestinya untuknya
kemajuan. Teori Marx banyak di bidang ekonomi. (lustitia est constans et perpetua voluntas ius suum
Menginginkan teori kelasnya mampu memberikan tribuend1).21 Kebijakan ketenagakerjaan dalam UUK,
suatu penyelesaian fenomena politik dan secara merupakan salah satu upaya dalam kebijakan
khusus perilaku Negara dalam masyarakat negara kesejahteraan untuk memberantas
kapltalis." Ajaran Marx, seperti ajarannya di bidang kemiskinan dan mencapai keadilan bagi rakyat
sejarah yaitu materialisme dialektik, yang diramu Indonesia.
dan metode dialetik Hegel dan materialism historis 2. Keadilan Substantif di Bidang Pengupahan
Feuerbach." Menangani pengupahan secara profesional,
Paham Liberal dan Marxis di alas, tidak sesuai mutlak memerlukan pemahaman ketiga aspek
dengan hubungan industrial di lndonasia. Pilihan (teknis, ekonomis dan hukum) tersebut secara
kita pada sistem HIP ( istilah sebelum UU No. 13 komprehensif. ~awasan menyangkut pengertian
Tahun 2003 ) menurut Awaloedin Djamin, sebagai dan istilah dalam dalam pengupahan, antara lain:
reaksi penolakan terhadap dokrin perburuhan kompensasi, gaji dan upah; banyak defenisi yang
SOBSI I PKI dan desakan negara barat yang diberikan para sarjana dalam berbagai literatur.29
menganjurkan prinsip dan praktek perburuhan Teori30 upah bermaksud menjelaskan bahwa
Liberal. Karena hal-hal itu, maka Kemenakertrans upah yang benar adalah adil. Mengenai upah
menyatakan hubungan perburuhan di Indonesia terdapat berbagai teori, sebagai berikut : pertama,
harus berdasarkan Pancasila, dimana antara lain teori upah hukum alam. Menurut teori ini upah
buruh dan majikan harus mengutamakan ditetapkan alas dasar biaya yang diperlukan untuk
kepentingan bangsa dan neqara." Jika liberalisme memelihara atau memulihkan tenaga pekerja yang
menekankan ajarannya pada individua/isme dan telah dipakai untuk melakukan sesuatu itu, agar
marxisme pada materialisme dialektis, maka HIP dapat terus digunakan dalam proses produksi;
berdasarkan pada etika Pancasila atau filsafat kedua, teori upah hukum besi. Teori upah ini dipakai
moral Pancasila. Filsafat kesusilaan Pancasila ini, oleh para ahli ekonomi liberal untuk memperdaya
mengajarkan baik buruk sesuai dengan dan kaum pekerja sehingga upah pekerja tersebut
bertolak ukur dari norma-norma Pancasila." Norma terlalu mencekam. Keadaan ini mengekang
ini menghendaki agar manusia dihargai kebutuhan hidup para buruh, sedangkan kebutuhan
martabatnya. pengusaha yang mempekerjakan sangat berlebihan
Mahatma Ghandi, menyatakan penindasan dan bermewah-mewah sedangkan para pekerja
bangsa yang lemah oleh bangsa yang kuat, dengan ditelantarkannya; ketiga, teori persediaan upah atau
menggunakan mesin. Mesin merupakan alat yang teori dana upah. Menurut Stuwart Mill Senior bahwa
dipakai oleh suatu bangsa yang satu untuk dalam suatu masyarakat untuk pembayaran upah
menindas bangsa lainnya. Mesin sebagai alat untuk sudah tersedia suatu jumlah tertentu; keempat, teori
menciptakan kesejahteraan,26 menghilangkan upah etika. Golongan agama yang sangat
kemiskinan dan mencapai keadilan. Keadilan memperhatikan nasib pekerja, menghendaki
