Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam Kepmenkes RI


No.1116 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans
Epidemiologi Kesehatan menyebutkan bahwa surveilans adalah proses
pengumpulan, pengolahan, analisis, interpretasi data secara sistematik dan terus
menerus serta melakukan penyebaran informasi kepada unit yang
membutuhkan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau
kebijakan (Mahfudhoh, 2015).

Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang


meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan
status gizi masyarakat sehingga banyak program-program kesehatan yang
dilakukan pemerintah terutama pada penduduk usia rentan, seperti program
Safe Motherhood Initiative, program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), program
Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE), dan program
Pemberantasan Penyakit Menular (Depkes RI, 2010).

Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan


masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak
menular. Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif,
sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama antar
daerah, misalnya antar propinsi, kabupaten/kota bahkan antar negara. Beberapa
penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah diare,
malaria, demam berdarah dengue, influensa, tifus abdominalis, penyakit saluran
pencernaan dan penyakit lainnya. Beberapa penyakit tidak menular yang
menunjukkan kecenderungan peningkatan adalah penyakit jantung koroner,
hipertensi, kanker, diabetes mellitus, kecelakaan dan sebagainya (Kemenkes,
2003).

Untuk melakukan upaya pemberantasan penyakit menular,


penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit dan keracunan, serta
penanggulangan penyakit tidak menular diperlukan suatu sistem surveilans
penyakit yang mampu memberikan dukungan upaya program dalam daerah
kerja Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional, dukungan kerjasama antar

1|Page
program dan sektor serta kerjasama antara Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional
dan internasional.

Pada tahun 1987 telah dikembangkan Sistem Surveilans Terpadu (SST)


berbasis data, Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), dan
Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS), yang telah mengalami beberapa kali
perubahan dan perbaikan. Disamping keberadaan SST telah juga
dikembangkan beberapa sistem Surveilans khusus penyakit Tuberkulosa,
penyakit malaria, penyakit demam berdarah, penyakit campak, penyakit saluran
pernapasan dan lain sebagainya. Sistem Surveilans tersebut perlu
dikembangkan dan disesuaikan dengan ketetapan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya
Penanggulangan, Keputusan Menteri Kesehatan
N0.1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indinesia Nomo 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan
serta kebutuhan informasi epidemiologi untuk mendukung upaya
pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular (Kemnkes, 2003).

Surveilans merupakan “batu loncatan” dalam kegiatan kesehatan


masyarakat. Karena dengan surveilans kita akan mendapatkan data yang akurat
tentang kejadian kesehatan di masyarakat (Heryana, 2015). Surveilans
kesehatan masyarakat digunakan untuk mengetahui status kesehatan
masyarakat, memantau perkembangan kesehatan masyarakat, menentukan
prioritas kesehatan, mengevaluasi program kesehatan dan mengembangkan
penelitian kesehatan (Mahfudhoh, 2015).

Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan


terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi
yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau
masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,
pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara
program kesehatan (Imari, 2011).

Surveilans epidemiologi dalam penyelenggaraannya memiliki banyak


indikator kerja, sehingga membutuhkan banyak kegiatan perekaman,

2|Page
pengumpulan, pengolahan, dan analisis data yang diperoleh dari berbagai unit
sumber data. Banyaknya kegiatan perekaman, pengumpulan, pengolahan data
akan memberikan beban kerja dan menganggu upaya meningkatkan kinerja
surveilans. Oleh karena itu, diperlukan penyelengaraan sistem surveilans yang
sesedikit mungkin indikator kerja serta sesederhana mungkin, tetapi tetap dapat
mengukur kualitas penyelengaraan surveilans dalam memberikan informasi.
Indikator yang paling sering digunakan adalah kelengkapan laporan, ketepatan
waktu laporan, kelengkapan distribusi/desiminasi informasi, dan terbitnya
buletin epidemiologi (Weraman, 2010).

