Anda di halaman 1dari 22

STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA

tujuan kita hidup adalah untuk menjalankan apa yang telah di wajibkan kepada kita oleh tuhan
kita yang menciptakan kita,,,,

Sabtu, 15 November 2014


Penyakit Distosia

1.DISTOS
A. Distosia

· Pengertian

Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang timbul akibat
berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan sebagai berikut:

1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya mengedan ibu
(kekuatan/power)

2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir)

3. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan jumlah bayi

4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan

5. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, persiapan, budaya,
serta sistem pendukung

· Klasifikasi Distosia

1. Persalinan Disfungsional ( Distosia karena Kelainan Kekuatan)

Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang menghambat kemajuan dilatasi
serviks normal, kemajuan pendataran/effacement (kekuatan primer), dan atau kemajuan penurunan
(kekuatan sekunder). Gilbert (2007) menyatakan beberapa faktor yang dicurigai dapat meningkatkan
resiko terjadinya distosia uterus sebagai berikut:

a) Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek)


b) Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital, distensi yang berlebihan, kehamilan ganda,
atau hidramnion)

c) Kelainan bentuk dan posisi janin

d) Disproporsi cephalopelvic (CPD)

e) Overstimulasi oxytocin

f) Kelelahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dan kecemasan

g) Pemberian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya

Kontraksi uterus abnormal terdiri dari disfungsi kontraksi uterus primer (hipotonik) dan
disfungsi kontraksi uterus sekunder (hipertonik).

a) Disfungsi Hipotonik

Perempuan yang semula membuat kemajuan normal tahap kontraksi persalinan aktif akan
menjadi lemah dan tidak efisien, atau berhenti sama sekali.

Uterus mudah “indented”, bahkan pada puncak kontraksi. Tekanan intrauterin selama kontraksi
(biasanya kurang dari 25 mmHg) tidak mencukupi untuk kemajuan penipisan serviks dan dilatasi. CPD
dan malposisi adalah penyebab umum dari jenis disfungsi dari uterus.

HIS bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada
bagian lain, kelainannya terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang
daripada biasa. Keadaan umum penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban
masih utuh umumnya tidak banyak bahaya baik bagi ibu ataupun janin. Apabila his terlampau kuat maka
akan terjadi disfungsi hipertonik

b) Disfungsi Hipertonik

Ibu yang mengalami kesakitan/ nyeri dan frekuensi kontraksi tidak efektif menyebabkan dilatasi
servikal atau peningkatan effacement. Kontraksi ini biasa terjadi pada tahap laten,yaitu dilatasi servikal
kurang dari 4 cm dan tidak terkoordinasi. Kekuatan kontraksi pada bagian tengah uterus lebih kuat dari
pada di fundus, karena uterus tidak mampu menekan kebawah untuk mendorong sampai ke servik. Uterus
mungkin mengalami kekakuan diantara kontraksi (Gilbert, 2007).
Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada servik, misalnya karena
jaringan parut atau karsinoma. Dengan HIS kuat serviks bisa robek, dan robekan ini bisa menjalar ke
bagian bawah uterus. Oleh karena itu setiap wanita yang pernah mengalami operasi pada serviks selalu
harus diawasi persalinannya di rumah sakit. Kondisi distosia ini jarang ditemukan kecuali pada wanita
yang tidak diberi pengawasan yang baik waktu persalinan.

Perbedaan antara Disfungsi Hipertonik dan Disfungsi Hipotonik

Disfungsi Hipertonik Disfungsi Hipotonik

Kontraksi

Tidak teratur dan tidak terorganisasi Terkoordinasi tetapi lemah

Intensitas lemah dan pendek, tetapi Frekuensi kurang dan pendek selama
nyeri dan kram durasi kontraksi

Ibu mungkin kurang nyaman karena


kontraksi lemah
Uteri resting tone

Diatas normal, hampir sama dengan


karakteristik ablusio plasenta. Tidak meningkat

Fase persalinan

Laten, terjadi sebelum dilasi 4 cm.

Lebih jarang terjadi daripada hypotonik


disfungsi

Manajemen terapeutik
Aktif, biasanya terjadi setelah dilasi 4
Koreksi penyebab jika bisa cm
diidentifikasi
Lebih sering terjadi dari pada
hipertonik
Pemberian obat penenang untuk bisa
beristirahat
Hidrasi Amniotomy

Tocolytics untuk mengurangi “high Augmentasi oksitoksin


uterine tone” dan promote perfusi
seksio sesaria jika tidak ada
plasenta
peningkatan
Nursing Care

· Promote aliran darah uterus

· Promote istirahat, kenyamanan, dan


relaksasi

· Menghilangkan nyeri

· Dukungan emosional: terima kenyataan


tentang nyeri dan frustasi. Jelaskan
alasan tindakan untuk menyelesaikan
Intervensi berhubungan dengan
persalinan abnormal, tujuan dan akibat
amniotomy dan augmentasi oksitosin.
yang dipresiksi.
Mendorong perubahan posisi.

Ambulasi jika tidak kontraindikasi dan


bisa diterima oleh ibu

Dukungan emosional: jelaskan


tindakan yang diambil untuk
meningkatkan ketidakefektifan
kontraksi. Libatkan anggota keluarga
dalam mendukung emosi ibu untuk
mengurangi kecemasan

Etiologi Distosia karena kelainan tenaga

1. Faktor herediter memegang peranan dalam kelainan ini.

2. Faktor emosi (ketakutan )

3. Bagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti misalnya pada kelainan
letak janin/disproporsi cephalopelvic.
4. Pada sebagian besar kasus penyebabnya tidak diketahui.

5. Kelainan tenaga terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua.

Penatalaksanaan

Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun harus diawasi dengan seksama. Tekanan
darah, denyut jantung janin, kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus dipantau secara berkala. Untuk
mengurangi rasa nyeri perlu diberikan analgetik. Pemeriksaan dalam perlu diadakan. Apabila persalinan
berlangsung dalam 24 jam tanpa kemajuan yang berarti perlu diadakan penilaian yang seksama seperti
penilaian keadaan umum, apakah persalian benar-benar sudah mulai atau masih dalam false labour,
apakah ada inersia uteri. Untuk menetapkan hal ini perlu dilakukan pelvimetri rontgenologik/MRI.

Pada keadaan HIS terlalu kuat persalinan perlu diawasi dan episiotomi dilakukan pada waktu
yang tepat untuk menghindari terjadinya ruptura perinei tingkat 3. Bila mana HIS terlalu kuat dan ada
rintangan yang menghalangi lahirnya janin dapat timbul lingkaran retraksi patologik, yang merupakan
tanda bahaya terjadinya ruptura uteri. Dalam keadaan ini janin harus segera dilahirkan dengan cara yang
memberikan trauma sedikit-sedikit nya bagi ibu dan anak.

Penatalaksanaan disfungsi uterus hipertonik dilakukan melalui upaya istirahat terapeutik. Upaya
ini dilakukan melalui pemberian analgesik yang effektif, seperti morfin atau meperidin, untuk mengurangi
nyeri dan menyebabkan wanita tertidur. Penatalaksanaan disfungsi uterus hipotonik biasanya
menyingkirkan kemungkinan disproporsi sefalopelvis (CPD) dengan melakukan pemeriksaan
menggunakan ultrasound atau pemeriksaan sinar X yang diikuti dengan augmentasi disfunctional dengan
oksitosin. Kekuatan sekunder atau upaya mengejan dapat menjadi lebih berat akibat penggunaan
analgesik dalam jumlah besar, pemberian anastesi, ibu keletihan, hidrasi yang tidak adekuat dan posisi
ibu.

2. Distosia karena Kelainan struktur Pelvis

Jenis-jenis panggul:

a) Panggul Ginekoid

Pintu atas panggul bundar dengan diameter transversa yang lebih panjang sedikit daripada
diameter anteroposterior dan dengan panggul tengah dan pintu bawah panggul yang cukup luas.

b) Panggul Antropoid
Diameter anteroposterior yang lebih panjang dari diameter transversa dengan arkus pubis
menyempit sedikit

c) Panggul Android

Pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga berhubungan dengan penyempitan kedepan,
dengan spina iskiadika menonjol kedalam dan arkus pubis menyempit.

d) Panggul Platypelloid

Diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek daripada diameter transversa pada pintu atas
panggul dengan arkus pubis yang luas.

Distosia pelvis dapat terjadi bila ada kontraktur diameter pelvis yang mengurangi kapasitas tulang
panggul, termasuk pelvis inlet (pintu atas panggul), pelvis bagian tengah,pelvis outlet (pintu bawah
panggul), atau kombinasi dari ketiganya.

Disproporsi pelvis merupakan penyebab umum dari distosia. Kontraktur pelvis mungkin
disebabkan oleh ketidak normalan kongenital, malnutrisi maternal, neoplasma atau kelainan tulang
belakang. Ketidakmatangan ukuran pembentukan pelvis pada beberapa ibu muda dapat menyebabkan
distosia pelvis.

Kesempitan pada pintu atas panggul

Kontraktur pintu atas panggul terdiagnosis jika diagonal konjugata kurang dari 11,5 cm. Insiden
pada bentuk wajah dan bahu meningkat. Karena bentuk interfere dengan engagement dan bayi turun,
sehingga beresiko terhadap prolaps tali pusat.

Kesempitan panggul tengah

Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten
atau posisi kepaladalam posisi lintang tetap.

Kesempitan pintu bawah panggul

Agar kepala janin dapat lahir, diperlukan ruangan yang lebih besar pada bagian belakang pintu
bawah panggul. Dengan distansi tuberum bersama dengan diameter sagittalis posterior kurang dari 15 cm,
timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran normal.