22 Sarluflah, 2010, ReflekslSOSIOlog,Hukum, Bandung, Ref.i<aAd,tama, him. 42-43.
23 Tom Gunad,, 1995, Ekonomi PancaSlla, Da/amKancah Pendapat Ekooomi. Bandung, Angi<asa, him. 66-67
24 Awaloed1n O,amin, Op. Ctl, him. 15
25 Sunoto, 1985, Mengenal Filsafat Pancasila, Pendekatan Melalui. Ellka Pancasila, Yokyal<arta, PT Hanmdita, him. 6-7.
26 Ghandi menyatakan sesungguhnya alat-alat mesio ,tu mempunyai tempatnya yarig layal<, bdak lag1 al<an dapat d1s1nglor1<an. Namun, Iota tidak boleh
membiarkan a!at-alat mes,n ,tu menggusur pekeqa Ghand1 tidal< menyenang, ora~rang yang 'l<eran11ngan' akan alat-alat mesln, lalu ramai-ramal
mengusahakan "penghematan tenaga keqa•, alubat benbu-nbu orang menjad1 penganggur dan meriad1 terlantar bergelandangan d1 jalan raya hingga mati
kelaparan, llhal Mahatma Gandti, Al MenAre Brolhers I.Jfe and thoughtsof Mahatma Gandhi as told m his own words; Pene~emah: Kusbn1yati Mochtar, 2009,
Semua Manus1a Bersaudara,Jakarta. Yayasan Clborlndonesia, him. 154-155.
27 E. Fernando M. M~llang. 2007, Menggapai Hukum Berlceadilan, Jal<arta, PT. Kompas Media Nusantara. hlm. 98.
28 Abdul Khak,m.2009, Dasar-DasarHukum Ketenagake(]Ban Indonesia, Bandung, PT. CctraAditya Bakti, him. 1.
29 Moek,a~ 1992.Adl1WlistrasiGaJidanUpah,Bandung MandarMaju him 1-5.
30 Kerhnger berpendapat teon adalah kumpulan konsep. defemSt, dan propos1s, yang sal1ng ber1<artan yang menghadlr1<an suatu bnjauan secara sistematis alas
fenomena yang ada dengan menunjUkan secara spes fik hubungan-hubungan d1 anatara variable-vanabel yang ter1<ait dalam fenomena. Unsur-unsumya: 1)
terdin dan konsep, defenisi,dan propos sl; 2) ada hobungan log,s d1 anatara konsep, defen,si, dan propossi; 3) hubungan itu mencerminkan fenomena sosial;
dan 4) teon dapat digunakan untuk eksplanaSI dan pred,kSJ. Lihat Saefu1 Rochmat, 2009, //mu seJarah, da/am Perspektif I/mu Sosia/,Yokyakarta, Graha llmu,
hlm.102

296
Zulkama,n Ibrahim, Hukum Pengupahan Yang Berkeadilan Substantif

supaya soal upah itu juga ditinjau dari sudut etika, sayang dengan yang muda, dan yang muda hormat
yaitu bahwa upah itu harus menjamin penghidupan dengan yang tua; 3) kuah (gulai makanan) tumpah di
yang layak baik bagi pekerja dan keluarganya; piring saudara, bukan tumpah di lantai. Maksudnya,
kelima, teori upah sosial. Teori upah sosial ini memberi lebih pada "saudara" tidak apa-apa,
dilaksanakan di negara sosialis, tidak lagi meskipun terasa berat tetapi tidak apa-apa sebab
mendasarkan upah atas produktivitas suatu jatuhnya juga sama saudara.
