Anda di halaman 1dari 21

PEMANTAUAN SERTA PENGUKURAN RADIASI PENGION DAN NON PENGION

PADA BTS MILIK PT. PROTELINDO DENGAN KODE: JAW-CJV-0013-X-B/3531314G


3G GAWAN TANON GF KABUPATEN SRAGEN,
PADA KOORDINAT: 7.408942° S , 110.944149° E

1
Sunarno

INTISARI

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur dan meneliti dampak radiasi


gelombang elektromagnetik terhadap tubuh manusia pada teknologi BTS (Base
Transmission Station), terutama pada sistem BTS yang menggunakan teknologi
GSM/DCS. Hasil rancangan alat ukur dalam penelitian ini berupa detektor
gelombang elektromagnetik, pengukur kekuatan medan, dan juga model
perhitungan untuk analisis efek radiasinya. Untuk meneliti apakah ada atau
tidaknya radiasi pengion pada teknologi telepon seluler, juga digunakan detektor
Geiger-Muller.
Ketika BTS aktif di sekitar field-strength meter selama 6 menit, didapatkan
nilai gain daya (dBm) yang bervariasi sesuai dengan jarak pengukuran. Rapat
daya dihitung berdasarkan tegangan keluaran yang terukur. Sesuai dengan hasil
perhitungan, nilai rapat daya maksimumnya adalah 3 W/m2 pada jarak terdekat
(12 m). Nilai ini masih berada di bawah nilai ambang batas paparan maksimum
yang diperbolehkan yakni untuk wilayah terkontrol [untuk frekuensi 900 MHz = 45
W/m2].
Dengan sumber radiasi elektromagnet lain yang bekerja pada frekwensi
yang sama dengan BTS, maka digunakan HP (Hand Phone). Ketika HP
diaktifkan di sekitar phantom dengan media air selama 6 menit, terjadi kenaikan
suhu phantom dengan nilai kenaikan maksimum sebesar 0,407 oC pada sensor 1
(sensor suhu dengan posisi paling dekat dengan HP). Kedua kenaikan suhu ini
masih di bawah ambang batas kenaikan suhu yang diperbolehkan yakni 1 oC.
Larutan tapioka digunakan sebagai pengganti otak manusia.
Hasil penelitian ini sangat bermanfaat sebagai informasi penting bagi
praktisi di bidang komunikasi yang menggunakan gelombang elektromagnetik
sebagai basis saluran komunikasinya dan juga bagi masyarakat umum, terutama
yang tinggal disekitar BTS (Base Transmission Station) agar mengetahui
seberapa jauh dampak negatif kehadiran BTS di sekitar tempat tinggal mereka.

Kata Kunci : BTS (Base Transmission Station), Gelombang Elektromagnetik,


Radiasi non Pengion, Efek radiasi

1
Prof. Ir. Sunarno, M.Eng., Ph.D., Dosen Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik UGM
Pendahuluan
Bagi banyak warga masyarakat, BTS (Base Transmission Station)sudah menjadi
bagian dari kehidupan. Bila dilihat dari frekuensi yang digunakan, maka panjang GEM
(gelombang elektromagnetik) yang dipancarkan dari BTS (Base Transmission Station)
akan berkisar antara 0,01 meter sampai 1 meter.
Radiasi karena pancaran GEM (gelombang elektromagnet) dengan frekuensi di
atas cahaya tampak terbukti dapat menimbulkan ionisasi pada tubuh manusia dan
pada media yang dilaluinya. Meskipun GEM GSM/DCS berada pada frekuensi di
bawah cahaya tampak (artinya tidak memungkinkan terjadi ionisasi pada jalur yang
dilaluinya), tetapi polemik dan rumor mengenai efek radiasinya telah menjadi
perdebatan yang berkepanjangan
Bahaya radiasi BTS diukur oleh satuan yang disebut dengan tingkat paparan
radiasi SAR (Specific Absorption Rate). Ambang batas yang ditentukan oleh
International Commision on Non-Ionozing Radiation Protection (ICNIRP) sebesar 2,0
watt/kg. Sementara menurut Federal Communications Commission (FCC) besarnya
1,6 watt/kg. Umumnya, tingkat radiasi BTS masih di bawah angka tersebut. Hanya
saja, besar kecilnya angka SAR tidak menjamin dapat terhindar dari dampak negatif
radiasi BTS jika dalam penggunaannya cenderung dengan intensitas tinggi dan terlalu
dekat dengan tubuh (khususnya bagian kepala).
Untuk keperluan pengukuran perlu dirancang detektor radiasi GEM / Field-
Strength Meter yang diharapkan mampu mengukur kuat medan pancar GEM pada
BTS dengan jarak tertentu. Sistem pengukuran pola pancaran dan kuat pancaran
radiasi BTS dalam kaitannya dengan penelitian dampak radiasi GSM/DCS ini pada
tubuh manusia
Batasan masalah pada penelitian ini adalah Penelitian ini hanya dibatasi pada
pengukuran radiasi elektromagnetik yang berasal dari penggunaan BTS yang berbasis
GSM/DCS dengan frekuensi sekitar 900 MHz dan 1800 MHz.
Penelitian ini bertujuan untuk pembuatan, pengujian dan pengoperasian Field-
Strength Meter yang dikembangkan untuk mengukur kuat medan radiasi BTS.
Kemudian hasil pengukuran akan digunakan untuk meneliti besarnya efek pemanasan
akibat radiasi yang dipancarkan BTS dengan teknologi GSM/DCS dalam kaitannya
untuk menentukan bahaya tidaknya bagi kesehatan manusia.
Hasil penelitian ini secara ilmiah juga akan memberikan informasi dan teori yang
penting untuk mengetahui seberapa besar radiasi yang diterima oleh jaringan tubuh.
Penelitian ini penting dilakukan agar ada dasar ilmiah yang memberi kepastian kepada
masyarakat untuk mengetahui bahaya atau tidaknya pemanfaatan teknologi BTS.
Fundamental
Field-Strength Meter adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur
kekuatan medan pancar pada pesawat transmitter. Pada dasarnya alat ini merupakan
suatu rangkaian radio penerima langsung. Cara kerja dari rangkaian alat ukur ini
adalah dengan menerima sinyal-sinyal pancaran disekitarnya dan kemudian ditala
(Noersasongko, 1997:35) atau dengan kata lain alat ini akan mengukur kuat medan
gelombang radio/gelombang-elektromagnetik, mengubahnya menjadi tegangan DC
kemudian tegangan ini diperkuat agar dapat dibaca pada suatu alat ukur. (Wasito,
1982:239) Alat ukur kuat medan sederhana tampak pada Gambar 1.