Surveilans Nasional saat ini fungsinya belum dapat memuaskan


program serta sektor terkait yang dapat melakukan tindakan pencegahan dan
pemberantasan. Hal tersebut dikarenakan, semakin gemparnya otonomi daerah
di kabupaten. Dengan adanya otonomi daerah tersebut di kabupaten biasanya
provinsi pun untuk meminta data surveilans kadang-kadang mengalami
kesulitan padahal surveilans ini tidak mengenal batas wilayah sehingga sistem
pengumpulan data mengendor. Di beberapa kabupaten harus memerlukan ijin
ke BAPPEDA atau badan administratif untuk mendapatkan data KLB susah
padahal idealnya suatu data surveilans bisa langsung diakses kapan saja. Hal ini
dikarenakan, adanya semacam hirarki yang akan mempertaruhkan prestisi
kepala daerah. Oleh karena itu, diperlukan suatu surveilans epidemiologi yang
mampu memberikan dukungan upaya program dalam lingkup Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) yang merupakan sarana pelayanan kesehatan yang
mempunyai tugas pelayanan, pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan
secara paripurna bekerja sama dengan Kabupaten/Kota melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan surveilans dengan baik,
teratur, sistematis dan berkesinambungan sehingga pencegahan dan
penanggulangan penyakit dapat berjalan secara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah


dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pelaksanaan surveilans epidemiologi
di Puskesmas Pandanwangi Tahun 2017 ?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

3|Page
Mengetahui pelaksanaan program surveilans di Puskesmas
Pandanwangi Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian program surveilans
epidemiologi di Puskesmas Pandanwangi Tahun 2017.
b. Meahasiswa mampu belajar teori/target program surveilans
epidemiologi di Puskesmas Pandanwangi Tahun 2017.
c. Mahasiswa mampu mengenal pelaksanaan/ pencapaian kegiatan
program surveilans epidemiologi di Puskesmas Pandanwangi Tahun
2017.
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah
e. Mahasiswa mampu membuat rencana program
f. Mahasiswa mampu mengimplementasikan
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi program surveilans epidemiologi di
Puskesmas Pandanwangi Tahun 2017.

4|Page
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Surveilans Epidemiologi


1. Pengertian
WHO mendefinisikan surveilens adalah pengukuran sistematis kesehatan dan
lingkungan parameter, rekaman, dan transmisi data/perbandingan dan interpretasi
data untuk mendeteksi kemungkinan perubahan dalam status kesehatan dan
lingkungan penduduk (Hikmawati, 2011).
Menurut WHO, surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis
dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran
informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
Mencermati pemahaman seperti tersebut diatas, Kementerian Kesehatan
(Indonesia) menekankan pentingnya surveilans sebagai suatu kegiatan analisis atau
kajian epidemiologi serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan
pentingnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan data. Surveilans epidemiologi
didefinisikan sebagai kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap
penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan
tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien
melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan (Imari, 2011).
Surveilans Kesehatan didefinisikan sebagai kegiatan pengamatan yang
sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit
atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan
dan penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan
informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien
(Permenkes, 2014).

2. Tujuan Surveilans Epidemiologi


a. Tujuan umum
Memperoleh informasi epidemiologi penyakit tertentu dan mendistribusikan
informasi tersebut kepada pihak terkait, pusat kajian, dan pusat penelitian serta
unit surveilans yang lain untuk bisa ditindaklanjuti.

5|Page
b. Tujuan khusus
1. Mengumpulkan data kesakitan, data laboratorium dan Kejadian Luar Biasa
(KLB) penyakit dan keracunan di puskesmas, rumah sakit, dan laboratorium
sebagai sumber data Surveilans Terpadu Penyakit (STP).
2. Mendistribusikan data kesakitan, data laboratorium, serta KLB penyakit dan
keracunan tersebut kepada unit surveilans Dinas kesehatan Kabupaten/Kota,
Propinsi, dan Ditjen P2MPL.
3. Melaksanakan pengolahan dan penyajian data penyakit dalam bentuk tabel,
grafik, peta, dan analisis epidemiologi lebih lanjut pada surveilans Dinas
kesehatan Kabupaten/Kota, Propinsi, dan Ditjen P2MPL.
4. Mendistribusikan hasil pengolahan dan penyajian data penyakit beserta hasil
analisis epidemiologi lebih lanjut dan rekomendasi program terkait di
puskesmas, rumah sakit, laboratorium, kabupaten/Kota, propinsi, nasional,
pusat penelitian, pusat kajian, perguruan tinggi, dan sektor terkait lainnya.
(Weraman, 2010)
3. Ruang Lingkup Penyelengaraan Surveilans Epidemiologi
Masalah kesehatan disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu secara
operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh sektor
kesehatan sendiri, diperlukan tatalaksana terintegrasi dan komprehensif dengan
kerjasama yang antar sektor dan antar program sehingga ruang lingkup surveilans
epidemiologi meliputi: (Buton, 2008).

a. Surveilans epidemiologi penyakit menular


Analisis terus menerus dan sistematika terhadap penyakit menular dan
faktor risiko untuk upaya pemberantasan penyakit menular. Menurut
Permenkes (2014) Surveilans penyakit menular yang dilakukan meliputi :

1) Surveilans penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (AFP, Campak,


Hepatitis B, Diptheri, Pertusis, Tetanus)
2) Surveilans penyakit demam berdarah
3) Surveilans penyakit filariasis
4) Surveilans penyakit tuberculosis
5) Surveilans penyakit diare
6) Surveilans penyakit tifoid
7) Surveilans penyakit kecacingan dan penyakit perut lainnya
8) Surveilans penyakit kusta
9) Surveilans penyakit frambusia

6|Page
10) Surveilans penyakit HIV/AIDS
11) Surveilans penyakit Hepatitis
12) Surveilans penyakit menular seksual
13) Surveilans penyakit pneumonia, termasuk penyakit infeksi saluran pernapasan
akut berat (severe acute respiratory infection)
b. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular
dan faktor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.
Menurut Permenkes (2014) Surveilans tidak penyakit menular yang dilakukan
meliputi :
1) Surveilans penyakit jantung dan pembuluh darah
2) Surveilans diabetes mellitus dan penyakit metabolic
3) Surveilans penyakit kanker
4) Surveilas kronis dan degeneratif
5) Surveilans gangguan mental
6) Surveilans gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
c. Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku Merupakan
analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor risiko untuk
mendukung program penyehatan lingkungan.
d. Surveilans epidemiologi masalah kesehatan
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan
faktor risiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.
e. Surveilans epidemiologi kesehatan matra
Merupakan Analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan
dan faktor risiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra.

4. Indikator Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan


Kinerja penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan
diukur dengan indikator masukan, proses dan keluaran. Ketiga indikator tersebut
merupakan satu kesatuan, dimana kelemahan salah satu indikator tersebut
menunjukkan kinerja sistem surveilans yang belum memadai. Indikator-indikator
tersebuat adalah sebagai berikut:

7|Page
Tabel.1. Indikator Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

Masukan Tindakan Indikator

Tenaga 1. Pusat Unit utama Departemen Kesehatan

memiliki :

a. 1 tenaga epidemiologi ahli (S3)

b. 8 tenaga epidemiologi ahli (S2)

c. 16 tenaga epidemiologi ahli (S1)

d. 32 tenaga epidemiologi terampil

UPT Departemen Kesehatan

memiliki :

a. 2 tenaga epidemiologi ahli (S2)

b. 4 tenaga epidemiologi ahli (S1)

c. 4 tenaga epidemiologi terampil

d. 1 tenaga dokter umum

2. Propinsi a. 1 tenaga epidemiologi ahli (S2)

b. 2 tenaga epidemiologi ahli (S1)

c. 2 tenaga epidemiologi terampil

d. 1 tenaga dokter umum

3. Kabupaten/Kota a. 1 tenaga epidemiologi ahli (S2)

b. 2 tenaga epidemiologi ahli (S1)

atau terampil

c. 1 tenaga dokter umum

4. Rumah Sakit a. 1 tenaga epidemiologi ahli

b. 1 tenaga epidemiologi terampil

8|Page
5. Puskesmas 1 tenaga epidemiologi terampil

Sarana 1. Pusat, Propinsi a. 1 paket jaringan elektromedia

b. 1 paket alat komunikasi

(telepon,faksimili, SSB dan

telekomunikasi lainnya)

c. 1 paket kepustakaan

d. 1 paket pedoman pelaksanaan

surveilans epidemiologi dan

program aplikasi computer

e. 4 paket peralatan pelaksanaan

surveilans epidemiologi

f. 1 roda empat, 1 roda dua

2. Kabupaten/Kota a. 1 paket jaringan elektromedia

b. 1 paket alat komunikasi

(telepon,faksimili, SSB dan

telekomunikasi lainnya)

c. 1 paket kepustakaan

d. 1 paket pedoman pelaksanaan

surveilans epidemiologi dan

program aplikasi computer

e. 1 paket formulir

9|Page
f. 2 paket peralatan pelaksanaan

surveilans epidemiologi

g. 1 roda empat, 1 roda dua

3. Puskesmas dan a. 1 paket computer

Rumah Sakit b. 1 paket alat komunikasi

(telepon,faksimili, SSB)

