Anda di halaman 1dari 47

City Culture

DINAMIKA SPASIAL WILAYAH URBAN – KELOMPOK 3


Nama Anggota Kelompok 3 :
1. Adhitya Anggit
2. Damar Fauzan
3. Faiz Maulani
4. Harry Kiswanto
5. Ikhsan Maulana
6. Nabila Cahya
7. Rifqoh Mardliyan
8. Sabda Adhisurya
Outline
1. The new city cuture of industrialism
2. Losing the moral order of community
3. Creating a new city-based society
4. Not city culture but city cultures
5. A city culture of proverty
6. An increasing private and gated city culture of wealth
7. A city of ethnicity
8. Multicultural cities in Europe or the empires strikes back ?
9. The post-industrial packaging of place
The New City Culture of
Industrialism
Asal mulanya budaya kota industri dimulai dengan budaya

kota berdagang kemudian selanjutnya berevolusi lebih jauh

sehingga muncul adanya apa yang disebut budaya kota

industri. Perubahan ini terlihat sangat jelas dengan


bergeraknya masyarakat pertanian yang selanjutnya

bertransformasi menjadi masyarakat dengan ciri-ciri yang

mulai merujuk kepada ciri-ciri masyarakat perkotaan.


Bergeraknya budaya “tradisional” menjadi budaya yang lebih maju dengan adanya
budaya kota berdagang ini menimbulkan adanya pengaturan kehidupan sosial. Selain
itu, norma-norma sosial yang berasal dari kehidupan tradisional juga berkembang
dari waktu ke waktu di budaya kota berdagang ini. Perubahan-perubahan ini
disebabkan karena industrialisasi ini berkembang sangat cepat.
Seperti yang dapat kita lihat, perkembangan pertanian
dan pengolahannya menyebabkan banyaknya
masyarakat yang secara terus menerus bergerak menuju
kota yang akhirnya menyebabkan adanya migrasi dari
desa ke kota. Hal ini semakin massal karena tidak hanya
bidang produksi yang mengalami perkembangan, tetapi
juga bidang transportasi yang secara cepat berkembang,
membuat perpindahan penduduk dari satu titik ke titik
lainnya menjadi lebih mudah.
Karena hal-hal tersebut, menimbulkan adanya presepsi mengenai implikasi sosial
karena pertumbuhan kota yang disebabkan karena faktor industri. Sebagai contoh
negara Jerman dan Prancis, yang membentuk budaya baru dari berkembangnya
industri di negara-negar tersebut. Menurut sejarahwan sosial jerman yaitu Ferdinand
Tonnies, Jerman bergerak sangat cepat dalam bidang industrialisasi dan urbanisasinya

karena ingin mengejar ketertinggalan antara negara Jerman dengan negara-negara


lain di Eropa yang lebih maju.
Menghilangnya
sistem moral dari
“komunitas"
Tönnies berpendapat bahwa urbanisasi yang
cepat mendorong banyak orang Jerman ke
dalam cara hidup yang baru tanpa
mempersiapan budaya yang memadai.

Tönnies berpendapat bahwa apa yang


disebutnya "tatanan moral" di pedesaan
tidak layak lagi di kota industri.

Tönnies menyebut tatanan moral pedesaan


dari Gemeinschaft (biasanya diterjemahkan
sebagai "komunitas") untuk mengkontradiksi
budaya tradisional ini dengan tatanan moral
baru (atau kekacauan) dari kota-kota yang
baru mengalami industrialisasi
Sebelum Industri Revolusi Sesudah Industri Revolusi

semua orang Tidak Saling


saling mengenal mengenal

semua bekerja
dalam pekerjaan norma serta
serupa dengan nilai-nilai yang
cara yang sama sangat asing

Semua orang
tahu peran dan
Masyarakat tanggung jawab
mereka

semua orang
saling mengenal
satu sama lain
Kembalinya Komunitas
"Komunitas," dengan kata lain, terus dianggap sebagai cara yang lebih manusiawi dan lebih etis
untuk melakukan hubungan manusia yang telah hilang sebagai akibat industrialisasi dan
urbanisasi.

Mengharuskan kembalinya relasi-relasi komunitas


semacam itu

Menciptakan kembali kehidupan desa kecil,

Keduanya di waktu yang sama sedikit demi sedikit.


