Dibagi 2 golongan :
penghambat siklooksigenase (COX) pengobatan inflamasi
penghambat nonsiklooksigenase antirematik dan terapi GOUT
OBAT-OBAT AINS PENGHAMBAT COX
COX inhibitor meliputi antipiretik, anti-inflamasi, analgesik dan analgesik
nonnarkotik.
AINS hanya untuk terapi simptomatik hanya menekan radang, panas atau
nyeri untuk mengobati nyeri ringan hingga sedang, demam, artritis dan gangguan
berupa radang, termasuk gout dan hiperurikemia.
Sebagian besar AINS efektif untuk terapi artritis rematoid, osteoartritis dan
sindroma muskuloskeletal lokal seperti kesleo, otot kaku dan nyeri punggung.
Klasifikasi AINS
Farmakodinamika
Prostaglandin : mediator kimia penting dalam proses inflamasi.
Penghambatan biosintesis PG gangguan reaksi biokimia yang mengarah
pada inflamasi.
Efek AINS : melalui penghambatan sintesis prostaglandin (PG), melalui
penghambatan enzim siklooksigenase yaitu enzim yang mengkatalisis
pembentukan PG endoperoksida PGG2 dan PGH2 dari asam arakidonat.
Akibatnya sintesis semua PG dari endoperoksida ini dihambat.
Mekanisme anti-inflamasi yang lain adalah melalui penghambatan jalur
lipoksigenase, tetapi bukan merupakan mekanisme kerja AINS.
Pengontrolan suhu tubuh : di pusat termoregulatori di hipotalamus.
Pusat ini mengatur keseimbangan antara panas tubuh yang hilang dan panas
yang diproduksi. Demam : keseimbangan ini terganggu karena produksi panas yang
berlebih.
Proses inflamasi dan atau adanya endotoksin bakteri menyebabkan
pelepasan interleukin-1 (IL-1) dari makrofag yang menginduksi sintesis PG tipe E di
hipotalamus kemudian menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
Obat AINS menghambat enzim siklooksigenase sehingga menghambat
sintesis PGE dilatasi pembuluh darah diikuti turunnya suhu tubuh.
Efek samping
biasanya terjadi bila seseorang minum dosis tinggi dalam waktu yang
lama.
Efek samping berupa gangguan saluran cerna, kulit, ginjal dan yang agak
jarang gangguan di hati, darah dan sumsum tulang.
Efek samping yang sering adalah dispepsia, diare atau konstipasi, mual dan
muntah berlanjut karena pemakaian kronis dapat terjadi erosi gastritis, tukak
lambung dan perdarahan serius.
Mekanisme terjadinya efek samping adalah melalui penghambatan enzim
siklooksigenase-1 sehingga menghambat sintesis PGE2 yang bertugas mengatur
sekresi asam lambung dan perlindungan mukosa.
Interaksi obat AINS
Asetosal menggeser ikatan obat-protein AINS lain.
dengan heparin dan antikoagulan oral beresiko terjadi perdarahan karena
AINS menghambat agregasi platelet dan menggeser antikoagulan dari ikatannya
dengan protein sehingga terjadi efek potensiasi.
dengan sulfonamida, sulfonamida dari ikatannya dengan protein oleh
salisilat kadar sulfonamid bebas meningkat toksisitas.
dengan litium atau metotreksat meningkatkan toksisitas karena laju
ekskresinya dikurangi sehingga kadar litium atau metotreksat plasma meningkat.
dengan probenesid juga perlu dimonitor karena bisa terjadi efek potensiasi.
dengan diuretik loop dan antihipertensi, karena pemakaian AINS bersama
diuretik loop atau antihipertensi menurunkan efektivitas kedua obat ini.
Interaksi Asetosal
Heparin dan antikoagulan oral : meningkatkan resiko perdarahan dan
memperpanjang waktu pembekuan darah.]
Antasida : mengurangi laju absorpsi asetosal
Senyawa yang mengasamkan urin (vitamin C, Na-posfat, NH4Cl) :
menurunkan laju ekskresi asam salisilat dengan cara meningkatkan laju
reabsorpsi.
Senyawa yang membasakan urin (metotreksat) : meningkatkan laju eksresi
asetosal.
Alkohol : meningkatkan resiko perdarahan
Penisilin : asetosal meningkatkan waktu paro penisilin karena berkompetisi
dengan penislinpada transport aktif di tubulus renal.
Interaksi Asetosal
Vankomisin : meningkatkan resiko ototoksisitas
ACE (angiotensin converting enzyme) inhibitor (kaptopril) : menurunkan efek
antihipertensi
Kortikosteroid : meningkatkan laju ekskresi asetosal sehingga menurunkan
kadar plasma
Penghambat karbonat anhidrase (asetazolamida): walaupun meningkatkan
ekskresi asetosal juga mem-potensiasi toksisitasnya dengan menginduksi
metabolik asidosis dan meningkatkan penetrasinya ke jaringan.
Metotreksat : asetosal menurunkan laju ekskresi metotreksat sehingga
meningkatkan kadar plasma dan toksisitasnya
Sulfonilurea (mis. Tolbutamid) : dosis besar asetosal meningkatkan efek
sulfonilurea.
Diflunisal
Diflunisal adalah derivat difluorofenil dari asam salisilat yang tidak
dimetabolisme menjadi asam salisilat.
Obat ini lebih poten dari pada asetosal sebagai analgesik dan anti-inflamasi,
tapi tidak punya efek antipiretik.
Interaksi Diflunisal
Antasida : menurunkan kadar plasma diflunisal
AINS lain : tidak boleh dipakai bersama AINS lain karena meningkatkan
resiko iritasi dan perdarahan saluran cerna
Asetaminofen : penggunaan bersama keduanya dalam jangka panjang dapat
meningkatkan resiko kerusakan ginjal
Beta bloker : mengurangi efek antihipertensi dari beta-bloker dan
antihipertensi lain
Sefamandol, Sefoperazon, asam valproat : meningkatkan resiko
hipoprotrombinemia
Kolsikin, glukokortikoid, suplemen kalium, alkohol : meningkatkan resiko
resiko iritasi dan perdarahan saluran cerna
Interaksi Diflunisal
Siklosporin : meningkatkan resiko nefrotoksisitas
Digoksin, metotreksat, fenitoin, insulin, antidiabetika oral atau diuretik loop :
peningkatan kadar plasma obat-obat tersebut sehingga meningkatkan
toksisitas
Heparin, antikoagulan oral dan antitrombolitik : meningkatkan waktu
pembekuan darah dan resiko perdarahan
Probenesid : meningkatkan kadar plasma diflunisal
Indometasin
Indometasin adalah derivat asam asetat indol yang 20-30 kali lebih poten
aktivitas analgesik, antipiretik dan anti-inflamasinya dibanding asetosal.
Semua senyawa yang berinteraksi dengan diflunisal berinteraksi juga dengan
indometasin.
Interaksi Indometasin
Aminoglikosida : meningkatkan resiko toksisitas aminoglikosida karena
peningkatan kadar plasma
Depresan sumsum tulang belakang : dapat meningkatkan efek leukopenia dan
trombositopenia dari senyawa ini
Probenesid : memperlama waktu paro indometasin sehingga meningkatkan
toksisitas indometasin
Zidovudin : pemakaian bersama keduanya meningkatkan efek samping
keduanya
Litium : meningkatkan kadar plasma dan toksisitas litium
Inhibitor agregasi platelet : meningkatkan resiko iritasi saluran cerna dan
perdarahan
Diflunisal : meningkatkan kadar plasma dan toksisitas indometasin.
