Anda di halaman 1dari 27

LABORATORIUM FITOKIMIA

JURUSAN FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA EKSTRAK DAUN KACA-KACA

(Peperamonia pellucia) DENGAN METODE

KROMOTOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

DISUSUN OLEH :

NAMA/NIM :

ALDI
NU’MAN RAYYAN SYARIFUDDIN
SRI KARTINI
ST. HATIJAH
ST. RAHMAH SYAM
ST.AISYAH
RESKI MUH.PRIMA
USWATUN KHASANAH

KELOMPOK : B2.3

HARI PRAKTIKUM : JUMAT

DOSEN PEMBIMBING : Nasriani S.Farm.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

2016/2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luasan lautan

terbesar di dunia. Indonesia memiliki jumlah pulau ±17.807 yang dimana

memiliki panjang garis pantai mencapai ratusan kilometer. Hal ini yang

menyebabkan Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Kekayaan

laut yang sangat beragam pun dapat kita jumpai di Indonesia. ()

Eksplorasi merupakan kegiatan dalam mencari, mengelola dan

memanfaatkan sumberdaya alam yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan.

Kita sering memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk kita jadikan sebagai

sumber kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut

masih belum dapat diseimbangkan dengan kondisi alam saat ini. Pemanfaatannya

pun belum di optimalkan secara utuh. Selain itu sumberdaya yang ada hanya

dimanfaatkan dan dikelola hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam jangka

pendek saja. ()

Berbagai jenis bahan terdapat di alam memiliki jenis, bentuk dan

komposisi yang beragam. Dalam pemanfaatanya, manusia dapat mengambil

seluruh zat dari bahan tersebut atau dapat mengambil beberapa zat yang

dibutuhkannya saja dari suatu bahan. Untuk dapat mengambil atau memperoleh

zat tersebut dapat dilakukan dengan berbagai proses, salah satunya yaitu ekstraksi

(Ditjen POM, 1986)


Untuk itu kami melakukan sebuah kegiatan praktikum untuk mengelola

dan memanfaatkan sebuah sumberdaya alam yang ada sehingga dapat digunakan

dalam waktu jangka panjang. Praktikum yang dilakukan ialah mengekstrak

tanaman kaca-kaca (Peperamonia pellucia) dengan metode refluks. Ekstrak yang

dihasilkan akan dimanfaatkan untuk melihat ada tidaknya potensi untuk dijadikan

sebuah obat..

B. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud percobaan

Mengetahui jumlah komponen kimia ekstrak herba kaca-kaca

(Peperamonia pellucia) dengan metode kromotografi lapis tipis (KLT).

2. Tujuan percobaan

Untuk menetukan jumlah komponen kimia ekstrak herba kaca-kaca

(Peperamonia pellucia) dengan metode kromotgrafi lapis tipis (KLT)

C. PRINSIP PERCOBAAN

Metode pemisahan komponen dari suatu campuran dengan menggunakan

suatu pelarutdimana zat terlarut (solut) atau bahan yang dipisahkan terdistribusi

antara kedua lapisan (organik dan air) berdasarkan kelarutan relatifnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. URAIAN TANAMAN

1. Klasifikasi Herba kaca-kaca (Piperomia pellucida)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliophyta

Ordo : Piperales

Famili : Piperacea

Genus : Piperomia

Spesies : Piperomia pellucida (Nursaptia purwa,2015)

2. Morfologi Herba Piperomia pellucida

Batang tanaman gamal ada yang tunggal atau bercabang, tetapi jarang

yang menyemak, serta tingginya bisa mencapai 2 sampai 15 m. batang

tumbuh tegak, diameter pangkal batang kira-kira 5 -30 cm, kulit batang

berwarna cokelat keabu-abuan dengan alur-alur kecil pada batang yang sudah

tua. Batang dan cabang mempunyai bercak putih dengan lentisel kecil.

(Nursaptia purwa,2015)

3. Kandungan kimia

Tanama daun kaca-kaca (Piperomia pellucida) banyak terdapat indonesia.

