Identifikasi Masalah
1. Tn. Amir, Umur 54 tahun, seorang pengusaha dibawa ke UGD RS karena penurunan
kesadaran terjadi secara tiba-tiba saat bermain golf bersama rekannya.
2. Pada saat serangan, mengeluh sakit kepala hebat yang belum pernah dirasakannya
sebelumnya, disertai mual muntah.
3. Menurut keterangan keluarga, Tn. Amir sudah lama menderita darah tinggi dan sakit
kepala.
4. Pemeriksaan fisik:
Keadaan Umum: GCS 10
Tanda Vital: TD 200/100 mmHg, Nadi 110x/menit reguler, RR 40x/menit, Temp 37,2 C
Thorax : simetris, tidak ada retraksi
- Jantung: Batas jantung membesar, iktus kordis tidak nampak, bunyi jantung normal, HR
110x/menit reguler
- Paru: Stem fremirus normal, suara nafas vesikuler normal
Abdomen: datar, lemas, nyeri tekan (-) dan defans muskuler (-), bising usus normal
Ekstremitas: edema (-/-)
5. Pemeriksaan Neurologis : hemiparesis dextra flaksid, babinksy dan chaddok (+) di
ekstremitas kanan, pupil anisokor, GRM (+)
6. Pemeriksaan laboratorium : BSS (GDS) 220 mg%
d. Apa hubungan penurunan kesadaran yang dialami Tn. Amir secara tiba-tiba dengan
aktivitasnya bermain golf?
Refleks atau respon pada sistem kardiovaskular juga memengaruhi tekanan darah.
Seperti pada saat berolahraga terjadi peningkatan substantial aliran darah otot rangka,
peningkatan curah jantung, penurunan resistensi perifer total (karena vasodilatasi luas di
otot rangka meskipun terjadi vasokontriksi arteriol generalisata disebagian besar organ),
dan peningkatan sedang tekanan arteri rerata.
Variabel
Perubahan Keterangan
Kardiovaskular
Terjadi akibat meningkatnya aktivitas simpatis dan
Kecepatan Jantung Meningkat
menurunnya aktivitas parasimpatis pada nodus SA
Terjadi karena vasokontriksi vena yang dipicu oleh
Aliran darah balik
Meningkat aktivitas simpatis dan meningkatnya aktivitas pompa
vena
otot rangka dan pompa pernapasan
Terjadi baik karena meningkatnya aliran balik vena
melalui mekanisme Frank-Straling maupun karena
Isi sekuncup Meningkat
peningkatan kontraktilitas miokardium yang dipicu oleh
aktivitas simpatis
Terjadi karena meningkatnya kecepatan jantung dan isi
Curah jantung Meningkat
sekuncup
Terjadi karena vasodilatasi arteriol yang dikontrol secara
Aliran darah ke otot
lokal diperkuat oleh efek vasodilatasi epinefrin dan
rangka aktif dan otot Meningkat
mengalahkan efek vasokonstriktor simpatis yang lebih
jantung
lemah.
Terjadi karena stimulasi simpatis tidak berefek pada
Tidak
Aliran darah ke otak arteriol otak. Mekanisme kontrol lokal mempertahankan
berubah
aliran darah otak apapun situasinya.
Terjadi karena pusat kontrol suhu di hipothalamus
memicu vasodilatasi arteriol kulit, peningkatan aliran
Aliran darah ke kulit Menurun
darah ke kulit membawa panas yang dihasilkan otot
untuk dikeluarkan ke lingkungan eksternal.
Aliran darah ke Berkurang Terjadi akibat vasokontriksi arteriol generalisata yang
sistem pencernaan, ditimbulkan oleh aktivitas simpatis.
ginjal, dan organ
lain
Terjadi karena resistensi di otot rangka, jantung, dan
Resistensi perifer
Menurun kulit menurun lebih besar daripada peningkatan di organ
total
lain.
Tekanan darah arteri Terjadi karena curah jantung meningkat lebih besar
Meningkat
rerata daripada penurunan resistensi perifer lokal.
Sumber: Sherwood, L . 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem, Edisi 6. Jakarta : EGC
Aktivitas bermain golf ditambah kondisi hipertensi yang telah lama saraf simpatis ↑
pengeluaran aldesteron dan renin angiotensinogen angiotensin I angiotensin II
vasokontriksi pembuluh darah tekanan darah ↑ + arterosklerosis dinding pembuluh
darah kekakuan dinding pembuluh darah aneurisma rupturnya dinding pembuluh
darah di otak pendarahan di otak terbentuknya hematom peningkatan tekanan
intrakranial penurunan kesadaran.
Sumber: Price, Sylvia A dan Wilson, Lorrain M, 2005, Patofisiologi konsep klinis proses-
proses penyakit Volume 2,Jakarta : EGC
2. Pada saat serangan, mengeluh sakit kepala hebat yang belum pernah dirasakannya
sebelumnya, disertai mual muntah.
a. Apa hubungan penurunan kesadaran tiba-tiba dengan sakit kepala hebat yang disertai mual
muntah?
b. Apa makna sakit kepala hebat yang belum pernah dirasakan sebelumnya disertai mual
muntah pada saat serangan?
Pada aneurisma, menjelang ruptur terjadi nyeri kepala hebat disertai penurunan kesadaran
dan mual muntah.
c. Bagaimana anatomi, fisiologi, histologi pada kasus ini?
Darah arteri yang ke otak berasal dari arcus aorta. Di sisi kiri, arteria carotis communis
sinistra dan arteria subclavia sinistra berasal langsung dari arcus aorta. Di kanan, arteri
truncus brachiocephalicus (inominata) berasal dari arcus dan kemudian bercabang menjadi
arteri carotis communis dextra dan arteri subclavia dextra. Terjadi percabangan lebih
lanjut, dengan arteri carotis internus berasal dari arteri subclavia. Di kedua sisi, sirkulasi
darah ke arteri di otak sebelah anterior dipasok oleh dua arteri carotis internus dan di
posterior oleh dua arteri vertebralis.
Arteri carotis internus becabang menjadi arteri serebri anterior dan arteri serebri media.
Arteri-arteri vertebralis menyatu menjadi arteri basilaris (sistem vertebrobasilar). Arteri
basilaris kemudian berjalan ke otak tengah dan bercabang menjadi sepasang arteri serebri
posterior. Sirkulasi anterior bertemu dengan sirkulasi posterior untuk membentuk suatu
halo arteri yang disebut sirkulus Willisi. Sirkulus ini dibentuk oleh arteri serebri anterior,
arteri komunikantes anterior, arteri karotis internus, arteri komunikantes posterior, dan
arteri serebri posterior. Pada sirkulus wilisi sering terjadi perdarahan akibat adanya
aneurisma.
Sumber: Snell, Richard s. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6.
EGC: Jakarta
d. Apa etiologi sakit kepala hebat disertai mual muntah?
e. Sistem apa yang terlibat pada keluhan pada kasus ini?
f. Bagaimana patofisiologi sakit kepala hebat disertai mual muntah?
3. Menurut keterangan keluarga, Tn. Amir sudah lama menderita darah tinggi dan sakit
kepala.
a. Apa etiologi dari tekanan darah tinggi?
e. Apa hubungan sakit kepala hebat disertai mual muntah kemudian terjadi
penurunan kesadaran dengan tekanan darah tinggi yang sudah lama diderita Tn.
Amir?
Pada kasus ini Tn. Amir mempunyai riwayat penyakit hipertensi, dimana salah satu
komplikasi hipertensi adalah stroke, stroke dapat timbul akibat perdarahan di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan yang tinggi.
Stroke juga dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang di
perdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah
dan rapuh sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma, apabila tekanan
darah meningkat secara ekstrim kemungkinan terjadinya rupture aneurisma yang
menyebabkan terjadinya perdarahan di subarachnoid yang dapat meningkatkan tekanan
intrakranial sehingga menimbulkan sakit kepala hebat, mual muntah dan penurunan
kesadaran.
Sumber: Price, Sylvia A dan Wilson, Lorrain M, 2005, Patofisiologi konsep klinis proses-
proses penyakit Volume 2,Jakarta : EGC
4. Pemeriksaan fisik:
Keadaan Umum : GCS 10
Tanda Vital : TD 200/100 mmHg, Nadi 110x/menit reguler, RR 40x/menit, Temp 37,2 C
Thorax : simetris, tidak ada retraksi
- Jantung: Batas jantung membesar, iktus kordis tak nampak, BJ normal, HR 110x/menit
reguler
- Paru : Stem fremirus normal, suara nafas vesikuler normal
Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan (-) dan defans muskuler (-), bising usus normal
Ekstremitas : edema (-/-)
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?
b. Bagaimana mekanisme dari pemeriksaan fisik yang abnormal?
c. Bagaimana cara pemeriksaan GCS dan Klasifikasinya?
Tingkat kesadaran seseorang dapat dinilai dengan dua cara, yaitu kualitatif atau
kuantitatif. Penilaian tingkat kesadaran secara kualitatif adalah sebagai berikut:
a. Compos mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
b. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
c. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-
teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
d. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
e. Stupor (soporocomatose), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
f. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga
tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Penilaian kesadaran seseorang secara kuantitatif adalah dengan GCS (Glasgow Coma
Scale):
1. Menilai respon membuka mata (E)
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku
jari)
(1) : tidak ada respon
2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi
tempat dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak
dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2): suara tanpa arti (mengerang)
(1): tidak ada respon
3. Menilai respon motorik (M)
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang
nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus
saat diberi rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki
extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari
mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
Sumber: Prince & Wilson, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.
Vol.2 Jakarta: EGC
Terapi definitive
Stroke hemoragik
- Atasi hipertensi diantaranya dengan labetalol 5- 100 mg secara bolus berkala 10-40
mg/min per drip
- Jika terjadi peningkatan TIK, terapi dengan manitol (0,25-0,5 g/kgBB tiap 4 jam) dan
furosemid (10 mg tap 2-8 jam)
- Operatif untuk mengurangi efek massa serta mengurangi efek neurotoksik dari
bekuan darah
Rehabilitasi
- Fisioterapi
- Terapi wicara bila terdapat gangguan berbicara dan komunikasi
- Terapi fisis dan okupasi setelah pasien bias berdiri kembali agar pasien dapat
mengembangkan kemandiriannya
- Pendekatan psikologis kalau perlu bias diberikan antidepresi ringan untuk
memulihkan kepercayaan diri pasien yang biasanya sangat menurun setelah kejadian
stroke
- Follow up untuk mencegah terjadinya serangan stroke berulang.
Sumber: PERDOSSI, 2007. Pedoman Penatalaksanaan Stroke. Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia.