Anda di halaman 1dari 19

BAB I

DEFINISI

A. HAK
Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang
yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam Kamus Bahasa
Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik,
kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (krn telah
ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yg benar atas sesuatu
atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat
(http://id.wikipedia.org/wiki/Hak)
Hak adalah Kebebasan untuk berbuat sesuatu menurut hukum dan
merupakan sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya
tergantung kepada kita sendiri.
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia
Macam-Macam Hak
1. Hak Legal dan Hak Moral
Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu
bentuk. Hak legal ini lebih banyak berbicara tentang hukum atau sosial.
2. Hak Positif dan Hak Negatif
Hak Negatif adalah suatu hak bersifat negatif , jika saya bebas untuk
melakukan sesuatu atau memiliki sesuatu dalam arti orang lain tidak boleh
menghindari saya untuk melakukan atau memilki hal itu.
3. Hak Khusus dan Hak Umum
Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara beberapa manusia
atau karena fungsi khusus yang dimilki orang satu terhadap orang lain.

1
4. Hak Individual dan Hak Sosial
Hak individual disini menyangkut pertama-tama adalah hak yang dimiliki
individu-individu terhadap Negara. Negara tidak boleh menghindari atau
mengganggu individu dalam mewujudkan hak-hak yang ia milki.

B. KEWAJIBAN
Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan
(sesuatu hal yang harus dilaksanakan) (http://id.wikipedia.org/wiki/Hak)
Kewajiban adalah (sesuatu) yg diwajibkan; sesuatu yg harus
dilaksanakan; keharusan (http://artikata.com/arti-383536-kewajiban.html)
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa
tanggung jawab. Dari kewajiban inilah kita bisa mendapatkan hak kita karena
hak dan kewajiban memiliki hubungan timbal balik.
(http://arlanwidiantara.blogspot.com/2012/03/kewajiban-warga-negara-
indonesia.html)
Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya
dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain
manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang
berkepentingan (Prof. Dr. Notonagoro). Sedangkan Kewajiban adalah Sesuatu
yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
(http://milalanasution.wordpress.com/2013/04/22/pengertian-hak-kewajiban-
dan-warga-negara/)
Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila
hak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi
manusia.
Jenis Kewajiban
1. Kewajiban hokum
2. Kewajiban alamiah
3. Kewajiban social
4. Kewajiban moral

C. HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN

2
Setiap pasien adalah unik, dengan kebutuhan, kekuatan, budaya dan
kepercayaan masing-masing. Rumah sakit membangun kepercayaan dan
komunikasi terbuka dengan pasien untuk memahami dan melindungi nilai
budaya, prikososial serta nilai spiritual pasien.
Hasil pelayanan pasien akan meningkat/bertambah baik bila pasien dan
keluarga atau mereka yang berhak mengambil keputusan diikut sertakan dalam
keputusan pelayanan dan proses dengan cara yang sesuai dengan budaya.
Rumah sakit memiliki peran penting dalam menghormati dan melindungi hak
pasien dan keluarga tersebut, untuk meningkatkan hak pasien dan keluarga
maka rumah sakit perlu adanya pemahaman tentang hak – hak pasien dan
keluarga.
1. Berikut adalah hak pasien berdasarkan Undang Undang No 4 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit:
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi
d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional
e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi
f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun
di luar Rumah Sakit
i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya

3
j. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta perkiraan biaya pengobatan
k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
l. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
m. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya
n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit
o. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya
p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya
q. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana
r. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Kewajiban Pasien berdasarkan Undang undang No 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran, Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran, PMK No 1691 Tahun 2011 Tentang Kesalamatan Pasien :
a. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau perawat
b. Mematuhi ketentuan yang berlaku disarana pelayanan kesehatan
c. Memberikan imbalan atas pelayanan yang diterima
d. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap, dan jujur tentang
masalah kesehatan
e. Menghormati dan tenggang rasa terhadap karyawan rumah sakit dan
pasien lainnya

