Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesenambungan mencakup
interaksi dari suatu rangkayan pikiran dan persepsi. Sedangkan berfikir karitis merupakan konsep
dasar yang terdiri dari konsep berfikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu
sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berfikir kritis
dalam keperawatan yang didalamnya dipelajari defenisi,elemen berfikir kritis,model berfikir
kritis,analisa berfikir kritis,berfikir logis dan kreatif, krakteristik berfikir kritis,pemecahan
masalahdan langka-langka pemecahan masalah,proses pengambilan keputusan,fungsi berfikir
kritis,model pebggunaan atribut,proses intuisi,indikator, dan prinsip utama .
Perawat sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan, yaitu memberi asuhan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan akan selalu dituntut untuk berfikir kritis
dalam berbagai situasi. penerapan berfikir kritis dalam proses keperawatan dengan kasus nyata
yang akan memberikan gambaran kepada perawat tentang pemberian asuhan keperawatan yang
komprehensif dan bermutu. Seseorang yang berfikir dengan cara kreatif akan melihat setiap
masalah dengan sudut yang selalu berbeda meskipun obyeknya sama, sehingga dapat dikatakan,
dengan tersedianya pengetahuan baru, seseorang profesional harus selalu melakukan sesuatu
dan mencari apa yang selalu efektif dan ilmia dan memberikan hasil yang lebih baik untuk
kesejateraan diri maupun orang lain. Proses berfikir ini dilakukan sepenjang waktu sejalan
dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki,
kita jadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat simpulan yang valid.
Semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berfikir dan belajar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian berfikir dan belajar?
2. Apa saja pembagian dari peta informasi?
3. Apa pengertian, unsur-unsur, aspek prilaku, dan model berfikir kritis?
4. Apa saja Komponen berfikis kritis dalam keperawatan
5. Apa saja sikap dan standar berpikir kritis
6. Apa pengertian kompotensi berfikir kritis dan sintesa pemikiran kritis
1
1.3 Tujuan Pembahasan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menerapkan konsep berfikir kritis dalam keperawatan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk menegtahui pengertian berfikir dan belajar
2. Untuk mengetahui apa saja pembagian dari peta informasi
3. Untuk mengetahui pengertian, unsur-unsur, aspek prilaku, dan model berfikir kritis
4. Untuk mengetahui komponen berfikir kritis dan sintesa pemikiran kritis
1.4 Manfaat
Manfaaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui serta
mengaplikasikan proses belajar dan cara berpikir kritis dalam proses pembelajaran khususnya
dilingkungan keperawatan.

BAB II

PEMBAHASAN
2
2.1 Berpikir dan Belajar
2.1.1 Taksonomi
Terdapat enam tingkatan berpikir menurut taksonomi Bloom yaitu :
1) Mengetahui (knowing) adalah suatu proses berpikir yang didasarkan pada retensi
(menyimpan) dan retrieval (mengeluarkan kembali) sejumlah pengetahuan yang
pernah didengar atau dibacanya;
2) Memahami (understanding) adalah suatu proses berpikir yang sifatnya lebih
kompleks yang mempunyai kemampuan dalam penterjemahan, interpretasi,
ektrapolasi, dan asosiasi;
3) Menerapkan (application) adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan,
fakta, teori, dan lain-lain untuk menyimpulkan, memperkirakan, atau
menyelesaikan suatu masalah;
4) Menganalisis (analysis) juga berpikir secara divergen yaitu kemampuan
menguraikan suatu konsep atau prinsip dalam bagian-bagian atau komponen-
komponennya;
5) Mensintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk melakukan suatu generalisasi
atau abstraksi dari sejumlah fakta, data, fenomena, dan lain-lain; dan
6) Mengevaluasi (evaluation) disebut juga intelectual judment, yaitu pengetahuan
yang luas dan dalam tentang sesuatu pengertian dari apa yang diketahui serta
kemampuan analisa dan sintesis sehingga dapat memberikan penilaian atau
evaluasi. Dengan kata lain akumulasi dari semua kemampuan berpikir
dibawahnya merupakan kemampuan untuk menilai (evaluasi) (Mayasari, 2006)