c. 1 paket kepustakaan

d. 1 paket pedoman pelaksanaan

surveilans epidemiologi dan

program aplikasi computer

e. 1 paket formulir

f. 1 paket peralatan pelaksanaan

surveilans epidemiologi

g. 1 roda dua

Proses 1. Pusat a. Kelengkapan laporan unit

Kegiatan pelapor dan sumber data awal

Surveilans sebesar 80% atau lebih

b. Ketepatan laporan unit pelapor

dan sumber data awal sebesar

80% atau lebih

c. Penerbitan buletin kajian

epidemiologi sebesar 12 kali

atau lebih setahun

d. Umpan balik sebesar 80% atau

10 | P a g e
lebih

2. Propinsi a. Kelengkapan laporan unit

pelapor dan sumber data awal

sebesar 80% atau lebih

b. Ketepatan laporan unit pelapor

dan sumber data awal sebesar

80% atau lebih

c. Penerbitan buletin kajian

epidemiologi sebesar 12 kali

atau lebih setahun

d. Umpan balik sebesar 80% atau

lebih

3. Kabupaten/Kota a. Kelengkapan laporan unit

pelapor sebesar 80% atau lebih

b. Ketepatan laporan unit pelapor

sebesar 80% atau lebih

c. Penerbitan buletin kajian

epidemiologi sebesar 4 kali atau

lebih setahun

d. Umpan balik sebesar 80% atau

lebih

Keluaran 1. Pusat Profil Surveilans Epidemiologi

Nasional sebesar 1 kali setahun

Profil Surveilans Epidemiologi


Propinsi sebesar 1 kali setahun

11 | P a g e
Profil Surveilans Epidemiologi
Kabupaten/Kota sebesar 1 kali
setahun

Sumber: Inspektorat Jenderal Depkes RI, 2003

Selanjutnya Indikator Surveilans Kesehatan dijabarkan dalam


Indikator Kinerja Penyelenggaraan terpadu Penyakit sebagai berikut:

a. Kelengkapan laporan bulanan STP unit pelayanan ke Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota sebesar 90%.
b. Ketepatan laporan bulanan STP Unit Pelayanan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Kota sebesar 80%.
c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mencapai indikator Epidemiologi STP
sebesar 80%.
d. Kelengkapan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke
Dinas Kesehatan Propinsi sebesar 100%.
e. Ketepatan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke Dinas
Kesehatan Propinsi sebesar 90%.
f. Kelengkapan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Propinsi ke Ditjen PPM
& PL Depkes sebesar 100%.
g. Ketepatan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Propinsi ke Ditjen PPM &
PL Depkes sebesar 90%.
h. Distribusi data dan informasi bulanan Kabupaten/Kota, propinsi dan nasional
sebesar 100%.
i. Umpan balik laporan bulanan Kabupaten/Kota, propinsi dan nasional sebesar
100%.
j. Penerbitan buletin Epidemiologi di Kabupaten/Kota adalah 4 kali setahun.
k. Penerbitan buletin Epidemologi di propinsi dan nasional adalah sebesar 12
kali setahun.
l. Penerbitan profil tahunan atau buku data surveilans epidemiologi
Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional adalah satu kali setahun.

12 | P a g e
5. Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan
Penyelenggaraan surveilans epidemiologi kesehatan wajib dilakukan
oleh setiap instansi kesehatan pemerintah, instansi kesehatan propinsi, instansi
kesehatan Kabupaten/Kota dan lembaga masyarakat dan swasta baik secara
fungsional atau struktural.
Pada pedoman penyelengaraan Surveilans Epidemiologi Kesehatan,
mekanisme kerja surveilans terdiri atas :
a. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya.

b. Perekaman, pelaporan dan pengolahan data

c. Analisis dan intreprestasi data

d. Studi epidemiologi

e. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya f.


Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut.

g. Umpan balik

Jenis penyelenggaraan surveilans epidemiologi adalah sebagai berikut


: (Masrochah, 2006).

a. Penyelenggaraan berdasarkan metode pelaksanaan


1) Surveilans epidemiologi rutin terpadu, adalah penyelenggaraan
surveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan
dan atau faktor risiko kesehatan.
2) Surveilans epidemiologi khusus, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan , faktor risiko
atau situasi khusus kesehatan.
3) Surveilans sentinel, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi pada populasi dan wilayah terbatas untuk
mendapatkan signal adanya masalah kesehatan pada suatu populasi
atau wilayah yang lebih luas.
4) Studi epidemiologi, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi pada periode tertentu serta populasi atau wilayah
tertentu untuk mengetahui lebih mendalam gambaran epidemiologi
penyakit, permasalahan dan atau faktor risiko kesehatan.