4
BAB II
RUANG LINGKUP

Untuk menciptakan rumah sakit yang dapat menghormati dan melindungi


hak dan kewajiban pasien maka para pemimpin rumah sakit bekerjasama untuk
melindungi dan mengedepankan hak pasien dan keluarga, sehingga ruang lingkup
dari panduan ini adalah di seluruh staf rumah sakit yang melakukan pelayanan
langsung kepada pasien maupun tidak langsung. Staf harus memahami kebijakan
dan prosedur yang berkaitan dengan hak pasien dan dapat menjelaskan tanggung
jawab mereka dalam melindungi hak pasien
Selain itu, timbulnya hubungan hukum antara dokter dengan pasien
dengan semakin meningkatnya peranan hukum dalam pelayanan kesehatan, yang
antara lain disebabkan karena meningkatnya tingkat pendidikan, kesadaran
masyarakat akan kebutuhan kesehatan, maka akan meningkat pula perhatian
masyarakat tentang hak-haknya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
baik dan bermutu dengan pelayanan yang lebih luas dan mendalam. Adanya
spesialisasi dan pembagian kerja akan membuat pelayanan kesehatan lebih
merupakan kerjasama dengan pertanggungjawaban diantara sesama pemberi
bantuan, dan pertanggungjawaban terhadap pasien.
Dengan demikian, adanya gejala yang demikian itulah mendorong orang
untuk berusaha menemukan dasar hukum ( yuridis ) bagi pelayanan kesehatan
yang sebenarnya juga merupakan perbuatan hukum yang mengakibatkan
timbulnya hubungan hukum, walaupun hal tersebut sering kali tidak disadari oleh
dokter. Secara yuridis timbulnya hubungan antara dokter dan pasien bisa
berdasarkan dua hal, yaitu :
A. Berdasarkan perjanjian
B. Karena Undang-undang

5
A. Berdasarkan Perjanjian
Timbulnya hubungan hukum antara dokter dengan pasien berdasarkan
perjanjian mulai terjadi saat pasien datang ke rumah sakit dan dokter
menyanggupinya dengan dimulai anamnesa (tanya jawab) dan pemeriksaan oleh
dokter. Dari seorang dokter harus dapat diharapkan bahwa ia akan berusaha sebaik
mungkin untuk menyembuhkan pasiennya. Dokter tidak bisa menjamin bahwa ia
pasti akan dapat menyembuhkan penyakit pasiennya, karena hasil suatu
pengobatan sangat tergantung kepada banyak faktor yang berkaitan (usia, tingkat
keseriusan penyakit, macam penyakit, komplikasi dan lain-lain). Sedangkan segala
peraturan yang mengatur tentang perjanjian tetaplah harus tunduk pada peraturan
dan ketentuan dalam KUH Perdata. Ketentuan mengenai perjanjian dalam KUH
Perdata itu diatur dalam buku III yang mempunyai sifat terbuka, dimana dengan
sifatnya yang terbuka itu akan memberikan kebebasan berkontrak kepada para
pihaknya, dengan adanya asas kebebasan berkontrak memungkinkan untuk setiap
orang dapat membuat segala macam perjanjian.
Segala bentuk perjanjian harus tunduk pada ketentuan umum Hukum
perdata Pasal 1319 KUH Perdata yang berbunyi “Semua Perjanjian, baik yang
mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama
tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang termuat didalam bab ini dan
bab yang lalu”.
Di dalam perjanjian diperlukan kata sepakat, sebagai langkah awal sahnya
suatu perjanjian yang diikuti dengan syarat-syarat lainnya maka setelah perjanjian
tersebut disepakati oleh para pihak, maka perjanjian itu akan berlaku sebagai
Undang-Undang bagi para pihak yang membuatnya hal itu diatur dalam Pasal
1338 ayat 1 KUH Perdata yang berbunyi : “ Semua perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya”.
Disamping kedua asas diatas ada satu faktor utama yang harus dimiliki oleh
para pihak yaitu adanya suatu i’tikad baik dari masing-masing pihak untuk
melaksanakan perjanjian. Asas tentang itikad baik itu diatur didalam Pasal 1338
ayat 3 KUH Perdata yang berbunyi : “ Suatu perjanjian harus dilaksanakan
dengan i’tikad baik”.