Diklofenak
Diklofenak adalah derivat asam fenilasetat yang efek analgesik, antipiretik
dan anti-inflamasinya sebanding dengan indometasin.
Kerjanya bukan saja melalui penghambatan enzim siklooksigenase tapi juga
mampu menurunkan bioavailabilitas asam arakidonat dengan meningkatkan
konversinya menjadi trigliserida.
Seperti halnya AINS lain diklofenak diabsorpsi dengan cepat setelah
pemakaian oral dan mengalami first pass metabolism sehingga bioavailabilitasnya di
sistemik tinggal 50%.
Interaksi Diklofenak
Diklofenak berinteraksi dengan simetidin dimana terjadi peningkatan kadar
plasma diklofenak. Simetidin (suatu agonis reseptor histamin-2) juga berikatan
dengan sitokrom P450 dan mengurangi aktivitas enzim oksidase hepatik.
Diklofenak juga berinteraksi dengan obat-obat yang berinteraksi dengan
indometasin.
Ibuprofen
Ibuprofen adalah derivat asam fenilpropionat, yang mempunyai aktivitas
analgesik, anti-inflamasi dan antipiretik.
Interaksi Ibuprofen
Asetaminofen : penggunaan keduanya dalam jangka panjang meningkatkan
resiko nefrotoksisitas
Antihipertensi : menurunkan efektivitas antihipertensi
Alkohol dan AINS lain : meningkatkan resiko perdarahan dan efek samping
saluran cerna
Depresan sumsum tulang belakang : meningkatkan efek leukopenia dan
trombositopenia.
Sefamandol, sefoperazon dan asam valproat : meningkatkan resiko
hipoprotrombinemia, tukak dan perdarahan.
Kolsikin, penghambat agregasi platelet , kortikosteroid, suplemen kalium :
meningkatkan resiko efek samping dan perdarahan saluran cerna
Interaksi Ibuprofen
Siklosporin : resiko nefrotoksisitas, juga berakibat meningkatnya kadar plasma
siklosporin.
Digoksin : meningkatkan kadar plasma digoksin sehingga meningkat pula
toksisitasnya.
Diuretik (termasuk diuretik hemat kalium dan tiazida) : menurunkan efektivitas
diuretik.
Heparin, antikoagulan oral dan trombolitik : meningkatkan efek antikoagulan
sehingga resiko perdarahan meningkat
Insulin dan antidiabet oral : Peningkatan efek hipoglikemik
Litium : peningkatan kadar plasma litium
Metotreksat : ibuprofen dan AINS lain dikontraindikasikan untuk pasien yang
diterapi dn metotreksat karena kombinasi ini dapat menurunkan klirens
metotreksat sehingga meningkatkan resiko toksisitas metotreksat.
Probenesid : peningkatan kadar palsma dan toksisitas ibuprofen
Naproksen
Naproksen adalah derivat asam fenilpropionat yang mempunyai aktivitas anti-
inflamasi, analgesik dan antipiretik.
Waktu paronya cukup panjang sehingga memungkinkan diberikan satu atau
dua kali sehari.
Naproksen mengalami metabolisme fase I dan II dan diekskresi dalam bentuk
konjugat tak aktif atau asam bebasnya.
Efek samping saluran cerna kurang dari asetosal tapi dua kali lipat efek
samping ibuprofen.
Interaksi obat dengan naproksen sama dengan AINS lain.
Asam fenamat
Asam mefenamat dan meklofenamat adalah derivat asam fenamat.
Efek anti-inflamasi dihasilkan karena kemampuan penghambatan
siklooksigenase dan posfolipase. Keduanya menalami metabolisme fase I dan II.
Metabolit konjugat diekskresikan lewat urin dan metabolut tak-terkonjugasi
diekskresikan lewat feses.
Efek anti-inflamasi tidak terlalu kuat dibandin AINS lain. Interaksi obat sama
dengan AINS lain.