pekerjaan, tetapi semata-mata didasarkan atas Teori upah teladan dengan asas kekeluargaan
kebutuhan pekerja. Semua pekerja harus merupakan satu keluarga atau satu kesatuan yang
menghasilkan sesuai dengan kecakapan masing- utuh dalam perusahaan. Pihak pekerja tidak
masing dan akan menerima upah sesuai dengan dipisahkan dengan pihak pengusaha, dalam arti
31
kebutuhannya. berhadap-hadapan antara yang berkuasa dengan
3. Teori Upah Teladan yang dikuasai. Kemudian, jika ada permasalahan
Gambaran besarnya keluarga Indonesia, ada antara kedua belah pihak, penyelesaian masalah
yang berprofesi sebagai petani, nelayan, pedagang, diselesaikan dengan musyawarah dan mufakat
PNS, pengusaha dan pekerja. Gambaran kecilnya dengan tidak mengutamakan penyelesaian
seperti dalam perusahaan, ada yang berprofesi sesuatu dengan pola "tawar-menawar" (bargaining
sebagai pengusaha (pemilik), pengelola, dan position) yang akan menimbulkan ada yang menang
pekerja. Antara pekerja dengan pengelola dan dan ada yang kalah. Filosofi kearifan lokal, sebagai
pengusaha adalah satu keluarga Indonesia yang dasar dari asas kekeluargaan berperan penting
hanya dipisahkan oleh kenyataan dan pilihan profesi dalam menciptakan hubungan yang harmonis.
masing-masrng dengan pembagian tugas yang Pengusaha menurut teori upah teladan, akan
berbeda. Kebahagian dalam suatu perusahaan, berusaha semaksimalnya memajukan perusahaan
bukan hanya kebahagiaan pengusaha saja, tetapi dengan mengutamakan kesejahteraan dirinya,
kebahagian bersama dengan pekerjanya. pekerjanya dan masyarakat disekitarnya. Sebagai
Kehidupan yang layak pengusaha, dirasakan sama bapak rumah tangga yang baik (pengusaha, pen.),"
juga oleh pekerja dengan mendapatkan upah yang akan melindungi dan membela keluarganya
layak. Pengusaha bukan hanya harus menampilkan (pekerjanya) dari berbagai gangguan, baik dari
diri sebagai teladan bagi pekerja yang dipimpinnya, dalam maupun dari luar. Memajukan perusahaan
tetapi juga menjadi teladan bagi sesama pengusaha dan mensejahterakan pekerjanya, dapat dilakukan
lainnya. Demikian juga pekerja sebagai anggota dengan berbagai upaya, antara lain sebagai berikut:
keluarga dalam perusahaan, harus juga 1) meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam
menampilkan dirinya sebagai teladan dalam sistem perusahaan; 2) melindungi perusahaan dari
keluarga "perusahaan" dengan bekerja sebaik- tindakan-tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme
baiknya untuk kemajuan perusahaan. Oleh karena (KKN). Oleh karena itu perusahaan harus dijalankan
itu, keteladanan pengusaha dan keteladanana dengan kaedah-kaedah perusahaan, profesional
pekerja, juga akan melahirkan upah teladan (teori dan berani menegakkan kebenaran dan keadilan
upah teladan, pen.). Teori upah teladan ini dalam menjalankan perusahaan dengan upaya:
memperhatikan kearifan /okal }'ang ditampilkan pertama, pengusahan berani melawan dan menolak
dalam bentuk petatah-petitih dari nenek-moyang berbagai tindakan "oknum • yang menyebabkan
bangsa Indonesia, seperti: 1) berat sama dipikul dan membengkaknya biaya pengeluaran (high cost)
ringan sama dijinjing yang maksudnya jika perusahaan yang tidak produktif.
perusahaan merugi, pekerjapun ikut menanggung Kedua, pengeluaran atau biaya-biaya
kerugian tersebut dengan ikhlas upahnya dikurangi "silurnan" yang berkisar antara 20-30-% dari total
secara proporsional; 2) orang yang tua (besar) cost perusahaan," dapat digunakan untuk
31 lmanSoepomo, 1981.HukumPe!buruhan,SuatuPengantar.Jakarta PT Diambatan,hlm 185.
32 Keanfan lol<al adalah 1awaban kreaLI terhadap srtuas1 geografis-pohLs, histortJs, dan smiasonat yang befSlfal lokal, l.ihat: R. Cecep Ella Permaria, 2010,
Keanfan Lokal masyarakat Baduy Dalam Mit,gasi Bencana, Jakarta Wedatama W1dya Sastra, him. 1.
33 Pasal 1602 y KUHPerdata dan PasaJ 1603 d KUHPerdata. Bandillgkan dengan M.G Rood yang menyatakan bahwa: maj,l\an llu harus bers,l\ap sebaga, bapak
rumah tangga yang ba i<; Llhat M. G. Rood, Peqa11J1an keqa, Bahan Penataran Hukum Perburuhan, FH.Unpad, Bandung, tanggal 7-19Agustus 1989.
34 Zulkama n Ibrahim, Studi Tethadap Upah yang Layak Berdasarl<an Keadilan Substanllf, Makalah Seminar Ketenagakeriaan, d1 Hotel Swama Ow,pa
Palembang, 17 Met 2008,UhatKompas30Aori12008.
35 Anthon F. Susanto,2010, I/muHukum Non Sistemabk, Fondasi FilsafatPengembangan I/mu Hukum Indonesia. Yokyakarta, Genta Publish,ng, him. 292

297
MMH, Jilid 42, No. 2, April 2013

memajukan perusahan dan membayar upah pekerja perbuatannya." Pancasila sebagai sumber dari
dengan layak. Upah pekerja yang berkisar 8 % dari segala sumber hukum, berarti kita menjadikan
total cost, akan dapat ditingkatkan menjadi 16 % Pancasila sebagai ukuran dalam menilai hukum
atau 24 % dari total cost tersebut. Berarti upah kita." Asas kekeluargaan menjadi landasan HIP,
pekerja dapat ditingkatkan menjadi 200 % atau 300 tentulah akan menolak individualisme dan marxism.
%. HIP telah mendapat tempat sebagai ius
Ketiga, keberanian pengusaha untuk constitutum di dalam Undang-undang No. 13 Tahun
menghentikan biaya-biaya "siluman", tentulah 2003 tentang Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut
diawali dengan kejujuran, kepatuhan dan kesadaran UUK). Menurut Pasal 1 angka 16 UUK; hubungan
terhadap hukum. Keteladanan pengusaha ini, industrial adalah suatu sistem hubungan yang
nantinya akan diikuti oleh pengusaha yang lain. terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi
Keteladanan Oahlan lskan membongkar praktek barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur
pungutan liar di BUMN, telah menghentikan pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang
berbagai pungutan liar dan membuat para Direksi didasarkan pada nilai nilai Pancasila dan Undang
BUMN mengikuti keteladanan tersebut dengan Undang Oasar Negara Republik Indonesia Tahun
berani melawan berbagai bentuk pungutan liar 1945.
terhadap perusahaan BUMN yang dipimpinnya.
Berdasarkan UMP yang berlaku tahun 2013 C. Simpulan
sebesar Rp. 1.400.000,· untuk Sumatera Selatan, Berdasarkan uraian diatas maka dapat
maka dengan upah ditingkatkan menjadi 200 % atau disimpulkan sebagai berikut:
300 %; maka upah pekerja menjadi Rp. 2.800.000, 1. Kebahagian dalam suatu perusahaan, bukan
atau Rp. 4.200.000,·. Upah yang teakhir ini, dapat hanya kebahagiaan pengusaha saja, tetapi
menjadi upah yang layak yang dapat memenuhi kebahagian bersama dengan pekerjanya.
kebutuhan minimal untuk hidup layak. Kehidupan yang layak pengusaha, dirasakan
Hukum pengupahan, tidak hanya sama juga oleh pekerja dengan mendapatkan
mementingkan aspek keadilan prosedural yang upah yang layak. Pengusaha bukan hanya
sudah diatur dalam per-uu-an ketenagakerjaan harus menampilkan diri sebagai teladan bagi
termasuk penegakan hukum dan pengawasan, pekerja yang dipimpinnya, tetapi juga menjadi
tetapi juga keadilan substantif, dalam arti: 1} pekerja teladan bagi sesama pengusaha lainnya.