13 | P a g e
b. Penyelenggaraan berdasarkan aktifitas pengumpulan data
1) Surveilans aktif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemilogi
dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi
unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.
2) Surveilans pasif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi
dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima
data tersebut dari unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber
data lainnya.
c. Penyelenggaraan berdasarkan pola pelaksanaan
1) Pola kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada
ketentuan yang berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah
dan atau bencana.
2) Pola selain kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu
pada ketentuan yang berlaku untuk keadaan di luar KLB dan atau
wabah dan atau bencana.
d. Penyelenggaraan berdasarkan kualitas pemeriksaan
1) Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatan
surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis
atau tidak menggunakan peralatan pendukung pemeriksaan.
2) Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan
surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan
laboratorium atau peralatan pendukung pemeriksaan lainnya.

6. Kegiatan Pokok Surveilans


1) Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara aktif dan pasif. Jenis data
Surveilans Kesehatan dapat berupa data kesakitan, kematian, dan faktor risiko.
Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain individu,
Fasilitas Pelayanan Kesehatan,Unit statistik dan demografi, dan sebagainya.
Metode pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara,
pengamatan, pengukuran, dan pemeriksaan terhadap sasaran. Dalam
melaksanakan kegiatan pengumpulan data, diperlukan instrumen sebagai alat
bantu. Instrumen dibuat sesuai dengan tujuan surveilans yang akan dilakukan
dan memuat semua variabel data yang diperlukan.

14 | P a g e
2) Pengolahan data
Sebelum data diolah dilakukan pembersihan koreksi dan cek ulang,
selanjutnya data diolah dengan cara perekaman data, validasi, pengkodean, alih
bentuk (transform) dan pengelompokan berdasarkan variabel tempat, waktu,
dan orang. Hasil pengolahan dapat berbentuk tabel, grafik, dan peta menurut
variabel golongan umur, jenis kelamin, tempat dan waktu, atau berdasarkan
faktor risiko tertentu. Setiap variabel tersebut disajikan dalam bentuk ukuran
epidemiologi yang tepat (rate, rasio dan proporsi).
Pengolahan data yang baik akan memberikan informasi spesifik suatu
penyakit dan atau masalah kesehatan. Selanjutnya adalah penyajian hasil olahan
data dalam bentuk yang informatif, dan menarik. Hal ini akan membantu
pengguna data untuk memahami keadaan yang disajikan.
3) Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode epidemiologi
deskriptif dan/atau analitik untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan
tujuan surveilans yang ditetapkan.
Analisis dengan metode epidemiologi deskriptif dilakukan untuk
mendapat gambaran tentang distribusi penyakit atau masalah kesehatan serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya menurut waktu, tempat dan orang.
Sedangkan analisis dengan metode epidemiologi analitik dilakukan untuk
mengetahui hubungan antar variabel yang dapat mempengaruhi peningkatan
kejadian kesakitan atau masalah kesehatan. Untuk mempermudah melakukan
analisis dengan metode epidemiologi analitik dapat menggunakan alat bantu
statistik.
Hasil analisis akan memberikan arah dalam menentukan besaran
masalah, kecenderungan suatu keadaan, sebab akibat suatu kejadian, dan
penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan hasil analisis harus didukung
dengan teori dan kajian ilmiah yang sudah ada.
4) Diseminasi Informasi
Diseminasi informasi dapat disampaikan dalam bentuk buletin, surat
edaran, laporan berkala, forum pertemuan, termasuk publikasi ilmiah.
Diseminasi informasi dilakukan dengan memanfaatkan sarana teknologi
informasi yang mudah diakses. Diseminasi informasi dapat juga dilakukan
apabila petugas surveilans secara aktif terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan

15 | P a g e
dan monitoring evaluasi program kesehatan, dengan menyampaikan hasil
analisis (Permenkes, 2014).

C. Tinjauan Umum Surveilans Epidemiologi Puskesmas

Surveilans Epidemiologi dapat dimulai dari tingkat desa, data berasal


dari Polindes dan Pustu. Polindes dan Pustu memberikan data penderita baik
penyakit menular maupun penyakit tidak menular kepada Puskesmas untuk
dilanjutkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

1. Penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit di Puskesmas


a. Pengorganisasian
Sesuai dengan peran dan fungsinya maka setiap pemegang
program surveilans mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

1) Berperan aktif secara dini melakukan pengamatan terhadap


penderita, kesling, perilaku masyarakat dan peribahan kondisi.
2) Analisis KLB.
3) Penyuluhan kesehatan secara intensif.
4) Pencatatan dan pelaporan (Kemenkes, 2004)
b. Sasaran
Sasaran Surveilans Terpadu Penyakit (STP) meliputi beberapa
penyakit menular dan penyakit tidak menular dengan variabel menurut
sumber data, variabel data dan waktu.