Efek samping salauran cerna lebih parah dan sering dibanding AINS lain
sehingga golongan ini jarang digunakan secara luas.
Oksikam (asam enolat)
Meloksikam
Golongan enolkarboksamida, suatu derivat oksikam.
Penghambat COX 1 dan -2 tapi lebih selektif terhadap COX-2.
Absorpsinya lambat, sedang waktu paronya panjang.
Efek samping dan interaksi obat sama dengan AINS lain.
Diketahui meloksikam dapat menurunkan efek diuretik dari furosemid.
Piroksikam
Piroksikam menghambat COX-1 dan -2 secara tidak selektif. Pada
konsentrasi tinggi mampu menghambat migrasi leukosit PMN (polymorphonuclear).
Piroksikam diabsorpsi dengan cepat, dan karena mengalam sirkulasi
enterohepatik maka waktu paronya sangat panjang sehingga bisa diberikan satu kali
sehari.
Efek samping dan interaksi obat sama dengan AINS lain.
Asetaminofen
Asam mefenamat dan meklofenamat adalah derivat asam fenamat.
Efek anti-inflamasi dihasilkan karena kemampuan penghambatan
siklooksigenase dan posfolipase.
Keduanya mengalami metabolisme fase I dan II. Metabolit konjugat
diekskresikan lewat urin dan metabolut tak-terkonjugasi diekskresikan lewat feses.
Efek anti-inflamasi tidak terlalu kuat dibanding AINS lain. Interaksi obat sama
dengan AINS lain.
Efek samping salauran cerna lebih parah dan sering dibanding AINS lain
sehingga golongan ini jarang digunakan secara luas.
Interaksi Asetaminofen
Kontrasepsi oral : penurunan efek asetaminofen
Propanolol : peningkatan aktivitas asetaminofen
Antikolinergik : Antikolinergik memperlama absorpsi asetaminofen sehingga
menunda onset of action.
Barbiturat, hidantoin, rifampisin, sulfinpirazon, isoniazid dan karbamazepin :
menurunkan efek dan meningkatkan toksisitas asetaminofen
Probenesid : peningkatan efek asetaminofen
Diuetik loop : menurunkan efek diuretik
Zidovudin : penurunan efek zidovudin.
Selekoksib (Celecoxib)
Celekoksib adalah derivat pirazol yang selektif menghambat COX-2.
Celekoksib diabsorpsi dengan baik dan sangat terikat protein.
Karena tidak menghambat COX-1 efek samping saluran cerna sangat
minimal dibanding AINS lain.
Interaksi Selekoksib (Celecoxib)
ACE-inhibitor : penurunan efek antihipertensi
Asetosal : peningkatan resiko komplikasi dan perdarahan saluran cerna
Litium : peningkatan kadar plasma litium
Antikoagulan oral : Selekoksib mem-potensiasi efek warfarin sehingga
meningkatkan waktu pembekuan darah dan resiko perdarahan.
Flukonazol : peningkatan kadar plasma selekoksib
Furosemid dan diuretik tiazid : penurunan efek diuretik sehingga meningkatkan
resiko gagal ginjal
Rofekoksib (Rofecoxib)
Rofekoksib adalah derivat furan yang selektif terhadap COX-2, mempunyai
efek anti-inflamasi, analgesik dan antipiretik.
Interaksi rofekoksib sama dengan selekoksib
Interaksi Rofekoksib (Rofecoxib)
Metotreksat : peningkatan kadar plasma metotreksat
Rifampisin :penurunan kadar plasma rofekoksib, bisa juga menjadi tidak efektif
Simetidin : peningkatan kadar plasma rofekoksib.
OBAT-OBAT ANTIREMATIK
PEMODIFIKASI PENYAKIT
(DMARs : Disease-Modifying Antirheumatic Drugs)
Obat-obat Imunosupresan
Metotreksat
Metotreksat adalah senyawa antineoplastik dan imunimodulasi yang bekerja
melalui berbagai mekanisme.
Sebagai senyawa analog asam folat, metotreksat menghambat dihidrofolat
reduktase, sehingga membatasi ketersediaan tetrahidrofolat untuk sintesis DNA.
Akibatnya replikasi limfosit T dan sel-sel lain yang terlibat dalam proses inflamasi
dihambat.
Selain itu metotreksat menghambat migrasi sel PMN ke tempat inflamasi dan
mengurangi produksi radikal bebas dan beberapa sitokin.
Metotreksat diabsorpsi sekitar 70% bila dipakai per oral. Efek samping
saluran cerna meliputi tukak kolitis, diare, mual, tukak mukosa, sitopenia, di samping
efek samping hepatotoksisitas hingga sirosis hati.
Interaksi Metotreksat
Depresan sumsum tulang belakang : potensiasi efek keduanya.
Asam folat : penurunan efek metotreksat
Senyawa hepatotoksik : peningkatan resiko hepatotoksik
Neomisin : penurunan absorpsi metotreksat
AINS konvensional : peningkatan toksisitas metotreksat
Sulfonamida : peningkatan resiko hepatotoksik
Vaksin : peningkatan resiko infeksi.
Siklosporin
Siklosporin adalah suatu imunosupresan yang bekerja dengan menghambat
proliferasi limfosit T, menghambat pelepasan interleukin-2 (IL-2) dan TNF-α (tumor
necrosis factor).
Efek sampingnya adalah nefrotoksisitas, gangguan hati dan limfoma.
Interaksi Siklosporin
Siklosporin berinteraksi dengan aminoglikosida, amfoterisin B, pemblok kanal
Ca, eritromisin dan antibiotik lain, kontrasepsi oral, kolkhisin, sulfonamida, digoksin,
antihiperlipidemia golongan statin, berbagai AINS, probucol, terbinafin dan
metoklopramid. Sebagian besar interaksi di atas menghasilkan peningkatan
toksisitas terutama nefrotoksisitas.
Azatioprin
Azatioprin merupakan suatu analog purin yang metabolit utamanya, asam 6-
tioinosinat, menghambat sintesis asam inosinat dan menekan fungsi sel T dan B.
Seperti imunosupresan lain efek samping utama berupa depresi sumsum
tulang, peningkatan resiko infeksi.
Interaksi Azatioprin
Azatioprin berinteraksi dengan ACE inhibitor, obat-obat yang mempengaruhi
sumsum tulang, alopurinol, antikoagulan, metotreksat, siklosporin dan pemblok
neuromuskuler.
Senyawa pengalkil
Senyawa pengalkil yang banyak digunakan untuk terapi artritis rematoid
adalah klorambusil dan siklofosfamid, yang bekerja dengan cara mengganggu
replikasi melalui crosslinking pada DNA.
Efek sampingnya meliputi leukemia, infertilitas dan supresi sumsum tulang.
Interaksi Senyawa pengalkil
Klorambusil berinteraksi dengan antikoagulan, barbiturat, digoksin, senyawa
imunosupresan, inhibitor platelet, salisilat dan vaksin.
Obat-obat antimalaria
Klorokuin dan metabolit utamanya, hidroksiklorokuin merupakan antimalaria
yang digunakan untuk terapi artritis rematoid, karena mampu menurunkan migrasi
leukosit dan aktivitas asam hidrolase dan fungsi limfosit T, selain juga mampu
menghambat sintesis DNA.
Interaksi Obat-obat antimalaria
Klorokuin dan metabolit utamanya, hidroksiklorokuin berinteraksi dengan
digoksin, kaolin dan penisilamin.
Klorokuin juga berinteraksi dengan simetidin dan vaksin rabies.
Sulfasalazin
Sulfasalazin termasuk golongan sulfonamida, merupakan suatu prodrug yang
dimetabolisme menjadi asam 5-aminosalisilat dan sulfapiridin.
