PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1|Page
program dan sektor serta kerjasama antara Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional
dan internasional.
2|Page
pengumpulan, pengolahan, dan analisis data yang diperoleh dari berbagai unit
sumber data. Banyaknya kegiatan perekaman, pengumpulan, pengolahan data
akan memberikan beban kerja dan menganggu upaya meningkatkan kinerja
surveilans. Oleh karena itu, diperlukan penyelengaraan sistem surveilans yang
sesedikit mungkin indikator kerja serta sesederhana mungkin, tetapi tetap dapat
mengukur kualitas penyelengaraan surveilans dalam memberikan informasi.
Indikator yang paling sering digunakan adalah kelengkapan laporan, ketepatan
waktu laporan, kelengkapan distribusi/desiminasi informasi, dan terbitnya
buletin epidemiologi (Weraman, 2010).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
3|Page
Mengetahui pelaksanaan program surveilans di Puskesmas
Pandanwangi Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian program surveilans
epidemiologi di Puskesmas Pandanwangi Tahun 2017.
b. Meahasiswa mampu belajar teori/target program surveilans
epidemiologi di Puskesmas Pandanwangi Tahun 2017.
c. Mahasiswa mampu mengenal pelaksanaan/ pencapaian kegiatan
program surveilans epidemiologi di Puskesmas Pandanwangi Tahun
2017.
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah
e. Mahasiswa mampu membuat rencana program
f. Mahasiswa mampu mengimplementasikan
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi program surveilans epidemiologi di
Puskesmas Pandanwangi Tahun 2017.
4|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5|Page
b. Tujuan khusus
1. Mengumpulkan data kesakitan, data laboratorium dan Kejadian Luar Biasa
(KLB) penyakit dan keracunan di puskesmas, rumah sakit, dan laboratorium
sebagai sumber data Surveilans Terpadu Penyakit (STP).
2. Mendistribusikan data kesakitan, data laboratorium, serta KLB penyakit dan
keracunan tersebut kepada unit surveilans Dinas kesehatan Kabupaten/Kota,
Propinsi, dan Ditjen P2MPL.
3. Melaksanakan pengolahan dan penyajian data penyakit dalam bentuk tabel,
grafik, peta, dan analisis epidemiologi lebih lanjut pada surveilans Dinas
kesehatan Kabupaten/Kota, Propinsi, dan Ditjen P2MPL.
4. Mendistribusikan hasil pengolahan dan penyajian data penyakit beserta hasil
analisis epidemiologi lebih lanjut dan rekomendasi program terkait di
puskesmas, rumah sakit, laboratorium, kabupaten/Kota, propinsi, nasional,
pusat penelitian, pusat kajian, perguruan tinggi, dan sektor terkait lainnya.
(Weraman, 2010)
3. Ruang Lingkup Penyelengaraan Surveilans Epidemiologi
Masalah kesehatan disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu secara
operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh sektor
kesehatan sendiri, diperlukan tatalaksana terintegrasi dan komprehensif dengan
kerjasama yang antar sektor dan antar program sehingga ruang lingkup surveilans
epidemiologi meliputi: (Buton, 2008).
6|Page
10) Surveilans penyakit HIV/AIDS
11) Surveilans penyakit Hepatitis
12) Surveilans penyakit menular seksual
13) Surveilans penyakit pneumonia, termasuk penyakit infeksi saluran pernapasan
akut berat (severe acute respiratory infection)
b. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular
dan faktor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.
Menurut Permenkes (2014) Surveilans tidak penyakit menular yang dilakukan
meliputi :
1) Surveilans penyakit jantung dan pembuluh darah
2) Surveilans diabetes mellitus dan penyakit metabolic
3) Surveilans penyakit kanker
4) Surveilas kronis dan degeneratif
5) Surveilans gangguan mental
6) Surveilans gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
c. Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku Merupakan
analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor risiko untuk
mendukung program penyehatan lingkungan.
d. Surveilans epidemiologi masalah kesehatan
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan
faktor risiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.
e. Surveilans epidemiologi kesehatan matra
Merupakan Analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan
dan faktor risiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra.