1) Sasaran Menurut Data dan Jenis Penyakit Puskesmas

Jenis penyakit yang termasuk didalam Surveilans Terpadu


Penyakit Berbasis Puskesmas meliputi kolera, diare, diare berdarah,
tifus perutklinis, TBC paru BTA (+), tersangka TBC paru, kusta PB,
kusta MB, campak, difteri, batuk rejan, tetanus, hepatitis klinis,
malaria klinis,malaria vivax, malaria falsifarum, malaria mix,
demam berdarah dengue, demam dengue, pneumonia, sifilis,
gonorrhoe, frambusia, filariasis, dan influenza.

2) Sasaran Menurut Variabel Data

a) Variabel Umur dan Jenis Kelamin

Berdasarkan umur, setiap kasus digolongkan pada golongan


umur 0 –7 hari, 8 – 28 hari, > 1 tahun, 1-4 tahun, 5- 9 tahun, 10

16 | P a g e
- 14 tahun, 15-19 tahun, 20 - 44 tahun, 45 – 54 tahun, 55 – 59
tahun, 60 – 69 tahun,70 tahun lebih dan total menurut jenis
kelamin

b) Variabel Waktu Kunjungan Kasus


Setiap kasus dikelompokkan menurut periode waktu
mingguan dan bulanan.

c) Variabel Total Kunjungan

Setiap laporan disertakan data total kunjungan berobat setiap


jenis penyakit dan total kunjungan berobat atau total kunjungan
pelayanan.

d) Variabel Kelengkapan dan Ketepatan Laporan

Setiap laporan disertai data kelengkapan dan ketepatan


waktu laporan sumber data surveilans. Kelengkapan dan
ketepatan laporan surveilans Kabupaten/Kota terdiri dari
kelengkapan dan ketepatan laporan unit pelayanan Puskesmas,
Rumah Sakit dan Laboratorium.Kelengkapan dan ketepatan
laporan surveilans Propinsi dan Nasional terdiri dari
kelengkapan dan ketepatan laporan unit pelayanan Puskesmas,
Rumah Sakit dan Laboratorium serta Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota (Kemenkes, 2003).

Beberapa Indikator Surveilans, sebagaimana indikator


surveilans lainnya antara lain : Kelengkapan laporan, jumlah dan
kualitas kajian epidemiologi dan rekomendasi yang dapat
dihasilkan, terdistribusinya berita epidemiologi lokal dan
nasional, pemanfaatan informasi epidemiologi dalam
manajemen program kesehatan, menurunnya frekuensi kejadian
luar biasa penyakit, dan meningkatnya dalam kajian SKD
penyakit (indonesian-publichealth.com, diakses tanggal 13
Desember 2015).

17 | P a g e
2. Pelaksanaan Surveilans Terpadu Penyakit Bersumber Puskesmas
a. Data Surveilans Terpadu Penyakit diperoleh dari data harian pelayanan
kesehatan yang disusun dalam sistem perekaman data yang ditetapkan
oleh masing-masing Puskesmas.
b. Puskesmas mengirimkan data Surveilans Terpadu Penyakit bulanan
serta data PWS penyakit potensial KLB mingguan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas Sentinel juga mengirimkan data
Surveilans Terpadu Penyakit bulanan tersebut ke Dinas Kesehatan
Propinsi dan Ditjen PPM&PL Depkes.
c. Masing-masing Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Propinsi dan Ditjen PPM&PL Depkes melakukan analisis
dan penyajian data dalam bentuk tabel, grafik dan peta yang bermakna
secara epidemiologi, menarik kesimpulan dan menyusun rekomendasi
serta mendistribusikannya kepada unit-unit yang membutuhkannya.
(Kemenkes No.1479, 2003)
3. Peran dan Mekanisme Kerja Surveilans Terpadu Penyakit (STP) di
Puskesmas
Untuk berlangsungnya penyelenggaran surveilans epidemiologi di
puskesmas maka Puskesmas (STP Puskesmas) memiliki peran sebagai
berikut :

a. Pelaksana surveilans epidemiologi nasional diwilayah puskesmas.


b. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penyakit dan masalah
kesehatan.
c. Melakukan koordinasi surveilans epidemiologi dengan praktek dokter,
bidan swasta dan unit pelayanan kesehatan yang berada diwilayah
kerjanya.
d. Melakukan kordinasi surveilans epidemiologi antar puskesmas yang
berbatasan.
e. Melakukan SKD-KLB dan penyelidikan KLB di wilayah puskesmas.
f. Melaksanakan surveilans epidemiologi penyakit dan masalah kesehatan
spesifik local (Kemenkes No.1116, 2003).

18 | P a g e
Surveilans Terpadu Penyakit (STP) dapat dimulai dari tingkat desa,
data berasal dari Polindes dan Pustu. Polindes dan Pustu memberikan data
penderita baik penyakit menular maupun tidak menular kepada Puskesmas
untuk dilanjutkan ke Dinas Kesahatan Kabupaten. STP mencatat semua
kegiatan program yang sedang dikerjakan oleh pengelola program yang ada
sehingga mendapatkan prioritas yang sesuai dengan permasalahan yang ada
pada setiap pengelola program.

Pemantauan terhadap semua program yang ada di tingkat puskesmas


seharusnya dilakukan oleh petugas kesehatan yang bertanggungjawab
terhadap Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).
Diharapkan keberlangsungannya dapat dilakukan setiap hari sampai kepada
laporan tahunan. Proses penataan SP2TP ini dimulai dari masyarakat
dangan menghimpu semua data sesuia dengan program puskesmas, baik
dilakukan di luar puskesmas maupun dalam puskesmas sehingga akan
menjadi satu kesatuan laporan yang dapat mendeteksi penyakit atau
masalah kesehatan yang terjadi menurut waktu, tempat atau orang.

Selanjutnya, dapat dianalisis semua penyakit menular dan tidak


menular, baik yang berisiko KLB atau tidak sehingga bisa dilakukan
tindakan yang tepat waktu. Melalui data puskesmas dapat dianalisis
perkembangan penyakit secara alamiah dangan memperhitungkan faktor
risiko kejadian seperti perubahan ekologi (Weraman, 2010).

Kegiatan surveilans di tingkat Puskesmas dilaksanakan oleh petugas


surveilans puskesmas dengan serangkaian kegiatan berupa pengumpulan
data, pengolahan, analisis dan interpretasi data penyakit, yang dikumpulkan
dari setiap desa siaga. Petugas surveilans puskesmas diharuskan:

1) Membangun sistem kewaspadaan dini penyakit, diantaranya melakukan


Pemantauan Wilayah Setempat dengan menggunakan data W2 (laporan
mingguan). Melalui PWS ini diharapkan akan terlihat bagaimana
perkembangan kasus penyakit setiap saat.
2) Membuat peta daerah rawan penyakit. Melalui peta ini akan terlihat
daerah-daerah yang mempunyai risiko terhadap muncul dan
berkembangnya suatu penyakit. Sehingga secara tajam intervensi
program diarahkan ke lokasi-lokasi berisiko.

19 | P a g e
3) Membangun kerjasama dengan program dan sektor terkait untuk
memecahkan kan permasalah penyakit di wilayahnya.
4) Bersama Tim Gerak Cepat (TGC) KLB Puskesmas, melakukan respon
cepat jika terdapat laporan adanya KLB/ancaman KLB penyakit di
wilayahnya.
5) Melaporkan kegiatan surveilans ke Dinas
Kesehatan

Kabupaten/Kota secara berkala (mingguan/bulanan/tahunan).

D. Tinjauan Umum Tentang Kejadian Luar Biasa (KLB)

Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB, adalah


timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian
yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah.

1. Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB)

Suatu kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit dapat dikatakan


KLB apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

20 | P a g e
a) Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu
daerah.
b) Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun
waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya.
c) Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu
menurut jenis penyakitnya.
d) Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per
bulan dalam tahun sebelumnya.
e) Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-
rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.
f) Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1
(satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh
persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu
penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
g) Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu
periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu
periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama (Permenkes, 2010).
2. Kegiatan SKD-KLB di Puskesmas

Kegiatan SKD_KLB merupakan akselerasi atau intensifikasi


aktivitas surveilans penyakit potensial KLB yang telah dilaksanakan, yaitu
dengan meningkatkan kelengkapan dan ketepatan laporan mingguan W2
serta adanya penyajian dan analisis data yang teratur secara periodic dari
setiap indikator penyakit menular yang dilaksanakan SKD.

Kegiatan pokok dalam pelaksanaan SKD-KLB pada tingkat


puskesmas meliputi :

a) Pengumpulan dan pengolahan data


b) Penyajian secara analisis data
c) Kesimpulan dan tindak lanjut (Dinkes, 2010).

21 | P a g e
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan saran sebagai
berikut:

1. Diharapkan kepada para petugas surveilans di Puskesmas yang ada di Kec.


Blimbing agar memaksimalkan kegiatan surveilans yang berjalan untuk
menekan angka kejadian penyakit menular maupun tidak menular
dimasyarakat.
2. Diharapkan kepada pemerintah, utamanya Dinas Kota Malang agar
mengadakan pemantauan secara berkala di masyarakat umum terutama di
tempat-tempat yang rawan sebagai daerah yang wilayahnya tergolong
epidemik dan pandemik serta lebih mempersiapkan Puskesmas sebagai
pusat informasi dan pelayanan langsung di masyarakat dalam mencegah
dan menanggunalangi penyakit menular maupun tidak menular, memberi
dukungan dan memberdayakan masyarakat.
3. Diharapkan Kepada Kepala Puskesmas yand ada di pandanwangi agar
mengawasi kinerja dan kedisplinan stafnya serta lebih melengkapi segi
fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti fasilitas komputer,
tansportasi, penambahan tenaga kesehatan serta hal-hal lain yang
dibutuhkan guna lancarnya kegiatan surveilans di Puskesmas.
4. Memberikan penyuluhan dan sosialisasi secara terus-menerus kepada
masyarakat mengenai penyakit menular dan penyakit tidak menular
sehingga masyarakat mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan penyakit
menular dan penyakit tidak menular dan mampu mencegah penularannya.
5. Perlunya pelatihan khusus kepada tenaga kesehatan di tingkat Puskesmas
khususnya dari tenaga surveilans terhadap masalah penyakit sehingga ada
respon positif melalui tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit.
6. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti serupa hendaknya lebih
mengembangkan variabel, desain penelitian, dan metode pengambilan
sampel yang akan diteliti lebih berbeda agar hasil yang diperoleh lebih
signifikan.

22 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, Ridwan. 2012. Surveilans Kesehatan Masyarakat. IPB Press. Bogor.

Budioro, 2007. Pengantar Epidemiologi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,


Semarang.

Bungin, Burhan, 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Rajawali Pers, Jakarta.

Buton, La Djabo. 2008, Bahan Ajar Mata Kuliah Surveilans Kesmas, Unhalu,
Kendari.

Depkes RI, 2010. Profil Kesehatan Kesehatan Indonesia 2009, Depkes RI


Direktorat Jenderal PPM & PLP, Jakarta.

Heryana, A. 2015. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular. Universitas Esa


Unggul. Jakarta.

Hikmawati, I. 2011. Buku Ajar Epidemiologi. Nuha Medika. Yogyakarta.

Http://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/pengembangan-surveilans-
penyakit-berbasis-masyarakat, diakses tanggal 16 Desember 2015

Imari,S. 2011. Surveilans Epidemiologi Prinsip,Aplikasi,Manajemen

Penyelenggaraan dan Evaluasi Sistem Surveilans. FETP Kemenkes RI-


WHO. Jakarta.

Kalsum, N. (2011). Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Tuberkulosis (TB) Di


Wilayah Kerja Puskesmas Lalonggasymeeto Kabupaten Konawe Tahun
2010. Skripsi Universitas Halu Oleo. Kendari.

Kemenkes. 2003. Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi

Kesehatan. Kemenkes RI.

Kemenkes. 2003. Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi


penyakit Menular Dan Penyakit Tidak Menular Terpadu. Kemenkes RI

Masrochah,S. 2008. Sistem Informasi Surveilans Epidemiologi Sebagai Pendukung


Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit di Dinas
Kesehatan Kota Semarang, Universitas Diponegoro. Semarang.

23 | P a g e
Mahfudhoh, B. 2015. Komponen Sistem Surveilans Demam Berdarah Dengue
(Dbd) Di Dinas Kesehatan Kota Kediri. Artikel Ilmiah. FKM Universitas
Airlangga. Surabaya.

Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Rineka Cipta. Jakarta.

Permenkes. 2014. Tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan. Permenkes RI

Permenkes. 2010. Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan


Wabah Dan Upaya Penanggulangan. Permenkes RI.

Weraman, P. 2010. Dasar Surveilans Kesehatan Masyaratakat. Gramata

Publishing. Jakarta.

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasannya Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.

World Health Organization. 2008. Measles, www.who.int. diakses tangga13


Desember 2015.

World Health Organization Indonesia. 2012. Report on Situational Analysis of


Acute Respiratory Infections in Children in Indonesia. Jakarta.

24 | P a g e
25 | P a g e
26 | P a g e
27 | P a g e
28 | P a g e
29 | P a g e
30 | P a g e
31 | P a g e
32 | P a g e
33 | P a g e
34 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai