Anda di halaman 1dari 2

Penulis menggunakan tulisan riset Merje Kuus yang berjudul Cosmopolitan

Militarism? Spaces of NATO Expansion.1 Penelitian ini membahas mengenai

bagaimana NATO sebagai institusi militer menggunakan narasi kerjasama global

sebagai fenomena yang disebut oleh penulis sebagai militerisme kosmopolitan.

NATO menggunakan gambaran imajinasi global untuk membingkai pendekatan

militer untuk mengatasi masalah politik. NATO menjadi terbuka secara global

dengan mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan negara-negara

penting seperti Jepang, Cina, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru yang

tidak memiliki perjanjian kerjasama formal sebelumnya. NATO seolah merubah opini

bahwa NATO tidak hanya untuk melawan ancaman, namun juga untuk kebebasan

dan keamanan, kerjasama dan solidaritas, perdamaian, demokrasi, dan supremasi

hukum.

NATO tidak lagi hanya menjadi pakta pertahanan murni. Tulisan ini menilai

bahwa NATO menggunakan cara kosmopolitan untuk menggambarkan langkah-

langkah NATO melalui aliansi didalam dan diluar negara-negara anggota. NATO

menggunakan instrumen militer dengan menggabungkan cara kosmopolitan dan

citra globalis. NATO yang bersifat tertutup, membuka diri menjadi konsep keamanan

terbuka dan ekpansif. NATO tidak lagi melihat hanya dari pandangan pertahanan,

tetapi melebar terhadap keamanan global, stabilitas dan kedamaian.

Perbedaan penelitian Merje Kuus dengan penelitian ini adalah bahwa Merje

Kuus tidak fokus dan tidak spesifik membahas mengenai posisi Montenegro dan

nilai strategisnya terhadap NATO yang melakukan ekspansi. Penelitian ini tidak

mengkaji feed back keuntungan terhadap NATO.

1 Merje Kuus, 2009, Cosmopolitan Militarism? Spaces of NATO Expansion. Environtment and
Planning A: Economy and Space. Vol. 41, No. 3, Hal. 545-562.

Anda mungkin juga menyukai