6
B. Berdasarkan Undang-Undang
Di Indonesia hal ini diatur didalam KUH Perdata Pasal 1365 tentang
perbuatan melanggar hukum yang berbunyi : Setiap perbuatan yang melanggar
hukum sehingga membawa kerugian kepada orang lain, maka sipelaku yang
menyebabkan kerugian tersebut berkewajiban untuk mengganti kerugian
tersebut.
Perbuatan melanggar hukum "sebagai suatu tindakan atau non-tindakan
yang atau bertentangan dengan kewajiban si pelaku atau bertentangan dengan
susila baik, atau kurang hati-hati dan ketelitian yang seharusnya dilakukan di
dalam masyarakat terhadap seseorang atau barang orang lain".
Jika seorang dokter tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan di
atas, maka ia dapat dianggap telah melakukan pelanggaran hukum, melanggar
ketentuan yang ditentukan oleh Undang-Undang karena tindakannya
bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian, serta sikap hati-hati yang
seharusnya dapat diharapkan daripadanya dalam pergaulan sesama warga
masyarakat.
Sedangkan yang dimaksud dengan "kepatutan, ketelitian dan hati-hati"
tersebut adalah standar-standar dan prosedur profesi medis di dalam melakukan
suatu tindakan medis tertentu. Namun standar-standar tersebut juga bukan
sesuatu yang tetap karena pada waktu-waktu tertentu, harus lah diadakan
evaluasi untuk dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Namun tidak saja terhadap suatu perbuatan yang dilakukan, tetapi
juga terhadap suatu kelalaian yang menyebabkan kerugian kepada orang lain
dapat pula dimintakan penggantian kerugian. Hal ini dirumuskan di dalam
Pasal 1366 yang berbunyi : “Setiap orang bertanggungjawab tidak saja
terhadap kerugian yang ditimbulkan karena suatu tindakan, tetapi juga yang
diakibatkan oleh suatu kelalaian atau kurang hati-hati.”
Selain itu seseorang juga bertanggungjawab terhadap tindakan atau
kelalaian / kurang hati-hati dari orang-orang yang berada di bawah perintahnya.
Hal ini dirumuskan di dalarn Pasal 1367 yang berbunyi : “Seseorang tidak saja
bertanggungjawab terhadap kerugian yang ditimbulkan oleh dirinya sendiri,

7
tetapi juga bertanggungjawab terhadap tindakan dari orang-orang yang berada
di bawah tanggung-jawabnya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada
di bawah pengawasannya.”
Hubungan dokter dan pasien berakhir manakala pasien dirujuk ke dokter
lain yang diteruskan dengan perawatan lanjutan. Pendek kata dokter harus
memiliki kecerdasan moral, kearifan intelektual dan kesadaran spiritual

8
BAB III
TATA LAKSANA

A. Identifikasi, Melindungi dan Meningkatkan Hak Pasien


1. Para pimpinan rumah sakit dari mulai pemilik, direksi, pejabat
struktural, pejabat non struktural sampai ke pimpinan fungsional
bekerjasama untuk melindungi dan mengedepankan hak pasien dan
keluarga dengan cara, sebagai berikut.
a. Para pemimpin rumah sakit mengadakan rapat untuk membahas
tentang hak pasien dan keluarga.
b. Menentukan kebijakan yang berisi tentang hak pasien dan keluarga.
c. Menunjuk tim untuk menyusun panduan perlindungan hak pasien
dan keluarga.
d. Tim menyusun panduan hak pasien dan keluarga
e. Panduan kemudian di sosialisikan kepada semua staf, sehingga
memahami kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hak
pasien dan dapat menjelaskan tanggung jawab mereka dalam
melindungi pasien.
2. Pegawai rumah sakit melakukan identifikasi terhadap setiap pasien yang
datang ke rumah sakit mengenai kebutuhan hak privasinya
3. Bagi pasien rawat inap, maka hasil identifikasi atau kebutuhan privasi
yang diharapkan pasien ditulis pada rekam medis sebagai bukti bahwa
petugas telah mengetahui kebutuhan privasi dari pasien tersebut untuk
dipenuhi
4. Bagi pasien rawat jalan, petugas langsung melaksanakan kebutuhan
yang diinginkan pasien tersebut
5. Pegawai rumah sakit menginformasikan kepada petugas lain ketika
operan jaga shift sehingga petugas lain dapat melakukan hal yang sama,
yaitu melindungi dan memenuhi kebutuhan privasi pasien