Creating a New City-
Based “Society”

http://herlanggaapratama.blogspot.com http://herlanggaapratama.blogspot.com
GEMEINSCHAFT GESSELSCHAFT
Gemeinschaft / Paguyuban disebutkan oleh Gesselschaft / Patembayan disebutkan oleh
Ferdinand Tonnies sebagai komunitas. Merupakan Ferdinand Tonnies sebagai Society (masyarakat
kelompok sosial yang anggota-anggotanya modern). Karakteristik masyarakat perkotaan
berhubungan secara erat. Karakteristik masyarakat
pedesaan.

Ciri-ciri Gemeinschaft:
• Intimate
• Private
• Exclusive
Pandangan Ferdinand Tonnies pada tahun 1988 dianggap terlalu skematik, namun saat ini dalam teori
urban banyak berpengaruh.
Perbedaan
Gemeinschaft Gesselschaft
Hubungan antaranggota bersifat informal Hubungan antaranggota bersifat formal

Adanya keinginan untuk meningkatkan Memiliki orientasi ekonomi dan tidak kekal
kebersamaan

Selalu memegang teguh adat lama yang Memperhitungkan nilai guna (utilitarian)
konservatif

Terdapat ikatan batin yang kuat


antaranggota

Adanya hubungan perasaan kasih sayang


Masyarakat tipe Gemeinschaft menurut Tonnies dapat dibagi menjadi tiga tipe
paguyuban, yaitu
1. Gemeinschaft by blood, merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah
atau keturunan.
2. Gemeinschaft of place, berisi kelompok orang-orang yang berdekatan tempat
tinggalnya sehingga dapat saling menolong, misalnya RT dan RW.
3. Gemeinschaft of mind, merupakan orang-orang yang memiliki jiwa dan pikiran
yang sama karena ideology yang dianut sama.
Masa sebelum dan sesudah kota industri
No Unsur Pembeda Sebelum industrialisasi Setelah industrialisasi
1 Jarak rumah dan tempat Dekat Jauh
kerja
2 Kepadatan penduduk Tidak padat Padat
3 Kontak sosial Frekuensi rendah Frekuensi tinggi
4 Stratifikasi penduduk Sederhana dan sedikit Kompleks dan banyak
5 Lembaga-lembaga Terbatas sederhana Banyak dan kompleks
6 Kontrol sosial Adat/tradisi Hukum/peraturan
7 Sifat kelompok masyarakat Gotong royong Individu
8 Mobilitas Rendah Tinggi
Pada kota industrialisasi terdapat sekelompok ‘strangers’ yang memiliki spesialisasi keahlian,
terkadang membutuhkan satu sama lain dalam rangka mencapai suatu tujuan yang sama maupun
adanya hubungan saling menguntungkan (Archer dalam The City The Basic).
Munculnya spesialisasi terjadi karena kompleksitas masalah dan ilmu pengetahun yang berkembang
di masyarakat. Yang tadinya pada masa sebelum industrialisasi setiap keluarga dapat mengerjakan
berbagai hal untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, saat ini satu keluarga fokus dengan 1
spesialisasi pekerjaan untuk mendapatkan keuntungan dengan menjual barang/jasa ke ‘strangers’
tersebut.
Tonnies dalam Archer menekankan bahwa transisi dari ‘rural community’ ke ‘industrial city society’
merupakan sebuah perubahan dari waktu ke waktu dimana norma kultural digantikan dengan norma
yang baru.
Pentingnya peraturan untuk membatasi hal yang ‘proper and permissible’ dalam tingkah laku sosial
dengan setiap orang yang merupakan ‘stranger’, karena adanya rasa tidak percaya dengan mudah
dengan setiap orang menyebabkan munculnya peraturan baru yang lebih luas dalam suatu kota.
Archer dalam The City The Basic mengungkapkan bahwa dalam transisi ke kota industrialisasi dapat muncul
kebingungan moral.
1. Sesorang dapat menghindar dari koneksi sosial dengan tetangga
2. Seseorang dapat menjadi sangat kesepian dalam hiruk pikuk perkotaan yang padat dan cenderung untuk
melakukan kejahatan
3. Seeseorang dapat membenci keramaian yang tidak dikenal karena ketidakpercayaan (ultimate mistrust)

Sedangkan pada sisi lain, seseorang melihat ‘loss of traditional social’ sebagai bentuk kebebasan individu. Hal
yang sangat bertolak belakang dengan keadaan pada orang yang pertama.
1. Membangun norma baru yang mereka anggap cocok.
2. Membuat inovasi-inovasi: inovasi sosial, inovasi teknologi, fashion
Not City Culture but
City Cultures
Sebagian besar komentator setelah
Tonnies, khususnya mereka di
Amerika Serikat, cenderung
menekankan sisi gelap dari budaya
kota yang bertentangan dengan
budaya yang lebih sosial
City Cultures
Gagasan budaya kota (city cultures) berasal dari dua pertimbangan yang berbeda.

