Di Susun Oleh:
Kelompok 13:
MALANG
2018
A. PERSALINAN DISFUNGSIONAL
Perubahan posisi wanita akan memberikan beberapa dampak menguntungkan berikut ini :
1. Kesejajaran tulang-tulang panggul dan menghasilkan bentuk dan kapasitas
panggul.
2. Frekuensi, lama dan efisiensi kontraksi
3. ‘Sudut dorong’ yaitu, sudut yang dibentuk oleh sumbu tulang punggung janin dan
sumbu jalan lahir).
4. Efek gaya gravitasi.
5. Pasokan oksigen ke janin.
5. Overstimulasi oxytocin
Distosia pelvis dapat terjadi bila ada kontraktur diameter pelvis yang mengurangi
kapasitas tulang panggul, termasuk pelvis inlet (pintu atas panggul), pelvis bagian tengah,
pelvis outlet (pintu bawah panggul), atau kombinasi dari ketiganya.
Etiologi
Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada
jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.
1. Panggul Ginekoid
Pintu atas panggul bundar dengan diameter transversa yang lebih panjang sedikit
daripada diameter anteroposterior dan dengan panggul tengah dan pintu bawah
panggul yang cukup luas.
2. Panggul Antropoid
3. Panggul Android
4. Panggul Platypelloid
Distosia pelvis dapat terjadi bila ada kontraktur diameter pelvis yang mengurangi
kapasitas tulang panggul, termasuk pelvis inlet (pintu atas panggul), pelvis bagian
tengah,pelvis outlet (pintu bawah panggul), atau kombinasi dari ketiganya.
Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada
jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.
1. Pintu atas panggul (pelvic inlet) : Diameter transversal (DT) + 13.5 cm. Conjugata
vera (CV) + 12.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 22.0 cm.
Patofisiologi
Menurut Caldwell dan Moloy bentuk panggul di bagi dalam empat jenis pokok. Jenis
– jenis panggul ini dengan cirri – ciri penting nya ialah :
1. Panggul Gynecoid
Panggul yang paling ideal. Bulat dan merupakan jenis panggul tipikal wanita.
2. Panggul Android
Yaiutu bentuk PAP (Pintu Atas Panggul) seperti segitiga, merupakan jenis
panggul tipikal pria.
3. Panggul Anthropoid
Yaitu bentuk Pap seperti elips, agak lonjong seperti telur
4. Panggul Platypeloid
Yaitu bentuk PAP seperti kacang atau ginjal, picak, menyempit arah muka
belakang
5. Merupakan panggul picak.
Penanganan
1. Seksio sesarea
Seksio sesarea dapat dilakukan secar elektif atau primer, yakni sebelum
persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yakni sesudah
persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
2. Persalinan percobaan
1. Sebab –sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi, bayi
besar dan jumlah bayi ( penumpang atau passenger)
2. Passanger (janin ), kelainan besar dan bentuk janin serta kelainan letak,
presentasi dan posisi janin dapat menyebabkan hambatan kemajuan persalinan.
a. Letak Sungsang
Yaitu tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin
setelah ketuban pecah.
4. Distosia bokong pada spina bifida dan tumor pada bokong janin
5. Kembar siam
D. POSISI IBU
1. Posisi jongkok
Posisi jongkok adalah posisi terbaik untuk bersalin karena dengan begitu anak lahir, si
ibu dengan gesit menangkap anak dengan kedua tangannya sendiri.
Kemajuan persalinan.
2. Posisi Berdiri
Beberapa keuntungan yang bisa kita manfaatkan dari posisi berdiri adalah:
a. Posisi ini memudahkan ibu untuk bergerak, dan gerakan tersebut membantu
bayi bergerak turun serta menjaga napas ibu tetap mantap.
3. Posisi Merangkak
4. Posisi berlutut
Berlutut adalah posisi yang bisa dillakukan saat mengalami kesulitan persalinan.
Beberapa keuntungannya antara lain meringankan rasa sakit, memungkinkan
pasangan untuk melakukan pijatan atau kompres hangat pada punggung, dan
mengurangi risiko robekan perineum.
5. Posisi duduk
Posisi duduk ini bisa dilakukan dengan duduk di kursi tegak, di toilet, birth ball,
atau bahkan di pangkuan suami. Posisi ini bagus untuk persalinan kala I.
6. Posisi miring
Untuk ibu dengan proses persalinan yang berjalan terlalu cepat (biasanya pada ibu
dengan jumlah anak lebih dari satu), posisi miring bisa menjadi opsi terbaik.
7. Posisi setengah duduk
Posisi setengah duduk ini termasuk posisi yang umum dilakukan di rumah sakit,
rumah bersalin, atau bidan praktik karena posisinya sangat memudahkan praktisi
kesehatan untuk melakukan tindakan.
8. Posisi berbaring
Posisi berbaring atau lithotomi adalah posisi yang paling sering digunakan
sehingga, sebagian besar orang menganggap bahwa lithotomi adalah posisi terbaik
untuk persalinan.
E. RESPON PSIKOLOGIS
1. Stres
2. Cemas
F. PERSALINAN ABNORMAL
Persalinan abnormal ( distosia ) adalah persalinan yang berjalan tidak normal.
Seringkali pula disebut sebagai partus lama, partus tak maju, disfungsi persalinan atau
disproporsi sepalo pelvik (CPD ).
Untuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan persalinan abnormal maka
harus difahami terlebih dulu proses persalinan normal. Persalinan normal adalah
peristiwa adanya kontraksi uterus yang disertai dengan kemajuan proses dilatasi dan
pendataran servik.
1. Persalinan kala I
Berawal sejak adanya kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi servik
lengkap. Terbagi menjadi 2 fase : fase laten ( dilatasi sampai dengan 3 – 4 cm )
dan fase aktif ( dilatasi servik 4 cm sampai lengkap ). Fase aktif dibagi lagi
menjadi 3 subfase yaitu fase akselerasi, fase dilatasi maksimal dan fase deselerasi.
2. Persalinan kala II
Etiologi :
Patofisiologi
Fase laten memanjang dapat disebabkan akibat oversedasi atau menegakkan
diagnosa inpartu terlampau dini dimana masih belum terdapat dilatasi dan pendataran
servik.
Diagnosa adanya hambatan atau berhentinya kemajuan persalinan pada fase aktif
lebih mudah diotegakkan dan umumnya disebabkan oleh faktor 3 P
Secara umum, persalinan abnormal adalah merupakan akibat dari beberapa faktor
berikut :
1. Power ( kontraksi uterus ) ; pada kala II, selain gangguan kontraksi uterus juga
dapat disebabkan oleh gangguan kemampuan meneran.
2. Passage ( jalan lahir ) , jalan lahir keras ( tulang panggul ) atau jalan lahir lunak
( organ sekitar jalan lahir )
Penatalaksanaan :
2. Pemanjangan fase laten akibat pemberian sedasi atau analgesik yang berlebihan
dan terlampau dini akan berakhir setelah efek obat mereda
3. Kontraksi uterus hipertonik diatasi dengan istirahat dan diberikan terapi sedatif
dan analgesik