Tumbuhan ini sebagai gulma ditemukan di sepanjang pinggir jalan , di

perkebunan, di tanah lembab dan di tempat teduh sekitar rumah yang biasanya

menggerombol (Irsyad,2013).
Tanaman daun kaca-kaca ( Piperomia pellucida) memiliki berbagai

macam kandungan kimia. Penafisan fitokimia pada keseluruhan bagian daun

kaca-kaca (Piperomia pellucida) menunjukkan adanya Alkaloid, kardenolin,

safonin, dan tanin. Pada bagian batang daun kaca-kaca Piperomia pellucida)

mengandung alkaloid, tanin, flavonoid & steroid. Pada akar daun kaca-kaca

mengandung alkaloid, tanin, steroid, dan karbohidrat. Siskuiterpen merupakan

jenis minyak yang banyak terdapat pada herba kac-kaca. Syarotol merupakan

siskuiterpen dan paling banyak ditemukan. Herba kaca-kaca mengandung serat

protein , karbohidrat & lemak. Mineral yang ditemukan dalam herba kaca-kaca

yaitu kalsium, magnesium, natrium,magan dan zat besi. (Egwuche,Odetola &

Erukainure,2011)

4. Kegunaan

Tumbuhan kaca-kaca (Piperomia pellucida) banyak digunakan sebagai

ramuan dalam pengobatan tradisional. Tumbuhan ini dapat dimanfaatkan

sebagai obat sakit kepala, demam, sakit perut, abses, bisul, dan gangguan ginjal

(Olaniran & Bamidele 2011).

Berbagai penelitian menunjukkan tumbuhan ini memiliki aktivasi

analgetik, antipiretik, antiinflamasi, hipoglikemik, anti jamur,anti mikroba &

anti kanker (Rahman & Kundu, 2012).

menurut hasil penelitian muhtadi, susilawati, & mulqie (2010), tentang

aktivitas antidiabetes ekstrak etanol dari herba daun kaca-kaca (Piperomia

pellucida) didapatkan hasil penelitian hasil penapisan fitokimia dari ekstrak

etanol menunjukkan adanya golongan senyawa steroida.


B. URAIAN EKSTRAKSI

Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu

campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak

saling bercampur. Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan

sejmlah gugus yang diinginkan dan mungkin merupakan gugs pengganggu dalam

analisis secara keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugus pengganggu ini

diekstraksi secara selektif (Anonim, 2014).

Proses ekstraksi dapat dibedakan menurut bentuk campurannya menjadi

dua jenis, yaitu padat-cair dan cair-cair. Zat yang diekstraksi dalam ekstraksi

padat-cair yaitu berbentuk padatan. Sedangkan pada ekstraksi cai-cair, zat yang

diekstraksi merupakan bentuk cairan. Ekstraksi cair-cair inilah yang biasa disebut

ekstraksi pelarut (Ditjen POM, 1995).

Ekstraksi refluks merupakan metode ekstraksi yang dilakukan pada titik

didih pelarut tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya

pendingin balik (kondensor). Pada umumnya dilakukan tiga sampai lima kali

pengulangan proses pada rafinat pertama. Kelebihan metode refluks adalah

padatan yang memiliki tekstur kasar dan tahan terhadap pemanasan lansung dapat

diekstrak dengan metode ini. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan pelarut

yang banyak (Irawan,B.,2016)


C. URAIAN KROMPTPGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

Kromotografi adalah suatu metode yang cepat untuk mengisolasi dan

mengidentifikasi senyawa-senyawa pada suatu campuran senyawa yang

mempunyai sifat fisika dan kimia yang hampir sama. Kromotografi mempunyai

arti yang sangat penting dalam labolatorium untuk mengisolasi atau memisahkan

seyawa-senyawa kompleks atau campuran-campuran lain misalnya : glikosida,

terpen-terpen,lipida,vitamin, dan hormon.

Kromotografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisikokimia, lapisan yang

memisahkan , yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam). Pemisahan

komponen suatu senyawa pada kromotografi ini tergantung pada adsorben

terhadap masing-masing komponen. Komponen yang larut terbawa oleh fase

gerak (cairan pengelusi) melalui fase diam (adsorben) dengan kecepatan

perpindahan yang berbeda.

Keuntungan kromotgrafi lapis tipis adalah dapat memisahkan senyawa yang

sangat berbeda seperti senyawa organik alam dan senyawa organik sintesis,

kompleks organik dan anorganik dalam waktu singkat menggunakan alat yang

tidak terlalu mahal. Metode ini kepekaannya cukup tinggi dengan jumlah cuplikan

beberap mikrogram. Kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan kromotografi

kertas adalah dapat digunakan pereaksi asam sulfat pekat yang bersifat korosif,

kelemahan adalah harga Rf yang tidak tetap.

Jarak pengembangan senyawa pada kromotografi biasanya dinyatakan dangan

angka Rf yaitu :
Jarak titik pusat bercak dari titik awal
Rf = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙

Angka Rf (Rate of follow) menyatakan besaran perbandingan kecepatan

bergeraknya komponen terlarut terhadap fase gerak (pelarut).

Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai Rf antara lain :

a. Ukuran partikel dari zat penyerap

b. Derajat keaktifan zat penyerap

c. Kemurnian pelarut

d. Kejenuhan chamber

Larutan percobaan untuk pengendapan alkolida dibagi dalam 4 golongan

sebagai berikut :

a. Golongan I : larutan percobaan dengan alkoloida membentuk garam

yang tidak larut : Asam silikowolframat, asam fosfomolibdat dan asam

fosfowolframat.

b. Golongan II : Larutan percobaan yang dengan alkoloida membentuk

senyawa kompleks bebas, kemudian membentuk endapan Bouchardat &

wagner.

c. Golongan III : larutan percobaan yang dengan alkoloida membentuk

senyawa adisi yang tidak larut : mayer , dragendoff dan marme.

d. Golongan IV : Larutan percobaan yang dengan alkoloida membentuk

ikatan asam organik dengan alkoloida : Hager.


UJI PENDAHULUAN ALKALOID

Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan

9 ml air, panaskan diatas penangas air selama 2 menit , dinginkan dan saring.

Pindahkan 3 tetes filtrat pada kaca arloji , tambahkan 2 tetes Bouchardat. Jika

pada kedua percobaan tidak terjadi endapan, maka serbuk tidak mengandung

alkaloid.

Jika dengan mayer terbentuk endapan mengumpal berwarna putih atau

kuning yang larut dalam metanol dan dengan Bouchardat terbentuk endapan

berwarna coklat sampai hitam, maka ada kemungkinan terdapat alkaloida.

Lanjutkan percobaan dengan mengocok sisa filtrat dengan 3 ml ammonia

pekat P dan 10 ml campuran 3 bagian volume eter P dan I bagian volume

kloroform P. Ambil fase organik, tambahkan natrium sulfat anhidrat P, saring .

uapkan filtrat diatas penangas air , larutkan sisa dalam sedikit asam kloirda 2 N.

Lakukan percobaan dengan keempat golongan larutan percobaan, serbuk

mengandung alkaloida jika sekurang-kurangnya terbentuk endapan dengan

menggunakan dua golongan larutan percobaan yang digunakan.


BAB III

METODE PERCOBAAN

A. ALAT DAN BAHAN

1. Alat-alat yang digunakan : gelas ukur , gelas piala, kaki tiga dan bunzen,

botol semprot , chamber modifikasi, lampu UV 366 nm, gunting ,

oven,pensil,pinset,corong pemisah, rotavapor,erlenmeyer, alat refluks

,timbangan analitik, vial, water bath, pipa penotol , botol penampung,lempeng

KLT ,aluminium foil, tissue.