Gambar 1. Alat ukur kuat medan (Field Strength Meter)

Cara mempergunakan alat ini adalah dengan mendekatkannya pada rangkaian


transmitter. Kemudian proses transmit dilakukan (pemancar pada posisi “on”), dan
jarum meter akan bergerak menunjukkan skala tertentu. (Noersasongko, 1997:35)
Karena tidak terkalibrasi dengan harga-harga standar, maka alat ukur itu hanya dapat
dipakai sebagai alat pembanding saja. (Wasito, 1982: 239)
Pada suatu jarak tertentu, dengan kondisi medan yang mendekati kondisi
sesungguhnya, suatu medan elektromag-netik akan dibangkitkan. Kuat medan acuan
akan digunakan untuk mengetahui daya yang disalurkan ke antena, gain dan jarak dari
detektor yang dikalibrasi. Data kalibrasi akan dicatat dengan memandang faktor-faktor
koreksi yang ada.

Gambar 2. Gelombang elektromagnetik (Jordan, 1968)

Selanjutnya, data field strength sesungguhnya akan dibandingkan dengan hasil


pembacaan alat ukur atau detektor yang dikalibrasi.
Gelombang elektromagnetik terdiri atas medan listrik (E) yang besarnya berubah
pada arah yang tegak lurus dengan arah pancaran radiasi, dan medan magnet (M)
yang tegak lurus dengan medan listrik. Kedua medan ini bekerja pada kecepatan
cahaya (C) (Jordan, 1968).
Pada penelitian kali ini digunakan piranti bertipe Protek 7830 seperti tampak pada
Gambar 3, sebagai sarana penangkap radiasi GEM (gelombang elektromagnetik)
dengan rentang 200 kHz hingga 2,4 GHz. Piranti ini mampu melakukan sinkronisasi
dengan laptop dengan sistem operasi Windows 7. Sehingga data dilapangan dapat
terakumulasi serta disimpan dalam laptop dengan extensi Excel.

Gambar 3. Piranti Protek 7830 sebagai monitor gelombang elektromagnetik

Sebagian besar efek kesehatan yang merugikan pada frekuensi BTS akan
dirasakan apabila terjadi kenaikan suhu tubuh atau jaringan lebih dari 1oC. Pemanasan
dalam jaringan tubuh dapat membangkitkan tanggapan fisiologis dan thermoregulatory,
termasuk kemampuan yang menurun untuk melakukan tugas-tugas fisik atau mental
ketika suhu tubuh meningkat.
Efek yang serupa juga dialami oleh orang yang bekerja di lingkungan yang panas
atau sedang menderita demam. Respons tersebut menunjukkan bahwa beban panas
total selama paparan GEM adalah jumlah laju energi spesifik yang terserap (specific
absorbtion rate, SAR) dan laju produksi panas, yaitu antara 1 Wkg-1 dan 10 W kg-1.
Dalam hal ini, jika organ jaringan seperti mata dan testis diketahui sangat sensitif
terhadap panas, juga dianggap sangat sensitif terhadap GEM. Selanjutnya, perlu
diingat bahwa deposisi tenaga di dalam tubuh oleh radiasi GEM adalah tidak seragam.
Perbedaan sifat listrik dari tissue serta refleksi dan refraksi radiasi pada tissue, akan
menghasilkan bentuk energi deposisi yang tidak teratur (tak seragam). (Fathony,
(
Muhammad, 2005)