Kedua, jelas bagi kebanyakan orang


yang telah menghabiskan beberapa
waktu di kota-kota dimana orang-
Pertama, ada perbedaan antara
orang didalamnya tidak benar-benar
observasi kehidupan budaya kota dan
hidup secara individu, atau
kehidupan secara realita/kenyataan.
menavigasi secara sosial, seluruh kota
tetapi, lebih tepatnya, tinggal di
bagian yang jauh lebih kecil.
Terjadi Migrasi Rantai

Desa-desa perkotaan bisa jadi hanya


mereplikasi komunitas otoriter di daerah Kejadian ini disebut
pedesaan migrasi rantai ke kota-
Dipenuhi oleh sekumpulan orang-orang dari kota
desa yang sama atau kelompok etnis atau
agama yang sama.
A CITY CULTURE OF
POVERTY
Budaya Kemiskinan di Perkotaan
Kota merupakan tempat keberagaman budaya.
Selain terbentuk oleh kedekatan spasial, budaya
juga terbentuk dari individu-individu yang
mempunyai status sosial yang berbeda-beda.
Kemiskinan dan Kekayaan di Kota
•Amerika
Kaum kaya tinggal di pusat kota dan CDB, sedangkan kaum miskin tinggal di pinggiran
kota.
•Inggris
Kaum miskin tinggal di daerah yang jauh dari pusat kota.
Kebijakan Neo-liberal Kontemporer
• Daerah miskin di kota-kota
Merugikan kaum miskin dalam mencari besar menjadi terjebak di
pekerjaan
dalam spiral kehidupan
Pelayanan sosial dikurangi secara signifikan
• Kesempatan untuk bekerja
Terjadi tenakan fiskal, sehingga lingkungan
binaan, jalan, layanan sanitasi, sekolah di
bagi mereka sedikit untuk
daerah miskin tebengkalai. mengisi pekerjaan yang ada di
kota karena keterbatasan
keterampilan
Peningkatan Keamanan Kota dari Kaum
Miskin
Peningkatan keamanan di kota menggunakan kamera pengontrol
Memantau lingkungan kota bebas dari tunawisma, pengemis, dan pengedar narkoba yang tidak
sesuai dengan citra kota
An Increasingly Private
and Gated City Culture
of Wealth
Sejak Awal Industrialisasi, Orang-orang kota yang kaya telah berupaya untuk
pindah ke daerah-daerah pinggiran kota yang non industrialisasi. Hal ini akan
membangun suatu budaya diwilayah baru itu yaitu budaya kota kaya.
Di daerah ini banyak dibangun daerah perumahan yang teratur oleh
pengembang, kota ini sebagian besar masyarakatnya mempertimbangkan
peluang untuk pekerjaan dan tempat tinggal. Jadi secara tidak langsung mereka
mampu untuk mengakses semua bagian kota juga jauh lebih besar baik dalam hal
kemampuan untuk mendapatkan transportasi dan untuk menghindari
pembatasan masuk karena status sosial.
Dalam hal ini, budaya yang diciptakan oleh kota
kaya mirip seperti Gemeinschaff yang dikandung
oleh Tonnies. Gemeinschaft menurutnya ialah
bentuk kehidupan bersama dimana anggota-
anggotanya diikat dalam hubungan batin yang
murni dan bersifat alamiah dan bersifat kekal.
A CITY CULTURE OF
ETHNICITY
Proses migrasi dari berbagai desa ke kota sebagai
hasil dari industrialisasi yang membawa prospek,
membuat terdapat keberagaman etnik di kota.
Keberagaman tersebut mengharuskan masyarakat
mencari cara untuk bernegosiasi terhadap perbedaan
budaya yang apabila saling bergesekan dapat
menimbulkan masalah sosial.

Perbedaan budaya paling terlihat di kota-kota AS


yang sedang tumbuh pesat. Gelombang imigran
Eropa bermigrasi pada akhir abad 19 dan awal abad
20. Setiap etnis memiliki perkumpulan untuk saling
menjaga dan promosi di lingkungan baru mereka.
Para pendatang dari Eropa tidak cukup cocok untuk asimilasi ke dalam budaya
Amerika. Munculnya distrik etnis little Italies dan Sicilies, Chinatowns, serta
Yahudi dan Irlandia, dll,di kota-kota besar AS membantu menyadarkan para
pemukim sebelumnya bahwa masalah sosial di kota muncul akibat
ketidakmampuan atau ketidaksediaan imigran baru untuk berasimilasi ke dalam
budaya Amerika yang lebih luas.
Keamanan rantai migrasi ke distrik-distrik tertentu di kota, yang terdapat imigran baru mendapat
diskriminasi dan ghettoisasi langsung oleh pemerintah kota. Para imigran baru semakin dipaksa
untuk tinggal di dalam distrik mereka dengan perumahan dan pembatasan kerja yang
diskriminatif. Hal ini terjadi karena para imigran yang tidak mampu berasimilasi dengan
kebudayaan Amerika.

Hal ini menjadi semakin jelas ketika keturunan budak Afrika mulai bermigrasi ke utara menuju
kota-kota industri untuk mencari peluang ekonomi. Orang Afrika-Amerika berbondong-bondong
menuju timur laut dan barat daya yang sedang mengalami industrialisasi pada awal abad 20.
Urbanisasi yang cepat dari orang Afrika-Amerika ini memperkuat persepsi munculnya
potensi konflik sosial yang aktual dan potensial. Diskriminasi sebelumnya terhadap imigran
baru dari Eropa berkembang menjadi rasisme langsung terhadap orang yang bebas tetapi
memiliki warna kulit seperti warna kulit budak. Lebih parah dibanding imigran Eropa,
imigran Afrika-Amerika mendapat diskriminasi di segala sisi.
Melonggarnya diskriminasi terhadap imigran Eropa memungkinkan imigran Eropa untuk
berbaur ke daerah metropolitan yang lebih besar seiring waktu. Little Italies dan Chinatown
masih ada di kota-kota besar. Meskipun secara formal dilarang, kebijakan perumahan
diskriminatif masih beroperasi pada orang African-Amerika yang masih mencari cara
bertahan hidup di kota. Sementara orang Afrika-Amerika yang telah memiliki cukup uang
melarikan diri dari pusat kota.
MULTICULTURAL
CITIES OR THE
EMPIRE STRIKES
BACK?
Sejarah Negara Eropa
Negara di Eropa menjadi tujuan para imigran pada zaman perang dunia ke II untuk
menyelamatkan diri dari imperialism yang terjadi di Negara asalnya.
Negara di Eropa memiliki etnik populasi penduduk yang kebanyakan homogen.
Urbanisasi industri menjadi hal yang mengejutkan dibanding Negara seperti Amerika yang
kebanyakan penduduknya heterogen
Negara Eropa di akhir abad ke 20
Imigran dari korban masa imperial dan mantan masa imperial mulai datang ke Eropa mengikuti
pola yang sama seperti rantai migrasi dan pemukiman kota seperti mereka yang datang ke
Amerika.
Negara Eropa di akhir abad ke 20
Pada daerah industrialisasi khususnya di Eropa Timur dan Eropa Barat, imigran direkrut karena
kekurangan buruh industri yang semakin meningkat karena hasil dari adanya perang dunia.
Negara Eropa di akhir abad ke 20
Akibat dari banyaknya orang yang menjadi subjek kolonial tinggal di kota-kota Eropa, persepsi
mengenai kota bagi banyak orang Eropa mulai meniru layaknya orang Amerika.
Penempatan tempat pasca masa industri
Pada saat ini, budaya dipertimbangkan menjadi faktor penting dalam pengembangan prospek
perkotaan. Hal itu penting untuk menarik investasi pasca-industri dan orang-orang dari kelompok
pajak yang tepat telah menjadikan semakin perlu untuk mengemas kota dengan cara yang benar.
ini termasuk perbedaan budaya apa pun yang mungkin menjadikan tempat-tempat yang unik dan
berpotensi diinginkan untuk tempat tinggal mereka
Terima Kasih 
Referensi dan Daftar Pustaka
Malakiano, Zugul. 2018. Ciri-ciri masyarakat paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan
(gesselscahft). https://hisham.id/2015/12/ciri-ciri-masyarakat-paguyuban-gemeinschaft-dan-
patembayan-gesellschaft.html . Diakses pada tanggal 13 Oktober 2018.
Archer, Kevin. ___. The city the basic.

Anda mungkin juga menyukai