dapat bekerja dengan langgeng, tenang, nyaman Demikian juga pekerja sebagai anggota
dan harmonis dengan pengusaha; 2) pekerja berhak keluarga dalam perusahaan, harus juga
mendapat dan menikmati upah yang layak, menampilkan dirinya sebagai teladan dalam
memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. keluarga 'perusahaan' dengan bekerja sebaik-
3) pekeja dapat menabung sebagian upah untuk baiknya untuk kemajuan perusahaan. Oleh
biaya kesehatan/ pendidikan; dan biaya hidup karena itu, keteladanan pengusaha dan
bermasyarakat secara layak dan bermartabat. keteladanana pekerja, juga akan melahirkan
Teori upah teladan berdasarkan asas (teori) upah teladan.
kekeluargaan, dahulunya berdasarkan nilai dari sila- 2. Teori-teori upah etika, teori upah sosial dan
sila Pancasila; dan dihilimya melaksanakan kaedah teori upah teladan, seharusnya dapat
normatif. Nilai-nilai Pancasila itu absoluVmullak, diterapkan dalam sistem pengupahan nasional
tidak berubah sepanjang waktu, nilai-nilai tersebut saat ini. Teori upah teladan sangat baik dalam
digali oleh bangsa Indonesia dari bumi Indonesia melaksanakan pengupahan yang memikirkan
untuk selanjutnya dijadikan dasar negara maupun prikehidupan yang berkemanusiaan bagi
way of life bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan pengusaha dan pekerja. Sistem hukum
sehari -hari, baik sebagi pribadi maupun sebagai pengupahan, tidak hanya mementingkan
warga negara. Oengan perkataan lain, nilai- nilai aspek keadilan prosedural disertai
Pancasila itulah yang dijadikan sebagai landasan, pengawasan dan penegakan hukum; tetapi
alasan atau motivasi dalam sikap dan

36 lb,d

298
Zulkamain Ibrahim, Hukum Pengupahan Yang Berkeadilan Substantif

juga keadilan substantif, dalam arti: 1) pekerja Otonomi di Indonesia", Institute for
dapat bekerja dengan langgeng, tenang, Research and Empowerment (IRE)
nyaman dan harmonis dengan pengusaha; 2) Yogyakarta dan Perkumpulan Prakarsa
pekerja berhak mendapat dan menikmati upah Jakarta, bertempat di Wisma MM.
yang layak, memenuhi kebutuhan sandang, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 25
pangan dan papan. 3) pekerja dapat menabung Juli 2006.
sebagian upah untuk biaya kesehatan/ Eric Harper, 2009, International Law and Standard
pendidikan; dan biaya hidup bermasyarakat Applicable in natural Disaster Situation,
secara layak dan bermartabat. Kemudian IDLO; Diterjemahkan: Remigius Jumarlan,
hukum pengupahan, harus diatur dalam sistem 2009, Hukum dan Standar lnternasional
perundang-undangan ketenagakerjaan, yang berlaku dalam Situasi Bencana Alam,
memenuhi nilai keadilan, kemanfaatan, Jakarta: Kompas Gramedia.
kepastian hukum dan mempunyai perspektif F. lsywara, 1985, I/mu Politik, Bandung: Alumni.
jauh ke masa depan. Hans Kelsen, 2002, Introduction to The Problems of
Legal Theory, New York: Oxford University
Press.
DAFTAR PUSTAKA Iman Soepomo, 1981, Hukum Perburuhan, Suatu
Pengantar, Jakarta, PT. Djambatan.
Buku-Buku: Jimly Asshiddiqie, 2010, Konstitusi dan
A. Wiyono, 2001, Hak Mogok Di Indonesia, Jakarta: Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta,
Program Pascasarjana Fakultas Hukum Sinar Grafika.
U.I. John Rawls, 1995, A Theory of Justice,
Abdul Khakim,2009, Dasar-Dasar Hukum Massachusetts: Harvard University Press.
Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung: PT. Jujun S. Suriasumantri, 1987, Filsafat llmu: Sebuah
CitraAditya Bakti. Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar
Anthon F. Susanto,2010, I/mu Hukum Non Hara pan.
Sistematik, Fondasi Filsafat Kabul Budiona, 2010, Pendidikan Pancasila untuk
Pengembangan llmu Hukum Indonesia, Perguruan Tinggi, Bandung:Alfabeta
Yokyakarta, Genta Publishing. Krzysztof Drzewicki, Hak untuk Bekerja dan hak
Bambang Tri Cahyono, 1996, Manajemen Sumber dalam Pekerjaan; Dalam: Asbjorn Eide,
Daya Manusia, Jakarta: IPWI. Catarina Crause and Allan Rosas (Editor},
Bernard L. Tanya dkk, 2010, Teori Hukum, Strategi Economic, Social and Cultural Rights,
TertibManusia Untas Ruang dan Generasi, Martinus Nijhoff Publishers;
Yokyakarta: Genta Publishing Diterjemahkan: Rini Adriati, 2001, Hak
Daniel Bell, 1973, The Coming of post -Industrial Ekonomi dan Sosial Budaya, Jakarta:
Society: A Venture in Social Forecasting, RWIHRHL- Dep. Hukum dan HAM RI. dan
Basic Books, New York, 1973; Dalam: Sida.
Margaret M. Paloma, Contemporary M. G. Rood, Perjanjian kerja, Bahan Penataran
Sociological Theory, Diterjemah: Tim Hukum Perburuhan, FH.Unpad, Bandung,
Penerjemah Yasogama, 1984, Sosiologi tanggal 7-19 Agustus 1989.
Kontemporer,Yokyakarta: CV. Rajawali. Mahatma Gandhi, All Men Are Brothers:Life and
E. Fernando M. Manullang, 2007. Menggapai thoughts of Mahatma Gandhi as told in his
Hukum Berkeadilan, Jakarta: PT. Kompas own words; Penerjemah: Kustiniyati
Media Nusantara. Mochtar, 2009, Semua Manusia
Edi Suharto, Peta dan Dinamika Welfare State di Bersaudara, Jakarta: Yayasan Obor
beberapa Negara: Pelajaran apa yang bisa Indonesia.
dipetik untuk membangun Indonesia, Moekiat, 1992, Administrasi Gaji dan Upah,
Makalah disampaikan pada Seminar Bandung: Mandar Maju
"Mengkaji Ulang Relevansi Welfare State Moh. Mahfud, 2000, Demokrasi Dan Konstitusi Di
dan Terobosan melalui Desentralisasi- Indonesia, Studi Tentang lnteraksi Politik

299
MMH, Ji/id 42, No. 2, April 2013

Dan Kehidupan Ketatanegaraan, Jakarta: Zulkamain Ibrahim, Studi Terhadap Upah yang
Rineka Cipta. Layak Berdasarkan Keadi/an Substantif,
N.E. Algra en K. Van Duyvendijk, Rechtsaanvang, Makalah Seminar Ketenagakerjaan, di
H.D. Tjeenk Willink, Alphen aan der Rijn; Hotel Swama Dwipa Palembang, 17 Mei
Dalam Terjemahan : J.C.T. Simorangkir, 2008
Kompas 30April 2008.
1983, Mula Hukum, Bandung: Binacipta.
Pumadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, 1986, http://id.wikipedia.org/wiki/Sosia/isme, diunduh
Perihal Kaedah Hukum, Bandung: Alumni. tanggal 2 Oktober2012.
R. Cecep Eka Permana, 2010, Kearifan Lokal Drzewicki, Krzysztof, Hak untuk Bekerja dan hak
masyarakat Baduy Dalam Mitigasi dalam Pekerjaan; Dalam: Asbjom Eide,
Bencana, Jakarta, Wedatama Widya Catarina Crause and Allan Rosas (Editor),
Sastra. Economic, Social and Cultural Rights,
Romli Atmasasmita, 2010, Globalisasi Kejahatan Martinus Nijhoff Publishers;
Bisnis, Jakarta: Kencana Prenada Media Diterjemahkan: Rini Adriati, Hak Ekonomi
Group. dan Sosial Budaya, RWIHRHL, Dep.