Gambar 4.. Spektrum GEM Sumber: Cleveland, dkk., 1999

Secara garis besar, energi total yang diserap dan distribusinya di dalam tubuh
manusia adalah tergantung beberapa hal:
1. Frekuensi dan panjang gelombang medan elektromagnetik.
2. Polarisasi medan EMF.
3. Konfigurasi (seperti jarak) antara badan dan sumber radiasi EMF.
4. Keadaan paparan radiasi, seperti adanya benda lain di sekitar sumber radiasi.
5. Sifat-sifat
sifat elektrik (listrik) tubuh (konstan dielektrik dan konduktivitas). Hal ini sangat
tergantung pada kadar air di dalam tubuh. Radiasi akan lebih banyak diserap pada
media dengan konstan dielektrik yang tinggi, seperti otak, dan jaringan lainnya
dengan
gan kadar air yang tinggi.
Dengan mengetahui sifat-sifat
sifat listrik
rik dan geometri tubuh yang teradiasi
te serta
kondisi paparan radiasi dari luar, maka secara prinsip memungkinkan untuk
menghitung medan yang di dalam tubuh dan laju energi yang diserap oleh tubuh.
tubuh
Secara matematis, besaran medan radiasi juga dapat dihitung, seperti menggunakan
beberapa faktor yang ada untuk suatu geometri, seperti bidang, bola, dan silinder.
(Fathony, Muhammad, 2005)
Ada empat besaran yang merupakan besaran dasar sebuah gelombang, yaitu:
periode (T), frekuensi (f),
), panjang gelombang (λ),
( ), dan cepat rambat gelombang (v).
(
Hubungan keempat besaran dasar gelombang ditunjukkan dalam Persamaan (1) dan
(2).
f = 1 / T atau T = 1 / f (1)
v= λf=λ/T (2)
Batas paparan maksimum yang diperbolehkan (Maximum Permissible Exposure
= MPE) telah ditetapkan oleh ICNIRP atau negara di dunia untuk mencegah efek
kesehatan yang merugikan. Akan tetapi, batasan tersebut sangat bervariasi antara
negara yang satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, US FCC telah menetapkan
batasan itu yang tampak pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Pada Tabel 1 tampak batas paparan maksimum yang diperbolehkan karena
pekerjaan (dalam wilayah yang terkontrol) dan untuk masyarakat umum (dalam
wilayah yang tak terkontrol). Pada Tabel 2 tampak batas paparan setempat dengan
besaran laju serap spesifik (SAR).

Tabel 1. Batas paparan maksimum yang diperbolehkan karena pekerjaan (wilayah


terkontrol)
Rentang Kekuatan Kekuatan Rapat daya Waktu
frekuensi medan listrik medan (S) rerata
(E) magnetik (H) E2, H
2
or S
(MHz) (V/m) (A/m) (mW/cm2) (menit)
0,3 – 3,0 614 1,63 (100)* 6
3,0 - 30 1842/f 4,89/f (900/f2)* 6
30 - 300 61,4 0,163 1,0 6
300- 500 -- -- f/300 6
1500– 100.000 -- -- 5 6
Sumber: Cleveland, dkk., 1999
Tabel 2. Batas untuk paparan setempat (sebagian tubuh)
Laju Serap Spesifik (SAR)
Paparan karena pekerjaan Paparan untuk masyarakat
dengan frekuensi 100 kHz - 6 GHz dengan frekuensi 100 kHz - 6 GHz
< 0,4 W/kg seluruh tubuh < 0,08 W/kg seluruh tubuh
< 8 W/kg sebagian tubuh < 1,6 W/kg sebagian tubuh
Sumber: Cleveland, dkk., 1999, hal. 16
Tabel 3. Pedoman ICNIRP untuk paparan yang berasal dari sumber GEM
Jaringan listrik rumah BTS Microwave oven
Frekue 50 Hz 50 Hz 900 MHz 1,8 GHz 2,45 GHz
nsi
Medan listrik Medan Rapat Rapat Rapat daya
(V/m) magnetik daya daya (W/m2)
(µT) (W/m2) (W/m2)
Batas
5.000 100 4,5 9 10
paparan
publik
Batas
paparan 10.000 500 22,5 45
kerja
Sumber: ICNIRP, EMF guidelines, Health Physics 74, 494-522 (1998)

Serapan energi dari radiasi GEM dalam jaringan diukur dengan besaran laju
untuk frekuensi antara 1 MHz dan 10 GHz. Untuk menghasilkan efek kesehatan yang
merugikan dibutuhkan paparan dengan SAR sekurang-kurangnya 4 W/kg.
Dianjurkan angka keamanan yang sangat konservatif yakni di bawah 2% dari level
di mana terdapat efek biologis.
Batas yang dapat diterima menurut standar National Radiological Protection
Board (NRPB) pada pemakaian telepon seluler berarti batas besarnya energi yang
diserap di kepala yaitu sebanding dengan 0,1 Watt terserap pada 10 gram jaringan
selama 6 menit rata-rata. Perhitungan ini memperkirakan bahwa kepala tidak akan naik
suhunya lebih dari 1º walaupun setelah menerima paparan dalam jangka waktu lama.
Sementara untuk stasiun pemancar batasnya adalah 0,4 Watt/Kg selama 15 menit
rata-rata terserap oleh seluruh tubuh dengan asumsi jarak tubuh dengan pemancar
hanya beberapa meter saja. Untuk keselamatan dan kesehatan masyarakat
ditetapkan bahwa paparan yang diperbolehkan adalah 0.5 hingga 1 mW/cm2.

Metodologi
Penelitian yang dirancang menggunakan prinsip “in-situ”, yakni percobaan,
pengujian, dan pengambilan data dilakukan pada kondisi di mana komponen sample
berada pada kondisi aktif, atau berada pada kondisi di mana komponen tersebut
sedang bekerja secara normal pada suatu sistem (Sunarno, 1996).
Pada penelitian ini, akan digunakan pengukur besar radiasi BTS dengan
menggunakan unit pemantau efek gangguan berupa detektor yang dikembangkan
secara khusus untuk mendeteksi radiasi yang diakibatkan gelombang elektromagnetik
BTS, program komputer untuk menganalisis dan memperhitungkan efek gangguannya
pada tubuh manusia, unit komputer untuk pengolahan data, penyimpanan data,
software untuk analisis dan pengendalian data, dan penampil yang dapat dicetak.
Gambar 5. Hasil pembacaan sinyal BTS JAW-CJV-0013-X-B/3531314G 3G Gawan
Tanon GF

Hasil pengamatan dan data yang akan didapat dari penelitian tersebut akan
dipelajari, dihitung, dan dianalisis untuk mendapatkan efek radiasi gelombang
elektromagnetik terhadap lingkungan di sekitar medan elektromagnetik khususnya
seberapa besar efek radiasi tersebut mempengaruhi jaringan tubuh para penduduk
yang bertempat tinggal di dekat lokasi BTS. Dalam laporan ini juga akan dilengkapi
dengan olah data dari penelitiam efek radiasi GEM pada jaringan manusia seperti kulit
dan otak menggunakan phantom. Pendekatan yang dipakai adalah menggunakan
GEM yang frekwensi kerjanya sama dengan BTS yaitu dipakai HP (hand phone)
Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cool Edit Pro versi
2.0 dan software Protek 7830. Cool Edit Pro adalah program komputer yang dapat
dipakai untuk memainkan, merekam, memanipulasi, dan memroses bentuk gelombang
mono dan stereo.
Cool Edit Pro versi 2.0 dalam penelitian ini digunakan untuk merekam,
menyimpan dan menganalisis data yang diperoleh selama percobaan. Cool Edit Pro
versi 2.0 harus diatur terlebih dahulu sebelum digunakan untuk merekam data.
Prosedur yang dipakai selama penelitian ini:
1. Pengukuran awal radiasi BTS dengan menggunakan detektor pengukur radiasi
pengion menggunakan sensor Geiger Muller dan menggunakan Soundcard
dengan software Cool Edit pro 2.0 untuk memperoleh cacah radiasi pengion per
menit.
Gambar 6. Bentuk Environment MultitrackView Cool Edit Pro 2.0

2. Pengukuran awal radiasi BTS dan beberapa stasion pemancar untuk


pengecekan dan penentuan cacah latar, baik untuk cacah latar radiasi non
pengion dan radiasi pengion.
3. Pengukuran secara terstruktur radiasi BTS dan radiasi HP dengan peranti
Protek 7830 yang terhubung ke laptop dengan software Protek 7830,
7830 untuk
watt/ 2.
mendapatkan besaran watt/m
4. Pengukuran distribusi suhu dengan menggunakan phantom kepala manusia,
untuk mendapatkan peningkatan suhu dan distribusi suhu di dalam kepala
manusia seperti Gambar
ambar 7.
5. Melakukan perhitungan hasil pengukuran dan analisis efek radiasi GSM/DCS
pada tubuh manusia dan membandingkan hasil pengukuran terhadap standard
kesehatan internasional yang telah ditetapkan oleh lembaga yang
berkepentingan.