9
B. Penyampaian Informasi Hak dan Kewajiban Pasien
Sudah seharusnya rumah sakit menghormati hak pasien, dan dalam
beberapa situasi hak dari keluarganya, untuk mendapatkan hak istimewa
dalam menentukan informasi apa saja yang berhubungan dengan pelayanan
yang boleh disampaikan kepada keluarga atau pihak lain, dalam situasi
tertentu. Informasi secara tertulis tentang hak dan tanggung jawab pasien
diberikan kepada setiap pasien. Pernyataan tentang hak dan tanggung jawab
pasien juga ditempel atau bisa diperoleh dari staf rumah sakit pada setiap saat.
Berikut beberapa cara penyampaian hak dan kewajiban pasien kepada pasien
dan keluarganya :
1. Penyampaian informasi pada pasien rawat jalan
Rumah sakit menyediakan informasi hak dan kewajiban pasien melalui
poster, leaflet dan media internet sehingga mudah terbaca oleh pasien
2. Penyampaian informasi pada pasien rawat inap
Rumah sakit akan memberikan layanan penyampaian informasi hak dan
kewajiban pasien, dimana petugas akan mendatangi ruang rawat pasien
sesaat setelah pasien berada di ruang rawat sebelum melakukan tindakan
pengkajian keperawatan terhadap pasien. Penyampaian informasi
tersebut menggunakan Daftar Tilik Penyampaian Hak Dan Kewajiban
Pasien
Selain itu, rumah sakit mempunyai prosedur untuk menjelaskan
kepada pasien tentang hak dan tanggung jawabnya bila komunikasi secara
tertulis tidak efektif dan tidak sesuai yaitu dengan lisan langsung kepada
pasien dan atau keluarga.
Dalam situasi tertentu, ada beberapa hal yang perlu dibatasi terkait hak
pasien. Misal mengenai informasi diagnose pasien bahwa diagnose hanya
dapat diketahui oleh pasien, namun dalam waktu tertentu hal tersebut dapat
berbalik bahwa diagnose harus diketahui keluarga. Waktu tertentu yang
dimaksud adalah ketika pasien tidak berkompeten dalam menerima informasi
terkait penyakitnya. Beberapa keadaan pasien yang tidak berkompeten adalah
sebagai berikut :

10
1. Pasien usia anak – anak
Anak-anak dianggap tak mampu memberikan keputusan karena sejumlah
alasan, seperti ketidakdewasaan mereka, kesulitan untuk memahami
tindakan kedokteran, atau dampak dari kondisi mereka
2. Pasien tidak sadar diri
Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan
gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang
berat dan dapat membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf
pusat terganggu fungsi utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan
kesadaran ini dapat disebabkan oleh beragam penyebab, yaitu baik primer
intrakranial ataupun ekstrakranial, yang mengakibatkan kerusakan
struktural/metabolik di tingkat korteks serebri, batang otak keduanya
sehingga pasien tidak sanggup dalam menerima informasi apapun.
3. Pasien Sakit Jiwa
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya
kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak
mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan
lingkungan. Pengertian seseorang tentang penyakit gangguan jiwa berasal
dari apa yang diyakini sebagai faktor penyebabnya yang berhubungan
dengan biopsikososial.

Berikut beberapa hal yang diinformasikan oleh dokter kepada pasien :


1. Penjelasan penyakit, penyebab, tanda dan gejala.
2. Hasil pemeriksaan
3. Tindakan medis
4. Perkiraan hari rawat
5. Komplikasi yang mungkin terjadi.
Secara umum informasi terkait pasien adalah bersifat rahasia, namun
pada dasarnya terdapat dua katagori informasi yang bersumber dari rekam
medis, yaitu :

11
1. Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan
Informasi dari rekam medis yang mengandung nilai kerahasiaan adalah
laporan atau catatan yang terdapat dalam rekam medis berupa hasil
pemeriksaan, pengobatan, observasi atau wawancara dengan pasien.
Jika terdapat pihak lain meminta informasi dari rekam medis pasien, maka
perlu adaya surat kuasa dari pasien dan surat permohonan keterangan
rekam medis dengan tangan diatas materai.
2. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan
Jenis informasi yang tidak bernilai rahasia dari rekam medis adalah
identitas pasien, namun identitas pasien dapat berubah menjadi rahasia
apabila pasien tidak mengijinkan identitasnya diketahui oleh orang lain.
Jika terdapat pihak lain meminta informasi tersebut, maka petugas rumah
sakit perlu menanyakan maksud dan tujuannya.