Saeful Rochmat, 2009, I/mu sejarah, dalam Hukum dan HAM RI. dan Sida; Jakarta,
Perspektif lfmu Sosial, Yokyakarta: Graha 2001
llmu. E. Fernando M. Manullang, Menggapai Hukum
Saifullah, 2010, Refleksi Sosiologi Hukum, Bandung Berkeadifan, PT. Kompas Media Nusantara,
, RefikaAditama. Jakarta, 2007
Slamet Sutrisno, 2006, Filsafat dan ldeologi Edi Suharto, Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di
Pancasila, Yokyakarta, Penerbit Andi, 2006 lndonesia,Alfabeta, Bandung, 2009
Sunoto, 1985, Mengenal Filsafat Pancasila, F. lsywa Mahatma Gandhi, All Men Are Brothers:Life
Pendekatan Melalui : Etika Pancasila, and thoughts of Mahatma Gandhi as told in
Yokyakarta: PT. Hanindita. his own words; Penerjemah: Kustiniyati
Susan George, Republik Pasar Bebas, Menjual Mochtar, Yayasan Obar Indonesia, Jakarta,
Kekuasaan Negara, Demokrasi dan Civil 2009ra, I/mu Pofitik,Alumni, Bandung, 1985
Society kepada Kapital isme Global; Ghandi, Mahatma, All Men Are Brothers:Life and
Penerjemah: Esti Sumarah, 2002, INFID; thoughts of Mahatma Gandhi as told in his
Dalam: I Dewa Gede Palguna, 2008, own words; Penerjemah: Kustiniyati
Mahkamah Konstitusi Judicial Review dan Mochtar, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,
Welfare State, Jakarta: Sekjen dan 2009
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Harper, Eric, International Law and Standard
Tom Gunadi, 1995, Ekonomi Pancasila, Applicable in Natural Disaster Situation,
DalamKancah Pendapat Ekonomi, IDLO, 2009; Diterjemahkan: Remigius
Bandung:Angkasa. Jumarlan, Hukum dan Standar
Yudi Latif dkk, Tim Riset PSIK, Negara lntemasional yang berlaku dalam Situasi
Kesejahteraan dan Globalisasi, Pusat Studi Bencana Alam, Kompas Gramedia,
Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Jakarta,2009
Paramadina, Jakarta, 2008, hal. 19-20. Huijbers, Theo, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Lihat Nicholas Barr, 1998, The Economics Sejarah, Yokyakarta, Kanisius, 1995
of the Welfare State, California: Stanford Dewa Gede Palguna, Mahkamah Konstitusi
University Press. Judicial Review dan Welfare State, Sekjen
Makalah: dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi,
Jakarta,2008
M. Yahya Harahap, Citra Penegakan Hukum,
Majalah Peradilan, Tahun X No. 117, Juni Iman Soepomo, Hukum Perburuhan, Suatu
Pengantar, PT. Djambatan, Jakarta, 1981
1995.
M. G. Rood, Perjanjian kerja, Bahan Penataran Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan
Hukum Perburuhan, FH.Unpad, Bandung, Konstitusionalisme Indonesia, Sinar
tanggal 7-19 Agustus 1989. Grafika, Jakarta, 2010

300
Zulkamain Ibrahim, Hukum Pengupahan Yang Berl<eadilan Substantif

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat I/mu: Sebuah Verhaak, C dan R. Haryono Imam, Filsafat I/mu
Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Pengetahuan, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 1987 Jakarta, 1995
Kabul Budiona, Pendidikan Pancasila untuk
Perguruan Tinggi,Alfabeta, Bandung, 2010 Makalah/ Majalah:
Kelsen, Hans, Introduction to The Problems of Legal Awaloedin Djamin, Hubungan Industrial Pancasila
Theory, Oxford University Press, New York, Merupakan Bagian Mutlak
2002 Manajemen Indonesia, YTKI dan FFS,
Moh. Mahfud M.D, Demokrasi dan Konstitusi Di Jakarta, 1994
Indonesia, Studi Tentang lnteraksi Politik Edi Suharto, Peta dan Dinamika Welfare State di
Dan Kehidupan Ketatanegaraan, Rineka beberapa Negara: Pe/ajaran apa yang bisa
Cipta, Jakarta, 2000 dipetik untuk membangun Indonesia,
Moekiat, Administrasi Gaji dan Upah, Mandar Maju, Makalah disampaikan pada Seminar
Bandung,1992 "Mengkaji Ulang Relevansi Welfare State
Peters, A. A. G. dan Koesriani Siswosoebroto, dan Terobosan melalui Desentralisasi-
Hukum dan Perkembangan Sosial, Pustaka Otonomi di Indonesian, Institute for
Sinar Harapan, Jakarta, 1988 Research and Empowerment (IRE)
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Yogyakarta dan Perkumpulan Prakarsa
Perihal Kaedah Hukum, Alumni, Bandung, Jakarta, bertempat di Wisma MM.
1986 Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 25
R. Cecep Eka Permana, Kearifan Lokal masyarakat Juli2006
Baduy Dalam Mitigasi Bencana, Wedatama M. Yahya Harahap, Citra Penegakan Hukum,
Widya Sastra, Jakarta, 2010 Majalah Peradilan, Tahun X No. 117, Juni
Rawls, John, A Theory of Justice, Harvard University 1995
Presscambridge, Masschusetts, 1995, Rood, M. G., Perjanjian kerja, Bahan Penataran
Terjemahan: Uzair dan Heru Prasetyo, A Hukum Perburuhan, FH.Unpad, Bandung,
Theoryofjustive, Teori Keadil-an, tanggal 7-19 Agustus 1989.
Pustaka Pelajar, 2006 Zulkarnain Ibrahim, Makalah Seminar
Rapar, Jan Hendrik, Pengantar Logika: Asas-Asas Ketenagakerjaan, Korwil KSBSI Sumsel di
Penalaran Sistematis, Penerbit Kanisius, Hotel Swama Dwipa Palembang, tanggal
Yokyakarta, 1996 17 Mei 2008
Romli Atmasasmita, Globalisasi Kejahatan Bisnis, Internet:
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, http://Jimly.com/makalah/namafile/57/Konsep_Neg
2010 ara_Hukum_lndonesia. Pdf, diunduh tgl 16-6-
Saeful Roch mat, I/mu sejarah, dalam PerspektifI/mu 2011.
Sosial, Graha llmu, Yokyakarta, 2009 Mohammad Noor Syam, Filsafat Pancasila sebagai
Saifullah, Refleksi Sosiologi Hukum, Refika Sistem ldeologi, Univ. Negeri Malang;
Aditama, Bandung, 2010 http://www.google.eo.id/search?q=globalis
Slamet Sutrisno, Filsafat dan ldeologi Pancasila, asi%2C+liberalisme%2C+kapitalisme+dan
PenerbitAndi, Yokyakarta, 2006 +individuali sme&ie=utf-8&oe=utf-
Sunoto, Mengenal Filsafat Pancasila, Pendekatan 8 & a q = t & r Is= or g. mo z i I I a: en -
Melalui: Etika Pancasila, Yokyakarta, PT. US:official&client=firefox-a; Diunduh
Hanindita, 1985 tanggal 14 Juni 2012.
Tom Gunadi, Ekonomi Pancasila, Dalam kancah http://id.wikipedia.org/wiki/Liberalisme, diunduh 27-
Pendapat Ekonomi, Angkasa, Bandung, 9-12
1995
Yudi Latif dkk, Tim Riset PSIK, Negara http:/fid.wikipedia.org/wiki/The_Wealth_of_Nations,
Kesejahteraan dan Globalisasi, Pusat Studi diunduh 28-9-2012
Islam dan Kenegaraan ( PSIK ) Universitas
Paramadina, Jakarta, 2008

301

Anda mungkin juga menyukai