2. Bahan yang digunakan : pelarut metanol, sampel daun kaca-kaca

(Piperamonia pellucia), Aquadest, Aluminium foil, Eluen, Kertas saring,

label, vial, lempeng, pipa kapiler.

B. CARA KERJA

1. Pembuatan Simplisia

Ditentukan bagian tanaman yang akan diolah, misalnya tanaman kaca-kaca

(Peperamonia pellucia). Setelah di dapat maka semua dikumpulkan.Kemudian

tanaman kaca-kaca (Peperamonia pellucia) dicuci dengan baik, kemudian

ditimbang untuk mendapatkan berat sampel basah, lalu dilakukan pengeringan

dengan cara menjemur atau diangin-anginkan.Setelah kering, sampel kembali

ditimbang untuk mendapatkan berat sampel kering. Kemudian dilakukan

pemisahan zat asing yang masih tertinggalSetelah itu sampel digunting-gunting

kecil.Setelah itu, sampel disimpan pada tempat yang aman.


2. Ekstraksi dengan metode Refluks

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, Sampel yang telah menjadi

simplisia di masukkan ke dalam labu didih Kemudian ditambahkan pelarut

metanol sampai sampel terendam dengan baik ,Kemudian sampel dipanaskan

hingga mendidih, kemudian di hitung waktunya hingga 4 jam setelah mendidih.,

begitu seterusnya hingga 3 kali menggati pelarut . Setelah itu, pelarut dan

ekstrak uapkan dengan menggunakan rotavapor.Setelah di rotavapor, ekstrak di

pindahkan ke dalam cawan lalu dikentalkan di atas penangas air.

3. Isolasi dan identifikasi dengan metode KLT

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ekstrak sampel diambil

sedikit, kemudian dimasukkan ke dalam vial sebagai ekstrak metanol. Setelah itu,

sisa ekstrak sampel di suspensikan dengan menggunakan aquadest hingga larut,

jika tidak larut maka disuspensikan dengan menggunakan eter.Setelah ekstrak

sampel larut, dimasukkan ke dalam corong pisah lalu ditambahkan dengan eter,

kemudian dikocok.Corong pisah dipasang pada statif, lalu di diamkan hingga

terlihat terpisah antara aquadest dan eter.Setelah itu diambil lapisan eter,

dimasukkan ke dalam vial sebagai ekstrak eter. Bagian lapisan air kemudian

dimasukkan kembali ke dalam corong pisah, lalu ditambahkan N-butanol, lalu

dikocok. Setelah terjadi pemisahan, maka lapisan N-butanol diambil dan

dimasukkan ke dalam vial sebagai ekstrak N-butanol, lalu diuapkan diatas

penangas air hingga volumenya sedikit berkurang.

Setelah ekstrak metanol, ekstrak eter, dan ekstrak N-butanol siap. Maka

dilakukan identifikasi dengan menggunakan KLT. Lempeng yang telah ditulisi


dengan eluen yang cocok, ditotolkan dengan ekstrak yang sudah disiapkan di atas

menggunakan pipa kapiler. Kemudian dimasukkan ke dalam chamber yang sesuai,

hingga ekstrak menunjukkan bercak.Setelah itu, bercak yang terdapat pada

lempeng, dibaca dengan sinar ultraviolet. Setelah itu, diamati, apakah bercak

tersebut metanol, eter, atau N-butanol.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN

Nama simplisia : Daun Kaca-kaca (Peperamonia pellucia)

Berat sampel : 357 gr (sampel basah), 40 gr (sampel kering)

Pelarut yang digunakan : Metanol (2100 mL)

