Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SISTEM REPRODUKSI

“Teori Dan Konsep Tentang Distosia”

Di Susun Oleh:

Kelompok 13:

LORENSIUS UMBU ANDING 2015610052

MARSSELINUS NANI 2015610063

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI

MALANG

2018
A. PERSALINAN DISFUNGSIONAL

Istilah ‘persalinan disfungsional’ meliputi semua keadaan persalinan dengan


terhambat atau terhentinya kemajuan pembukaan serviks pada fase aktif, atau terhambat
dan terhentinya penurunan pada kala II. Beberapa pemberi perawatan kurang sabar dari
pemberi perawatan lain dan mendiagnosis distosia lebih cepat.
Persalinan disfungsional (distosia karena kelainan kekuatan) adalah kontraksi uterus
abnormal yang menghambat kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan
pendataran/effacement (kekuatan primer), atau kemajuan penurunan (kekuatan sekunder).
Pada kehamilan akhir, perubahan produksi hormon menyebabkan relaksasi ligamen dan
tulang rawan pada seni panggul, memungkinkan mobilitas yang lebih tinggi pada sendi
sakro ilyaka dan simpisis pubis11. Mobilitas panggul memungkinkan perubahan bentuk
dan ukuran panggul yang tidak kentara, sehingga dapat memfasilitasi posisi optimal
kepala janin pada kala I, yaitu gerakan-gerakan utama fleksi, rotasi interna dan penurunan
janin pada kala II.

Kontraksi uterus abnormal terdiri dari disfungsi kontraksi uterus primer


(hipotonik) dan disfungsi kontraksi uterus sekunder (hipertonik).
a) Disfungsi Hipotonik
Perempuan yang semula membuat kemajuan normal tahap kontraksi persalinan
aktif akan menjadi lemah dan tidak efisien, atau berhenti sama sekali. Uterus
mudah “indented”, bahkan pada puncak kontraksi. Tekanan intrauterin selama
kontraksi (biasanya kurang dari 25 mmHg) tidak mencukupi untuk kemajuan
penipisan serviks dan dilatasi. CPD dan malposisi adalah penyebab umum dari
jenis disfungsi dari uterus. HIS bersifat biasa dalam arti bahwa fundus
berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada bagian lain, kelainannya
terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang
daripada biasa. Keadaan umum penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak
seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya baik bagi
ibu ataupun janin. Apabila his terlampau kuat maka akan terjadi disfungsi
hipertonik
b) Disfungsi Hipertonik
Ibu yang mengalami kesakitan/ nyeri dan frekuensi kontraksi tidak efektif
menyebabkan dilatasi servikal atau peningkatan effacement. Kontraksi ini biasa
terjadi pada tahap laten,yaitu dilatasi servikal kurang dari 4 cm dan tidak
terkoordinasi. Kekuatan kontraksi pada bagian tengah uterus lebih kuat dari pada
di fundus, karena uterus tidak mampu menekan kebawah untuk mendorong
sampai ke servik. Uterus mungkin mengalami kekakuan diantara kontraksi
(Gilbert, 2007).
Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada servik,
misalnya karena jaringan parut atau karsinoma. Dengan HIS kuat serviks bisa
robek, dan robekan ini bisa menjalar ke bagian bawah uterus. Oleh karena itu
setiap wanita yang pernah mengalami operasi pada serviks selalu harus diawasi
persalinannya di rumah sakit. Kondisi distosia ini jarang ditemukan kecuali pada
wanita yang tidak diberi pengawasan yang baik waktu persalinan.

Perubahan posisi wanita akan memberikan beberapa dampak menguntungkan berikut ini :
1. Kesejajaran tulang-tulang panggul dan menghasilkan bentuk dan kapasitas
panggul.
2. Frekuensi, lama dan efisiensi kontraksi
3. ‘Sudut dorong’ yaitu, sudut yang dibentuk oleh sumbu tulang punggung janin dan
sumbu jalan lahir).
4. Efek gaya gravitasi.
5. Pasokan oksigen ke janin.

Gilbert (2007), menyatakan beberapa factor yang di curigai dapat meningkatkan


resiko terjadinya distosia uterus sebagai berikut:
1. Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek)

2. Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenitial, distensi yang


berlebihan, kehamilan ganda, atau hidramnion).

