Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR

EKSTREMITAS ATAS DENGAN NYERI AKUT


DI PAVILIUN ASOKA RSUD JOMBANG

Nursing Care To Patients of Extremities Fracture Operation With Acute Pain In The
Asoka Room of Regional Public Hospital Jombang

Iva Irawati1,*), Ratna Puji Priyanti1,Heni Maryati2


1) Prodi D3 Keperawatan, StikesPemkabJombang
2) Prodi S1 Keperawatan, StikesPemkabJombang
*E-mail : ira.ifa124@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan : Sebagian besar pasien fraktur selalu dilakukan tindakan pembedahan. Gejala yang timbul
akibat dari tindakan pembedahan adalah nyeri. Nyeri dapa tmemperlambat aktivitas dan mengganggu
kenyamanan klien. Untuk menurunkan nyeri dan menghindari komplikasi dari nyeri maka diberikan asuhan
keperawatan pada pasien post operasi fraktur ekstremitas atas dengan nyeri akut. Metode : Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus. Penelit imelakukan asuhan keperawatan
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 12 Juni 2016 sampai dengan 15 Juli 2016 di paviliun asoka RSUD Jombang. Dengan
subyek penelitian 2 klien post operasi fraktur ekstremitas atas dengan nyeri akut pada usia 21-49 tahun.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan dokumentasi. Hasil : Hasil yang diperoleh
setelah dilakukan asuhan keperawatan adalah kemampuan klien dalam manajemen nyeri dan penurunan skala
nyeri. Skala kedua klien yang awalnya skala 5 menjadi skala 3. Selain itu, kualitas nyeri klien 1 yang
awalnya panas dan cenut-cenut menjadi cenut-cenut saja, namun pada penggunaan teknik relaksasi progresif
klien 1 lebih merasakan hasilnya dibandingkan dengan klien 2. Pembahasan : Dalam penelitian ini teknik
distraksi audio lebih efektif menurunkan nyeri dibandingkan dengan teknik relaksasi progresif. Periode
relaksasi yang teratur mempengaruhi keberhasilan keefektifan penggunaan teknik relaksasi progresif.
Kata kunci :Post operasi, fraktur, nyeri.

ABSTRACT

Introduction : Most fracture patients always do surgery. Symptoms that aries as a result of the surgery is
pain. Pain can slow the activity and interfere patient’s comfort. The purpose of this research is to reduce
pain and avoid the complications of pain so it was provided nursing care to patients of postextremity fracture
surgery of acute pain. Method : This research used qualitive research in the form of case study. Researcher
conducted nursing care that includes assessment, nursing diagnosis, planning, implementation, and
evaluation. This research was conducted on June 12, 2016 until July 15, 2016 in Asoka room of regional
public hospital Jombang. Research subject was 2 clients post surgery of upper extremity fracture with acute
pain aged 21-49 years old. File collection was conducted by interview and documentation. Results: The
results obstained after the nursing care is the patient’s ability in the management of pain and reduction in the
pain scale. The second scale of patients who initially scale 5 to scale 3. In addition, the quality of pain in
client one who initially hot and beating pain can be beating pain only. However,use of progresisive
relaxation technique of cllient one is more feel the result compared with client two. Discussion : In this
research audio distraction technique is more effective to reduce pain compared with progressive relaxation
technique. Regular relaxation period influenced the effectiveness success of using progressive relaxation
technique.
Keyword :Post surgery, fractures, pain.