Metode ekstraksi : Refluks

Berat ekstrak kental/kering: 7,53 gram

NILAI Rf

NO Eluen Pelarut UV H2SO4

1 CHCl3-MeOH-H2O Metanol 0,96 -

(16 : 6 : 1) 0,76 -

0,44 -

0,06 -

N-butanol 0,9 -

0,78 -

2 EtOAc-EOH-H2O Metanol 0,96 -

(10 : 2 : 1 ) 0,74 -

0,7 -

0,64 -

0,6 -

0,38 -

0,08 -
N-Butanol 0,86 -

0,84 -

0,78 -

0,43 -

0,86 -

3 Benzen-EtOAc Metanol 0,94 -

0,84 -

0,68 -

0,52 -

0,37 -

0,21 -

0,05 -

Eter 0,9 -

0,78 -

0,62 -

0,54 -

0,42 -

0,36 -

0,06 -

4 Heksan-EtOAc Metanol 0,94 -

0,76 -

0,70 -
0,64 -

0,49 -

0,31 -

0,15 -

0,05 -

Eter 0,92 -

0,86 -

0,74 -

0,68

0,62 -

0,45 -

0,71 -

0,13 -

0,03 -

B. PEMBAHASAN-

Ekstrak adalah hasil dari proses ekstraksi, bahan yang diekstraksi

merupakan bahan alam, dimana ektraksi memiliki prinsip umum yaitu difusi dan

osmosis.

Pada percobaan ini kami menggunakan sampel Daun kaca-kaca

(piperamonia pellucia) secara refluks dengan metanol digunakan sebagai pelarut

karena metanol termasuk ke dalam pelarut semi polar, sehingga sebagai pelarut

diharapkan dapat menarik zat-zat aktif bersifat polar maupun non polar. Metanol
digunakan sebagai cairan penyari karena lebih selektif, kapang dan khamir sulit

tumbuhdalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, dan metanol dapat

bercampur dengan air pada segala perbandingan, serta panas yang diperlukan

untuk pemekatan lebih rendah. Metanol dapat memperbaiki stabilitas bahan obat

terlarut dan tidak mengakibatkan pembengkakan membran sel. Keuntungan

lainnya adalah sifatnya yang mampu mengendapkan albumin dan menghambat

kerja enzim.

Setelah lempeng dielusi, maka dikeluarkan dari chamber dan dikeringkan

kemudian diamati dibawah sinar UV 254 nm dan 366nm. Identifikasi noda

berdasarkan flouresensi yang diberikan oleh senyawa terhadap energi atau

panjang gelombang yang diberikan, sehingga memberi warna yang karakteristik.

Hal ini disebabkan karena adanya gugus kromofor pada senyawa itu yaitu gugus

yang mengabsorbsi pada daerah ultraviolet dan daerah sinar tampak. Adanya

perbedaan kemampuan menyerap energi pada gelombang yang diberikan

menyebabkan perbedaan intensitas warna yang tampak sebagai noda.

Pada lampu UV 254 nm lempeng yang digunakan menggunakan indikator

florosensi sehingga bila dikenai sinar UV lempeng akan berflorosensi dan noda

akan tampak lebih gelap. Sedangkan pada lampu UV 366 nm yang berflorosensi

adalah senyawa yang terkena sinar UV dan dapat ditangkap oleh mata,

umumnya warna noda yang teramati pada pada lampu UV 366 nm adalah warna

ungu, sebab warna ungu merupakan warna yang memiliki panjang gelombang

yang paling panjang dibandingkan dengan warna-warna lain sehingga dapat

terlihat pertama kali. Penampakan noda juga dapat dilihat dengan cara
penyemprotan H2SO4 10%. Penampakan noda ini disebabkan karena gugus OH

yang dimiliki H2SO4 sehingga berfungsi sebagai auksokrom, dimana auksokrom

ini dapat menyebabakan pergeseran batokromik yaitu pergeseran ke arah

panjang gelombang yang lebih panjang. Konsentrasi H2SO4 yang digunakan

adalah 10% karena jika terlalu pekat maka dapat berbahaya bagi kita. Selain itu

bila terlalu pekat cairan sulit keluar jika disemprot.

Dari Praktikum yang dilakukan diperoleh hasil % rendamen dari ekstraksi

Daun Kaca-kaca (Pipreamonia pellucia) dengan menggunakan metode Refluks

yaitu 18,82 %. Semakin besar nilai % rendamen, maka semakin besar pula

jumlah ekstrak yang diperoleh.

Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak

bergeraknya senyawa tersebut pada lempeng kromatografi lapis tipis. Saat

membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang

sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurang polat dan berinteraksi

dengan adsorbent polar dari lempeng kromatografi lapis tipis.

Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasi senyawa. Bila

identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat

dikatakan memiliki karakteristik yang sama atau mirip. Se dangkan, bila nilai

Rf nya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan senyawa yang berbeda.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dillakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa Daun Kaca-kaca (Piperamonia pellucia) dari daerah minasaupa dengan

metode Refluks terdapat beberapa komponen kimia.

B. Saran

1. Diperlukannya perhatian dan pemahaman prosedur kerja praktikum sebelum

melakukan praktikum.

2. Sebaiknya dalam praktikum semua anggota kelompok ikut bekerja agar semua

anggota dapat mengetahui, dan juga perlunya keterampilan dan ketelitian saat

praktikum dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM, (1986), Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia : Jakarta.
Anonim. (2007).Daun kaca-kaca Turunkan Asam Urat. (Diakses 25 Maret 2017)

Adrian, peyne, 2000. Analisa EkstraktifTumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat”.


Pusat Penelitian. Universitas Negeri Andalas

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia : Jakarta

Tim penyusun. 2017. Penuntun Praktikum Fitokimia. Makassar: Politeknik


KesehatanKesehatan Kemenkes Makassar

Purwa Nursaptia, Kaca-kaca (Piperamonia pellucia) http://belajar-di-


rumah.blogspot.co.id/2015/02/krinyu-chromolaena-odorata-l.html. (Diakses
pada 04 juni 2017)
LAMPIRAN :

A. Menghitung Pembuatan Eluen

a. CHCl3-MeOH-H2O (16 : 6 : 1)
16
- CHCl3= 23 𝑥100=69,56 ml

6
- MeOH = 23 𝑥100=26,08 ml

1
- H2O = 23 𝑥100=4,34 ml

b. EtOAc-EOH-H2O (10 : 2 : 1 )
10
- EtOAc = 13 𝑥100= 76,92 ml

2
- EOH= 13 𝑥100=15,38 ml

1
- H2O = 𝑥100=7,69 ml
13

c. Benzen-EtOAc (9 : 1)
9
- Benzen = 10 𝑥100= 90 ml

1
- EtOAc = 10 𝑥100=10 ml

d. Heksan-EtOAc (9 : 1)
9
- Heksan = 10 𝑥100= 90 ml

1
- EtOAc = 10 𝑥100=10 ml
B. Menghitung Nilai Rf

a. Perhitungan Nilai Rf dengan Eluen

1. Perhitungan Nilai Rf dengan pelarut Metanol

a. CHCl3-MeOH-H2O (16 : 6 : 1)
4,8
- Rf = = 0,96 cm
5

3.8
- Rf = = 0,76 cm
5

2.2
- Rf = = 0,44 cm
5

0,3
- Rf = = 0,06 cm
5

b. EtOAc-EOH-H2O (10 : 2 : 1 )
4,8
- Rf = = 0,96 cm
5

3,7
- Rf = = 0,74 cm
5

3,5
- Rf = = 0,7 cm
5

3,2
- Rf = = 0,64 cm
5

3
- Rf = 5 = 0,6 cm

1.9
- Rf = = 0,38 cm
5

0,4
- Rf = = 0,08 cm
5

c. Benzen-EtOAc (9 : 1)
4,8
- Rf = 5,1 = 0,94 cm

4,3
- Rf = 5,1 = 0,84 cm
3,5
- Rf = 5,1 = 0,68 cm

2,7
- Rf = 5,1 = 0,52 cm

1,9
- Rf = 5,1 = 0,37 cm

1,1
- Rf = 5,1 = 0,21 cm

0,3
- Rf = 5,1 = 0,05 cm

d. Heksan-EtOAc (9 : 1)
4.8
- Rf = 5,1 = 0,94 cm

3,9
- Rf = 5,1 = 0,76 cm

3,6
- Rf = 5,1 = 0,70 cm

3,3
- Rf = = 0,64 cm
5,1

2,5
- Rf = 5,1 = 0,49 cm

1,6
- Rf = 5,1 = 0,31 cm

0,8
- Rf = 5,1 = 0,15 cm

0,3
- Rf = 5,1 = 0,05 cm

2. Perhitungan Nilai Rf dengan pelarut Eter

a. Benzen-EtOAc (9 : 1)
4.5
- Rf = = 0,9 cm
5

3,9
- Rf = = 0,78 cm
5

3,1
- Rf = 5
= 0,62 cm
2,7
- Rf = = 0,54 cm
5

2,1
- Rf = = 0,42 cm
5

1,8
- Rf = = 0,36 cm
5

0,3
- Rf = = 0,06 cm
5

b. Heksan-EtOAc (9 : 1)
4,7
- Rf = 5,1 = 0,92 cm

4,4
- Rf = 5,1 = 0,86 cm

4,8
- Rf = 5,1 = 0,74 cm

3,8
- Rf = 5,1 = 0,68 cm

3,5
- Rf = = 0,62 cm
5,1

2,3
- Rf = 5,1 = 0,45 cm

1,6
- Rf = 5,1 = 0,71 cm

0,7
- Rf = 5,1 = 0,13 cm

0,2
- Rf = 5,1 = 0,03 cm

3. Perhitungan Nilai Rf dengan pelarut N-Butanol

a. CHCl3-MeOH-H2O (16 : 6 : 1)
4,5
- Rf = = 0,9 cm
5

3,9
- Rf = = 0,78 cm
5

-
b. EtOAc-EOH-H2O (10 : 2 : 1 )
4,0
- Rf = 4,6 = 0,86 cm

3,9
- Rf = 4,6 = 0,0,84 cm

2
- Rf = 4,6 = 0,43 cm

0,5
- Rf = = 0,06 cm
4,6
SKEMA KERJA

Pembuatan simplisia

Ditentukan Dicuci, lalu Dikeringkan, lalu


bagian tanaman ditimbang untuk ditimbang untuk
yang akan diolah berat sampel sampel kering
basah

Setelah itu Dilakukan


Setelah itu
sampel di simpan sampel dipotong pemisahan dari
pada tempat
kecil benda yang tidak
yang aman
diinginkan

Ekstraksi dengan metode maserasi

Simplisia Ditambahkan Bejana ditutup


dimasukkan pelarut, sambil kembali, lalu
dalam bejana diaduk disimpan pada
tempat gelap

Ekstrak Diulangi dengan Setelah 5 hari,


kemudian cara yang sama ekstrak disaring
diuapkan dengan hingga 3 kali lalu dipindahkan
menggunakan proses pada bejana baru
rotavapor

Kemudian ekstrak
dikentalkan dengan
menggunakan
penangas air
Isolasi dan identifikasi dengan menggunakan metode KLT

Ekstrak diambil Sisa ekstrak Dimasukkan ke


1 gram, disuspensikan dalam corong
dimasukkan dengan air pisah, lalu
dalam vial sampai larut ditambahkan eter
sebagai ekstek
metanol

Bagian air Diambil bagian Dikocok,


dimasukkan ke eter, dimasukkan kemudian di
dalam corong dalam vial diamkan hingga
pisah, lalu sebagai ekstrak terjadi
ditambahkan eter pemisahan
N-butanol

Dikocok, Diambil bagian


Semua ekstrak
kemudian di N-butanol,
ditotol pada
diamkan hingga dimasukkan
lempeng KLT
terjadi dalam vial
pemisahan sebagi ekstrak
N-butanol, lalu
diuapkan

Setelah terjadi Kemudian


Kemudian bercak, maka dimasukkan ke
diamati bercak diamati di bawah dalam chamber
tersebut sinar ultraviolet yang berisi eluen
yang cocok

Anda mungkin juga menyukai