3. Kelainan bentuk dan posisi janin


4. Disproporsi cephalopelvik (CPD)

5. Overstimulasi oxytocin

6. Kelelahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dan kecemasan

7. Pemberian analgesic dan anastetik yang tidak semestinya

Kontraksi uterus abnormal terdiri dari 2 yaitu:

1. Disfungsi kontraksi uterus primer (hipotonik)

2. disfungsi kontraksi uterus sekunder (hipertonik).

B. PERUBAHAN STRUKTUR PELVIS

Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia


karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras / tulang
panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.

Distosia pelvis dapat terjadi bila ada kontraktur diameter pelvis yang mengurangi
kapasitas tulang panggul, termasuk pelvis inlet (pintu atas panggul), pelvis bagian tengah,
pelvis outlet (pintu bawah panggul), atau kombinasi dari ketiganya.

Etiologi

Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada
jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.

Kesempitan panggul ada 3:

1. Kesempitan pada pintu atas panggul

2. Kesimpitan panggul tengah

3. Kesempitan pintu bawah panggul


Jenis-jenis panggul:

1. Panggul Ginekoid

Pintu atas panggul bundar dengan diameter transversa yang lebih panjang sedikit
daripada diameter anteroposterior dan dengan panggul tengah dan pintu bawah
panggul yang cukup luas.

2. Panggul Antropoid

Diameter anteroposterior yang lebih panjang dari diameter transversa dengan


arkus pubis menyempit sedikit

3. Panggul Android

Pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga berhubungan dengan


penyempitan kedepan, dengan spina iskiadika menonjol kedalam dan arkus pubis
menyempit.

4. Panggul Platypelloid

Diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek daripada diameter transversa


pada pintu atas panggul dengan arkus pubis yang luas.

Distosia pelvis dapat terjadi bila ada kontraktur diameter pelvis yang mengurangi
kapasitas tulang panggul, termasuk pelvis inlet (pintu atas panggul), pelvis bagian
tengah,pelvis outlet (pintu bawah panggul), atau kombinasi dari ketiganya.

Disproporsi pelvis merupakan penyebab umum dari distosia. Kontraktur pelvis


mungkin disebabkan oleh ketidak normalan kongenital, malnutrisi maternal,
neoplasma atau kelainan tulang belakang. Ketidakmatangan ukuran pembentukan
pelvis pada beberapa ibu muda dapat menyebabkan distosia pelvis.
Etiologi

Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada
jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.

Kesempitan panggul ada 3:

1. Kesempitan pada pintu atas panggul

2. Kesimpitan panggul tengah

3. Kesempitan pintu bawah panggul

Ukuran rata-rata panggul wanita normal:

1. Pintu atas panggul (pelvic inlet) : Diameter transversal (DT) + 13.5 cm. Conjugata
vera (CV) + 12.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 22.0 cm.

2. Pintu tengah panggul (midpelvis) : Distansia interspinarum (DI) + 10.5 cm.


Diameter anterior posterior (AP) + 11.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter
minimal 20.0 cm. m Pintu bawah panggul (pelvic outlet) : Diameter anterior
posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum + 10.5 cm. Jumlah rata-rata
kedua diameter minimal 16.0 cm. Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu
panggul tersebut kurang, maka panggul tersebut kurang sesuai untuk proses
persalinan pervaginam spontan.

Patofisiologi

Menurut Caldwell dan Moloy bentuk panggul di bagi dalam empat jenis pokok. Jenis
– jenis panggul ini dengan cirri – ciri penting nya ialah :

1. Panggul Gynecoid

Panggul yang paling ideal. Bulat dan merupakan jenis panggul tipikal wanita.

2. Panggul Android
Yaiutu bentuk PAP (Pintu Atas Panggul) seperti segitiga, merupakan jenis
panggul tipikal pria.

3. Panggul Anthropoid
Yaitu bentuk Pap seperti elips, agak lonjong seperti telur
4. Panggul Platypeloid
Yaitu bentuk PAP seperti kacang atau ginjal, picak, menyempit arah muka
belakang
5. Merupakan panggul picak.

Penanganan

1. Seksio sesarea

Seksio sesarea dapat dilakukan secar elektif atau primer, yakni sebelum
persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yakni sesudah
persalinan berlangsung selama beberapa waktu.

Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada


kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat, atau karena
terdpat disproporsi sefalopelvik yang nyata. Selain itu seksio tersebut
diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila ada factor-faktor lain yang
merupakan komplikasi, seperti primigrvida tua, kelainan letak janin yang tidak
dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami masa infertilitas yang
lama, penyakit jantung dan lain-lain.