Gambar 7. Struktur serta posisi phantom yang ditiru untuk penelitian

6. Menyusun laporan penelitian secara rinci.


Pengukuran BTS JAW-CJV-0013-X-B/3531314G 3G Gawan Tanon GF dengan Protek
7830 (Field-Strength Meter)
Pada penelitian ini, telah dilakukan pengukuran kuat medan radiasi BTS dengan
menggunakan detektor yang telah dikembangkan. Pada Gambar 5, diindikasikan
bahwa frekwensi pancar BTS 3G Gawan Tanon GF pada 941 MHz.

5
0
1
7
13
19
25
31
37
43
49
55
61
67
73
79
85
91
97
103
109
115
121
127
133
139
145
151
157
-5
-10
-15 Series1
-20
-25
-30
-35

Gambar 8. Daya pancar yang terekam di BTS 3G Gawan Tanon GF pada


frekwensi 941 MHz

Dengan mengitari BTS yang dimaksud, maka data yang didapat akan secara
kontinyu terekam pada piranti Protek. Pengembangan sensor penerima sinyal dari
paparan GEM BTS Protelindo di Tanon, memungkinkan bahwa sinyal yang terukur
dipastikan bersumber dari BTS 3G Gawan Tanon GF (Protelindo). Hal ini mengingat
bahwa dilokasi yang dimaksud terdapat 2 BTS lain yang membentuk geometri segitiga
dengan titik sudut masing-masing BTS tadi. Jarak antar BTS yang terdapat dilokasi
terkait rerata 200 meter. Sensor GEM yang dikembangkan mampu mengeliminir
interferensi gelombang dari tiap-tiap BTS tadi.
Untuk BTS JAW-CJV-0013-X-B/3531314G 3G Gawan Tanon GF (Protelindo)
didapat dataseperti tampak pada Tabel 4.dengan kumpulan data yang jika
disederhanakan akan membentuk pola seperti pada Gambar 8.

Tabel. 4. Perhitungan nilai GEM yang diterima oleh sensor di lapangan.


Nilai Terbaca Sat. Keterangan
R= 188 m google earth
H= 60 m asumsi
Lambda = 0.31 m 941MHz
Pi = 3.14
ACP = 3.09605E-05 watt
Gt 17 dBi asumsi
Gr 8.71 dBi LPDA
Pt = 7.371240566 dBW
add_loss 6 dB asumsi
Pt(dBm)= 13.37124057 dBW
Pt(watt)= 21.73321901 watt

Perbandingan perhitungan dengan HP menggunakan frekwensi 900 MHZ


Untuk mendapatkan radiasi terbesar yang dipancarkan HP, dilakukan
penelponan ke nomor tertentu. Pada Gambar 7 tampak cara pengambilan data pada
waktu BTS pada posisi komunikasi tersambung. HP yang dipilih menggunakan
profider yang sama dengan BTS milik Protelindo, yaitu dipilih simcard XL.
Pengujian pembanding ini dilakukan berulang-ulang dengan melakukan variasi
jarak antara HP dan detektor. Hasil pengukuran kekuatan radiasi vs jarak tampak pada
Gambar 11. Sinyal pancaran dari HP mulai lemah dan tidak dapat dideteksi oleh
detektor pada jarak sekitar 6 meter.

Gambar 9. Penataan sensor suhu di dalam phantom


.
Pada penelitian ini, digunakan program Cool Edit, yang merekam sinyal-sinyal
yang masuk dengan ketelitian 16 bit (audio) dengan sampling rate sekitar 96 kHz.
Sinyal yang digambarkan pada Cool-Edit adalah sinyal frekuensi rendah (frekuensi
audio), sehingga bentuk pulsa yang ditampilkan tidak dapat menggambarkan sinyal
frekuensi radio (GEM) dari BTS secara langsung, tetapi hasil dari reratanya dalam
waktu tertentu.
Gambar 10.. Proses pengukuran kuat radiasi BTS serta HP

Hasil pengukuran tegangan keluaran alat ini (amplitudo) dapat diukur dengan
voltmeter, baik voltmeter digital maupun voltmeter analog dengan impedansi yang
tinggi. Alat ini tidak dapat melihat bentuk GEM secara
ara langsung, tetapi mampu
mengukur kekuatan
tan sinyal secara relatif. Sedangkan gambaran bentuk pulsa yang
dikeluarkan oleh Field-Strength
Strength Meter tampak pada Gambar 12 dan Gambar
ambar 13.