Penanganan
Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kemajuan pembukaan serviks, apakah gangguan
pembukaan seperti: pemanjangan fase laten; pemanjangan fase aktif; sekunder arrest, bagaimana
kemajuan penurunan bagian terbawah janin (belakang kepala), apakah ada tanda-tanda klinis dari ibu atau
janin yang menunjukkan adanya bahaya bagi ibu atau anak (seperti: gawat janin, rupture uteri)

Apabila ada salah satu gangguan diatas, maka menandakan bahwa persalinan pervaginam tidak
mungkin dan harus dilaksanakan seksio sesaria. Bila ada kemajuan pembukaan serta penurunan kepala
berjalan lancer, maka persalinan pervaginam bisa dilaksanakan.

3. Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin

a) Kelainan letak, presentasi atau posisi

Ø Posisi oksipitalis posterior persisten

Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu atas panggul dengan
sutura sagittalis melintang atau miring sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan
melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan belakang. Namun keadaan ini pada
umumnya tidak akan terjadi kesulitan perputarannya kedepan, yaitu bila keadaan kepala janin dalam
keadaan fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran normal.

Penyebab terjadinya posisi oksipitalis posterior persisten ialah usaha penyesuaian kepala terhadap
bentuk dan ukuran panggul.

Mekanisme persalinan

Bila hubungan antara panggul dan kepala janin cukup longgar, persalinan pada posisi oksipitalis
posterior persisten dapat berlangsung secara spontan, tetapi pada umumnya lebih lama. Kepala janin akan
lahir dalam keadaan muka dibawah simfisis dengan mekanisme sebagai berikut: Setelah kepala mencapai
dasar panggul dan ubun-ubun besar berada dibawah simfisis, dengan ubun-ubun besar tersebut sebagai
hipomoklion, oksipitalis akan lahir melaui perineum diikuti bagian kepala yang lain.

Prognosis

Persalinan pada umumnya berlansung lebih lama kemungkinan kerusakan jalan janin lebih besar,
kematian perinatal lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan ubun-ubun kecil berada didepan.

Penanganan
Pada persalinan ini sebaiknya dilakukan pengawasan yang seksama, tindakan untuk mempercepat
jalannya persalinan dilakukan apabila kala II terlalu lama atau ada tanda-tanda bahaya terhadap janin.
Pada persalinan letak belakang kepala akan lebih mudah apabila letak ubun-ubun kecil berada di depan,
maka harus diusahakan agar ubun-ubun kecil dapat diputar kedepan. Perputaran kepala dapat dilakukan
dengan tangan penolong yang dimasukkan ke dalam vagina atau dengan cunam.

Ø Presentasi puncak kepala

Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat defleksinya maka dapat terjadi
presentasi puncak kepala, presentasi dahi atau presentasimuka. Presentasi puncak kepala (presentasi
sinsiput) terjadi apabila derajat defleksinya ringan sehingga ubun-ubun besar berada dibawah. Keadaan
ini merupakan kedudukan sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi belakang kepala.

Mekanisme persalinan

Penangannya hamper sama dengan posisi oksipitalis posterior persisten. Perbedaanya ialah pada
presentasi puncak kepala tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal.

Ø Presentasi muka

Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal sehingga muka bagian terendah.
Kondisi ini dapat terjadi pada panggul sempit atau janin besar. Multiparitas dan perut gantung juga
merupakan faktor yang menyebabkan persentasi muka.

Diagnosa

Untuk mendiagnosa kondisi ini, selain pemeriksaan luar pada umumnya perlu dilakukan
pemeriksaan dalam. Apabila muka sudah masuk kedalam rongga panggul jari pemeriksa dapat meraba
dagu, mulut, hidung, dan pinggir orbita. Pemeriksaan rontgenologik atau MRI perlu dilakukan.

Mekanisme persalinan

Kepala turun melalui pintu atas panggul dengan sirrkumferensia trakelo-parietalis dan dengan
dagu melintang atau miring. Setelah muka mencapai dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga
dagu memutar kedepan dan berada dibawah arkus pubis. Dengan daerah submentum sebagai
hipomoklion, kepala lahir dengan kepala fleksi sehingga dahi, ubun-ubun besar, dan bagian belakang
kepala melewati perineum. Setelah kepala lahir terjadi putaran paksi luar dan badan janin lahir seperti
pada persentasi belakang kepala. Apabila dagu berada dibelakang, pad waktu putaran dalam dagu harus
melewati jarak yang lebih jauh supaya dapat berada didepan. Apabila dagu tidak dapat berputar kedepan
(posisi mento posterior persisten) dan janin tidak dapat lahir spontan, kondisi ini harus segera dilakukan
tindakan untuk menolong persalinan.

Kesulitan persalinan dapat terjadi karena ada kesempitan panggul dan janin yang besar. Pada
persentasi muka tidak dapat melakukan dilatasi servik secara sempurna dan bagian terendah harus turun
sampai ke dasar panggul sebelum ukuran terbesar kepala melewati pintu atas panggul.

Penanganan

Bila selama pengamatan kala II terjadi posisi mento posterior persisten, maka diusahakan untuk
memutar dagu kedepan dengan satu tangan dimasukkan ke vagina. Jika usaha ini tidak berhasil maka
dilakukan secsio sesaria.

Ø Presentasi dahi

Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat, sehingga dahi merupakan
bagian yang paling rendah. Kondisi ini merupakan kedudukan yang bersifat sementara yang kemudian
berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Penyebab terjadinya kondisi ini sama
dengan presentasi muka.

Diagnosis

Pemeriksaan luar menunjukkan denyut jantung janin lebih jelas didengar dibagian dada. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba sutura frontalis, yang bila diikuti pada ujung yang satu diraba pada ubun-
ubun besar dan pda ujung lain teraba pangkal hidung dan lingkaran orbita. Pada presentasi dahi mulut dan
dagu tidak dapat diraba.

Mekanisme persalinan

Kepala masuk melalui pintu atas panggul dengan sirkumferensia maksilloparietalis serta sutura
frontalis melintang atau miring. Setelah terjadi moulage, dan ukuran terbesar kepala telah melalui pintu
atas panggul, panggul memutar kedepan. Sesudah dagu berada didepan, dengan fosa kanina sebagai
hipomoklion, terjadi fleksi sehingga ubun-ubun besar dan belakang kepala lahir melewati perineum.
Kemudian terjadi defleksi, sehingga mulut dan dagu lahir dibawah simfisis yang menghalangi presentasi
dahi untuk berubah menjadi presentasi muka, biasanya karena moulage dan kaput suksedaneum yang
besar pada dahi waktu kepala memasuki panggul, sehingga sulit terjadi penambahan defleksi. Persalinan
membutuhkan waktu yang lama dan jarang berlangsung spontan, sedangkan persalinan pervaginam
berakibat perlukaan luas pada perineum dan jalan lahir lainnya.

Prognosis

Janin yang kecil masih mungkin lahir spontan, tetapi janin dengan berat dan besar normal tidak
dapat lahir spontan pervaginam.

Penanganan

Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak akan dapat lahir spontan
melalui vagina sehingga harus dilahirkan dengan secsio sesaria. Bila persalinan mengalami kemajuan dan
ada harapan presentasi dahi dapat berubah menjadi presentasi belakang kepala tidak perlu dilakukan
tindakan. Jika pada akhir kala I kepala belum masuk kedalam rongga panggul, dapat diusahaakan
mengubah presentasi dengan perasat Thorn. Tapi jika tidak berhasil maka lakukan secsio sesaria.
Meskipun kepala sudah masuk ke rongga panggul, tetapi bila kala II tidak mengalami kemajuan, juga
dilakukan secsio sesaria. Bayi yang lahir dalam presentasi dahi menunjukkan kaput suksedaneum yang
besar pada dahi yang disertai moulage kepala yang hebat.

Ø Letak sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong berada dibawah cavum uteri. Beberapa jenis letak sungsang yakni :

- Presentasi bokong

Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat keatas sehingga ujungnya
terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Sehingga pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.

- Presentasi bokong kaki sempurna

disamping bokong dapat diraba kedua kaki.

- Presentasi bokong kaki tidak sempurna

Hanya terdapat satu kaki disamping bokong sedangkan kaki yang lain terangkat keatas.

- Presentasi kaki

Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
Etiologi

Faktor- faktor yang memegang peranan terjadinya letak sungsang adalah multiparitas, hamil
kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit, kelainan uterus dan kelainan
bentuk uterus. Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang
karena plasenta mengurangi luas ruangan didaerah fundus.

Mekanisme persalinan

Bokong masuk kedalam rongga panggul dengan garis pangkal paha melintang atau miring.
Setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga di pintu bawah panggul garis
panggul paha menempati diameter ante posterior dan trokanter depan berada dibawah simfisis.
Kemudian terjadi fleksi lateral pad badan janin, sehingga trokanter belakang melewati perineum dan
lahirlah seluruh bokong diikuti oleh kedua kaki. Setelah bokong lahir terjadi putaran paksi luar dengan
perut janin berada di posterior yang memungkinkan bahu melewati pintu atas panggul dengan garis
terbesar bahu melintang atau miring. Terjadi putaran paksi dalam pada bahu, sehingga bahu depan berada
dibawah simfisis dan bahu belakang melewati perineum. Pada saat tersebut kepala masuk kedalam rongga
panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring. Didalam rongga panggul terjadi putaran paksi
dalam kepala sehingga muka memutar ke posterior dan oksiput kearah simfisis. Dengan suboksiput
sebagai hipomoklion, maka dagu, mulut, hidung, dahi, dan seluruh kepala lahir berturut-turut melewati
perineum.

Prognosis

Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan dengan letak
kepala. Adanya kesempitan panggul sudah harus diduga pada waktu pemeriksaan antenatal khususnya
pada seorang primigravida dengan letak sungsang. Untuk itu harus dilakukan pemeriksaan panggul atau
MRI. Multiparitas dengan riwayat obstetrik yang baik, tidak selalu menjamin persalinan dalam letak
sungsang akan berlansung lancar, sebab janin yang besar dapat menyebabkan disproporsi meskipun
ukuran panggul normal.

Penanganan

a. Dalam kehamilan
Mengingat bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindarkan. Untuk itu sewaktu
pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang terutama pada primigravida hendaknya dilakukan versi
luar menjadi presentasi kepala. Versi luar ini sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34 dan 38
minggu. Kalau pada sebelum minggu ke 34 kemungkinan besar janin masuh dapat memutar sendiri,
sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar akan sulit berhasil dikarenakan janin sudah besar dan jumlah
air ketuban relatif telah berkurang. Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti dan
denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Kontaindikasi untuk versi luar adalah:

- panggul sempit

sebenarnya tidak ada gunanya melakukan versi luar karena jika berhasil perlu juga dilkukan secsio
sesaria. Jika kesempitan panggul hanya ringan maka versi luar harus diusahakan karena jika berhasil akan
memungkinkan dilakukan partus percobaan.

- perdarahan antepartum

tidak boleh dilakukan karena akan menambah perdarahan akibat lepasnya plasenta.

- Hipertensi

Usaha versi luar akan dapat menyebabkan solusio plasenta.

- hamil kembar

pada hamil kembar janin yang lain dapat menghalangi versi luar, yang lebih berbahaya jika janin terletak
dalam satu kantong amnion, kemungkinan tali pusat kedua janin akan saling melilit.

- plasenta previa.

b. Dalam persalinan

Letak sunsang tanpa disproporsi cefalopelvic dapat diambil sikap menunggu sambil mengawasi
kemajuan persalinan, sampai umbilikus dilahirkan. Ekstraksi pada kaki atau bokong hanya dilakukan
apabila dalam kala II terdapat tanda-tanda bahaya bagi ibu atau janin atau apabila kala II berlangsung
lama maka secsio sesaria perlu dilakukan.

Ø Letak lintang
Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi
yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih
tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin berada di
depa, di belakang, di atas, atau di bawah.

Etiologi

Penyebab terpenting letak lintang ialah multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang
lembek. Keadaan lain yang dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam rongga panggul seperti
misalnya panggul sempit, tumor di daerah panggul, plasenta previa, kehamilan prematur, hidramnion dan
kehamilan kembar,kelainan bentuk rahim seperti uterus arkuatus/uterus subseptus.

Diagnosis

Pada inspeksi uterus tampak lebih melebar dan fundus uteri lebih rendah tidak sesuai dengan
umur kehamilannya. Pada palpasi fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping, dan di atas
simfisis juga kosong, kecuali bila bahu sudah turun ke dalam panggul. Denyut jantung janin ditemukan di
sekitar umbilikus. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahu dan tulang-tulang iga. Bila ketik di raba,
arah menutupnya menunjukkan letak di mana kepala janin berada. Punggung dapat ditentukan dengan
terabanya skapula dan ruas tulang belakang, dada dengan terabanya klavikula. Kadang-kadang dapat pula
diraba tali pusat yang menumbung.

Mekanisme Persalinan

Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat terjadi
persalinan spontan.Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan kematian janin dan
ruptura uteridan keadaan ini dapat membahayakan ibu akibat perdarahan dan infeksi dan seringkali
berakibat kepada kematian.

Apabila janinnya kecil, sudah mati dan lembek persalinan dapat berlangsung spontan. Janin lahir
dalam keadaan terlipat melalui jalan lahir(konduplikasio korpore)atau lahir dengan evolusio spontanea
menurut cara Denman dan Douglas. Pada cara Denman bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi
kuat dibagian bawah tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan
lahir, kemudian disusul badan bagian atas dan kepala. Pada cara Douglas bahu masuk kedalam rongga
panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan kaki sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjutnya
disusul oleh lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam
letak lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin.
Prognosis

Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.

Penanganan

Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan mengubah
menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan
persalinan, sehingga bila terjadi perubahan letak, segera dapat ditentukan diagnosis dan penanganannya.
Pada permulaan persalinan masih dapat diusahakan mengubah letak lintang asalkan pembukaan masih
kurang dari empat sentimeter dan ketuban belum pecah. Pada seorang primigravida bila versi luar tidak
berhasil, sebaiknya segera dilakukan seksio sesarea. Persalinan letak lintang pada multipara bergantung
kepada riwayat obstetrik wanita yang bersangkutan baik, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan
serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan ketuban
ketuban tetap utuh. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus funikuli,
harus segera dilakukan seksio sesarea. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka
bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap, kemudian dilakukan versi
ekstraksi/seksio sesaria.