PENDAHULUAN negara berkembang (Geulis, 2013) . Fraktur


lebih sering terjadi karena trauma pada
Fraktur telah menjadi masalah yang kelompok usia muda, sekitar umur 45 tahun
banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kebawah dan sering terjadi pada laki-laki
kesehatan di seluruh dunia dan menjadi daripada perempuan baik fraktur karena
penyebab tingginya angka morbiditas dan olahraga, pekerjaan, atau luka yang
mortalitas baik di negara maju maupun disebabkan oleh kecelakaan kendaraan.
Sedangkan, angka kejadian fraktur karena Proses pembedahan selalu
osteoporosis berdasarkan jenis kelamin yakni menggunakan anestesi untuk menghambat
4:1 antara wanita dengan pria (Noor, 2014). konduksi saraf secara langsung sehingga
Fraktur membutuhkan penanganan segera menjadi metode pengontrol nyeri (Kneale,
karena jika tidak fraktur bisa menimbulkan 2011). Namun, setelah dilakukan tindakan
respons cedera yang dapat berupa pembedahan dan efek anestesi hilang keluhan
kedaruratan jaringan yang mengakibatkan yang pasti dirasakan oleh pasien pasca
kecacatan secara permanen, sehingga harus pembedahan adalah nyeri (Muttaqin, 2008).
diwaspadai dan diperhitungkan (Helmi, Nyeri yang dirasakan pasien dapat
2012). Selain itu, pasien ortopedik atau memperlambat aktivitas lambung sehingga
pasien dengan cedera muskuloskeletal menyebabkan mual, takikardi dan hipertensi,
biasanya ketika bergerak merasakan nyeri selain itu pereda nyeri yang tidak efektif
(Potter & Perry, 2009). Nyeri yang dirasakan dapat mengganggu fungsi pernapasan
susah dikomunikasikan oleh klien dan dapat (Kneale, 2011). Nyeri juga menjadi salah
memenuhi seluruh pikiran atau menjadikan satu tanda pada komplikasi yang berat pada
stres bagi klien (Meiliya, 2009). fraktur ekstremitas atas yaitu distrofi refleks
WHO menyatakan pada tahun 2010 simpatik (Sjamsuhidajat, 2010) . Melihat
kasus fraktur di dunia mengalami banyaknya komplikas yang disebabkan oleh
peningkatan menjadi 21 juta orang dengan nyeri maka nyeri harus segera diatasi. Nyeri
prevalensi 3,5 % (Sari, 2016). Menurut dapat diatasi dengan dua cara yaitu dengan
Depkes fraktur atau patah tulang pada tahun agen farmakologis yang bertujuan untuk
2013 memiliki prosentase 5,8% . Di Jawa menghambat sinyal nyeri pada beberapa
timur proporsi patah tulang menduduki titikk sepanjang perjalanan nyeri dan dengan
urutan 15 tertinggi setelah provinsi D.I terapi komplementer yang tidak
Yogyakarta dengan prosentase 6,0% menggunakan agen farmakologis. Pemberian
(Perdana, 2013). Beberapa faktor terjadinya analgesik untuk mengatas nyeri dengan
peningkatan jumlah kasus penyakit menggunakan obat sebagai berikut non-
muskuloskeletal terutama fraktur adalah narkotik dan obat antiinflamasi non steroid
kecelakaan lalu lintas sebanyak 666 pasien (NSAID), analgesik narkotik atau opiat, obat
(52%), 384 pasien (30%) terjadi akibat tamabahan (adjuvan). Sedangkan, terapi non
kecelakaan kerja/olahraga dan 230 pasien farmakologis atau terapi komplementer yang
(18%) akibat kekerasan rumah tangga diantaranya adalah bimbingan antisipasi,
(Kahlon, 2004 dikutip dalam Geulis, 2013). terapi es/panas, distraksi, relaksasi, TENS,
Data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur tahun imajinasi terbimbing, akupuntur, hipnosis,
2011 menunjukkan prevalensi fraktur umpan balik biologis, masase juga efektif
ekstremitas atas cukup tinggi yaitu 71,14% sebagai tambahan metode kontrol nyeri
(Perdana, 2013). Dari data RSUD Jombang (Kneale, 2011).
pada tahun 2015 pasien yang mengalami Peran perawat dalam menangani
fraktur ekstremitas atas di paviliun asoka masalah nyeri adalah memberikan asuhan
sebanyak 148 pasien atau 20,3% yang keperawatan dengan manajemen nyeri untuk