Gambar 11. Grafik kuat radiasi (tegangan vs jarak)

Dari grafik yang tampak pada Gambar 11.. didapatkan pendekatan kurva power
dengan pendekatan persamaan :
y = 0,5353 x −2, 4621 (3)
Di mana, y adalah tegangan keluaran detektor, x adalah jarak dan faktor korelasi
R2 sebesar 0,9039.
Sesuai dengan ketentuan internasional tentang besaran kuat radiasi yang
dipergunakan pada BTS adalah rapat daya (S) dengan satuan mW/cm2, maka untuk
penelitian ini digunakan persamaan (4).
(
P
S=
A (4)
2
V
S= R
A (5)
Di mana, S adalah rapat daya, P adalah daya, A adalah luas penampang antena
(π d s) sebesar 3,62 cm2 ,V adalah tegangan output y(x) pada persamaan (3)
dan R adalah hambatan thevenin field strength meter yang terukur sebesar 75 ohm.
Setelah nilai tegangan output (V), R thevenin dan luas penampang (A),
didapatkan maka persamaan (5) dapat dituliskan kembali menjadi persamaan (6),
persamaan (7) dan persamaan (8)
[ y ( x )]2 volt 2

S (x ) =
75 ohm
3 , 62 cm 2 (6)

) = [ y ( x )]
2 3
S (x
x 10 mW 2
271 , 5 cm
(7)

S (x ) = [ y ( x ) ] x 3,683 mW
2

cm 2 (8)
dari persamaan (8) dapat ditentukan kuat radiasi berupa rapat daya untuk setiap
jarak pengukuran (x, cm) dan hasil perhitungan tampak pada Tabel 5. Dari Tabel 5
tampak bahwa rapat daya akan semakin kecil apabila jarak semakin menjauh.

Tabel 5. Rapat daya berbanding jarak


Pengukuran Jarak RapatDaya
ke- (cm) (mW/cm2)
1 1 1,06
2 100 1,50E-10
3 200 4,93E-12
4 300 6,69E-13
5 400 1,62E-13
6 500 5,41E-14
7 600 2,20E-14
8 620 1,88E-14

Sesuai dengan hasil perhitungan, nilai rapat daya maksimumnya adalah pada
jarak terdekat (1 cm). Nilai ini masih berada di bawah nilai ambang batas paparan
maksimum yang diperbolehkan yakni untuk wilayah terkontrol [untuk frekuensi 900
MHz = 3 mW/cm2, untuk frekuensi 1800 MHz= 5 mW/cm2] (lihat Tabel 1).
Mengingat sifat dari sistem komunikasi BTS menggunakan prinsip duplex dengan
daya yang tidak kontinyu, maka grafik pancaran yang terekam pada sistem perekam
tampak “tidak teratur”.
Hal ini berbeda dengan sistem pancaran Handy Talky maupun sistem broadcast.
Sinyal yang ditangkap oleh detektor tampak pada Gambar 13. Metamorfosis amplitudo
dan bentuk pada berbagai jarak tampak cukup signifikan hingga jarak 6,2 meter.
Gambar 12. Sinyal keluaran detektor yang terekam pada software Cool Edit untuk
jarak BTS dengan detektor 1 cm

Gambar 13. Sinyal keluaran detektor yang terekam pada software Cool Edit untuk
jarak BTS dengan detektor 6,2 m

Pengukuran dengan Surveymeter (Detektor Tabung Geiger Muller)


Dengan pengambilan data pada detektor tabung geiger muller saat BTS pada
posisi komunikasi tersambung.
tersam Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
peningkatan cacah latar pada saat BTS memancar, cacah latar 6 cpm sama besar
dengan cacah pada BTS yang memancar yaitu 6 cpm, sedangkan cacah dengan kaos
petromaks yang mengandung radon 105 cpm (lihat Tabel 6).

Tabel 6. Hasil pengukuran radiasi pengion back-ground BTS


Pengu-
Pengu Back- BTS Kaos
kuran ground memancar Petromak
ke- (CPM) (CPM) (CPM)
1 6 5 100
2 9 6 120
3 6 8 110
4 6 6 100
5 6 4 100
6 6 7 120
7 5 6 80
8 5 8 100
9 5 6 120
10 5 4 100
Rerata 6 6 105

Hasil Pola Pengukuran Suhu dengan Paparan GEM 900 MHz


Pengukuran suhu dilakukan dengan sensor suhu jenis thermocouple sejumlah 5
(lima) buah pada titik-titik di dalam panthom dengan jarak antar sensor 3 cm. Seperti
tampak pada Gambar 9.
Pemilihan air dan larutan tapioka sebagai media uji karena kedua media ini
memiliki karakteristik yang mendekati karakteristik otak manusia. Karakteristik pertama
dalam hal tanggap respon terhadap kalor (kapasitas panas) dan massa jenisnya.
Kedekatan karakteristik pertama ini dibuktikan dengan hasil pengujian kenaikan suhu
pada tiga media tersebut (otak, air, dan larutan tapioka). Untuk alasan estetika dan
etika sebagai pengganti bahan uji otak manusia digunakan otak sapi, dengan asumsi
karakter otak sapi mendekati karakter otak manusia dalam kaitannya dengan respon
terhadap paparan radiasi HP. Pada pengujian ini, massa dan volume otak sapi serta
larutan tapioka dibuat sama, sedangkan air diuji dengan volume yang sama.
Lama waktu pemanasan untuk masing-masing media adalah sama, yakni 60 detik,
dan jumlah kalor yang diberikan juga sama besar. Setelah pemanasan ketiga media
tersebut diukur suhunya, diperoleh nilai perubahan suhu air sebesar 8,0 0C, sedangkan
perubahan suhu otak sapi dan larutan tapioka sama besar yakni sebesar 9,0 0C (data
pengujian lengkap tampak pada Tabel 7).

Tabel 7. Tabel data pengujian media untuk phantom


Jenis media Massa Volume Waktu dT stl pema-nasan
(Kg) (dm3) pemanasan o
C
(detik)
Air 0,5 0,5 60 8
Larutan 0,525 0,5 60 9
Tapioka
Otak 0,525 0,5 60 9

Dari pengujian ini dapat diambil kesimpulan bahwa kapasitas larutan tapioka
mendekati kapasitas panas otak.
Karakteristik kedua adalah massa jenis (ρ) otak berkisar antara 0,996 kg/dm3
hingga 1,05 kg/dm3, sedangkan massa jenis (ρ) air sebesar 1 kg/dm3 (volume 1,5 dm3
dan massa sebesar 1,5 kg) dan massa jenis (ρ) larutan tapioka yang dipergunakan
adalah 1,05 kg/dm3 (volume 1,5 dm3 dan massa sebesar 1,575 kg).

Pengukuran Suhu Phantom


Pada penelitian ini, telah dilakukan pengukuran kuat medan radiasi BTS dan
hubungannya dengan peningkatan suhu yang ada pada phantom. Pengukuran
dilakukan menggunakan sensor suhu yang telah dikalibrasi.
Untuk mendapatkan radiasi terbesar yang dipancarkan BTS, dilakukan
penelponan ke nomor tertentu. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan melakukan
variasi media isi phantom (air dan larutan tapioka) dan masing-masing pengukuran
dilakukan selama 6 menit. Rekapitulasi hasil pengukuran suhu phantom tampak pada
Tabel 8.
Dari Tabel 8.A. dapat diketahui bahwa ketika BTS diaktifkan di sekitar phantom
dengan media air selama 6 menit, terjadi kenaikan suhu phantom dengan nilai
kenaikan maksimum sebesar 0,407 oC pada sensor 1 (sensor suhu dengan posisi
paling dekat dengan BTS). masih di bawah ambang batas kenaikan suhu yang
diperbolehkan yakni 1oC.

Tabel 8. Pengukuran suhu akibat radiasi BTS dengan phantom

A) Data dengan media air


Sensor Sebelum Setelah Selisih suhu C, suhu C,
ke- (V) 6 menit (V) (V) Sebelum Sesudah Selisih
I 1,060 1,080 0,020 26,606 27,013 0,407
II 0,910 0,926 0,016 26,136 26,517 0,380
III 0,910 0,922 0,012 26,789 27,072 0,283
IV 0,860 0,866 0,006 26,918 27,015 0,097
V 1,320 1,320 0,000 28,896 28,896 0,000
B) Data dengan media larutan tepung tapioka 1:16
Sensor Sebelum Setelah 6 Selisih suhu C, suhu C,
ke- (V) menit (V) (V) Sebelum Sesudah selisih
I 1,022 1,063 0,041 25,786 26,668 0,882
II 0,908 0,933 0,025 26,088 26,679 0,591
III 0,944 0,956 0,012 27,591 27,875 0,283
IV 0,904 0,913 0,009 27,605 27,739 0,135
V 1,329 1,331 0,002 29,084 29,126 0,042

Sedangkan dari Tabel 8.B. dapat diketahui ketika BTS diaktifkan di sekitar
phantom media larutan tapioka selama 6 menit, terjadi kenaikan suhu phantom
dengan nilai kenaikan maksimum sebesar 0,882 oC pada sensor 1 (sensor suhu
dengan posisi paling dekat dengan BTS). Kedua kenaikan suhu ini masih di
bawah ambang batas kenaikan suhu yang diperbolehkan yakni 1 oC..

Kesimpulan
- Dari perhitungan didapat bahwa pancaran GEM pada BTS JAW-CJV-
0013-X-B/3531314G 3G Gawan Tanon GF Kabupaten Sragen, Pada
Koordinat: 7.408942° S , 110.944149° E berdaya pancar variatif antara 3
watt hingga 21 watt. Hal ini masih dalah rentang yang diijinkan untuk
pancaran GEM pada frekwensi 900 MHz yaitu >45 watt. Hal ini
menunjukkan jika pola pancar radiasiasi GEM pada BTS berpola
diskontinyu
- Saat BTS dibandingkan dengan pola pancar GEM pada HP didapatkan
nilai tegangan output yang bervariasi sesuai dengan jarak pengukuran
saat HP diaktifkan di sekitar field-strength meter selama 6 menit. Rapat
daya dihitung berdasarkan tegangan keluaran yang terukur. Sesuai
dengan hasil perhitungan, nilai rapat daya maksimumnya adalah 1,06
mW/cm2 pada jarak terdekat (1 cm). Nilai ini masih berada di bawah nilai
ambang batas paparan maksimum yang diperbolehkan yakni untuk
wilayah terkontrol [untuk frekuensi 900 MHz = 3 mW/cm2, untuk frekuensi
1800 MHz = 5 mW/cm2]
- Saat HP diaktifkan di sekitar phantom dengan media air selama 6 menit,
terjadi kenaikan suhu phantom dengan nilai kenaikan maksimum sebesar
0,407 oC pada sensor 1 (sensor suhu dengan posisi paling dekat dengan
HP). Ketika HP diaktifkan di sekitar phantom media larutan tapioka 1 : 16
selama 6 menit, terjadi kenaikan suhu phantom dengan nilai kenaikan
maksimum sebesar 0,882 oC pada sensor 1 (sensor suhu dengan posisi
paling dekat dengan HP). Kedua kenaikan suhu ini masih di bawah
ambang batas kenaikan suhu yang diperbolehkan yakni 1 oC.
- Jumlah cacah radiasi pengion yang didapat dari lokasi BTS JAW-CJV-
0013-X-B/3531314G 3G Gawan Tanon GF Kabupaten Sragen, Pada
Koordinat: 7.408942° S , 110.944149° E sama dengan cacah latar (CPM
background) yaitu rerata sebesar 6 count per minute.

Daftar Pustaka
ARRL, 1982, The Radio Amateur’s Book, The American Radio Relay League,
Inc., Connecticut.
Cleveland, R.F., Jr., J.L. Ulcek, 1999, Questions and Answers about Biological
Effects and Potential Hazards of Radiofrequency Electromagnetic Fields.
OET Bulletin 56, 4th edition, Office of Engineering and Technology, Federal
Communications Commission, Washington, D.C.
Fathony, Muhammad, 24/3/2005, Radiasi Elektromagnetik dari Alat Elektronik
dan Efeknya bagi Kesehatan,
ICNIRP, EMF guidelines, Health Physics 74, 494-522 (1998)
Knoll, F, Glennn. 1979, Radiation Detection and Measurement, John Wiley &
Sons, New York Chichester Brisbane Toronto.
Logsdon, T., 1995. Mobile Communication Satellites, p. 3-33. McGraw-Hill, Inc.,
Singapore.
Noersasongko, Wahyu, 1997, Pesawat Radio Telekomunikasi Jilid-2, CV.
Gunung Mas, Pekalongan.
Noersasongko, W., 1997, Pesawat Radio Telekomunikasi Jilid-2, CV. Gunung
Mas, Pekalongan.
Sunarno, 2003, Studi Pengukuran Radiasi Gelombang Elektromagnetik di Sekitar
Antena GSM/DCS. Magister Rekayasa Keselamatan Industri-UGM,
Yogyakarta.
US Federal Communications Commission, 2000, A Local Government Official’s
Guide to Transmitting Antenna RF Emission Safety: Rules, Procedures, and
Practical Guidance. US Federal Communications Commission.
World Health Organization, 1998, Physical Properties and Effects on Biological
Systems. Electromagnetic Fields And Public Health, Fact Sheet No. 182,
May 1998. http://www.who.int/inf-fs/en/fact182.html
Wasito S., Pelajaran Elektronika 2b Tehnik Transmisi
DOKUMENTASI KEGIATAN PEMANTAUAN SERTA PENGUKURAN RADIASI PENGION DAN NON
PENGION PADA BTS MILIK PT. PROTELINDO DENGAN KODE: JAW-CJV-0013-X-B/3531314G 3G
GAWAN TANON GF KABUPATEN SRAGEN

Diskusi Dengan Kasat Brimob Makasar via HP

Proses Monitoring dan Pengukuran

Tim dari Makassar

Anda mungkin juga menyukai