7|Page
Tabel.1. Indikator Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan
memiliki :
memiliki :
atau terampil
8|Page
5. Puskesmas 1 tenaga epidemiologi terampil
telekomunikasi lainnya)
c. 1 paket kepustakaan
surveilans epidemiologi
telekomunikasi lainnya)
c. 1 paket kepustakaan
e. 1 paket formulir
9|Page
f. 2 paket peralatan pelaksanaan
surveilans epidemiologi
(telepon,faksimili, SSB)
c. 1 paket kepustakaan
e. 1 paket formulir
surveilans epidemiologi
g. 1 roda dua
10 | P a g e
lebih
lebih
lebih setahun
lebih
11 | P a g e
Profil Surveilans Epidemiologi
Kabupaten/Kota sebesar 1 kali
setahun
12 | P a g e
5. Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan
Penyelenggaraan surveilans epidemiologi kesehatan wajib dilakukan
oleh setiap instansi kesehatan pemerintah, instansi kesehatan propinsi, instansi
kesehatan Kabupaten/Kota dan lembaga masyarakat dan swasta baik secara
fungsional atau struktural.
Pada pedoman penyelengaraan Surveilans Epidemiologi Kesehatan,
mekanisme kerja surveilans terdiri atas :
a. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya.
d. Studi epidemiologi
g. Umpan balik
13 | P a g e
b. Penyelenggaraan berdasarkan aktifitas pengumpulan data
1) Surveilans aktif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemilogi
dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi
unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.
2) Surveilans pasif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi
dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima
data tersebut dari unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber
data lainnya.
c. Penyelenggaraan berdasarkan pola pelaksanaan
1) Pola kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada
ketentuan yang berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah
dan atau bencana.
2) Pola selain kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu
pada ketentuan yang berlaku untuk keadaan di luar KLB dan atau
wabah dan atau bencana.
d. Penyelenggaraan berdasarkan kualitas pemeriksaan
1) Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatan
surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis
atau tidak menggunakan peralatan pendukung pemeriksaan.
2) Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan
surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan
laboratorium atau peralatan pendukung pemeriksaan lainnya.
14 | P a g e
2) Pengolahan data
Sebelum data diolah dilakukan pembersihan koreksi dan cek ulang,
selanjutnya data diolah dengan cara perekaman data, validasi, pengkodean, alih
bentuk (transform) dan pengelompokan berdasarkan variabel tempat, waktu,
dan orang. Hasil pengolahan dapat berbentuk tabel, grafik, dan peta menurut
variabel golongan umur, jenis kelamin, tempat dan waktu, atau berdasarkan
faktor risiko tertentu. Setiap variabel tersebut disajikan dalam bentuk ukuran
epidemiologi yang tepat (rate, rasio dan proporsi).
Pengolahan data yang baik akan memberikan informasi spesifik suatu
penyakit dan atau masalah kesehatan. Selanjutnya adalah penyajian hasil olahan
data dalam bentuk yang informatif, dan menarik. Hal ini akan membantu
pengguna data untuk memahami keadaan yang disajikan.
3) Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode epidemiologi
deskriptif dan/atau analitik untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan
tujuan surveilans yang ditetapkan.
Analisis dengan metode epidemiologi deskriptif dilakukan untuk
mendapat gambaran tentang distribusi penyakit atau masalah kesehatan serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya menurut waktu, tempat dan orang.
Sedangkan analisis dengan metode epidemiologi analitik dilakukan untuk
mengetahui hubungan antar variabel yang dapat mempengaruhi peningkatan
kejadian kesakitan atau masalah kesehatan. Untuk mempermudah melakukan
analisis dengan metode epidemiologi analitik dapat menggunakan alat bantu
statistik.
Hasil analisis akan memberikan arah dalam menentukan besaran
masalah, kecenderungan suatu keadaan, sebab akibat suatu kejadian, dan
penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan hasil analisis harus didukung
dengan teori dan kajian ilmiah yang sudah ada.
4) Diseminasi Informasi
Diseminasi informasi dapat disampaikan dalam bentuk buletin, surat
edaran, laporan berkala, forum pertemuan, termasuk publikasi ilmiah.
Diseminasi informasi dilakukan dengan memanfaatkan sarana teknologi
informasi yang mudah diakses. Diseminasi informasi dapat juga dilakukan
apabila petugas surveilans secara aktif terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan
15 | P a g e
dan monitoring evaluasi program kesehatan, dengan menyampaikan hasil
analisis (Permenkes, 2014).
16 | P a g e
- 14 tahun, 15-19 tahun, 20 - 44 tahun, 45 – 54 tahun, 55 – 59
tahun, 60 – 69 tahun,70 tahun lebih dan total menurut jenis
kelamin
17 | P a g e
2. Pelaksanaan Surveilans Terpadu Penyakit Bersumber Puskesmas
a. Data Surveilans Terpadu Penyakit diperoleh dari data harian pelayanan
kesehatan yang disusun dalam sistem perekaman data yang ditetapkan
oleh masing-masing Puskesmas.
b. Puskesmas mengirimkan data Surveilans Terpadu Penyakit bulanan
serta data PWS penyakit potensial KLB mingguan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas Sentinel juga mengirimkan data
Surveilans Terpadu Penyakit bulanan tersebut ke Dinas Kesehatan
Propinsi dan Ditjen PPM&PL Depkes.
c. Masing-masing Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Propinsi dan Ditjen PPM&PL Depkes melakukan analisis
dan penyajian data dalam bentuk tabel, grafik dan peta yang bermakna
secara epidemiologi, menarik kesimpulan dan menyusun rekomendasi
serta mendistribusikannya kepada unit-unit yang membutuhkannya.
(Kemenkes No.1479, 2003)
3. Peran dan Mekanisme Kerja Surveilans Terpadu Penyakit (STP) di
Puskesmas
Untuk berlangsungnya penyelenggaran surveilans epidemiologi di
puskesmas maka Puskesmas (STP Puskesmas) memiliki peran sebagai
berikut :
18 | P a g e
Surveilans Terpadu Penyakit (STP) dapat dimulai dari tingkat desa,
data berasal dari Polindes dan Pustu. Polindes dan Pustu memberikan data
penderita baik penyakit menular maupun tidak menular kepada Puskesmas
untuk dilanjutkan ke Dinas Kesahatan Kabupaten. STP mencatat semua
kegiatan program yang sedang dikerjakan oleh pengelola program yang ada
sehingga mendapatkan prioritas yang sesuai dengan permasalahan yang ada
pada setiap pengelola program.
19 | P a g e
3) Membangun kerjasama dengan program dan sektor terkait untuk
memecahkan kan permasalah penyakit di wilayahnya.
4) Bersama Tim Gerak Cepat (TGC) KLB Puskesmas, melakukan respon
cepat jika terdapat laporan adanya KLB/ancaman KLB penyakit di
wilayahnya.
5) Melaporkan kegiatan surveilans ke Dinas
Kesehatan
20 | P a g e
a) Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu
daerah.
b) Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun
waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya.
c) Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu
menurut jenis penyakitnya.
d) Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per
bulan dalam tahun sebelumnya.
e) Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-
rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.
f) Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1
(satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh
persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu
penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
g) Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu
periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu
periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama (Permenkes, 2010).
2. Kegiatan SKD-KLB di Puskesmas
21 | P a g e
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan saran sebagai
berikut:
22 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Buton, La Djabo. 2008, Bahan Ajar Mata Kuliah Surveilans Kesmas, Unhalu,
Kendari.
Http://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/pengembangan-surveilans-
penyakit-berbasis-masyarakat, diakses tanggal 16 Desember 2015
23 | P a g e
Mahfudhoh, B. 2015. Komponen Sistem Surveilans Demam Berdarah Dengue
(Dbd) Di Dinas Kesehatan Kota Kediri. Artikel Ilmiah. FKM Universitas
Airlangga. Surabaya.
Publishing. Jakarta.
24 | P a g e
25 | P a g e
26 | P a g e
27 | P a g e
28 | P a g e
29 | P a g e
30 | P a g e
31 | P a g e
32 | P a g e
33 | P a g e
34 | P a g e