2.1.2 Tahapan Proses Belajar


1) Menurut Jerome S. Bruner
Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu didalamnya
terjadi perubahan-perubahan yang bertahap.Perubahan-perubahan tersebut timbul
melalui tahap-tahap yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan
dan fungsional. Menurut Burner, salah seorang penentang teori S-R Bond yang
terbilang vokal (Barlow, 1985), dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga
episode/ tahap, yaitu: 1) tahap informasi (tahap penerimaan materi); 2) tahap
transformasi (tahap pengubahan materi); 3) tahap evaluasi (tahap penialain
meteri). Dalam tahap informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh
sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi
yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang
3
berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengeahuan yang
sebelumnya telah dimiliki. Dalam tahap transformasi, informasi yang telah
diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang
abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi
hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, tahap ini akan berlangsung sulit
apabila tidak disertai dengan bimbingan anda selaku guru yang diharapkan
kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melakukan
pembelajaran tertentu. Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri
sampai sejauh mana informasi yang telah ditransfornasikan tadi dapat
dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Tak ada penjelasan rinci mengenai sara evaluasi ini, tetapi agaknya analogdengan
peristiwa retrieval untuk merespons lngkungan yang sedang dihadapi.
2) Menurut Arno F Wittig
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of learning, setiap proses
belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu: 1) acquisition (tahap
perolehan/penerimaan informasi); 2) storage (tahap penyimpanan informasi); 3)
retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi) Pada tingkatan acquisition
seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons
terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap
ini terjadi pila asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam
keseluruhan perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan tahap paling
mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-
tahap berikutnya. Pada tingkatan storage seorang siswa secara otomatis akan
mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia proleh
ketika menjalani proses acquitision. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi
short term dan long term memori. Pada tingkatan retrieval seorang siwa akan
mengaktifkan kembai fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia
menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses retrieval pada dasarnya
adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi
kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol,
pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atau stimulus yang sedang
dihadapi.
4
2.1.3 Proses Internalisasi Belajar
Internalisasi adalah perubahan dalam masyarakat.Jadi jika tidak adanya
Internalisasi dan Sosialisasi didalam lingkungan masyarakat.Maka tidak aka nada
perubahan dilingkungan itu.Secara epistimologi, internalisasi berasal dari kata intern
atau kata internal yang berarti bagian dalam atau didalam. Sedangkan, internalisasi
berarti penghayatan (Peter & Yeni, 1991). Internalisasi adalah penghayatan terhadap
suatu ajaran, doktrin atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan
kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku (Kamus Besar
Bahasa Indonesi, 2002). Jadi kesimpulannya, internalisasi adalah pengaturan kedalam
pikiran atau kepribadian, perbuatan nilai-nilai, patokan-patokan ide atau praktek-
praktek dari orang-orang lain menjadi bagian dari diri sendiri.
Internalisasi (internalization) adalah suatu proses memasukkan nilai atau
memasukkan sikap ideal yang sebelumnya dianggap berada di luar, agar tergabung
dalam pemikiran seseorang dalam pemikiran, keterampilan dan sikap pandang hidup
seseorang. Internalisasi dalam pengertian dimaksud, dapat pula diterjemahkan dengan
pengumpulan nilai atau pengumpulan sikap tertentu agar terbentuk menjadi
kepribadian yang utuh.
Internalisasi pada hakikatnya adalah upaya berbagi pengetahuan (knowledge
sharing). Internalisasi dengan demikian, dapat pula diterjemahkan sebagai salah satu
metode, prosedur dan teknik dalam siklus manajemen pengetahuan yang digunakan
para pendidik untuk memberikan kesempatan kepada anggota suatu kelompok,
organisasi, instansi, perusahaan atau anak didik agar berbagi pengetahuan yang mereka
miliki kepada anggota lainnya atau kepada orang lain.
2.1.4 Pengolahan Informasi
Informasi adalah pengetahuan yang didapat dari pembelajaran,pengalaman atau
instruksi. Dalam beberapa hal pengetahuan tentang situasiyang telah dikumpulkan atau
diterima melalui proses komunikasi, pengumpulan intelejan dan didapatkan dari berita,
juga disebut informasi. Informasi yang berupa koleksi data dan fakta dinamakan
informasi statistik. Dalam bidang ilmu komputer, informasi adalah data yang
disimpan, diproses atau ditransmisikan. Penelitian ini memokuskan pada definisi
informasi sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelejaran, pengalaman, dan
instruksi. Model pemrosesan informasi beranggapan bahwa anak-anak mempunyai
kemampuan yang lebih terbatas dan berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak tidak
5
dapat menyerap banyak informasi, kurang sistematis dalam hal informasi apa yang
diserap, tidak banyak mempunyai strategi untuk mengatasi masalah, tidak mempunyai
banyak pengetahuan mengenai dunia yang diperlukan untuk memahami masalah, dan
kurang mampu memonitor kerja proses kognitifnya. Gredler (2013:227) menyebutkan
bahwa ada dua asumsi pokok yang mendukung riset pemrosesan informasi, yaitu
sistem memori adalah pengolah informasi yang aktif dan terorganisasi serta
pengetahuan sebelumnya berperan penting dalam belajar. Terkait dengan asumsi
tersebut maka perlu dibahas tentang hakikat sistem memori manusia dan organisasi
pengetahuan dalam memori jangka panjang. Cara kerja memori manusia meliputi tiga
macam sistem penyimpanan ingatan, yaitu memori sensori (sensory memory), memori
jangka pendek (shorterm memory,) dan memori jangka panjang (long-term memory).
Konseptualisasi umum memori manusia digambarkan oleh Gredler (2013:231).
Sensory memory atau sensory register merupakan komponen pertama dalam system
memori. Sensori memory menerima stimuli atau informasi dari lingkungan (seperti
sinar, suara, bau, dan lain sebagainya) secara terus menerus melalui alat penerima
(receptor) kita. Receptor disebut juga dengan alat-alat indera. Informasi yang diterima
disimpan dalam sensory memory kurang lebih dua detik (Baharuddin, 2007:100).
Short-term memory atau memori jangka pendek adalah sistem memori dengan
kapasitas yang terbatas di mana informasi disimpan selama 30 detik, kecuali informasi
tersebut diulang atau kalau tidak diproses lebih lanjut, karena jika diproses informasi
bisa disimpan lebih lama (Santrock, 2009:364). Long-term memory atau memori
jangka panjang adalah jenis memori yang menyimpan banyak sekali informasi untuk
periode waktu yang lama dalam carayang relative permanen (Santrock, 2009:
366).Kapasitas memori jangka panjang manusia sangatlah mengejutkan dan efisiensi
di mana individu-individu bisa mendapatkan kembali informasi sangatlah
mengesankan. Menurut Baddeley (1998) dalam Schunk (2013:258) representasi
pengetahuan dalam tergantung pada frekuensi dan kontinguitas. Makin sering suatu
fakta, peristiwa, atau ide dijumpai, makin kuat representasinya dalam memori. Selain
itu, dua pengalaman yang terjadi berdekatan waktunya akan cenderung dihubungkan
dengan memori sehingga ketika salah satunya diingatkan yang satunya
akanteraktifkan. Maka, informasi dalam LTM direpresentasikan dalam struktur-
6
strukturasosiatif. Asosiasi-asosiasi ini sifatnya kognitif, tidak seperti asosiasi dalam
teori pengkondisian yang sifatnya behavioral (stimulus dan respon). Pengkodean
(encoding) adalah proses menempatkan informasi yang baru (yang masuk) ke dalam
sistem pengolahan informasi dan mempersiapkannya untuk disimpan dalam LTM.
Pengkodean biasanya dilaksanakan dengan membuat informasi-informasi yang baru
memiliki makna dan menggabungkannyadengan informasi-informasi yang telah
diketahui dalam LTM (Schunk, 2013:258).Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
pengkodean: Organisasi, Penjelasan, Skema. Setelah seseorang melakukan pengodean
informasi dan kemudian menyampaikannya dalam memori, ia mungkin bisa
mendapatkan kembali beberapa informasi tersebut, tetapi mungkin juga melupakan
beberapa informasi. Ketika kita mendapatkan kembali sesuatu dari “bank data” pikiran
Seperti halnya pengodean, pencarian ini bisa otomatis atau bisa juga membutuhkan
usaha. Faktor lain yang mempengaruhi pemanggilan kembali adalah sifat dari petunjuk
yang digunakan orang-orang untuk mendorong memori mereka (Allan & lainnya,2011
dalam Santrock, 2009:372). Pertimbangan lain dalam memahami pemanggilan
kembali adalah prinsip kekhususan pengodean (encodingspecificity principle) yaitu
bahwa asosiasi yang terbentuk pada saat pengodeanatau pembelajaran cenderung
merupakan petunujk pemanggilan kembali yangefektif.Schunk (2012:294)
mendefinisikan lupa sebagai hilangnya informasi darimemori atau ketidakmampuan
mengakses informasi. Kondisi lupa masih menjadi 3perselisihan para peneliti dalam
hal apakah informasi hilang dari memori atauapakah ia masih ada, namun tidak dapat
ditarik karena telah berubah, tanda-tanda penarikannya tidak mencukupi, atau ada
informasi lain yang mengganggu usaha mengingatnya. Teori pemrosesan informasi
memiliki tiga operasi umum yaitu encoding, penyimpanan, dan pengambilan. Dalam
encoding ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses ini yaitu atensi, pemrosesan
mendalam, pengulangan,dsb. Penyimpanan terdiri dari sensori memori, memori jangka
pendek atauworking memori, dan memori jangka panjang (simpanan). Sementara
padapengambilan terdapat dua macam yang terjadi pada proses pengambilan
yaitupemanggilan kembali dan lupa.

2.2Peta Informasi
Menurut Nur, 2000 dalam Erman, 2003 yang termasuk kedalam peta informasi adalah
7
1) Pohon jaringan (network tree)
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dihubungkan
oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara
konsep-konsep.Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan
daftar konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu.Daftar dan mulailah dengan
menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke
khusus.Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan
hubungannya pada garis-garis itu.Pohon jaringan cocok digunakan untuk
memvisualisasikan hal-hal:

a) Menunjukan informasi sebab-akibat


b) Suatu hirarki
c) Prosedur yang bercabang
d) Istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan

2)Rantai kejadian (events chain)


Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memerikan suatu urutan kejadian,
langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses.Misalnya
dalam melakukan eksperimen.Rantai kejadian cocok digunakan untuk
memvisualisasikan hal-hal:
a) Memberikan tahap-tahap suatu proses
b) Langkah-langkah dalam suatu prosedur
c) Suatu urutan kejadian
3) Peta konsep siklus (cycle concept map)
Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil
akhir.Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian
awal.Seterusnya kejadian akhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu
berulang dengan sendirinya dan tidak ada akhirnya.Peta konsep siklus cocok diterapkan
untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk
menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang.
4) Peta konsep laba-laba (spider concept map).

8
Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat.Dalam melakukan curah
pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah
besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide sentral
namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Kita dapat memulainya dengan
memisah-misahkan dan mengelompokkan istilah-istilah menurut kaitan tertentu sehingga
istilah itu menjadi lebih berguna dengan menuliskannya di luar konsep utama.Peta
konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
a) Tidak menurut hirarki, kecuali berada dalam suatu kategori
b) Kategori yang tidak paralel
c) Hasil curah pendapat

2.3 Berpikir Kritis


2.3.1 Pengertian
Berpikir adalah karakter khusus pada manusia yang melibatkan organisasi, informasi
baru dan mereorganisasi informasi sebelumnya kedalam bentuk-bentuk yang
mengarah kepada respon-respon baru, kemudian menggenaralisasi suatu situasi baru
(Black & Hawks, 2009). Berpikir kritis (critical thinking) berasal dari Yunani Kunoya
itu dari kata “kriticos” yang berati penilaian perbedaan dan “kriterion” yang berarti
standar. Secara etimologis kedua kata ini menyiratkan makna perkembangan penilaian
perbedaan pada standar-standar (Chabeli, 2007). Berpikir kritis adalah keterampilan
berpikir divergent (berbeda) untuk menimbang pentingnya suatu informasi yang
diperoleh untuk mengeksplorasi dan menarik kesimpulan dari data relevan yang telah
di kumpulkan (LeMone & Burke, 2008). Dalam berpikir kritis perawat harus mampu
membedakan fakta dan non fakta sehingga keputusan yang dibuat sistematis dan logis
untuk memecahkan masalah.
2.3.2 Unsur- unsur dan Kualitas (1996) terdapat 6 unsur dasar dalam berfikir kritis yang
disingkat menjadi FRISCO:
1) F(Focus): untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang di yakini maka harus
bisa memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu
mengenai apa.
2) R (Reason): mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-
putusan yang di buat berdasar situasi dan fakta yang relevan.

9
3) I (Inference) membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian
penting dari langkah penyimpulan ini adalah mengidenttifikasi asumsi dan
pencarian pemecahan, pertimbangan dari interpretasi akan disituasi dan bukti
4) S(Situation): memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berfikir akan
membantu memperjelas pertanyaan dan mengetahui arti istlah-istilah kunci (bagian-
bagian yang relevan sebagai pendukung.
5) C(Clarity): menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.
6) O(Overview) : melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang
diambil.
2.3.3 Aspek prilaku dan keterampilan berpikir kritis
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa
perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir kritis
seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek:
1) Relevance
Relevansi ( keterkaitan ) dari pernyataan yang dikemukan.

2) Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukaan.
3) Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru
maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide orang lain.
4) Outside material
Menggunakan pengalamanya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari
perkuliahan
5) Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan
6) Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data baru dari
informasi yang berhasil dikumpulkan.
7) Justification
Memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan
yang diambilnya.Termasuk didalamnya senantiasa memberikan penjelasan
mengenai keuntungan dan kerungian dari suatu situasi atau solusi.

2.3.4 Model Berpikir Kritis dan Tingkatannya


Dalam penerapan pembelajaran pemikiran kritis di pendidikan keperawatan, dapat
digunakan tiga model, yaitu: feeling, vision model, dan examine model yaitu sebagai
berikut:
10
1) Feling Model
Model ini menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang
ditemukan.Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan
pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas keperawatan dan
perhatian.Misalnya terhadap aktifitas dalam pemeriksaan tanda vital, perawat
merasakan gejala, petunjuk dan perhatian kepada pernyataan serta pikiran klien.

2) Vision model
Model ini dingunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan
menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan dan ide
tentang permasalahan perawatan kesehatan klien, beberapa kritis ini digunakan
untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat
untuk merespon ekspresi
3) Exsamine model
Model ini dungunakan untuk merefleksi ide, pengertian dan visi.Perawat menguji
ide dengan bantuan kriteria yang relevan.Model ini digunakan untuk mencari peran
yang tepat untuk analisis, mencari, meguji, melihat konfirmasi, kolaborasi,
menjelaskan dan menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide.Model berfikir
kritis dalam keperawatan menurut para ahli.
Menurut costa and colleagues (1985), klasifikasi berpikir dikenal sebagai ‘the six
Rs” yaitu:
-Remembering ( mengingat)
-Repeating (mengulang)
-Reasoning (memberi alasan)
-Reorganizing (reorganisasi)
-Relating (berhubungan)
-Reflecting (merenungkan)
Kemudian Perkumpulan Keperawatan mencoba mengembangkan gambaran berpikir
dan mengklasifikasikan menjadi 5 model disebut T.H.I.N.K.
a)Total recall
Total Recall berarti mengingat fakta atau mengingat dimana dan bagaimana untuk
mendapatkan fakta/data ketika diperlukan. Data keperawatan bisa dikumpulkan
dari banyak sumber, yaitu pembelajaran di dalam kelas, informasi dari buku,
segala sesuatu yang perawat peroleh dari klien atau orang lain, data klien
dikumpulkan dari perasaan klien, instrument (darah, urine, feses, dll), dsb.
b)Habits ( kebiasaan)

11
Merupakan pendekatan berpikir ditinjau dari tindakan yang diulang berkali-kali
sehingga menjadi kebiasaan yang alami. Mereka menerima apa yang mereka
kerjakan menghemat waktu dan mudah untuk dilakukan. Manusia selalu
menggambarkan sesuatu yang mereka kerjakan sebagai kebiasaan seperti “saya
mengerjakan sesuatu di luar pikiran”. Hal ini bukan kebiasaan dalam keperawatan
karena tindakan yang dilakukan tidak menggunakan proses berpikir. Hal ini terjadi
jika proses berpikir sudah berakar dalam diri mereka dalam melihat sesuatu atau
kemungkinan yang terjadi, di bawah sadar.
c.Inquiry ( penyelidikan / menanyakan keterangan )
Merupakan latihan mempelajari suatu masalah secara mendalam dan mengajukan
pertanyaan yang mendekati kenyataan. Jika kita berada di tingkat pertanyaan ini
dalam situasi social, kita akan disebut “Mendesak”. Hal ini meliputi penggalian
data dan pertanyaan, khususnya pendapat dalam situasi tertentu. Ini berarti tidak
menilai dari raut wajah, mencari factor-faktor yang menyebabkan, keragu-raguan
pada kesan pertama, dan mengecek segalanya, tidak ada masalah bagaimana
memperlihatkan ketidaksesuaian.
d.New ideas and creativity
Ide baru dan kreativitas terdiri dari model berpikir unik dan bervariasi yang khusus
bagi individu. Kekhususan dalam berpikir ini akan selalu dibawa individu selama
hidupnya dan biasanya membentuk kembali norma. Seperti Inquiry, model ini
membawa kita sesuai ide dari literature. Berpikir kreatif merupakan kebalikan dan
akhir dari Habits Model (kebiasaan). Dari kalimat “melakukan sesuatu seperti
biasanya” menjadi “Mari mencoba cara baru”. Berpikir kreatif tidak untuk menjadi
pengecut, tetapi salah satu kadang-kadang akan terlihat bodoh dan tidak sesuai
dengan ketentuan yang ada. Pemikir kreatif menghargai kesalahan yang mereka
lakukan untuk mempelajari nilai.
a) Knowing how you think (mengetahui apa yang kamu pikirkan)
Knowing How You Think merupakan yang terakhir tetapi bukannya yang paling
tidak dihiraukan dari model T.H.I.N.K. yang berarti berpikir tentang apa yang
kita pikirkan. Berpikir tentang berpikir disebut “metacognition”. Meta berarti
“diantara atau pertengahan” dan cognition berarti “Proses mengetahui”. Jika
kita berada di antara proses mengetahui, kita akan dapat mengetahui bagaimana
kita berpikir.

2.4Komponen Berpikir Kritis Dalam Keperawatan


12
Komponen berpikir kritis terdiri atas standar yang harus ada dalam berpikir kritis dan
elemennya.Menurut Bassham (2002) komponen berpikir kritis mencakup aspek kejelasan,
ketepatan, ketelitian, relevansi, konsistensi, kebenaran logika, kelengkapan dan
kewajaran.sedangkan menurut Paul dan Elder (2002) selain aspek–aspek yang telah
dikemukakan oleh Bassham perlu ditambahkan dengan aspek keluasan kemaknaan dan
kedalaman dari berpikir kritis. Pendapat mengenai komponen berpikir kritis juga sangat
bervariasi.Para ahli membuat konsensus tentang komponen inti berpikir kritis seperti
interpretasi, analisi, evaluasi, inference, explanation dan self regulation (APPA, 1990). Definisi
dari masing–masing komponen tersebut adalah :
1)Interpretasi, kemampuan untuk mengerti dan menyatakan arti atau maksud suatu pengalaman
yang bervariasi luas, situasi, data, peristiwa, keputusan, konvesi, kepercayaan, aturan,
prosedur atau kriteria.
2)Analysis, kemampuan untuk mengidentifikasi maksud dan kesimpulan yang benar di dalam
hubungan antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi atau bentuk pernyataaan yang
diharapkan untuk manyatakan kepercayaan, keputusan, pengalaman, alasan, informasi atau
pendapat.
3)Evaluasi, kemampuan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau penyajian lain dengan
menilai atau menggambarkan persepsi seseorang, pengalaman, situasi, keputusan,
kepercayaan dan menilai kekuatan logika dari hubungan inferensial yang diharapkan atau
hubungan inferensial yang aktual diantara pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau bentuk–
bentuk representasi yang lain.
4)Inference, kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih unsur-unsur yang diperlukan
untuk membentuk kesimpulan yang beralasan atau untuk membentuk hipotesis dengan
memperhatikan informasi yang relevan.
5)Explanation, kemampuan untuk menyatakan hasil proses reasoning seseorang, kemampuan
untuk membenarkan bahwa suatu alasan berdasar bukti, konsep, metodologi, suatu kriteria
tertentu dan pertimbangan yang masuk akal, dan kemampuan untuk mempresentasikan
alasan seseorang berupa argumentasi yang meyakinkan.
6)Self- regulation, kesadaran seseorang untuk memonitor proses kognisi dirinya, elemen–elemen
yang digunakan dalam proses berpikir dan hasil yang dikembangkan, khususnya dengan
mengaplikasikan ketrampilan dalam menganalisis dan mengevaluasi kemampuan diri dalam
mengambil kesimpulan dengan bentuk pertanyaan, konfirmasi, validasi atau koreksi
terhadap alasan dan hasil berpikir (APPA, 1990).
2.5 Sikap dan Standar Berpikir Kritis
1) Sikap Berpikir Kritis
13
Paul (1993) telah meringkaskan sikap-sikap yang merupakan aspek sentral dari
pemikiran kritis.sikap ini adalah nilai yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh
pemikir kritis.individu harus menunjukkan keterampilan kognitif untuk berpikir secara
kritis,tetapi juga penting untuk memastikan bahwa keterampilan ini digunakan secara
adil dan bertanggung jawab.berikut ini adalah contoh sikap berpikir kritis :
a) Tanggung gugat
Ketika individu mendekati suatu situasi yang membutuhkan berpikir kritis adalah
tugas individu tersebut untuk mudah menjawab apapun keputusan yang
dibuatnya.sebagai perwat profesional ,perawat harus membuat keputusan dalam
berespons terhadap hak,kebutuhan,dan minat klien.perawat harus menerima tanggung
gugat untuk apapun penilaian yang dibuat atas nama klien.
b) Berpikir mandiri
Sejalan dengan seseorang menjadi dewasa dan mendapatkan pengetahuan baru
,mereka belajar mempertimbangkan ide dan konsep dengan rentang yang luas dan
kemudian membuat penilaian mereka sendiri.hal ini tidak berarti mereka tidak
menghargai ide orang lain. segala persepektif dari situasi tertentu harus
dipertimbangkan. bagaimanapun, pemikiran kritis tidak menerima ide orang lain tanpa
mengajukkan pertanyaan .untuk berpikir mandiri,seseorang menantang cara tradisional
dalam berpikir kritis,dan mencari rasional serta jawaban logis untuk masalah yang
ada.berpikir mandiri adalah inti dari riset keperawatan .selama bertahun-tahun
perawat memasase area kulit klien yang terpajang terhadap tekanan ,dengan
pemikiran bahwa sirkulasi pada area tersebut akan membaik.
c) Mengambil resiko
Individu harus rela ide-idenya ditelaah dan harus dapat menerima pemikiran
baru.keyakinan yang kita miliki sering kali ditantang oleh alternatif yang lebih logis
dan rasional adalagt mudah untuk membuat keputusan yang cepat dan implusif.perlu
dibutuhkan niat dan kemauan mengambik resiko untuk mengenali keyakinan apa yang
salah dan untuk kemudian melakukan tindakan didasari pada keyakinan yan g
didukung oleh fakta dan bukti yang kuat. Kecuali seseorang mampu mengambil resiko
,maka orang tersebut mengalami kesulitan untuk menerima perubahan .ada banyak
diskusi yang berlangsung sekarang ini mengenai penggunaan tenaga pembantu tidak
berlisensi untuk mengganti perawat terdaftar.banyak perawat menentang,menyanggah
bahwa hanya perawat terdaftar yang dibekali untuk merawat klien.namun demikian
14
,data memperlihatkan bahwa presentase tinggi dari pekerjaa rutin yang dilakukan di
rumah sakit adalah berulang dan dapat dengan aman didelegasikan kepada anggota
staf yang tidak berlesensi.dengan demikian keberanian untuk memilih cara alternatif
pemberian asuhan keperawatan tanpa mengurangi kualitas,penting bagi perawat
manajer menghadapi perubahan cepat yang terjadi dalam pelayanan kesehatan
d) Kerendahan hati
Penting untuk mengakui keterbatasan diri sendiri .pemikir kritis menerima bahawa
mereka tidak mengetahui dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang
diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat.keselamatan dan kesejahteraan klien
mungkin beresiko jika perawat tidak mampu mengenali ketidakmampuannya untuk
mengatasi maslah praktik.perawat harus memikirkan kembali situasi,mencari
pengetahuan tambahan,dan kemudian menggunakan informasi untuk membentuk
konklusi.kapan saja perawat ditarik ke unit keperawatan yang berbeda di dalam rumah
sakit untuk bekerja ,mungkin ada klien dengan kondisi di mana perawat tidak
memberikan perawatan.perawat mungkin enggan mengakui bahwa dirinya belum
berpengalaman .keinginan untuk berhadapan dengan perawat yang lebih
berpengalaman dan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menangani
masalah klien dengan tepat memampukan perawat menjadi dewasa secara profesional

e) Integritas
Pemikir kritis mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan keyakinan pribadinya
seteliti mereka menguji pengetahuan dan keyakinan orang lain.integritas pribadi
membangun rasa percaya diri dejawat dan bawahan.orang yang mempunyai integritas
dengan cepat berkeinginan untuk mengakui dan mengevalusi segala ketidak
konsistenan dalam ide dan keyakinan.eksekitif keperawatan yang merupakan
pemimpin kuat belajar menerima ketika ide–ide mereka tidak lagi berfungsi untuk
memberikan arahan pada pelayanan keperawatan.mereka memberikan informasi baru
dan mendorong bahwa untuk memberikan jalan keluar pada masalah manajemen yang
sulit.
f) Ketekunan
Pemikir kritis terus bertekat untuk menemukan solusi yang efektif untuk masalah
perawatan klien.solusi yang cepat adalah hal yang tidak dapat diterima.perawat belajar

15
sebanyak mungkin mengenai masalah ,mencoba berbagi pendekatan untuk perawat
dan terus mencari sumber tambahan sebagai pendekatan yang tepat ditemukan.
g) Kreativitas
Kreativitas mencakup berpikir orisinal.hal ini berarti menemukan solusi di luar apa
yang dilakukan secara tradisional.sering kali klien menghadapi masalah yang
membutuhkan pendekatan unik.contoh,klien artritis mempunyai keterbatasan serius
pada gerakan pinggul dan lutut.salah satu pendekatan kreatif untuk membantu klien
tetap mobil adalah dengan menaikkan semua kursi di rumah di atas balok kecil yang
dipakukan pada kaki kursi, sehingga klien tidak perlu membungkuk dengan sudut
ekstream ketika duduk
2) Standar Berpikir Kritis
Paul (1993) menemukan bahwa standar intelektual menjadi universal uintuk berpikir
kritis.ketika perawat memikirkan masalah klien penting sekali artinya untuk
menggunakan standar ini untuk memastikan bahwa keputusan yang tepat telah
dibuat.Sebagai contoh, ketika berupaya untuk memahami keparahan dari nyeri yang
dirasakan klien, perawat mencari informasi yang jelas dari klien dan mengklarifikasi
segala bentuk kenyataan yang membingungkan.Segala pengukuran, seperti tingkat
pembengkakan disekitar area yang nyeri, dibuat dengan tepat.Perawat memeriksa klien
dan memastikan bahwa temuan tersebut telah secara spesifik ditentukan letaknya dan
telah diinterpretasikan dengan akurat.Sejalan dengan perawat mengumpulkan semua
informasi mengenai nyeri yang dirasakan klien, pertanyaan tambahan mungkin diajukan
untuk memastikan bahwa informasi telah digali cukup dalam dan lengkap.Standar
professional untuk berpikir kritis mengacu pada criteria etik untuk penilaian keperawatan
dan kriteria untuk tanggung jawab dan tanggung gugat professional.Standar ini
mengekspresikan tujuan dan nilai profesi keperawatan. Penerapan standar ini
mengharuskan perawat menggunakan berpikir kritis untuk kebaikan individu atau
kelompok (Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994)
2.6 Kompetensi Berpikir Kritis dan Sintesa Berpikir Kritis
1) Kompetensi Berpikir Kritis
Kompetensi merupakan kemampuan individual yang dibutuhkan untuk mengerjakan
suatu tugas atau pekerjaan yang dilandasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
keras sesuai untuk kerja yang dipersyaratkan.Kompetensi berpikir kritis adalah proses
kogritif yang digunakan perawat untuk membuat penilaian keperawatan.Kompetensi

16
Berpikir Kritis mencakup beberapa hal yaitu membuat pendapat, membuat keputusan,
menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995 dalam Potter dan Perry, 2005).
Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang
masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan
apa yang harus diyakini dan dilakukan (Kataoka dan Saylor, 1994 dalam Potter dan Perry,
2005). Ada tiga tipe kompetensi yaitu berpikir kritis umum, berpikir kritis spesifik dalam
situasi klinis, dan berpikir kritis spesifik dalam keperawatan.Kompetensi berpikir kritis
umum mencakup metode ilmiah, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan.
Pemecahan masalah mencangkup mendapatkan informasi ketika terdapat kesenjangan
antara apa yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya terjadi. Dalam pembuatan
keputusan, individu memilih tindakan untuk memenuhi tujuan. Untuk membuat
keputusan, seseorang harus mengkaji semua pilihan, menimbang setiap pilihan tersebut
terhadap serangkaian kriteria, dan kemudian membuat pilihan akhir (Potter dan Perry,
2005). Ketika dihadapkan pada suatu keputusan, penting sekali untuk mengidentifikasi
mengapa keputusan diperlukan.Kriteria untuk pembuatan keputusan harus ditegakkan
sehingga pilihan yang tepat dapat dibuat. Kriteria harus mencangkup hal berikut:
2) Sintesa Berpikir Kritis
Kemampuan untuk menggabungkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru termasuk didalamnya menyusun,


merencanakan, memadukan, mengumpulkan, mengategorikan, menyesuaikan terhadap
teori atau rumusanyang telah ada. Sintesa adalah sebuah pemikiran yang kritis atas dua
kecenderungan pokok yaitu rasionalisme dan empirisme yang mana keduanya
berusaha menghancurkan system pengetahuan tradisional yang secara mendalam
menguasai cara berfikir masyarakat. Dengan sintesis ini, menghasilkan sebuah cara
berfikir baru yang menjadi pijakan dalam sejarah selanjutnya, serta sangat berpengaruh
dalam sejarah filsafat.

17
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam
mempertanggungjawabkan profesionalisme dan kualitas pelayan asuhan keperawatan.
Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prisip,
argumen, kesimpulan, isu, pertanyaan, keyakinan, dan aktivitas. Model berpikir kritis
dikembangkan menjadi 5 model disebut T.H.I.N.K. pertama total recall (mengingat fakta),
habits ( kebiasaan), inquiry (penyelidikan / menanyakan keterangan), new ideas and
creativity (ide baru dan kreativitas), dan knowing how you think (mengetahui apa yang
kamu pikirkan).
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan.
Taksonomi Bloom yaitu, mengetahui (knowing), memahami (understanding), menganalisis
(analysis), mensintesis (synthesis), dan mengevaluasi (evaluation).

3.2. Saran

18
Demikian atas ulasan dari makalah ini dari penulis untuk memperjelas dalam
pembahasan “Berpikir Kritis Dalam Keperawatan”. apabila ada kekeliruan atau tidak
jelasnya dalam makalah ini dapat menghubungi penulis, dan apabila ada kekurangan dari
materi ini diharapkan pembaca dapat membantu dalam memperbaiki makalah
ini.terimakasih.

19

Anda mungkin juga menyukai