Achmad C. Romdhoni
48
SIRS/Sepsis ..... (Achmad C. Romdhoni)
4. Hitung jenis sel darah putih > Dari semua faktor di atas, faktor
12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 terpenting adalah LPS endotoksin gram
atau > 10% bentuk imatur (band). negatif dan dinyatakan sebagai penyebab
Sedangkan sepsis adalah SIRS sepsis terbanyak. LPS di dalam darah akan
ditambah tempat infeksi yang diketahui berikatan dengan protein plasma
(ditentukan dengan biakan positif terhadap (Lippolysaccharide Binding Protein/LBP)
organisme dari tempat tersebut). Biakan yang akan mentransfer LPS ke CD14 di
darah penderita sepsis yang positif di permukaan sel monosit, makrofag dan
Indonesia berkisar 40 – 70% (Guntur, 2000), netrofil. Interaksi tersebut dengan sepat akan
angka di Amerika Serikat menunjukkan memicu produksi dan pelepasan beberapa
sekitar 50% (Sharma & Mink, 2006). Sepsis mediator, misalkan TNF-α, IL-1, IL-6, IL-8
disebut berat bila keadaan sepsis tersebut (Suharto, 2000; Guntur, 2006).
berkaitan dengan disfungsi organ, kelainan Bila diproduksi berlebihan, mediator
hipoperfusi, atau hipotensi. Berdasarkan tersebut akan menimbulkan efek yang
konferensi pada tahun 2001, terdapat merugikan bagi tubuh. IL-1 dan TNF-α
tambahan kriteria untuk sepsis yaitu merupakan sitokin yang berperan besar pada
memasukkan petanda procalcitonin (PCT) perubahan-perubahan sepsis, dapat
dan C-reactive protein (CRP). berpengaruh pada temperature set points
(menginduksi demam, hipotermia); pada
Etio-patofisiologi
resistensi dan permeabilitas vaskuler; pada
a. Sepsis fungsi jantung/status inotropik, pada sumsum
Secara umum penyebab sepsis tulang (efek leukositosis); pada sistem
terbesar adalah bakteri gram negatif dengan enzimatis (misalkan lactate dehydrogenase
prosentase 60 sampai 70% kasus. Produk dan lipoprotein lipase yang berperan dalam
yang berperan penting adalah pembentukan energi di banyak jaringan);
lipopolisakarida (LPS), yang merupakan serta adanya cardiac depressant factor.
komponen utama membran terluar dari Perubahan ini tidak hanya dikarenakan
bakteri gram negatif. Struktur lipid A dalam endotoksin, tapi dapat disebabkan pula oleh
LPS bertanggung jawab terhadap reaksi kuman gram positif. Banyak efek sitokin
dalam tubuh penderita. Staphylococci, pada organ target diperantarai oleh nitric
Pneumococci, Streptococci dan bakteri gram oxide, metabolit asam arakidonat
positif lainnya jarang menyebabkan sepsis, (prostaglandin E2, eicosanoid, PAF), atau
dengan angka kejadian 20 sampai 40%. derivat lipooxygenase. IL-1 dan TNF-α
Selain itu, jamur oportunistik, virus atau menstimulir elaborasi sitokin lain,
protozoa dilaporkan dapat menyebabkan menghasilkan efek kaskade dengan
sepsis walau jarang (Guntur, 2006). amplifikasi dan modulasi (up and down
Peptidoglikan merupakan komponen regulation). Produksi IL-8 oleh sel setempat
dinding sel dari semua kuman, pemberian di berbagai organ, yang mampu menarik dan
infus substansi ini pada binatang akan mengaktifasi leukosit PMN, akan dapat
memberikan gejala mirip pemberian menyebabkan kerusakan dan disfungsi organ.
endotoksin. Peptidoglikan diketahui dapat IL-8 merupakan amplifikasi fungsi IL-1 dan
menyebabkan agregasi trombosit. Eksotoksin TNF-α di jaringan tempat inflamasi.
yang dihasilkan oleh berbagai macam Interleukin (IL-1, IL-6, IL-8) dan
kuman, misalkan α-hemolisin (S. aureus), E. TNF-α akan mengamplifikasi respon
coli hemolisin (E. coli) dapat merusak sistemik endotoksin dengan menstimulasi
integritas membran sel imun secara langsung. leukosit (netrofil), sel endotel vaskuler,
49
Jurnal THT-KL.Vol.2,No.1, Januari – April 2009, hlm 48 - 61
50
SIRS/Sepsis ..... (Achmad C. Romdhoni)
Bila syok septik persisten, kombinasi dapat menyebabkan agregasi leukosit serta
gangguan vaskuler perifer dan depresi jejas jaringan (Suharto, 2000; Filbin &
miokard akan berakibat mortalitas 50%. Stapczynski, 2006).
Kematian terjadi akibat hipotensi yang tak
teratasi dan akibat timbulnya MODS.
Perubahan hemodinamik pada syok
septik biasanya juga akibat penurunan
vascular resistance, maldistribusi aliran
darah dan hipovolemia fungsional, yang
disebabkan antara lain oleh : diffuse capillary
leakage bahan intra vaskuler. Faktor lain
yang berperan atas timbulnya penurunan
volume intravaskuler adalah dehidrasi akibat
penyakit sebelumnya, insensible water-loss,
muntah atau diare, dan poliuria. Cardiac
output pada awalnya normal atau meningkat.
Meningkatnya cardiac output dan penurunan
vascular resistance sistemik membedakan
syok septik dari syok kardiogenik dan syok
hipovolemik.
Depresi fungsi miokard, yang
ditandai dengan peningkatan end diastolic
pressure dan systolic ventricular volume,
dengan penurunan ejection fraction, timbul
dalam 24 jam pasien sepsis berat. Cardiac
output dipertahankan meskipun terdapat
penurunan ejection fraction, karena dilatasi
ventrikel memungkinkan stroke volume
normal. Pada pasien yang survive, fungsi
jantung akan pulih dalam beberapa hari.
Meski disfungsi jantung dapat menyebabkan
hipotensi, namun hipotensi yang refrakter
biasanya biasanya oleh karena gangguan
organ multipel, bukan karena gagal jantung
sendiri.
Pada kondisi sepsis, asam arakidonat
dibebaskan dari fosfolipid oleh fosfolipase
A2, akan diubah menjadi prostaglandin dan
tromboksan melalui cyclooxygenase
pathway. Prostaglandin E2 dan prostasiklin
dapat menyebabkan vasodilatasi perifer,
sedangkan tromboksan menyebabkan
vasokonstriksi dan memacu agregasi
trombosit. Leukotriene juga merupakan
mediator yang kuat pada iskemia dan syok.
Bahan fosfolipid yang lain adalah PAF yang
51
Jurnal THT-KL.Vol.2,No.1, Januari – April 2009, hlm 48 - 61
Hypotension
Depressed cardiac Myocardium :
output - depression
Death - dilatation
Cardiovascular
insufficiency
Multiple organ Vasculature :
system failure - vasodilataion
- vasoconstriction
- maldistribution of blood
flow
Recovery
- endothelial destruction
Pada keadaaan sepsis pula terdapat perfusi akan mengakibatkan pengadaan ATP
gangguan keseimbangan antara koagulasi melalui rantai respirasi menjadi terganggu.
dan fibrinolisis yang berakibat adanya Dalam keadaan hipoksia, pengadaan ATP
keadaan procoagulant, yang ikut berperan hanya belangsung melalui proses glikolisis
dalam timbulnya kerusakan/kegagalan organ anaerobik, yang selanjutnya akan
(MODS) dan kematian. Kerusakan organ mengakibatkan penumpukan asam lakta
tubuh (MODS) akibat sepsis dapat (laktasidosis) (Suryohudoyo, 2000).
disebabkan oleh karena beberapa faktor,
antara lain yaitu terjadinya vascular Tumor Ganas Kepala dan Leher
endothelial injury yang sangat luas, Secara umum tumor ganas kepala dan
penurunan suplai oksigen dan bahan-bahan leher dijadikan satu kategori oleh karena
yang lain oleh karena mikrotrombi dan memiliki satu kesamaan etiologi, cara
ekstravasasi cairan. penyebaran, metode pemeriksaan diagnostik,
Endotoksin juga mengaktifkan pengobatan dan rehabilitasinya
kaskade koagulasi intrinsik, hal ini dapat (Martoprawiro dkk, 2002). Menurut
menyebabkan terjadinya disposisi Mulyarjo (2002) tumor ganas kepala dan
mikroagreget di pembuluh darah, obstruksi leher yang terbanyak kejadiannya berturut-
aliran darah dan hipoksia jaringan. TNF-α turut adalah karsinoma nasofaring (67,72%),
dan IL-1 akan mengaktifkan endotel dan karsinoma hidung dan sinus (9,67%),
netrofil, menyebabkan agregasi lekosit, karsinoma rongga mulut (9,24%), karsinoma
sehingga insufisiensi mikrosirkulasi menjadi laring (8,37%), ameloblastoma (1,52%) serta
lebih nyata. Hipoperfusi dan abnormalitas lain-lain (3,48%).
52
SIRS/Sepsis ..... (Achmad C. Romdhoni)
53
Jurnal THT-KL.Vol.2,No.1, Januari – April 2009, hlm 48 - 61
kelainan seperti stres metabolik, stres ruang perawatan umum; namun untuk syok
oksidatif, dan rusaknya struktur vital sel septik, direkomendasikan untuk dirawat di
(DNA, protein dan membran sel). Berbagai ruang perawatan intesif (Suharto, 2000).
kerusakan yang terjadi akibat radioterapi Pengobatan Dasar (Basic Support)
mengakibatkan sel imunologis mengalami Perubahan dasar hemodinamika yang
stres. Sel imunologis yang stres akan terjadi pada pasien sepsis adalah kelainan
menurun aktifitas dan kemampuannya dalam patologik arterial. Meskipun kadar
memproduksi sitokin. Radioterapi secara katekolamin dalam darah pada sepsis
umum dapat menurunkan fungsi sistem imun meningkat, respon vaskuler terhadap
humoral maupun seluler (Kentjono, 2005). stimulasi reseptor α-adrenergik nampaknya
Selain radioterapi diberikan pula terganggu. Beberapa mediator (IL-1, TNF-α,
kemoterapi sebagai obat anti kanker yang dan komplemen) diduga bertanggung jawab
mempunyai efek menghambat proliferasi dan terhadap mekanisme vasodilatasi tersebut.
menginduksi kematian sel kanker melalui Disamping hal tersebut, kemungkinan lain
mekanisme apoptosis. Disamping efek
sebagai penyebab adalah perubahan dalam
terapeutik, kemoterapi dapat menyebabkan metabolisme pembuluh darah sendiri.
efek yang tidak diinginkan yaitu mielosupresi Penderita yang mengalami imunosupresi,
dan dapat menimbulkan kerusakan sel baik oleh obat maupun penyakit, akan
imunologis yang berefek penurunan mempunyai prognosis lebih baik bila obat
imunitas, terutama imunitas seluler yang menyebabkan imunosupresi
(Kentjono, 2005). Selain menghambat (kemoterapi) diturunkan dosisnya atau
pertumbuhan atau mematikan sel kanker, dihentikan. Ataupun bila penyakit dasarnya
beberapa jenis sitostatika dapat diobati.
meningkatkan kepekaan tumor terhadap
radiasi. Ada berbagai macam sitostatika Pemberian Oksigen
namun kebanyakan sebagai intinya adalah Secara umum tujuan dari resusitasi
Cisplatin (Kentjono, 2006). adalah memperbaiki oksigenasi pada
Pemberian sitostatika dapat pula jaringan atau sel. Resusitasi dilakukan
mengakibatkan terjadinya neutropenia, febril secepatnya mencakup tindakan yang
neutropeni, trombositopeni dan mukositis. berhubungan dengan airway (A), breathing
Penderita neutropenia dapat berlanjut (B) dan circulation (C). Oksigen arterial
menjadi sepsis. Kombinasi radio-kemoterapi diperiksa dengan pulse oksimetri atau dengan
memang dapat meningkatkan ketahanan pemeriksaan gas darah. Oksigen diberikan
hidup (survival) namun dijumpai pula melalui pipa nasal atau masker untuk
kenaikan insidens sepsis (Kentjono, 2005). mempertahankan saturasi oksigen arteri lebih
dari 95%. Bila terjadi gagal nafas dilakukan
Penatalaksanaan Sepsis/Syok Septik intubasi dan ventilasi mekanik (Suharto,
Karena kerusakan endotel pembuluh 2000).
darah pada sepsis merupakan proses Di Lab. Penyakit Paru FK
inflamasi imunologi, maka penatalaksanaan Unair/RSUD Dr. Soetomo, kausa gagal nafas
sepsis adalah dengan pengobatan dasar (basic akut/acute respiratory distress syndrome
support), pemberian antibiotika, serta terapi (ARDS) sebagian besar adalah akibat adanya
suportif lainnya (misalkan : mempertahankan sepsis baik oleh karena pneumonia yang
sirkulasi dan hemodinamik/perfusi jaringan terlambat terapinya maupun adanya
agar didapatkan oksigenasi jaringan yang eksaserbasi akut dari PPOK (Kabat, 2000).
cukup) (Guntur, 2006). Dalam penanganan Menurut Kabat (2000) pada keadaan terjadi
kasus sepsis, perawatan dapat dilakukan di
54
SIRS/Sepsis ..... (Achmad C. Romdhoni)
55
Jurnal THT-KL.Vol.2,No.1, Januari – April 2009, hlm 48 - 61
56
SIRS/Sepsis ..... (Achmad C. Romdhoni)
57
Jurnal THT-KL.Vol.2,No.1, Januari – April 2009, hlm 48 - 61
kultur dan uji sensitifitas. Antibiotika yang melepaskan lebih banyak endotoksin dari
biasanya diberikan secara empiris adalah pada sferoplas. Pada konsentrasi antibiotika
Cefalosporin generasi III atau IV karena yang meningkat, dinding sel bakteri menjadi
memiliki efek terhadap bakteri gram positif makin tak beraturandan menunjukkan area
dan negatif. Juga dapat diberikan diskontinuitas (bleb) yang pada akhirnya
Cefalosporin dengan kombinasi β-laktam mengakibatkan lisis dari filamen. Filamen
(Guntur, 2006). Menurut Kentjono (2005) juga berpotensi terbelah menjadi basilus
untuk mencegah agar sepsis tidak jatuh normal yang kembali pada laju pertumbuhan
dalam syok septik sebaiknya diberikan paling normal, sekitar 2 jam setelah penghentian
tidak dua obat, yaitu diantara antibiotika β- antibiotika (Kentjono, 2005).
laktam selektif high molecular weight Antibiotika bekterisidal yang bekerja
(HMW) PBP, aminoglikosida dan pada dinding sel diduga melepaskan lebih
fluorokuinolon. banyak isi sel, termasuk endotoksin,
Terapi antibiotika empiris yang dibandingkan dengan antibiotika bakterisidal
diberikan adalah yang berspektrum luas, yang bekerja pada ribosom atau antibiotika
bersifat bakterisidal, dengan dosis yang dapat bakteriostatik yang membiarkan dinding sel
mencapai kadar yang cukup (therapeutic utuh. Antibiotika β-laktam yang
level). Jangka waktu pemberian harus cukup, menyebabkan pembentukan sel non-genomik
selama 7-14 hari, lebih lama bila ada infeksi bulat (sferoplas) pada sel yang bertahan
persisten penyebab bakteremia. Diberikan 4- hidup, tidak menghasilkan endotoksin yang
7 hari afebril, serta sumber infeksi harus begitu tinggi. Beberapa penelitian
diberantas (Suharto, 2000). Menurut Guntur mengemukakan bahwa lisis sel bakteri dan
(2006) bila curiga sumber sepsis dari paru pelepasan endotoksin yang mendadak dari
(pneumonia, PPOK) maka dapatdiberikan bakteri yang terpapar antibiotika dapat
Ceftriaxone atau Cefepime selama 2 minggu. memicu kondisi syok septik. Meskipun
Namun ternyata antibiotika β-laktam demikian kuantitas endotoksin yang
dan beberapa antibiotika non β-laktam dibebaskan atau konsentrasi sitokin yang
diduga berperan pula dalam pelepasan terinduksi bergantung pada dosis antibiotika
endotoksin bebas ke plasma host. Sebagian β-laktam dan dominasi pembentukan filamen
besar dari obat antibiotika yang dilaporkan ataukah sferoplas.
dapat menginduksi pelepasan sejumlah besar Menurut Morikawa dkk (dikutip
fragmen endotoksin bakterial bebas, juga Suharto, 2000) obat antibiotika yang
merupakan antibiotika penicillin binding mempunyai pengaruh terhadap proses
protein (PBP)-3-specific β-lactam. imunologis, seperti fosfomisin dan
Akibatnya, obat tersebut menghambat clarithromycin, mungkin dapat memberi
pembentukan septum (cross-walls) harapan. Antibiotika tersebut pada percobaan
menyebabkan negatif non-septa atau sel bulat in vitro dapat memodulasi reaksi inflamasi,
besar dengan banyak septum (sel multisepta) dengan menurunkan produksi TNF-α oleh
dari kokus gram positif. Bentuk bakteri rangsangan endotoksin.
seperti ini disebut sebagai filamen. Menurut Wheeler dan Bernard pada
Sedangkan inhibisi fungsi PBP-1 akan tahun 1999 (dikutip Suharto, 2000), obat
menyebabkan lisis bakteri dengan cepat, antimikrobial adalah perlu, tetapi tidak
sedangkan inhibisi dari fungsi PBP-2 cukup. Secara paradoksal, antibiotika dapat
menyebabkan pembentukan sel tak tumbuh mempresipitasi sepsis dengan terlepasnya
(non-growing), rapuh dan bentuknya sferis produk mikrobial. Dijumpai 10 pasien yang
yang disebut sferoplas. Bakteri/sel filamen tidak mendapat antibiotika secara
58
SIRS/Sepsis ..... (Achmad C. Romdhoni)
semestinya, dan mortalistasnya adalah 10- mengatakan bermanfaat tetapi dengan dosis
15% lebih tinggi dibanding yang mendapat yang adekuat. Kortikosteroid dikatakan dapat
antibiotika tepat. Adanya infeksi yang memperbaiki gejala klinis sebab dapat
tersembunyi, organisme yang jarang, menghambat peran mediator (prostaglandin,
antibiotic resistant microorganism, leukotrien) dan sitokin IL-1 dan TNF-α.
polymicrobial infection menjadikan lebih Namun sebaiknya tidak diberikan pada
sulitnya mengatasi komplikasi. penderita yang mengalami syok septik
Namun hasil akhir seringkali (Guntur, 2006). Suatu penelitian
bergantung pada bagaimana mengkoreksi menunjukkan manfaat pemberian metil
faktor predisposisi infeksi. Pemakaian obat prednisolon 30 mg/kg atau deksametason 2
terhadap kuman gram negatif menunjukkan mg/kg dapat memulihkan syok pada
hasil yang baik. Disamping antibiotika, sejumlah pasien. Namun secara umum
keberhasilan dipengaruhi oleh : lebih mortalitas mereka sama dengan kelompok
agresifnya pendekatan diagnosis dan tanpa steroid, bahkan dengan pemberian
memulainya terapi, serta perbaikan overall steroid dapat mengakibatkan kejadian
supportif care dan tindakan tambahan. superinfeksi (Suharto, 2000).
Kecenderungan adalah memberikan empiris Obat Lain
broad spectrum, bahaya resistensi dan drug Pemberian inhibitor siklooksigenase,
toxicity (Suharto, 2000). misalkan ibuprofen, dapat menekan produksi
metabolit asam arakidonat (tromboksan,
prostasiklin dan prostaglandin E2). Dengan
Terapi Suportif
ditekannya metabolit tersebut maka akan
Imunonutrisi terjadi perbaikan pada penderita dengan
Imunonutrisi adalah kumpulan turunnya suhu, berkurangnya denyut jantung
beberapa nutrien spesifik seperti arginin, serta membaiknya ventilasi dan lactic
glutamin, nukleotida dan asam lemak omega acidosis (Suharto, 2000).
3, yang diberikan sendiri atau kombinasi Dengan menggunakan
yang memiliki pengaruh terhadap parameter penatalaksanaan sepsis seperti di atas
imunologi dan inflamasi yang telah terbukti diharapkan memberikan kesembuhan yang
secara klinis dan laboratoris. cukup baik. Tetapi pada kenyataannya masih
Kelainan respon imun GALT (Gut banyak kegagalan. Faktor yang sering
Associated Lymphoid Tissue) memberikan menyebabkan terjadinya kegagalan antara
kontribusi adanya disfungsi intestinum (usus lain (Guntur, 2006) :
halus) dalam keadaan sepsis. Dalam suatu 1. Berat tidaknya derajat penyakit
penelitian terhadap penderita sepsis yang dasar pada saat sepsis terutama
diberikan imunonutrisi dibandingkan dengan pada penderita sepsis yang
kelompok kontrol (penderita sepsis yang mempunyai penyakit dasar
tidak diberikan imunonutrisi) didapatkan immunocompromised (AIDS,
perbedaan yang bermakna. Pada penderita Diabetes Melitus, sirosis hepatis,
sepsis yang diberikan imunonutrisi terjadi gagal ginjal kronis dan usia
perkembangan penyakit yang membaik, lanjut)
terjadi penurunan komplikasi, jangka waktu 2. Keterlambatan mendiagnosis
perawatan dan kematian (Guntur, 2006). sepsis sehingga terjadinya
Kortikosteroid keterlambatan dalam
Terapi kortikosteroid masih melaksanakan terapi
merupakan perdebatan. Beberapa peneliti
59
Jurnal THT-KL.Vol.2,No.1, Januari – April 2009, hlm 48 - 61
60
SIRS/Sepsis ..... (Achmad C. Romdhoni)
61