2. Persalinan percobaan

Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada


hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam
semua bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai
kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginam
dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan
percobaan. Dengan demikian persalinan ini merupakan suatu test terhadap
kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk moulage kepala janin; kedua fakto ini
tidak dapat diketahui sebelum persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
C. SEBAB – SEBAB PADA JANIN

1. Sebab –sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi, bayi
besar dan jumlah bayi ( penumpang atau passenger)

2. Passanger (janin ), kelainan besar dan bentuk janin serta kelainan letak,
presentasi dan posisi janin dapat menyebabkan hambatan kemajuan persalinan.

Jenis Kelainan Janin:

1. Kelainan letak kepala/ mal presentasi/ mal posisi diantaranya:

a. Letak Sungsang

Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus


uteri dan bokong dibawah bagian cavum uteri.

Macam –Macam Letak Sungsang :

1. Letak bokong murni ( frank breech ) Letak bokong dengan kedua


tungkai terangkat ke atas.

2. Letak sungsang sempurna (complete breech) Kedua kaki ada


disamping bokong dan letak bokong kaki sempurna.

3. Letak sungsang tidak sempurna ( incomplete breech ) Selain bokong


sebagian yang terendah adalah kaki atau lutut

a. Prolaps Tali Pusat

Yaitu tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin
setelah ketuban pecah.

Pencegahan Prolaps Tali Pusat :

1. Menghindari pecahnya ketuban secara premature akibat tindakan kita.


2. Usahakan agar ketuban tidak pecah

3. Ibu posisi trendelenberg

4. Posisi miring, arah berlawanan dengan posisi tali pusat

5. Reposisi tali pusat

Kelainan bentuk dan ukuran janin

Kelainan bentuk dan ukuran janin diklasifikasikan :

1. Distosia kepala pada hidrocepalus, kepala besar, higronoma koli (tumor di


leher)

2. Distosia bahu pada janin dengan bahu besar

3. Distosia perut pada hidropsfetalis, asites

4. Distosia bokong pada spina bifida dan tumor pada bokong janin

5. Kembar siam

D. POSISI IBU

1. Posisi jongkok

Posisi jongkok adalah posisi terbaik untuk bersalin karena dengan begitu anak lahir, si
ibu dengan gesit menangkap anak dengan kedua tangannya sendiri.

Dengan posisi berjongkok ini juga, maka kurva

Jalan lahir jadi lurus sehingga membantu

Kemajuan persalinan.

2. Posisi Berdiri
Beberapa keuntungan yang bisa kita manfaatkan dari posisi berdiri adalah:

a. Posisi ini memudahkan ibu untuk bergerak, dan gerakan tersebut membantu
bayi bergerak turun serta menjaga napas ibu tetap mantap.

b. Memanfaatkan gaya gravitasi.

c. Memudahkan orang lain memberi pijatan.

d. Kontraksi jadi lebih efektif.

e. Mempercepat tahap persalinan.

f. Mengurangi permintaan epidural atau pain killer lainnya.

3. Posisi Merangkak

`Merangkak juga termasuk posisi melahirkan yang menguntungkan bagi ibu


bersalin. Posisi ini membantu meringankan rasa sakit, robekan perineum juga
cenderung lebih sedikit, serta mencegah tali pusat semakin menumbung jika terjadi
prolaps tali pusar.

4. Posisi berlutut

Berlutut adalah posisi yang bisa dillakukan saat mengalami kesulitan persalinan.
Beberapa keuntungannya antara lain meringankan rasa sakit, memungkinkan
pasangan untuk melakukan pijatan atau kompres hangat pada punggung, dan
mengurangi risiko robekan perineum.

5. Posisi duduk

Posisi duduk ini bisa dilakukan dengan duduk di kursi tegak, di toilet, birth ball,
atau bahkan di pangkuan suami. Posisi ini bagus untuk persalinan kala I.

6. Posisi miring

Untuk ibu dengan proses persalinan yang berjalan terlalu cepat (biasanya pada ibu
dengan jumlah anak lebih dari satu), posisi miring bisa menjadi opsi terbaik.
7. Posisi setengah duduk

Posisi setengah duduk ini termasuk posisi yang umum dilakukan di rumah sakit,
rumah bersalin, atau bidan praktik karena posisinya sangat memudahkan praktisi
kesehatan untuk melakukan tindakan.