C. Penyampaian Informasi Tentang Kondisi Medis Dan Diagnosis Pasti


Penyampaian informasi terkait kondisi medis pasien merupakan salah
satu hak pasien yang harus dihormati dan dilakukan oleh rumah sakit.
Penyampaian informasi tersebut diharapkan dengan cara dan bahasa yang
dapat dimengerti. Proses pemberitahuan tersebut dilakukan oleh petugas
kepada pasien dan atau keluarga meliputi :
1. Kondisi Medis dan Diagnosis, rencana pelayanan dan pengobatan akan
disampaikan oleh Dokter. Informasi ini sangat penting disampikan dengan
tujuan agar pasien dan keluarganya memahami bagaimana dan kapan
mereka akan dijelaskan tentang kondisi medis dan diagnosis pasti. Selain
itu, pasien dan keluarganya memahami bagaimana dan kapan mereka akan
dijelaskan tentang rencana pelayanan dan pengobatannya. Pasien akan
diberitahu tentang hasil dari pelayanan dan pengobatan oleh Dokter.
Pemberitahuan mengenai diagnosis pasti (bila perlu) akan disampaikan
juga oleh Dokter ketika pasien sudah dilakukan anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan lainnya.

12
2. Keterlibatan Pasien dan atau keluarga dalam persetujuan tindakan. Hal ini
penting disampaikan kepada Pasien dan atau keluarga ditujukan agar
pasien dan keluarganya memahami kapan persetujuan akan diminta dan
proses bagaimana cara memberikannya. Terkait persetujuan tindakan,
diharapkan pasien dan atau keluarga terlibat dalam pengambilan keputusan
pelayanan karena partisipasi pasien dan keluarga sangat dibutuhkan demi
terjadinya pelayanan yang sesuai dan dibutuhkan. Selain itu, pasien dan
keluarganya memahami hak mereka untuk berpartisipasi dalam keputusan
pelayanannya, bila mereka menghendakinya.

D. Keterlibatan Keluarga Pasien Dalam Pengambilan Keputusan


Dalam pengambilan keputusan, terlebih dahulu petugas harus
menerangkan dengan jelas tentang usulan pengobatan atau tindakan kepada
pasien dan bila perlu kepada keluarga meliputi ;
1. Kondisi Pasien
2. Usulan pengobatan
3. Nama individu yang memberikan pengobatan
4. Potensi manfaat dan kekurangannya
5. Kemungkinan alternated
6. Kemungkinan keberhasilan
7. Kemungkinana timbulnya masalah selama masa pemulihan
8. Kemungkinan yang terjadi apabila tidak diobati
Dari semua yang dijelaskan oleh petugas, diharapkan pasien dapat
mengambil keputusan. Namun, ketika pasien tidak mampu dalam mengambil
keputusan maka keluarga berhak membantu atau ikut mengambil keputusan
atas tindakan yang akan dilakukan.
Berikut ketentuan dalam pengambilan keputusan :
1. Pengaturan Persetujuan atau Penolakan Tindakan Medis harus dalam
bentuk kebijakan dan prosedur (standard operating procedure) dan
ditetapkan tertulis oleh pimpinan rumah sakit.

13
2. Memperoleh informasi dan penjelasan merupakan hak pasien dan
sebaliknya memberikan informasi dan penjelasan adalah kewajiban dokter.
3. Isi informasi dan penjelasan yang harus diberikan.
Berdasarkan Pasal 45 UU Praktik Kedokteran memberikan batasan
minimal informasi yang selayaknya diberikan kepada pasien, yaitu :
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan risikonya
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
Dengan mengacu kepada kepustakaan, KKI melalui buku manual ini
memberikan 12 kunci informasi yang sebaiknya diberikan kepada pasien :
a. Diagnosis dan prognosis secara rinci dan juga prognosis apabila tidak
diobati
b. Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis
banding) termasuk pilihan pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan
pengobatan
c. Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi
kesehatannya, termasuk pilihan untuk tidak diobati
d. Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan; rincian dari
prosedur atau pengobatan yang dilaksanakan, termasuk tindakan
subsider seperti penanganan nyeri, bagaimana pasien seharusnya
mempersiapkan diri, rincian apa yang akan dialami pasien selama dan
sesudah tindakan, termasuk efek samping yang biasa terjadi dan yang
serius
e. Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan keterangan tentang
kelebihan/keuntungan dan tingkat kemungkinan keberhasilannya, dan
diskusi tentang kemungkinan risiko yang serius atau sering terjadi,
dan perubahan gaya hidup sebagai akibat dari tindakan tersebut
f. Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih
eksperimental
g. Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan
dimonitor atau dinilai kembali

14
h. Nama dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan untuk
pengobatan tersebut, serta bila mungkin nama-nama anggota tim
lainnya
i. Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau
pendidikan, maka sebaiknya dijelaskan peranannya di dalam
rangkaian tindakan yang akan dilakukan
j. Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya
setiap waktu. Bila hal itu dilakukan maka pasien bertanggungjawab
penuh atas konsekuensi pembatalan tersebut.
k. Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari
dokter lain
l. Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya.
4. Penyampain Informasi
Saat penyampaian informasi, diharapkan pemberi informasi dapat
mempertimbangkan hal-hal di bawah ini:
a. Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang
mereka. Sehingga menghadirkan seorang interpreter mungkin
merupakan suatu sikap yang penting, baik dia seorang profesional
ataukah salah seorang anggota keluarga. Ingat bahwa dibutuhkan
persetujuan pasien terlebih dahulu dalam mengikutsertakan interpreter
bila hal yang akan didiskusikan merupakan hal yang bersifat pribadi.
b. Dapat menggunakan alat bantu, seperti leaflet atau bentuk publikasi
lain apabila hal itu dapat membantu memberikan informasi yang
bersifat rinci. Pastikan bahwa alat bantu tersebut sudah berdasarkan
informasi yang terakhir. Misalnya, sebuah leaflet yang menjelaskan
tentang prosedur yang umum. Leaflet tersebut akan membuat jelas
kepada pasien karena dapat ia bawa pulang dan digunakan untuk
berpikir lebih lanjut, tetapi jangan sampai mengakibatkan tidak ada
diskusi.
c. Apabila dapat membantu, tawarkan kepada pasien untuk membawa
keluarga atau teman dalam diskusi atau membuat rekaman dengan
tape recorder

15
d. Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan (distress)
agar diberikan dengan cara yang sensitif dan empati. Rujuk mereka
untuk konseling bila diperlukan.
e. Mengikutsertakan salah satu anggota tim pelayanan kesehatan dalam
diskusi, misalnya perawat, baik untuk memberikan dukungan kepada
pasien maupun untuk turut membantu memberikan penjelasan.
f. Menjawab semua pertanyaan pasien dengan benar dan jelas.
g. Memberikan cukup waktu bagi pasien untuk memahami informasi
yang diberikan, dan kesempatan bertanya tentang hal-hal yang bersifat
klarifikasi, sebelum kemudian diminta membuat keputusan

E. Dukungan Rumah Sakit Terhadap Hak Pasien


Dukungan rumah sakit terhadap hak pasien dan keluarganya
merupakan hal penting diperhatikan, karena rumah sakit merupakan tempat
yang diharapkan dapat menyembuhkan pasien dari sakit dan tempat
perlindungan pasien disaat pasien menjalani perawatan di rumah sakit.
Berkaitan dengan hal tersebut, Rumah Sakit Umum Kharisma Paramedika
memiliki beberapa panduan terkait tentang Hak Pasien dan Keluarga, terutama
mengenai perlindungan yang diberikan rumah sakit kepada pasien yaitu :
1. Panduan Pelayanan Kebutuhan Privasi Pasien
2. Panduan Perlindungan Pasien Terhadap Kekerasan Fisik
3. Panduan Penolakan Pasien Terhadap Tindakan Resusitasi
4. Panduan Pengelolaan Keluhan di Rumah Sakit
5. Panduan Pelayanan Kerohanian
6. Panduan Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent)
Dari beberapa panduan tersebut diatas, masing – masing panduan
membahas lebih rinci mengenai hak pasien sehingga panduan tersebut bisa
dijadikan sebagai acuan oleh rumah sakit dalam menghormati dan melindungi
hak pasien dan keluarga.
Selain dari panduan tersebut, dukungan didapat dari seluruh sikap
petugas rumah sakit , yaitu pada sikap petugas dimana setiap petugas harus
bersikap sopan dan ramah kepada pasien dan pengunjung. Hal tersebut

16
berkaitan dengan salah satu hak pasien bahwa pasien berhak memperoleh
layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi. Selain itu petugas
juga tidak menertawakan dan atau menjadikan informasi meds pasien sebagai
bahan obrolan yang tidak penting.
Selanjutnya, yaitu dukungan rumah sakit terhadap hak pasien dimana
pasien dapat memilih dokter sebagai dokter yang merawat atas dirinya. Pasien
yang datang ke rumah sakit untuk rawat inap berhak memilih dokter sebagai
dokter yang merawat dirinya, sehingga rumah sakit perlu adanya pelayanan
yang memberikan kesempatan pasien untuk memilih dokter. Layanan tersebut
dilakukan di sub unit yang bersangkutan dimana pasien dinyatakan rawat inap,
yaitu IGD, Poli, dan VK. Nama dokter yang sudah dipilih oleh pasien di tulis
pada lembar persetujuan rawat inap.

17
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Dokumen Hak Dan Kewajiban Pasien


Seluruh staf rumah sakit diharuskan mengerti dan memahami hak dan
kewajiban pasien, maka harus ada poster, leaflet dan media internet sehingga
mudah terbaca oleh pasien dan pengunjung
2. Dokumen Penerimaan Informasi Hak dan Kewajiban Pasien
Rumah sakit harus menyampaikan hak dan kewajiban pasien entah itu pasien
rawat jalan dan rawat inap. Bagi pasien rawat inap penyampaian disampikan
pada saat pasien baru rawat inap datang di ruang rawat dengan menggunakan
Lembar Orientasi Pasien Baru Rawat Inap. Dalam lembar tersebut terdapat
tanda tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien dan atau keluarga sudah
menerima informasi mengenai hak dan kewajibannya.
3. Dokumen Evaluasi dan monitoring
Pendokumentasian mengenai penilaian terhadap setiap staf mengenai apa saja
hak dan kewajiban pasien Rumah Sakit Umum Kharisma Paramedika.
Penilaian dapat dilakukan secara berkala, misal : setiap per 3 (tiga) bulan
4. Dokumen Pengambilan Keputusan Pasien
Ketika pasien dalam kondisi yang tidak kompeten, maka pengambilan
keputusan dapat dilakukan oleh orang lain atau keluarga terdekat, maka
pengambilan kepetusan tersebut harus didokumentasikan termasuk pada
lembar rekam medis

18
BAB V
PENUTUP

Buku panduan perlindungan hak pasien dan keluarga di Rumah Sakit


Umum Kharisma Paramedika disusun untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan
pelayanan yang mengutamakan hak pasien yang berhak mendapatkan
kenyamanan dan keamanan dari rumah sakit. Rumah sakit wajib memberikan
perlindungan terhadap hak pasien dan menerima konsekuensi jika terjadi
kesalahan atas pelayaan yang diberikan.
Dengan adanya panduan mengenai perlindungan terhadap hak pasien,
maka diharapkan rumah sakit dapat memberikan yang terbaik kepada setiap
pasien yang datang. Setiap tenaga medis yang secara langsung menangani pasien
dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan standar prosedur dan sesuai dengan
standar profesi.
Buku panduan ini merupakan panduan bagi seluruh staf rumah sakit, dan bukan
buku standar yang bersifat mutlak oleh karena itu untuk pelaksanaan dilapangan
dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing – masing di
rumah sakit.

19

Anda mungkin juga menyukai