berusia antara 10-65 tahun. Jumlah total mengurangi atau meredakan nyeri
pasien fraktur yang melakukan pembedahan (Andarmoyo, 2013). Oleh karena itu, dari
atau operasi sebanyak 727 pasien. beberapa strategi penatalaksanaan nyeri yang
Berdasarkan studi pendahuluan yang disebutkan dan hasil penelitian yang
dilakukan di paviliun asoka RSUD Jombang dilakukan oleh Nurdin dengan judul
pada tanggal 1 Juni 2016, data yang “Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Nyeri
didapatkan dari perawat ruangan bahwa pada Pasien Post Operasi Fraktur di Ruang
kebanyakan pasien yang mengalami fraktur Irnina BU RSUP MANADO” dan
ekstremitas atas dilakukan tindakan penelitian yang dilakukan Yanuar dengan
pembedahan dan pasien yang melakukan judul “Pengaruh Terapi Musik Klasik
pembedahan selalu merasakan nyeri Terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Post
meskipun telah diberikan analgesik. Nyeri Operasi Fraktur di RSU Muhamadiyan
tersebut dapat mengganggu kenyamanan Yogyakarta “, terapi yang dapat diberikan
klien sehingga klien butuh terapi tambahan pada pasien dengan masalah nyeri akut di
sebagai pengontrol nyeri. paviliun Asoka RSUD Jombang berupa
terapi farmakologis dan ditambahkan terapi secara teoritis dengan perilaku kesehatan.
komplementer yaitu distraksi relaksasi yang Penarikan kesimpulan dilakukan dengan
dapat membantu mengalihkan perhatian metode induksi. Data yang dikumpulkan
pasien agar tidak terfokus pada nyeri dan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,
terapi distraksi relaksasi efektif untuk pencernaan, tindakan, dan evaluasi.
menurunkan nyeri.
Dari uraian di atas, maka penulis HASIL
terdorong untuk melakukan Studi Kasus
dengan judul: Asuhan Keperawatan pada Pengkajian
pasien post operasi fraktur ekstermitas atas Penelitian Asuhan Keperawatan pada
dengan nyeri akut di paviliun asoka RSUD Pasien Post Operasi Fraktur Ekstremitas Atas
Jombang. dengan Nyeri Akut dilakukan di Paviliun
Asoka RSUD Jombang pada tanggal 12 Juni
METODE PENELITIAN 2016 sampai dengan 15 Juli 2016.
Berdasarkan data yang ada pada identitas,
Penelitian ini menggunakan metode klien 1 operasi pada satu lokasi yaitu digiti
penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus III manus dekstra sedangkan klien 2 operasi
dengan pendekatan asuhan keperawatan post pada dua lokasi yaitu digiti V manus dekstra
operasi fraktur ekstermitas atas dengan nyeri dan digiti V pedis dekstra.
akut di Ruang Asoka RSUD Jombang, yang Keluhan utama yang dirasakan kedua
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, klien adalah nyeri pada luka operasi dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. kualitas nyeri panas dan cenut-cenut
Penelitian dilaksanakan di Ruang sedangkan klien 2 nyeri pada luka operasi
Asoka RSUD Jombang. Penelitian dilakukan dengan kualitas nyeri cenut-cenut saja. Pola
6 jam setelah pasien di operasi, di evaluasi aktivitas pada pengkajian pola fungsi
selama 3 hari dengan 1 kali kunjungan setiap kesehatan didapatkan pada klien 1 dan 2
harinya. sama. Klien 1 dan 2 butuh bantuan keluarga
Adapun Jumlah subyek penelitian dengan skala ADL 2.
adalah dua pasien dengan kriteria sebagai Pemeriksaan fisik klien 1 dan 2
berikut : didapatkan perubahan pada pemeriksaan
1. Pada usia 21-49 tahun ekstremitas atas klien 1 dan 2 tampak
2. Keadaan sadar penuh (composmentis) antebrachii hingga digiti manus terbalut
3. jenis kelamin yang sama dengan elastis bandage sedangkan klien 2 cruris
masalah keperawatan yang sama, yaitu hingga digiti pedis juga terbalut elastis
post operasi fraktur ekstremitas atas bandage. Selain itu, pada pemeriksaan
dengan nyeri akut. laboratorium didapatkan peningkatan nilai
Data dikumpulkan dari hasil WOD leukosit pada klien 1 dan 2. Klien 1 dengan