Efek sampingnya meliputi ruam, mual, muntah, depresi, sakit kepala,
kelelahan, dan yang jarang terjadi agranulositosis aplastis dan leukopenia.
Interaksi Sulfasalazin
Depresan sumsum tulang : peningkatan efek leukopenia dan trombositopenia
keduanya.
Obat-obat hepatotoksik : peningkatan hepatotoksisitas
Metotreksat : potensiasi efek metotreksat
Asam folat : peningkatan absorpsi asam folat
Digoksin : penghambatan absorpsi digoksin sehingga membatasi
bioavailabilitasnya
Hidantoin, kontrasepsi oral dan antidiabetik oral : potensiasi efek dan toksisitas
obat-obat tersebut.
OBAT-OBAT UNTUK TERAPI GOUT
Terapi serangan gout akut
segera mengurangi inflamasi, baik dengan inhibitor COX atau dengan
kolkhisin.
Terapi serangan gout kronis
menjaga kadar asam urat di bawah jenuh (< 6 mg/dL) dan mencegah
terakumulasi di jaringan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi laju
produksi asam urat dengan alopurinol atau meningkatkan laju ekskresi asam
urat dengan senyawa urikosurik.
Indometasin
Indometasin merupakan AINS pilihan untuk terapi gout akut, karena selain
menghambat siklooksigenase juga menghambat fagositosis kristal urat. Indometasin
sudah dibahas di bagian sebelumnya.
Kolkhisin
Kolkhisin terbukti efektif mengatasi nyeri dan inflamasi pada serangan gout
akut.
Mekanisme kerjanya melalui pengikatan protein tubulin dari sel dalam sistem
imunitas (mis. PMN) sehingga mengganggu migrasi, fagositosis dan pelepasan
mediator kimia seperti leukotrien.
Efek samping meliputi diare, mual, rambut rontok dan depresi sumsum
tulang.
Kolkhisin berinteraksi dengan antikoagulan, antineoplastik, siklosporin, AINS
dan vitamin B12.
Alopurinol
Alopurinol adalah suatu analog purin, yang menghambat sintesis asam urat
dengan jalan menghambat secara kompetitif enzim xantin oksidase.
Akibatnya kadar asam urat dalam plasma turun dan meningkatkan kadar
xantin dan hipoxantin yang lebih mudah larut dalam darah dan mudah terekskresi.
Efek samping utama adalah intoleransi saluran cerna, diare, mual dan
muntah.
Interaksi : alopurinol mempotensiasi efek 6-merkaptopurin, azatioprin,
dikumarol dan warfarin. Selain itu juga berinteraksi dengan ACE inhibitor,
amoksisilin, ampisilin, klorpropamid, siklofosfamid, diuretik tiazid dan vitamin C (bila
diminum dalam dosis tinggi).
Senyawa urikosurik
Senyawa urikosurik adalah senyawa yang pada kadar tinggi mampu
meningkatkan laju ekskresi asam urat dengan menghambat reabsorpsinya pada
tempat transpor aktifnya di tubulus proximalis.
Hasilnya adalah penurunan kadar plasma. Contohnya adalah probenesid dan
sulfinpirazon.
Probenesid adalah derivat sulfonamid.
Probenesid dapat meningkatkan efek berbagai obat, antara lain : asiklovir,
alopurinol, antineoplastik, zidovudin, tiopental, sulfonilurea, rifampisin, sulfonamid,
riboflavin, Na-aminosalisilat, sefalosporin, siprofloksasin, klofibrat, dapson,
gansiklovir, imipenem, metotreksat, nitrofurantoin, norfloksasin, penisilin,
pirazinamid, furosemid, lorazepam, AINS, dengan cara memperlama ekskresinya
dari ginjal.
ANTIHEMOSTATIK
Antikoagulan
Heparin dan warfarin adalah antikoagulan standar yang banyak digunakan
secara klinis. Warfarin adalah antagonis vitamin K yang bekerja melalui
penghambatan faktor koagulasi II, VII, IX dan X.
Interaksi warfarin
Penurunan absorpsi
Kolestiramin dan kolestipol menurunkan absorpsi warfarin. Obat-obat ini juga
meningkatkan eliminasi warfarin dengan mempengaruhi resirkulasi hepatik
diperlukan peningkatan dosis warfarin sambil selalu memonitor waktu
pembekuan. Setelah terapi resin (kolestipol atau kolestiramin) dihentikan, dosis
warfarin harus diturunkan kembali.
Interaksi warfarin
Perubahan metabolisme
Warfarin dimetabolisme oleh sitokrom hati yang diinduksi oleh antikonvulsan
(fenobarbital, fenitoin dan karbamazepin), rifampisin, glutetimid dan griseofulv8in.
Pemakaian warfarin bersama obat-obat ini meningkatkan klirens warfarin
sehingga dibutuhkan dosis yang lebih tinggi untuk mendapatkan efek
farmakologis.
Interaksi warfarin
Efek terhadap ikatan albumin
Warfarin dalam sirkulasi terikat kuat pada albumin. Pemakaian warfarin bersama
AINS yang juga terikat kuat albumin dapat mengakibatkan terjadinya pergeseran
ikatan warfarin dari protein sehingga terjadi peningkatan kadar bentuk bebas
warfarin yang aktif dengan demikian juga terjadi peningkatan resiko perdarahan.
Antiplatelet
Senyawa-senyawa antiplatelet bekerja dengan mempengaruhi fungsi platelet
seperti agregasi, pelepasan isi granul dan vasokonstriksi yang diperantarai oleh
platelet. Berdasarkan mekanisme kerja digolongkan :
Kelas
Aspirin dan senyawa sejenis (AINS dan sulfinpirazon) menghambat secara
ireversibel siklooksigenase, enzim yang berperan dalam sintesis prostaglandin
dan tromboksan dari asam arakidonat.
Keterangan dan interaksi tentang obat ini dibahas dalam bagian AINS.
Kelas
Dipiridamol menghambar pemutusan AMP siklik (cAMP) yang dimediasi
fosfodiesterase, sehingga mencegah aktivasi platelet melalui berbagai
mekanisme.
Kelas
Interaksi obat :
Dipiridamol meningkatkan kadar plasma dan efek kardiovaskular dari
adenosi, sehingga dibutuhkan penyesuaian dosis adenosin.
Dipiridamol dapat meningkatkan efek hipotensif obat-obat yang menurunkan
tekanan darah.
Kelas
Ticlopidon dan clopidogrel menunjukkan aktivitas antiplatelet dengan
menghambat ikatan terhadap ADP.
Kelas
Interaksi obat (Ticlopidin) :
Antasida : pemakaian ticlopidon setelah antasid menurunkan kadar plasma
ticlopidin hingga 18%.
Simetidin : pemakaian karonik simetidin menurunkan klirens ticlopidin hingga
50%.
Digoksin : Pemakaian bersama ticlopidin dan digoxin menurunkan sedikit
penurunan (15%) kadar plasma digoksin, tapi tidak sampai menunjukkan
perubahan efek digoksin yang bermakna.
Teofilin : ticlopidin meningkatkan waktu paro eliminasi dari teofilin.
ANTILIPID/HIPOLIPIDEMIK
Hipolipidemik adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar lipid
plasma.
Lipid plasma yang utama yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam
bebas tidak larut dalam cairan plasma.
Agar lipid plasma dapat diangkut dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid
tersebut perlu dimodifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut dalam
air.
Obat-obat yang dapat menurunkan kadar lipoprotein plasma :
Asam fibrat (ex. Klofibrat, gemfibrozil)
Resin (kolestiramin , kolestipol)
Penghambat HMGCoA Reduktase
(mevastatin, pravastatin, levastatin dan simvastatin)
Klofibrat
Klofibrat menurunkan kadar VLDL, selain itu kadar kolesterol dan LDL juga
turun. Mekanisme kerjanya dengan meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase
sehingga katabolisme lipoprotein kaya-trigliserida seperti VLDL dan LDL meningkat.
Klofibrat diabsorpsi melalui usus secara lengkap. Ekskresi melalui urin
sebagai glukuronid.
Klofibrat
Interaksi obat :
Pemberian klofibrat bersama kolestiramin sedikit menunda tercapainya kadar
puncak plasma.
Klofibrat menggeser antikoagulan oral dari ikatannya dengan albumin dan
memperkuat efek obat-obat ini.
Gemfibrozil
Gemfibrozil sangat efektif menurunkan trigliserid plasma, sehingga produksi
VLDL dalam hati menurun. Gemfibrozil meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase
sehingga klirens partikel kaya trigliserid meningkat. Kadar kolesterol HDL juga dapat
meningkat pada pemberian obat ini.
Gemfibrozil
Interaksi :
Seperti klofibrat, gemfibrozil juga meningkatkan efek antikoagulan warfarin.
Kombinasi dengan resin menembah efek obat.
Pemberian bersama penghambat HMG CoA reduktase juga meningkatkan
efek obat.
Resin
Contoh obat-obat golongan ini adalah kolestiramin dan kolestipol.
Keduanya menurunkan kadar kolesterol plasma dengan cara mengikat asam
empedu dalam saluran cerna, mengganggu sirkulasi enterohepatik sehingga
ekskresi steroid yang bersifat asam dalam tinja meningkat.
Penurunan asam empedu oleh pemberian resin ini menyebabkan
meningkatnya produksi asam empedu yang berasal dari kolesterol.
Resin
Interaksi :
Kolestiramin dan kolestipol mengganggu absorpsi vitamin A, D dan K karena
gangguan absorpsi lemak.
Obat ini mengganggu absorpsi klorotiazid, tiroksin, digitalis, besi, fenilbutason
dan warfarin, sehingga obat-obat ini harus diberikan 1 jam sebelum atau 4 jam
sesudah kolestiramin.
Penghambat HMGCoA Reduktase
Golongan obat ini bersifat kompetitor kuat terhadap HMG CoA-reduktase
(hidroksi metil glutamil koenzim-A reduktase), suatu enzim yang mengontrol
biosintesis kolesterol.
Obat-obat ini efektif menurunkan kadar LDL kolesterol plasma.
Penghambat HMGCoA Reduktase
Penghambat HMG CoA-reduktase bekerja dengan menghambat sintesis
kolesterol di hati sehingga menurunkan kadar LDL plasma.
Obat yang penting adalah mevastatin, pravastatin, levastatin dan simvastatin.
Interaksi
Derivat asam fibrat dan asam nikotinat.
Kombinasi pravastatin dan gemfibrozil tidak dianjurkan karena terjadi penurunan
ekskresi urin dan ikatan protein pravastatin.
Antikoagulan
Tidak ada efek klinis yang signifikan bila dipakai bersama antikoagulan, tapi perlu
monitor perdarahan dan naiknya waktu pembekuan darah bila dilakukan
peningkatan dosis pravastatin.
Interaksi
Digoxin
Pemakaian bersama digoxin dan atorvastatin meningkatkan kadar tunak plasma
digoxin hingga 20%.
Antasid
Pemakaian suspensi antasid berisi Al dan Mg menurunkan kadar plasma
atorvastatin hingga 35%
Simetidin
Atorvastatin + simetidin menurunkan efektivitas penurunan trigliserida hingga 26-
34%
Eritromisin
Atorvastatin + eritromisin (suatu inhibitor sitokrom) meningkatkan kadar plasma
atorvastatin hingga 40%