8. Posisi berbaring

Posisi berbaring atau lithotomi adalah posisi yang paling sering digunakan
sehingga, sebagian besar orang menganggap bahwa lithotomi adalah posisi terbaik
untuk persalinan.

E. RESPON PSIKOLOGIS

Respon psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman


,budaya dan warisanya sistem pendukung.

1. Stres

Stress yang diakibatkan oleh hormon dan neurotransmitter (seperti


catecholamines) dapat menyebabkan distosia. Sumber stress pada setiap wanita
bervariasi, tetapi nyeri dan tidak adanya dukungan dari seseorang merupakan faktor
penyebab stress.

2. Cemas

Cemas yang berlebihan dapat menghambat dilatasi servik secara normal,


persalinan berlangsung lama, dan nyeri meningkat. Cemas juga menyebabkan
peningkatan level strees yang berkaitan dengan hormon (seperti: β endorphin,
adrenokortikotropik, kortisol, dan epinephrine). Hormon ini dapat menyebabkan
distosia karena penurunan kontraksi uterus.

F. PERSALINAN ABNORMAL
Persalinan abnormal ( distosia ) adalah persalinan yang berjalan tidak normal.
Seringkali pula disebut sebagai partus lama, partus tak maju, disfungsi persalinan atau
disproporsi sepalo pelvik (CPD ).

Untuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan persalinan abnormal maka
harus difahami terlebih dulu proses persalinan normal. Persalinan normal adalah
peristiwa adanya kontraksi uterus yang disertai dengan kemajuan proses dilatasi dan
pendataran servik.

Berdasarkan hasil penelitian oleh FRIEDMAN persalinan dibagi menjadi 3


stadium :

1. Persalinan kala I

Berawal sejak adanya kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi servik
lengkap. Terbagi menjadi 2 fase : fase laten ( dilatasi sampai dengan 3 – 4 cm )
dan fase aktif ( dilatasi servik 4 cm sampai lengkap ). Fase aktif dibagi lagi
menjadi 3 subfase yaitu fase akselerasi, fase dilatasi maksimal dan fase deselerasi.

2. Persalinan kala II

Sejak dilatasi servik lengkap sampai anak lahir

3. Persalinan kala III

Kala persalinan plasenta

Persalinan tidak Normal

Pola Nulliparas Multiparas


Fase laten prolonged < 20 jam > 14 jam

Fase dilasi aktif protrakcted < 1.2 cm/jam < 1.5cm/jam

Secondary arrest no change ≥ 2 jam ≥ 2 jam

Protracted descent < 1 cm/jam < 2 cm/jam

Arrest of descent ≥ 1 jam ≥1/2 jam

Persalinan precipitous >5 cm /hari 10 cm/hari

Failure of descent Tidak ada perubahan selama


fase deselarasi dan kala II

Etiologi :

1. Kontraksi uterus hipertonik

2. Pemberian sedatif yang terlampau dini dan berlebihan

3. Kontraksi uterus hipotonik

Patofisiologi
Fase laten memanjang dapat disebabkan akibat oversedasi atau menegakkan
diagnosa inpartu terlampau dini dimana masih belum terdapat dilatasi dan pendataran
servik.

Diagnosa adanya hambatan atau berhentinya kemajuan persalinan pada fase aktif
lebih mudah diotegakkan dan umumnya disebabkan oleh faktor 3 P

Secara umum, persalinan abnormal adalah merupakan akibat dari beberapa faktor
berikut :

1. Power ( kontraksi uterus ) ; pada kala II, selain gangguan kontraksi uterus juga
dapat disebabkan oleh gangguan kemampuan meneran.

2. Passage ( jalan lahir ) , jalan lahir keras ( tulang panggul ) atau jalan lahir lunak
( organ sekitar jalan lahir )

3. Passanger ( janin ) , besar janin, letak, posisi dan presentasi janin.

Penatalaksanaan :

1. Tergantung pada etiologi

2. Pemanjangan fase laten akibat pemberian sedasi atau analgesik yang berlebihan
dan terlampau dini akan berakhir setelah efek obat mereda

3. Kontraksi uterus hipertonik diatasi dengan istirahat dan diberikan terapi sedatif
dan analgesik

4. Kontraksi uterus hipotonik diatasi dengan akselerasi persalinan dengan infus


oksitosin.

Anda mungkin juga menyukai