Ø Presentasi ganda

Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan/kaki,
atau keadaan dimana disamping bokong janin dijumpai tangan.

Etiologi

Presentasi ganda terjadi karena pintu atas panggul tidak tertutup sempurna oleh kepala atau
bokong, misalnya pada seorang multipara dengan perut gantung, pada kesempitan panggul dan janin yang
kecil.

Diagnosis

Diagnosis berdasarkan pemeriksaan luar sulit ditentukan, sedangkan pada pemeriksaan dalam,
disamping kepala atau bokong dapat diraba tangan, lengan/kaki,kemungkinan dapat juga teraba tali pusat
menumbung yang sangan mempengaruhi prognosis janin.

Penanganan
Pada presentasi ganda umumnya tidak ada indikasi untuk mengambil tindakan, karena pada
panggul dengan ukuran normal, persalinan dapat spontan per vagina. Akan tetapi apabila lengan
seluruhnya menumbung disamping kepala, sehingga menghalangi turunnya kepala dapat dilakukan
reposisi lengan. Tangan penolong dimasukkan kedalam vagina dan mendorong lengan janin keatas
melewati kepalanya, kemudian kepala didorong kedalam rongga panggul dengan tekanan dari luar.

Apabila pada presentasi ganda ditemukan prolaksus funikuli, maka penanganan bergantung pada
kondisi janin dan pembukaan serviks. Bila janin dalam keadaan baik dan pembukaan belum lengkap
sebaiknya dilakukan secsio sesaria, sedangkan bila pembukaan lengkap, panggul mempunyai ukuran
normal pada multipara, dapat dipertimbangkan melahirkan janin per vagina. Bila janin sudah meninggal,
diusahakan untuk persalinan spontan, sedangkan tindakan untuk mempercepat persalinan hanya dilakukan
atas indikasi ibu.

b) Kelainan bentuk janin

Ø Pertumbuhan janin yang berlebihan

Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Kepala dan bahu
tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis, selain itu distensi uterus oleh janin yang besar mengurangi
kekuatan kontraksi selama persalinan dan kelahirannya. Pada panggul normal, janin dengan berat badan
4000-5000 gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam melahirkannya.

Etiologi

Janin besar dipengaruhi oleh faktor keturunan. Selain itu janin besar dijumpai pada wanita hamil
dengan DM, postmaturitas dan grandemultipara.

Diagnosis

Menentukan besarnya janin secara klinis memang sulit. Janin besar baru diketahui setelah tidak
adanya kemajuan persalinan pada panggul normal dan his yang kuat. Besarnya kepala dan tubuh janin
dapat diukur dengan menggunakan alat ultrasonik.

Prognosis

Pada panggul normal, janin dengan berat badan kurang dari 4000 gram pada umumnya tidak
menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran terjadi karena kepala yang besar atau kepala yang lebih
keras(pada post maturitas )tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit
melewati rongga panggul. Menarik kepala kebawah terlalu kuat dalam pertolongan melahirkan bahu yang
sulit dapat berakibat perlukaan pada nervus brachialis dan muskulus sternocleidomastoideus.

Penanganan

Apabila kepala sudah lahir sedangkan bahu sulit dilahirkan, hendaknya dilakukan episiostomi
mediolateral yang cukup luas, hidung, mulut janin dibersihkan, kemudian kepala ditarik curam kebawah
secara hati-hati dengan kekuatan yang terukur. Bila tidak berhasil, tubuh janin diputar dalam rongga
panggul, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dan lahir di bawah simfifis.

Tindakan yang bisa dilakukan untuk membantu mencegah distocia bahu adalah membantu
memutar kepala janin dan mendorongnya kebawah.(Camune& Brucher, 2007;Lanni & Seeds,
2007;Simpson 2008).

Metode yang digunakan untuk membantu distosia bahu:

a) menurut McRobert`s maneuver adalah ibu mengfleksikan pahanya lebuh tinggi dari perutnya, dimana
dapat mengangkat lengkung pelvic metode ini memiliki efek yang sama dengan jongkok dan menambah
upaya menekan kebawah.

b) Medode suprapubic pressure dilakukan oleh yang membantu persalinan, suprapubic pressure dilakukan
untuk mendorong bagian anterior bahu janin kearah bawah untuk memindahkan janin dari atas ke simfisis
pubis ibu.

Pada keadaan dimana janin telah mati sebelum bahu dilahirkan, dapat dilakukan kleidotomi pada
satu atau kedua klavikula untuk mengurangi kemungkinan perlukaan jalan lahir.

Ø Hidrosefalus

Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel
otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun.
Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvic

Diagnosis

Pada palpasi ditemukan kepala yang jauh lebih besar dan tidak dapat masuk kedalam panggul,
denyut jantung janin paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi, pada pemeriksaan dalam diraba
sutura-sutura dan ubun0ubun melebar dan tegang, sedangkan tulang kepala sangat tipis dan mudah
ditekan.
Prognosis

Hidrosefalus dapat mengakibatkan ruptura uteri. Ruptera uteri pada hidrosefalus dapat terjadi
sebelum pembukaan servik menjadi lengkap. Pada kasus hidrosefalus ini, kepala janin harus dikecilkan
pada permulaan persalinan. Pada pembukaan 3 cm cairan serebrospinal dikeluarkan dengan pungsi pada
kepala dengan menggunakan jarum spinal. Bila janin dalam letak sungsang, pengeluaran cairan dari
kepala dilakukan dengan pungsi atau perforasi melalui foramen oksipitalis magnum atau sutura
temporalis. selain itu, ventrikulosentesis transabdominal dengan jarum spinal juga dianjurkan.

Ø Kelainan bentuk janin yang lain

a) Janin kembar melekat(double master)

Torakopagus(pelekatan pada dada) merupakan janin kembar melekat yang paling sering
menimbulkan kesukaran persalinan.

b) Janin dengan perut besar

Pembesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat dari asites atau tumor hati, limpa, ginjal
dan ovarium jarang sekali dijumpai.

Ø Prolaksus funikuli

Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin didalam jalan
lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi kepala, prolaksus funikuli sangat berbahaya bagi janin,
karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat
gangguan oksigenasi.

Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat disebabkan oleh gangguan adaptasi bagian bawah janin
terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin.

Diagnosis

Adanya tali pusat menumbung atau tali pusat terdepan baru dapat diketahui dengan pemeriksaan
dalam setelah terjadi pembukaan ostium uteri. Pada prolaksus funikuli tali pusat dapat diraba dengan dua
jari; tali pusat yang berdenyut menandakan janin masih hidup.
Penanganan

Pada prolaksus funikuli janin menghadapi bahaya hipoksia, karena tali pusat akan terjepit antara
bagian terendah janin dan jalan lahir. Apabila tali pusat masih berdenyut tapi pembukaan belum lengkap
tindakan yang harus dilakukan adalah reposisi tali pusat atau seksio sesaria.

4. Distosia karena kelainan posisi ibu

Posisi bisa menimbulkan dampak positif dan negatif pada persalinan, dimana efek gravitasi dan
bagian tubuh memiliki hubungan yang penting untuk kemajuan proses persalinan. Misalnya posisi tangan
dan lutut, posisi oksiput posterior lebih efektif dari pada posisi lintang. Posisi duduk dan jongkok
membantu mendorong janin turun dan memperpendek proses kala II (Terry et al, 2006). Posisi recumbent
dan litotomy bisa membantu pergerakan janin ke arah bawah. Apabila distosia karena kelainan posisi ibu
ini terjadi, tindakan yang harus segera dilakukan pada proses persalinan adalah seksio sesaria atau vakum.

5. Distosia karena respon psikologis

Stress yang diakibatkan oleh hormon dan neurotransmitter (seperti catecholamines) dapat
menyebabkan distosia. Sumber stress pada setiap wanita bervariasi, tetapi nyeri dan tidak adanya
dukungan dari seseorang merupakan faktor penyebab stress.

Cemas yang berlebihan dapat menghambat dilatasi servik secara normal, persalinan berlangsung
lama, dan nyeri meningkat. Cemas juga menyebabkan peningkatan level strees yang berkaitan dengan
hormon (seperti: β endorphin, adrenokortikotropik, kortisol, dan epinephrine). Hormon ini dapat
menyebabkan distosia karena penurunan kontraksi uterus.

6. Pola persalinan tidak normal

Pola persalinan yang tidak normal diidentifikasi dan diklasifikasikan oleh Riedman (1989)
berdasarkan sifat dilasi servikal dan penurunan janin.

Persalinan normal

a) Dilasi (pembukaan) berlanjut

- Fase laten: <4 cm dan low slope

- Fase aktif: > 5 cm dan high slope

- Fase deselerasi: ≥ 9 cm
b) Penurunan: aktif pada dilasi ≥ 9 cm

Persalinan tidak normal

Pola Nulliparas Multiparas

Fase laten prolonged < 20 jam >14 jam

Fase dilasi aktif < 1.2 cm/jam <1.5 cm/jam


protracted

Secondary arrest: no ≥ 2 jam ≥ 2 jam


change

Protracted descent < 1 cm/jam < 2 cm/jam

Arrest of descent ≥ 1 jam ≥1/2 jam

Persalinan >5 cm /hari 10 cm/hari


precipitous

Failure of descent Tidak ada perubahan selama fase deselarasi


dan kala II

7. Distosia karena kelainan traktus genitalis

a) Vulva

Kelainan pada vulva yang menyebabkan distosia adalah edema, stenosis, dan tumor. Edema
biasanya timbul sebagai gejala preeklampsia dan terkadang karena gangguan gizi. Pada persalinan jika
ibu dibiarkan mengejan terus jika dibiarkan dapat juga mengakibatkan edema. Stenosis pada vulva terjadi
akibat perlukaan dan peradangan yang menyebabkan ulkus dan sembuh dengan parut-parut yang
menimbulkan kesulitan. Tumor dalam neoplasma jarang ditemukan. Yang sering ditemukan kondilomata
akuminata, kista, atau abses glandula bartholin.

b) Vagina

Yang sering ditemukan pada vagina adalah septum vagina, dimana septum ini memisahkan
vagina secara lengkap atau tidak lengkap dalam bagian kanan dan bagian kiri. Septum lengkap biasanya
tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina yang satu umumnya cukup lebar, baik untuk koitus
maupun untuk lahirnya janin. Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala janin pada
persalinan dan harus dipotong terlebih dahulu.
Stenosis vagina yang tetap kaku dalam kehamilan merupakan halangan untuk lahirnya bayi, perlu
dipertimbangkan seksio sesaria. Tumor vagina dapat menjadi rintangan pada lahirnya janin per vaginam

c) Servik uteri

Konglutinasio orivisii externi merupakan keadaan dimana pada kala I servik uteri menipis akan
tetapi pembukaan tidak terjadi, sehingga merupakan lembaran kertas dibawah kepala janin. Karsinoma
servisis uteri, merupakan keadaan yang menyebabkan distosia.

d) Uterus

Mioma uteri merupakan tumor pada uteri yang dapat menyebabkan distosia apabila mioma uteri
menghalangi lahirnya janin pervaginam, adanya kelainan letak janin yang berhubungan dengan mioma
uteri, dan inersia uteri yang berhubungan dengan mioma uteri.

e) Varium

Distosia karena tumor ovarium terjadi apabila menghalangi lahirnya janin pervaginam. Dimana
tumor ini terletak pada cavum douglas. Membiarkan persalinan berlangsung lama mengandung bahaya
pecahnya tumor atau ruptura uteri atau infeksi intrapartum.

B. Asuhan keperawatan Pada distosia

Diagnosa keperawatan yang mungkin bisa diidentifikasi pada wanita yang mengalami distosia
adalah:

1. Resiko cidera maternal dan fetal berhubungan dengan implementasi dari intervensi untuk distosia

2. Kehilangan kekuatan berhubungan dengan kehilangan kontrol

3. Resiko infeksi berhubungan dengan kelahiran prematur dan pecahnya membran, atau berhubungan
dengan prosedur operasi

Perencanaan

Hasil yang diharapkan pada ibu yang mengalami distosia adalah:

1. Mengerti penyebab dan treatment persalinan disfungsional.

2. Menggunakan pola koping yang positif untukmempertahankan konsep diri positif.

3. Mengekspresikan tingkat nyeri


4. Pengalaman persalinan dan kelahiran dengan minimal atau tidak ada komplikasi seperti infeksi, cedera,
atau hemoragik

5. Kelahiran bayi yang sehat, dimana tanpa mengalami cedera kelahiran

Intervensi

1. Bantu dan implementasikan intervensi untuk distosia (msl: posisi, version, peningkatan proses persalinan,
dan pematangan servikal)

2. Monitor DJJ selama proses

3. Monitor tanda-tanda vital kehamilan

4. Nilai tingkat kenyamanan selama prosedur yang menyakitkan.

5. Berikan penjelasan dan dukungan untuk ibu dan keluarganya

Evaluasi

Evaluasi keefektifan asuhan keperawatan pada ibu yang mengalami distosia berdasarkan hasil
yang diharapkan

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek,Gloria M, dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). United States of America: Mosby

Chandranita, ida ayu, dkk. 2009. Buku ajar patologi obstetric untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta:EGC

Chandranita, ida ayu, dkk. 2009. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta:EGC

Doenges, Marilyn E dan Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta:EGC.

Farrer, Helen. 2001. Perawatan meternitas edisi II. Jakarta: EGC

Herdman, T. Heather. 2009. NANDA International Nursing Diagnoses : Definition & Classification 2009-2011.
United Kingdom : Wiley-Blackwell.
Mckinney, Emily Slone, dkk. 2009. Maternal Child Nursing. Canada: Library of Congress Catologing in
Publication Data

Moorhead, Sue, dkk. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC). United States of America: Mosby

Prawirohardjo, sarwono. 1997. Ilmu kebidanan edisi 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Perry, Shannon E, dkk. 2010. Maternal child nursing care edisi 4. Canada: Mosby elseveir

Stright, Barbara R. 2004. Keperawatan ibu-bayi baru lahir edisi 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai