Anda di halaman 1dari 8

INTEGRAL

DISUSUN OLEH :

I GEDE SATRIYA SURYAWAN

41720711

TEKNIK ELEKTRO

KALKULUS II
A. PENGERTIAN INTEGRAL
Integral​​ adalah sebuah konsep penjumlahan secara berkesinambungan
dalam matematika, dan bersama dengan inversnya, diferensiasi, adalah satu dari dua operasi
utama dalam kalkulus. Integral dikembangkan menyusul dikembangkannya masalah dalam
diferensiasi di mana matematikawan harus berpikir bagaimana menyelesaikan masalah yang

berkebalikan dengan solusi diferensiasi. Lambang integral adalah , Bila diberikan


suatu fungsi ​f​ dari variabel real ​x​ dengan interval [​a​, ​b​] dari sebuah garis lurus, maka ​integral
tertentu

Didefinisikan sebagai area yang dibatasi oleh kurva ​f​, sumbu-​x​, sumbu-​y​ dan garis
vertikal ​x​ = ​a​ dan ​x​ = ​b​, dengan area yang berada diatas sumbu-​x​ bernilai positif dan area
dibawah sumbu-​x​ bernilai negatif.
Kata ​integral​ juga dapat digunakan untuk merujuk pada antiturunan, sebuah fungsi ​F​ yang
turunannya adalah fungsi ​f​. Pada kasus ini, maka disebut sebagai ​integral tak tentu​ dan
notasinya ditulis sebagai:

Prinsip-prinsip dan teknik integrasi dikembangkan terpisah oleh Isaac


Newton dan Gottfried Leibniz pada akhir abad ke-17. Melalui teorema fundamental kalkulus yang
mereka kembangkan masing-masing, integral terhubung dengan diferensial: jika ​f​adalah fungsi
kontinu yang terdefinisi pada sebuah interval tertutup [​a​, ​b​], maka, jika
antiturunan ​F​ dari ​f​ diketahui, maka integral tertentu dari ​f​ pada interval tersebut dapat
didefinisikan sebagai:

Integral dan diferensial menjadi peranan penting dalam kalkulus, dengan berbagai
macam aplikasi pada sains dan teknik.

Berikut pembagian integral menurut fungsinya

B. ​Integral Tak Tentu


Misalkan diberikan fungsi-fungsi berikut.
y = x​2​ + 2x + 5
y = x​2​ + 2x – 2
Kedua fungsi itu memiliki turunan yang sama, yaitu = 2x + 2. Sekarang, tinjau balik.
Misalkan diberikan 2x + 2. Jika dicari integralnya, akan diperoleh fungsi-fungsi
y = x​2​ + 2x + 5,
y = x​2​ + 2x – 2,
bahkan,
y = x​2​ + 2x + 10,
y = x​2​ + 2x – log 3,
dan sebagainya.
Dengan demikian, fungsi yang memiliki turunan = 2x + 2 bukan saja dua fungsi di atas,
tetapi banyak sekali. Walaupun demikian, fungsi-fungsi itu hanya berbeda dalam hal
bilangan tetap saja (seperti 5, –2, 10, log 3, dan seterusnya). Bilangan-bilangan ini dapat
disimbolkan dengan c. Karena nilai c itulah hasil integral ini disebut integral tak tentu.
- Notasi Integral Tak Tentu
Perhatikan kembali definisi integral tak tentu di atas. Secara umum, jika F(x) menyatakan
fungsi dalam variabel x, dengan f(x) turunan dari F(x) dan c konstanta bilangan real maka
integral tak tentu dari f(x) dapat dituliskan dalam bentuk :
ʃ f(x) dx=F(x)+c
dibaca ”integral fungsi f(x) ke x sama dengan F(x) + c”.
Keterangan:
ʃ f (x) dx = notasi integral tak tentu
F(x) + c = fungsi antiturunan
f(x) = fungsi yang diintegralkan (integran)
c = konstanta
dx = diferensial (turunan) dari x
- Rumus Dasar Integral Tak Tentu
Pada kalkulus diferensial atau turunan, diketahui bahwa turunan dari + c ke x adalah :
[ + c] = (n + 1) = (n + 1) x​n​ .
Dengan mengalikan , untuk n ≠ –1 pada kedua ruas, diperoleh :
Jadi, [ + c] = (n+1) x​n​ = x​n​ ............................................... (1)
Jika persamaan (1) dituliskan dalam bentuk integral, kalian akan memperoleh :
ʃ x​n​ dx = + c ; n ≠ –1
Bagaimana jika n = 0? Apa yang kalian peroleh? Tentu saja untuk n = 0, persamaan di
atas menjadi ʃ dx = x + c.
Pada materi diferensial, kalian telah mengetahui jika y = F(x) + G(x) maka turunannya
adalah = f(x) + g(x), dengan f(x) turunan dari F(x) dan g(x) turunan dari G(x).
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
ʃ [f(x)+g(x)] dx = ʃ f(x) dx + ʃ g(x) dx.
Hal ini juga berlaku untuk operasi pengurangan.
Dari uraian di atas, kita dapat menuliskan rumus-rumus dasar integral tak tentu sebagai
berikut.
1) ʃ a dx = ax + c
2) ʃa f (x) dx = a ʃf (x) dx
3) ʃ xn dx = + c ; n ≠ –1
4) ʃ axn dx = + c ; n ≠ –1
5) ʃ[ f (x) + g(x)] dx = ʃf (x) dx + ʃ g(x) dx
6) ʃ[ f (x) ʃ g(x)] dx = ʃ f (x) dx - ʃ g(x) dx

C. ​Integral Tertentu
- ​Pengertian Integral sebagai Luas Suatu Bidang Datar

Gambar 2. Bangun datar yang dibatasi kurva y = f(x), sumbu X, serta garis x = a dan y = b.
Untuk memahami pengertian integral sebagai luas suatu bidang datar, perhatikan Gambar
2. Daerah yang diarsir adalah suatu daerah yang dibatasi kurva y = f(x) dan sumbu X dari a
sampai b. Dimisalkan fungsi y = f(x) terdefinisi pada interval tertutup [a, b].
Bagilah interval tertutup tersebut menjadi n buah subinterval yang sama lebar sehingga
terdapat n buah titik tengah, yaitu x​1​, x​2​, x​3​, ..., xn, dengan x​1​ = ½ (t​0​ + t​1​), x​2​ = ½ (t​1​ + t​2​), ...,
x​n​ = ½ (t​n–1​ + t​n​) (perhatikan Gambar 3). Dimisalkan ujung paling kiri interval adalah t​0​ = a
dan ujung paling kanan adalah t​n​ = b dengan a < t​1​ < t​2​ ... < t​n–1​ < b.
Gambar 3. Interval tertutup tersebut menjadi n buah subinterval yang sama lebar sehingga
terdapat n buah titik tengah.
Misalkan panjang tiap subinterval adalah t​i​ – t​i–1​ = ∆x. Pada tiap subinterval [t​i–1​,
t​i​], tempatkan sebuah titik x (tidak harus di tengah, boleh sama dengan titik ujungnya).
Domain fungsi y = f(x) dibagi menjadi n buah subinterval dengan alas ∆x dan tinggi f(x​i​)
sehingga membentuk pias-pias persegi panjang. Luas masing-masing persegi panjang adalah
f(x​i​) ∆x. Jika semua luas persegi panjang dijumlahkan maka diperoleh :
J = f(x​1​) ∆x + f(x​2​) ∆x + f(x​3​) ∆x + ... +f(x​n​) ∆x .
J = (f(x​1​) + f(x​2​) + f(x​3​) + ... + f(x​n​)) ∆x
J = f (x​i​) ∆x
dengan Σ merupakan notasi jumlah yang berurutan. J disebut dengan jumlahan Riemann.
Notasi ini pertama kali digunakan oleh Bernhard Riemann.

Gambar 4. Jumlahan Riemann itu mendekati luas daerah yang diarsir.


Jika banyak pias n mendekati tak berhingga (n → ∞), jumlahan Riemann itu mendekati luas
daerah dari Gambar 4. Oleh sebab itu, luas L dapat ditulis dalam bentuk :
L = f (xi) ∆x ............................................. (1)
Jika n → ∞ maka ∆x → 0.
Integral tertentu f dari a sampai b dinyatakan dengan f (x) dx dan oleh Riemann nilainya
didefinisikan sebagai :
f (x) dx = f (x​i​) ∆x ............................................. (2)
Dari definisi integral tertentu di atas dapat dikatakan f(x) dx menyatakan luas daerah yang
dibatasi oleh garis x = a, garis x = b, kurva y = f(x), dan sumbu X.

Gambar 5. luas daerah yang dibatasi oleh garis x = a, garis x = b, kurva y = f(x), dan sumbu
X.
Perhatikan bahwa substitusi (1) dan (2) menghasilkan :
L = f (x) dx ........................................................... (3)
Sekarang kita misalkan ʃ f (x) dx = F(x) + c. Luas L di atas merupakan fungsi dari x dengan
x ϵ [a, b] berbentuk :
L(x) = f (x) dx = F(x) + c
Jika nilai t ada pada interval [a, b], yaitu {x | a ≤ x ≤ b} kita dapat mendefinisikan luas L
sebagai fungsi dari t berbentuk :
L(t) = f (x) dx = F(t) + c
Akibat dari pemisalan di atas, akan diperoleh :
L(a) = f (x) dx = F(a) + c = 0.
Sebab luas daerah dari x = a hingga x = a berbentuk ruas garis sehingga luasnya sama dengan
nol. Karena L(a) = 0 maka diperoleh :
F(a) + c = 0 atau c = –F(a) ..................... (4)
Akibat lain dari pemisalan itu, akan diperoleh
L(b) = f (x) dx = F(b) + c ................... (5)
Hasil substitusi dari persamaan (4) ke (5), diperoleh :
L(b) = f (x) dx = F(b) – F(a)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jika L adalah luas daerah yang dibatasi oleh
kurva y = f(x), sumbu X, garis x = a dan garis x = b maka :
L = f (x) dx = F(b) – F(a)
2. ​Pengertian Integral Tertentu
f (x) dx = F(b) – F(a)
menyatakan luas daerah yang dibatasi oleh kurva y = f(x), sumbu X, garis x = a, dan garis x
= b.
Misalkan f kontinu pada interval tertutup [a, b] atau a ≤ x ≤ b.
Jika F suatu fungsi sedemikian rupa sehingga F'(x) = f(x) untuk semua x pada [a, b], berlaku
:
f (x) dx = = F(b) – F(a)
F(x) adalah antiturunan dari f(x) pada a ≤ x ≤ b.

E. ​Integral Parsial
Bentuk integral ʃ u dv, dengan u dan v merupakan fungsi-fungsi dalam variabel x, sangat sulit
dikerjakan, sedangkan ʃ v du lebih mudah dikerjakan. Jika kita menjumpai bentuk seperti itu
maka kita perlu mengetahui hubungan antara kedua integral tersebut untuk memperoleh
penyelesaian ʃ u dv.
Misalnya y = uv dengan y = y(x), u = u(x), dan v = v(x) merupakan fungsi diferensiabel. Jika
fungsi y diturunkan maka diperoleh :

↔ dy = u dv + v du
↔ d(uv) = u dv + v du
Jika kedua ruas persamaan di atas diintegralkan maka diperoleh :
ʃ d(uv) = ʃ u dv + ʃ v du
ʃ uv = ʃ u dv + ʃ v du
Dengan demikian, diperoleh suatu rumus sebagai berikut.
ʃ u dv = uv – ʃ v du
Dari rumus di atas terlihat bahwa integral dipisah menjadi 2 bagian, yaitu u dan dv (yang
mengandung dx) sehingga disebut sebagai integral parsial. Untuk menggunakan rumus
integral parsial, perlu diperhatikan bahwa bagian yang dipilih sebagai dv harus dapat
diintegralkan dan ʃ v du harus lebih sederhana (lebih mudah dikerjakan) daripada ʃ u dv .
DAFTAR PUSTAKA

1. KOMANG KAYANA, 2017, PENGERTIAN INTEGRAL


http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/05/contoh-soal-rumus-integral-kalkulus-integ
ral-tak-tentu-tertentu-pengertian-substitusi-parsial-penggunaan-pembahasan-fungsi-aljabar
-volume-benda-putar-matematika.html#ixzz2wOmcvcq4

2. ANGGRAENI KARTIKA, 2012, INTEGRAL MATEMATIKA


http://integralmatematika.blogspot.co.id/p/materi.html

Anda mungkin juga menyukai