(wawancara, observasi, dokumen). Setelah nilai leukosit 14.700/cmm dan klien 2 dengan
data terkumpul, hasil ditulis dalam bentuk nilai leukosit 13.700/cmm.
catatan lapangan, kemudian disalin dalam
bentuk transkrip (catatan terstruktur). Data Diagnosa Keperawatan
hasil wawancara dan observasi yang Berdasarkan data dari hasil
terkumpul dalam bentuk catatan lapangan pengkajian kedua klien yang dilakukan di
dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan ruangan pada klien 1 dan 2 ditemukan
dikelompokan menjadi data subyektif dan masalah keperawatan dengan penyebab yang
obyektif, dianalisis berdasarkan hasil sama sehingga dapat ditentukan diagnosa
pemeriksaan diagnostic kemudian keperawatan yang sama yaitu nyeri akut
dibandingkan nilai normal. berhubungan dengan prosedur bedah.
Penyajian data dapat dilakukan dengan
meringkas data dalam bentuk naratif, tabel, Intervensi
gambar, dan grafik. Kerahasian dari klien Intervensi keperawatan yang dilakukan
dijamin dengan jalan mengaburkan identitas pada klien 1 dan klien 2 sama karena masalah
dari klien. Dari data yang disajikan, yang dialami oleh kedua klien juga sama.
kemudian data dibahas dan dibandingkan Intervensi klien 1 dan 2 dimulai dari
dengan hasil - hasil penelitian terdahulu dan
pengkajian nyeri secara komprehensif hingga yang merasakan nyeri lebih tinggi
kolaborasi pemberian analgesik. dibandingkan dengan klien 2.
Pola aktivitas pada pasien post operasi
Implementasi fraktur menurut Muttaqin (2008) adalah
Setelah dilakukan tindakan aktivitas terbatas kasrena adanya nyeri gerak.
keperawatan didapatkan perbedaan respons Semua bentuk aktivitas klien menjadi
klien 1 dan 2 khususnya pada tindakan berkurang dan klien butuh banyak bantuan
penggunaan teknik relaksasi progresif yaitu dari orang lain. Dari pemaparan teori
pada klien 1 teknik relaksasi progresif pada dikatakan jika semua bentuk aktivitas klien
klien 1 mampu mengontrol nyeri sedangkan butuh banyak bantuan dari orang lain
pada klien 2 teknik tersebut tidak efektif terbukti pada fakta yang ada pada klien 1 dan
mengontrol nyeri. 2 mengalami keterbatasan gerak dan butuh
bantuan dari orang lain.
Evaluasi Pada pemeriksaan asuhan keperawatan
Evaluasi yang didapatkan setelah post operasi fraktur ekstremitas atas menurut
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 Helmi (2015), perubahan hanya terdapat pada
hari pada klien 1 dan klien 2 didapatkan bagian ekstremitas atas yaitu adanya
bahwa evaluasi klien 1 masih mengangkat kelemahan otot, terdapat luka bekas operasi,
tangan saat terasa nyeri sedangkan klien 2 pembengkakan pada area fraktur, nyeri saat
sudah bisa bersalaman dengan tangan bergerak, terdapat nyeri tekan dan tidak ada
kanannya. gangguan pada ekstremitas bawah. Klien 2
yang juga mengalami perubahan pada
PEMBAHASAN ekstremitas bawah juga karena ada patah
tidak hanya terjadi pada ekstremitas atas jadi
Pengkajian bisa muncul perubahan pada bagian lain.
Pengkajian identitas klien menurut Peningkatan jumlah SDP Menurut
Helmi (2014) dapat digunakan untuk Lukman dan Ningsih (2012) adalah respons
identifikasi berbagai gangguan dari pasien stress normal setelah trauma. Hematokrit
yang dapat digunakan dalam membuat mungkin meningkat (hemokonsentrasi ) atau
rencana pertemuan lanjutan, identifikasi menurun (perdarahan bermakna pada sisi
kebutuhan memberikan intervensi yang fraktur atau organ jauh pada trauma
khusus sesuai kebutuhan tersebut, dan multiple). Berdasarkan teori yang dijelaskan
menetapkan diagnosis yang optimal. diatas maka peningkatan nilai leukosit pada
Berdasarkan teori dan fakta yang ada, klien 1 dan 2 merupakan respons stress
perbedaan jumlah luka operasi perlu dikaji setelah trauma dan merupakan hal yang
karena dapat digunakan sebagai penetapan normal.
diagnosis serta tindakan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan setiap klien Diagnosa Keperawatan
Menurut Kneale (2011) ujung saraf Diagnosa keperawatan yang pasti
bebas yang bertindak sebagai reseptor khusus muncul pada pasien post operasi fraktur
nyeri sebagian besar berada dalam lapisan menurut Herdman& Kamitsuru (2015)
dermal kulit, periosteum tulang, permukaan adalah nyeri akut berhubungan dengan
artikular sendi, dinding arteri, dan prosedur bedah, trauma. Dari pembahasan
durameter.Untungnya, reseptor kutaneus teori yang dikatakan oleh Herdman dan
memiliki ambang nyerisehingga tidak semua Kamitsuru (2015) sesuai dengan yang terjadi
sensasi kutaneus dapat dipersepsikan untuk pada klien 1 dan 2 bahwa benar jika
membangkitkan sinyal listrik yang memicu diagnosa nyeri akut selalu muncul pada
jalur nyeri. Berdasarkan teori, seharusnya pasien post operasi fraktur.
orang yang mengalami patah tulang lebih
dari satu tempat idealnya akan merasakan Intervensi
nyeri yang lebih tinggi dibandingkan dengan Menurut Herdman dan Kamitsuru
orang dengan patah tulang pada satu tempat (2015) intervensi untuk pasien dengan nyeri
saja namun, setiap orang memiliki ambang akut yaitu melakukan pengkajian nyeri secara
nyeri yang berbeda terbukti dengan klien 1 komprehensif, hingga kolaborasi pemberian
analgesik untuk mengurangi nyeri. Namun,
intervensi disesuaikan dengan kondisi pasien. 2 skala nyeri 5 dengan kualitas nyeri cenut-
Berdasarkan teori dan fakta yang ada cenut. Selain itu, perbedaannya pada klien 1
memang seharusnya intervensi yang nyeri meningkat saat digantung sedangkan
dilakukan disesuaikan dengan kondisi pasien pada klien 2 nyeri meningkat saat
namun mengacu pada teori yang sudah ada digerakkan.
untuk mencapai tujuan sesuai dengan kriteria Hasil anamnese dari klien, keluarga
hasil yang diinginkan. dan perawat yang bertanggungjawab serta
pemeriksaan fisik yang dilakukan, dapat
Implementasi ditegakkan diagnosa keperawatan pada klien
Relaksasi menurut Andarmoyo (2013) 1 dan klien 2 yaitu nyeri akut yang
adalah suatu tindakan unutk membebaskan berhubungan dengan prosedur bedah.
mental dan fisik dari ketergantungan dan Intervensi yang diberikan pada klien 1
stres sehingga dapat meningkatkan toleransi dan 2 sama dan sesuai dengan tinjauan
terhadap nyeri.Hampir semua orang dengan pustaka yaitu melakukan pengkajian nyeri
nyeri mendapatkan manfaat dari metode- secara komprehensif serta mengontrol nyeri
metode relaksasi.Periode relaksasi yang dengan teknik non farmakologi dan
teratur dapat membantu untuk melawan farmakologi. Teknik nonfarmakologi yang
keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dilakukan adalah teknik relaksasi progresif
dengan nyeri dan yang meningkatkan dan distraksi audio sedangkan teknik
nyeri.Teknik relaksasi yang baik dan benar farmakologi yaitu dengan pemberian
bakan memberikan efek yang berharga bagi analgesik sesuai dengan resep dari dokter.
tubuh. Daripenjelasanteori dan fakta Tindakan keperawatan yang dilakukan
didapatkan bahwa klien 2 tidak merasakan pada klien 1 dan klien 2 sama yaitu mulai
keefektifan teknik relaksasi progresif karena dari pengkajian nyeri secara komprehensif
kemungkinan klien 2 tidak dapat melakukan hingga berkolaborasi dalam pemberian
teknik relaksasi yang baik dan benar karena analgesik serta mengajarkan teknik non
periode relaksasi yang teratur dapat farmakologi ujntuk mengontrol nyeri.
menurunkan nyeri. Tindakan keperawatan berjalan sesuai
dengan intervensi yang telah ditetapkan,
Evaluasi klien dan keluarga kooperatif dengan peneliti
Menurut Berman (2009) terdapat dan perawat ruangan.
variasi yang luas pada respons non verbal Evaluasi keperawatan pada klien 1
terhadap nyeri.Respons perilaku terhadap dan klien 2 dengan diagnosa medis dan
nyeri dapat dikontrol sehingga mungkin tidak masalah keperawatan yang sama yaitu post
terlalu menunjukkan adanya nyeri. Pada operasi fraktrur ekstremitas atas dengan nyeri
orang tertentu, jarang ada respons perilaku akut berhasil dilakukan sesuai dengan kriteria
yang jelas karena individu mengembangkan hasil dibuktikan dengan kemampuan klien
gaya koping personal untuk mengatasi nyeri, dalam mengontrol nyeri dan skala nyeri yang
ketidaknyamanan, atau penderitaan. Dari menurun. Hal ini dikarenakan adanya
fakta yang ada, perubahan nyeri pada klien 2 kolaborasi yang baik antara klien, keluarga,
lebih baik dibandingkan klien 1.Namun, dan perawat sehingga peneliti mampu
belum tentu nyeri yang dirasakan klien 1 melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
lebih berat dari nyeri klien 2 karena respons dengan prosedur.
perilaku dapat dikontrol sehingga seseorang SARAN
jarang menunjukkan nyeri.
Disarankan bagi pembaca agar hasil
KESIMPULAN DAN SARAN penelitian ini digunakan sebagai materi untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan
KESIMPULAN khususnya post operasi fraktur ekstremitas
Dari hasil pengkajian pada klien 1 atas dengan nyeri akut
Tn.’F’ dan klien 2 Tn.’A’ keluhan utama Disarankan bagi peneliti agar hasil
yang dirasakan yaitu nyeri. Skala nyeri yang penelitian ini digunakan sebagai tugas akhir
dirasakan oleh kedua klien yaitu skala 5 pendidikan Diploma III Keperawatan di
dengan kualitas nyeri dengan kualitas nyeri STIKES PEMKAB Jombang dan sebagai
panas dan cenut- cenut sedangkan pada klien tambahan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan post operasi fraktur ekstremitas Potter, Perry. 2009. Fundamental
atas dengan nyeri akut. Keperawatan buku 2 edisi 7. Jakarta :
Disarankan pada dosen pendidikan Salemba Medika.
agar hasil penelitian ini digunakan sebagai Perdana, Arif Dian. 2013. Diakses melalui
bahan ajar dalam kegiatan proses belajar https://www.scribd.com>mobile>doc
mengajar asuhan keperawatan, khususnya pada tanggal 22 Mei 2016 pukul 20:
tentang asuhan keperawatan post operasi 28 WIB.
fraktur ekstremitas atas dengan nyeri akut. Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah
Disarankan bagi perawat di paviliun Sjamsuhidajat-De Jong, Edisi 3.
asoka untuk menerapkan asuhan keperawatan Jakarta : EGC.
sesuai dengan materi menurut Nanda dan Sari. 2016. Diakses melalui
Nic-Noc yang sudah diterapkan oleh https://prints.uns.ac.id>G0012186>b
peneliti. ab 1 pada tanggal 15 Mei 2016 pukul
Disarankan agar keluarga klien mampu 09:27 WIB
melanjutkan implementasi yang sudah di
ajarkan oleh peneliti, sedangkan bagi klien
sendiri diharapkan menerapkan edukasi yang
diberikan peneliti untuk mengontrol nyeri.

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep dan


Proses Keperawatan Nyeri.
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Berman. 2009. Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis Kozier & Erb.
Jakarta : EGC.
Geulis, Sushe. 2013. Diakses melalui
https://www.scribd.com>mobile>doc
pada tanggal 15 Mei 2016 pukul
20:00 WIB.
Helmi, Zairin Noor. 2012. Buku Saku
kedaruratan di Bidang Bedah
Ortopedi. Jakarta : Salemba Medika.
.2014.Buku Ajar Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba
Medika.
Herdman, T Heather & Kamitsuru. 2015.
Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta :
EGC.
Kneale, Julia. 2011. Keperawatan Ortopedik
& Trauma Edisi 2. Jakarta: EGC.
Lukman & Ningsih. 2012. Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Klien Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta:
EGC.
Noor, Zairin 2014. Buku Ajar Patofisiologi
dan Peran Atom Mineral dalam
Manajemen Terapi. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai