Anda di halaman 1dari 118

PREFERENSI PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT

PERTAMA (FKTP) OLEH PESERTA BPJS MANDIRI DI KECAMATAN


BANDA SAKTI KOTA LHOKSEUMAWE
TAHUN 2016

TESIS

Oleh

SUFRI HALWI
147032202/ IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
PREFERENSI PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT
PERTAMA (FKTP) OLEH PESERTA BPJS MANDIRI DI KECAMATAN
BANDA SAKTI KOTA LHOKSEUMAWE
TAHUN 2016

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUFRI HALWI
147032202/ IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
PERNYATAAN

PREFERENSI PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT


PERTAMA (FKTP) OLEH PESERTA BPJS MANDIRI DI KECAMATAN
BANDA SAKTI KOTA LHOKSEUMAWE
TAHUN 2016

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 29 September 2016

Sufri Halwi
147032202/ IKM
ABSTRAK

Pemerintah telah menerapkan kebijakan Universal Health Coverage dalam hal


pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Peserta BPJS mandiri memilih
untuk mendaftar di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) pilihannya. FKTP
terdiri dari puskesmas, praktik dokter, dokter gigi, klinik pratama atau yang setara
dan rumah sakit kelas D. Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh jarak,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kepuasan dan kualitas pelayanan terhadap
preferensi FKTP di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe dengan melakukan
pendekatan kuantitatif.
Jenis penelitian ini yaitu penelitian observasional dengan pendekatan
explanatory research. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
accidental sampling. Sampel penelitian adalah peserta BPJS mandiri pada 8 FKTP di
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe sebanyak 96 orang yang selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan uji regresi multinominal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di Kecamatan Banda Sakti
Kota Lhokseumawe lebih memilih FKTP swasta dibandingkan FKTP pemerintah.
Ada pengaruh jarak (p=0,046; Exp(β)=1,345), pekerjaan (p=0,017; Exp(β)=0,229),
pendapatan (p=0,002; Exp(β)=3,087), kepuasan (p=0,023; Exp(β)=1,378) dan
kualitas pelayanan (p=0,038; Exp(β)=1,853) terhadap preferensi FKTP di Kecamatan
Banda Sakti Kota Lhokseumawe dan tidak ada hubungan antara pendidikan
(p=0.359) terhadap preferensi FKTP di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.
Variabel yang paling dominan terhadap preferensi FKTP swasta yaitu pendapatan
karena memiliki korelasi regresi paling besar yaitu 3,087.
Dari hasil penelitian disarankan kepada FKTP pemerintah di Kecamatan
Banda Sakti Kota Lhokseumawe untuk melakukan pelayanan kesehatan keliling di
setiap desa secara berkala sehingga masyarakat dengan jarak yang jauh dari FKTP
milik pemerintah dapat mengakses pelayanan kesehatan. FKTP pemerintah juga
harus meningkatkan kualitas pelayanan melalui peningkatkan kehandalan tenaga
kesehatan, bukti fisik fasilitas kesehatan yang baik, ketanggapan yang baik oleh
tenaga kesehatan, jaminan pelayanan kesehatan dan perhatian yang optimal diberikan
oleh tenaga kesehatan.

Kata Kunci: Pemanfaatan, Preferensi, FTKP Swasta, FKTP Pemerintah

i
ABSTRACT

The government has applied the policy on Universal Health Coverage in


providing health service for the BPJS Mandiri acceptors who register at the FKTP
(the First Level of Health Facility) which consists of puskesmas (public health
center), general practitioners, dentists, and pratama clinics which are equal to Class
D hospitals. The objective of this research was to analyze the influence of distance,
education, occupation, income, satisfaction, and service quality on FKTP preference
in Bandar Sakti Subdistrict, Lhokseumawe, by conducting quantitative approach.
The research used observational explanatory research method. The samples
were 96 BPJS Mandiri acceptors in 8 FKTPs in Bandar Sakti Subdistrict,
Lhokseumawe, using accidental sampling technique. The data were analyzed by using
multiple regression analysis.
The result of the research showed that the people in Bandar Sakti
Subdistrict, Lhokseumawe, had chosen private FKTP rather than the government-
owned FKTP. There was the influence of distance (p = 0.046, Exp(β) = 1.345),
occupation (p = 0.017, Exp(β) = 0.229), income (p = 0.002, Exp(β) = 3.087),
satisfaction (p = 0.023, Exp(β) = 1.378), and service quality (p = 0.038, Exp(β) =
1.853) on FKTP preference and there was no correlation of education (p = 0.359)
with FKTP preference in Bandar Sakti Subdistrict, Lhokseumawe. The variable which
had the most dominant influence on private KTP preference was income since it had
the highest regression correlation: 3.087.
It is recommended that the government-owned FKTP in Bandar Sakti
Subdistrict, Lhokseumawe, perform itinerant health service at each village regularly
so that those who live in remote places can access to health service. The government-
owned FKTP should also increase the reliability of health care providers, good
tangibles of health quality, good responsiveness by health care providers, assurance
of health service, and optimal empathy by health care providers.

Keywords: Use, Preference, Private FKTP, Government-Owned FKTP

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis

ini dengan judul “Preferensi Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

(FKTP) oleh Peserta BPJS Mandiri di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe

Tahun 2016”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan

pendidikan Program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapatkan bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan dan Ketua Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti

pendidikan pada Program Studi S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

iii
3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku dosen pembimbing I serta dr. Heldy BZ, M.P.H,

selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberi perhatian, bimbingan

dan dukungan dalam penyusunan tesis ini.

4. Prof. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M, selaku dosen penguji I dan Drs. Amru

Nasution, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan arahan

dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

6. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu

yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Teristimewa kepada Istri tercinta Nanda Novita, S.Pd, M.Si dan kedua orang tua

untuk cinta, doa, kasih sayang dan dukungannya yang tak tergantikan yang

diberikan kepada penulis.

8. Rektor Universitas Malikussaleh dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Malikussaleh yang telah memberikan izin dan mendukung penulis dalam

menyelesaikan studi pendidikan ini.

9. Camat Banda Sakti Kota Lhokseumawe yang telah mendukung saya dan banyak

memberikan masukan dalam melakukan penelitian ini.

iv
10. Kepala Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe yang telah mendukung saya dalam

melakukan penelitian ini.

11. Kepala Kantor BPJS Cabang Kota Lhokseumawe yang telah mendukung saya dan

banyak memberikan data serta masukan dalam melakukan penelitian ini.

12. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Angkatan 2014 Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

yang banyak memberikan bantuan dan dukungan selama perkuliahan dan

penelitian ini.

Kiranya Allah SWT akan membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah

penulis terima selama ini. Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan rahmat-Nya

bagi kita semua.

Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan, untuk

itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

tesis ini dengan penuh harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 29 September 2016


Penulis

Sufri Halwi
147032202/ IKM

v
vi

RIWAYAT HIDUP

Sufri Halwi dilahirkan pada tanggal 28 Mei 1984 dan sudah menikah dengan

Nanda Novita, S.Pd., M.Si. Penulis mulai sekolah dari Sekolah Dasar tahun 1990-

1996 di SD Negeri 11 Lhokseumawe, tahun 1997-1999 pendidikan di Madrasah

Tsanawiyah Swasta Ulumuddin Kota Lhokseumawe, tahun 1999-2002 pendidikan di

SMA Negeri 2 Modal Bangsa Aceh Besar, menyelesaikan pendidikan S1 Sarjana

Kedokteran di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh pada tahun 2002-2006 dan

Program Profesi Dokter pada tahun 2006-2009.

Tahun 2014 penulis mengikuti pendidikan lanjutan pada Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara dengan Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Penulis pernah

bekerja di RS PMI Kota Lhokseumawe pada tahun 2012-2013 dan dari tahun 2012-

sekarang menjadi dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh.

vi
vii

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Pertanyaan Penelitian ...................................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
1.4. Hipotesis .......................................................................................... 8
1.5. Manfaat Penelitian .......................................................................... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11


2.1. Sistem Pembiayaan Kesehatan Universal Health Coverage ........... 11
2.2. Jaminan Kesehatan Nasional ........................................................... 12
2.3. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ............................... 13
2.4. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP Program JKN ........... 15
2.5. Status Kepesertaan dalam JKN ....................................................... 16
2.6. Konsumen dan Perilaku Konsumen ................................................ 18
2.7. Preferensi ......................................................................................... 20
2.8. Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Pemanfaatan FKTP.......... 21
2.8.1. Jarak FKTP .......................................................................... 21
2.8.2. Status Sosial Ekonomi Keluarga.. ....................................... 25
2.8.3. Kepuasan ............................................................................. 28
2.8.4. Kualitas Pelayanan Kesehatan.. ........................................... 30
2.9. Kerangka Teori ................................................................................ 33
2.10. Kerangka Konsep ............................................................................ 34
2.10.1. Variabel Independen (Variabel Bebas)................................ 35
2.10.2. Variabel Dependen (Variabel Terikat).. .............................. 36

BAB 3. METODE PENELITIAN ....................................................................... 37


3.1. Jenis Penelitian ............................................................................... 37
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 37
3.2.1. Lokasi Penelitian.. ............................................................... 37
3.2.2. Waktu Penelitian.................................................................. 37

vii
viii

3.3. Populasi dan Sampel ....................................................................... 38


3.3.1. Populasi .............................................................................. 38
3.3.2. Sampel ................................................................................. 38
3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 39
3.4.1. Data Primer ......................................................................... 39
3.4.2. Data Sekunder...................................................................... 41
3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................. 41
3.5.1. Variabel Penelitian .............................................................. 41
3.5.2. Definisi Operasional ............................................................ 42
3.6. Metode Pengukuran … .................................................................... 42
3.6.1. Variabel Independen ............................................................ 42
3.6.2. Variabel Dependen .............................................................. 45
3.7. Tehnik Pengolahan Data.................................................................. 45

BAB 4. HASIL PENELITIAN ............................................................................ 47


4.1. Gambaran Kecamatan Banda Sakti ................................................. 47
4.2. Faktor yang Berperan terhadap Preferensi FKTP ........................... 48
4.3. Distribusi Tabulasi Silang Preferensi FKTP ................................... 51
4.3.1. Distribusi Tabulasi Silang Jarak FKTP dengan Preferensi
FKTP ................................................................................... 52
4.3.2. Distribusi Tabulasi Silang Pendidikan dengan Preferensi
FKTP ................................................................................... 53
4.3.3. Distribusi Tabulasi Silang Pekerjaan dengan Preferensi
FKTP ................................................................................... 54
4.3.4. Distribusi Tabulasi Silang Pendapatan dengan Preferensi
FKTP ................................................................................... 55
4.3.5. Distribusi Tabulasi Silang Kepuasan dengan Preferensi
FKTP ................................................................................... 56
4.3.6. Distribusi Tabulasi Silang Kualitas Pelayanan dengan
Preferensi FKTP .................................................................. 57
4.4. Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Preferensi FKTP ..... 58

BAB 5. PEMBAHASAN ...................................................................................... 60


5.1. Pengaruh Jarak FKTP terhadap Preferensi Pemanfaatan FKTP .... 60
5.2. Pengaruh Pekerjaan terhadap Preferensi Pemanfaatan FKTP ......... 64
5.3. Pengaruh Pendapatan terhadap Preferensi FKTP ............................ 66
5.4. Pengaruh Kepuasan terhadap Preferensi FKTP .............................. 70
5.5. Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Preferensi
FKTP ............................................................................................... 73

viii
ix

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 77


6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 77
6.2. Saran ................................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 79

LAMPIRAN

ix
x

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1. Determinan Supply terhadap Layanan Kesehatan ....................................... 32

4.1. Distribusi Frekuensi Jarak FKTP, Status Sosial Ekonomi Keluarga,


Kepuasan, Kualitas Pelayanan Kesehatan dan Preferensi FKTP ................ 49

4.2. Distribusi Tabulasi Silang Jarak dengan Preferensi FKTP di Kecamatan


Banda Sakti Kota Lhokseumawe ................................................................. 52

4.3. Distribusi Tabulasi Silang Pendidikan dengan Preferensi FKTP di


Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe .............................................. 53

4.4. Distribusi Tabulasi Silang Pekerjaan dengan Preferensi FKTP di


Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe .............................................. 54

4.5. Distribusi Tabulasi Silang Pendapatan dengan Preferensi FKTP di


Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe ............................................. 55

4.6. Distribusi Tabulasi Silang Kepuasan dengan Preferensi FKTP di


Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe ............................................. 56

4.7. Distribusi Tabulasi Silang Kualitas Pelayanan dengan Preferensi FKTP


di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe ......................................... 57

4.8. Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Preferensi FKTP.................. 58

x
xi

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Kerangka Konsep .................................................................................. 35

xi
xii

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ............................................................................ 86

2. Uji Validitas dan Realibilitas ................................................................ 91

3. Output Master Data ............................................................................... 93

4. Master Tabel ......................................................................................... 101

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah telah menerapkan kebijakan Universal Health Coverage dalam

hal pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Indonesia sejak 1 Januari

2014. Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), sehingga pemerintah

diwajibkan untuk memberikan lima jaminan dasar bagi seluruh masyarakat Indonesia

yaitu jaminan kesehatan, kecelakaan kerja, kematian, pensiun dan tunjangan hari tua.

Jaminan dimaksud akan dibiayai oleh perseorangan, pemberi kerja dan/ atau

pemerintah.

Di Indonesia, implementasi SJSN dimulai dengan dibentuknya dua Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS

Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan akan menyelenggarakan program jaminan

kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan akan menyelenggarakan program jaminan atas

kecelakaan kerja, kematian, pensiun dan hari tua (Thabrany, 2014).

Vietnam memiliki enam kelompok penduduk yang berbeda dan 60 provinsi

yang masing-masing memiliki dana provinsi, mirip dengan situasi di Thailand dimana

tiga kelompok yang berbeda memiliki berbagai tingkat pendanaan yang mereka

kuasai, tanpa memperhatikan kebutuhannya. Sistem di Thailand dibagi menjadi

pegawai negeri sipil, swasta, asuransi pekerja formal dan kelompok lainnya. Variasi

1
2

skema dalam hal manfaat, pemanfaatan, akses, insentif pembayaran dan obat-obatan

yang tersedia cukup signifikan (Langenbrunner. J dan Cashin. C, 2013).

Sesuai dengan Permenkes RI Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan

Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), penyelenggaraan pelayanan

kesehatan meliputi semua fasilitas pelayanan kesehatan yang bekerjasama dengan

BPJS dikategorikan dalam 2 (dua) tingkatan yaitu: Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).

Fasilitas kesehatan tingkat pertama meliputi puskesmas, praktik dokter, dokter gigi,

klinik pratama atau yang setara dan rumah sakit kelas D atau yang setara (Kemenkes

RI, 2014).

Peserta program JKN merupakan setiap orang termasuk orang asing yang

bekerja minimal selama enam bulan di Indonesia dan telah membayar iuran atau

iurannya dibayar oleh pemerintah. Peserta program JKN terdiri atas dua kelompok

yaitu: Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan peserta bukan PBI (non PBI).

Peserta PBI adalah fakir miskin dan orang tidak mampu. Peserta bukan PBI adalah

pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, pekerja bukan penerima upah dan

anggota keluarganya serta bukan pekerja dan anggota keluarganya. Iuran Jaminan

kesehatan untuk peserta pekerja penerima upah dibayarkan oleh pemberi kerja dan

pekerja sendiri sedangkan iuran peserta mandiri (pekerja bukan penerima upah dan

bukan pekerja) dibayarkan oleh peserta sendiri kepada BPJS Kesehatan sesuai kelas

perawatannya (Kemenkes RI, 2014).


3

Jumlah peserta BPJS Kesehatan di Kota Lhokseumawe 192.083 peserta,,

dengan jumlah peserta PBI sebanyak 131.562 orang dan peserta mandiri (non PBI)

sebanyak 60.521 orang, sedangkan di Kecamatan Banda Sakti terdapat 45.043 peserta

BPJS mandiri (BPJS Kota Lhokseumawe, 2016).

Kecamatan Banda Sakti terletak di pusat Kota Lhokseumawe, dimana Kota

Lhokseumawe terdiri atas 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Banda Sakti, Muara Dua,

Muara Satu dan Blang Mangat (BPS Kota Lhokseumawe, 2015). Berdasarkan data

dari Kantor BPJS Kota Lhokseumawe, jumlah FKTP di Kota Lhokseumawe

sebanyak 16 FKTP, diantaranya terdapat 8 FKTP di Kecamatan Banda Sakti, yang

jumlah peserta BPJS Mandiri di kecamatan ini hampir mencakup sebagian besar

jumlah peserta BPJS Mandiri yang ada di Kota Lhokseumawe dan di Kecamatan

Banda Sakti ini terdapat 2 FKTP milik pemerintah (puskesmas) dan 6 FKTP milik

swasta (klinik pratama dan praktik dokter).

Melihat jumlah peserta BPJS mandiri yang ada di Kecamatan Banda Sakti,

terdapat perbedaan jumlah peserta yang signifikan pada 8 FKTP tersebut, dimana

FKTP milik pemerintah (puskesmas) hanya terdaftar sebanyak 13.253 peserta,

sedangkan pada FKTP milik swasta (klinik pratama dan praktik dokter) terdaftar

sebanyak 31.790 peserta.

Peserta BPJS mandiri memilih untuk mendaftar di FKTP pilihannya

didasarkan atas beberapa faktor, diantaranya adalah faktor lokasi atau jarak FKTP

dengan tempat tingggalnya. Dengan luas wilayah Kota Lhokseumawe sebesar 181,06

Km2, dengan kepadatan penduduk pada tahun 2014 mencapai 1.225 jiwa per Km2.
4

Kecamatan yang memiliki wilayah terkecil (11,24 Km2) adalah Kecamatan Banda

Sakti, yang merupakan wilayah paling padat penduduk dengan kepadatan 7.186 jiwa

per Km2 (BPS Kota Lhokseumawe, 2015), sehingga masyarakat memiliki banyak

pertimbangan dalam memilih FKTP yang diinginkannya. Berdasarkan survei awal,

ternyata tidak sedikit masyarakat yang memilih FKTP yang letak/ lokasinya lebih

jauh dari tempat tinggalnya, walaupun sebagian besar lebih memilih FKTP terdekat.

Selain faktor jarak lokasi pelayanan kesehatan, terdapat faktor sosial ekonomi

(pendidikan, pekerjaan, pendapatan) yang mempengaruhi alasan masyarakat memilih

FKTP, dimana diketahui sejak survei awal bahwa masyarakat dengan pendidikan dan

pendapatan tinggi cenderung memilih FKTP milik swasta dengan anggapan bahwa

fasilitas kesehatan dan pelayanan yang dimiliki lebih baik, dikarenakan dokter yang

bertugas selalu ada, bahkan terdapat lebih dari 1 dokter pada klinik swasta, serta

waktu pelayanan yang lebih dinamis, dimana masyakat bisa mendapatkan pelayanan

kesehatan pada saat mereka sudah selesai dari pekerjaan hariannya (sore hingga

malam hari).

Faktor kepuasan pasien atas pelayanan kesehatan yang pernah didapat di

FKTP tersebut, faktor kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan dan faktor

hubungan kedekatan dengan dokter pemberi layanan menjadi alasan pasien memilih

ke FKTP milik pemerintah atas swasta. Berdasarkan survei awal sejak tahun 2015,

diketahui bahwa masyarakat cenderung memilih FKTP yang memiliki kualitas

pelayanan yang terbaik serta kepuasan atas pelayanan kesehatan yang pernah didapat

sebelumnya.
5

Menurut Dever (1984), faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumen

merupakan salah satu faktor seorang konsumen memanfaatkan suatu pelayanan

kesehatan. Persepsi terhadap sakit sering kali menjadi faktor yang penting dalam

keputusan mencari pelayanan kesehatan. Determinan pemanfaatan pelayanan

kesehatan antara lain: 1) Faktor sosiokultural meliputi aspek budaya, norma yang

berlaku dan kepercayaan setempat terhadap pelayanan kesehatan. 2) Faktor organisasi

kesehatan, yaitu ketersediaan sumber daya manusia (SDM), aksesibilitas secara

geografis, keterjangkauan secara sosial dan struktur organisasi kesehatan pada

layanan kesehatan tersebut. 3) Faktor yang berhubungan dengan konsumen, antara

lain; 1. Faktor sosiodemografi meliputi umur, jenis kelamin, ras, etnis, status

perkawinan dan sosioekonomi (pendidikan, pekerjaan dan pendapatan) dan, 2. Faktor

sosiopsikologi meliputi persepsi sakit, sikap dan kepercayaan tehadap perawatan

medis. 4) Faktor yang berhubungan dengan penyedia layanan kesehatan, antara lain

layanan kesehatan yang disediakan, ketersediaan dokter, kompetensi dokter dan

tenaga kesehatan lainnya.

Menurut Mills dan Gilson (1990) hubungan antara teori permintaan dengan

pelayanan kesehatan di negara berkembang, antara lain dipengaruhi oleh faktor

sulitnya pencapaian sarana pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang baik

menurut Azwar A. (1996), harus memenuhi persyaratan pokok misalnya fasilitas

kesehatan yang mudah dijangkau, dari sudut lokasi mudah dicapai oleh masyarakat.

Komponen kepuasan pasien menjadi salah satu komponen yang penting dari

mutu layanan kesehatan. Pasien atau masyarakat yang mengalami kepuasan dalam
6

pelayanan kesehatan memiliki kecenderungan pasien untuk mengikuti nasihat dan

taat pada pengobatan yang dilakukan, sedangkan ketidakpuasan pasien dalam

pelayanan kesehatan cenderung akan menyebabkan ketidakpatuhan akan pengobatan

dan berpindah ke fasilitas kesehatan lainnya (Pohan, 2006).

Penelitian oleh Putra pada tahun 2010 di RSUD di Kabupaten Semarang

menunjukkan hasil penelitian yang diperoleh adalah pendapatan keluarga, tingkat

pendidikan, jarak dan kualitas layanan berpengaruh secara signifikan terhadap

frekuensi kunjungan ke layanan kesehatan. Pembenahan infrastruktur sektor

kesehatan disertai dengan upaya aktif dari pemerintah menjadi suatu solusi yang

dianggap tepat atas permasalahan yang ada. Serta didukung oleh peningkatan

kesadaran dan kemauan pola konsumsi masyarakat terhadap layanan kesehatan yang

ada, sehingga terjadi pola permintaan dan penawaran kesehatan yang dinamis.

Penelitian yang dilakukan oleh Asrul (2012) diketahui bahwa penggunaan dan

pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan di Kota Makassar dipengaruhi oleh beberapa

variabel diantaranya biaya atau harga kunjungan dan kualitas layanan sedangkan

pendapatan keluarga, jarak atau aksesibilitas biaya atau harga obat alternatif dan jenis

penyakit tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap penggunaan jasa pelayanan

kesehatan.

Berdasarkan hasil survei awal dan atas teori-teori preferensi yang telah

dijabarkan di atas, maka peneliti tertarik untuk menganalisis Preferensi Pemanfaatan

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) oleh Peserta BPJS Mandiri di

Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2016.


7

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka pertanyaan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh jarak FKTP terhadap Preferensi Pemanfaatan Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) oleh Peserta BPJS Mandiri di Kecamatan

Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2016.

2. Bagaimanakah pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap Preferensi

Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) oleh Peserta BPJS

Mandiri di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2016.

3. Bagaimanakah pengaruh kepuasan terhadap Preferensi Pemanfaatan Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) oleh Peserta BPJS Mandiri di Kecamatan

Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2016.

4. Bagaimanakah pengaruh kualitas pelayanan kesehatan terhadap Preferensi

Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) oleh Peserta BPJS

Mandiri di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh jarak FKTP terhadap Preferensi

Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) oleh Peserta BPJS

Mandiri di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2016.


8

2. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh status sosial ekonomi keluarga

terhadap Preferensi Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

oleh Peserta BPJS Mandiri di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun

2016.

3. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh kepuasan terhadap Preferensi

Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) oleh Peserta BPJS

Mandiri di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2016.

4. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh kualitas pelayanan kesehatan terhadap

Preferensi Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) oleh Peserta

BPJS Mandiri di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2016.

1.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh jarak FKTP terhadap Preferensi Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama (FKTP) oleh Peserta BPJS Mandiri di Kecamatan Banda Sakti

Kota Lhokseumawe Tahun 2016.

2. Ada pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap Preferensi Pemanfaatan

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) oleh Peserta BPJS Mandiri di

Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2016.

3. Ada pengaruh kepuasan terhadap Preferensi Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama (FKTP) oleh Peserta BPJS Mandiri di Kecamatan Banda Sakti

Kota Lhokseumawe Tahun 2016.


9

4. Ada pengaruh kualitas pelayanan kesehatan terhadap Preferensi Pemanfaatan

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) oleh Peserta BPJS Mandiri di

Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2016.

1.5 Manfaat Penelitian

1 Bagi Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe

Diharapkan dapat memberikan informasi tentang Preferensi Pemanfaatan Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) oleh Peserta BPJS Mandiri di Kecamatan

Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2016, sehingga dapat menjadi suatu

masukan dalam merumuskan kebijakan yang konstruktif dalam mewujudkan

pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat di Kota Lhokseumawe.

2 Bagi Tenaga Kesehatan di FKTP di Kota Lhokseumawe

Dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kinerja tenaga kesehatan (dokter/

perawat/ bidan dan tenaga kesehatan lain) di FKTP, sehingga dapat memberikan

pelayanan yang optimal bagi masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

3 Bagi Kantor Cabang BPJS Kesehatan Kota Lhokseumawe

Dapat dijadikan sumber informasi mengenai Preferensi Pemanfaatan Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) oleh Peserta BPJS Mandiri di Kecamatan

Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2016.


10

4 Bagi Peneliti

Memberikan wawasan dan pengetahuan tambahan tentang Preferensi

Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) oleh Peserta BPJS

Mandiri di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2016.

5 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi referensi dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya

yang mengkaji topik yang relevan dengan penelitian ini.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pembiayaan Kesehatan Universal Health Coverage

Sistem pembiayaan kesehatan untuk cakupan universal dapat dibagi menjadi

tiga kategori: (1) pembayar tunggal (single payer), (2) pembayar ganda (two-tier) dan

(3) sistem mandat asuransi. Dalam praktik, pelayanan kesehatan universal dengan

sistem pembayar tunggal tidak selalu berarti bahwa pemerintah merupakan satu-

satunya pihak yang menyediakan dan/ atau membiayai pelayanan kesehatan untuk

semua warga. Beberapa negara dengan sistem pembayar tunggal, misalnya Inggris,

juga memberi kesempatan bagi warganya untuk membeli pelayanan kesehatan

tambahan melalui asuransi swasta, karakteristik yang menyerupai sistem pembayar

ganda (two-tier). Tetapi yang jelas dalam sistem pembayar tunggal, peran pemerintah

sangat dominan sebagai pembayar dan pembeli pelayanan kesehatan bagi warga

(Murti, B., 2010).

Menurut Murti (2010), pembayar tunggal (single payer) adalah pemerintah

memberikan asuransi kepada semua warga dan membayar semua pengeluaran

kesehatan, meskipun mungkin terdapat copayment dan coinsurance. Sistem pembayar

tunggal merupakan suatu bentuk ‘monopsoni’, karena hanya terdapat sebuah pembeli

(pemerintah) dan sejumlah penjual pelayanan kesehatan. Biaya kesehatan berasal dari

anggaran pemerintah yang diperoleh dari pajak umum (general taxation) atau pajak

khusus (misalnya, payroll tax). Sistem ganda (two-tier): Dalam sistem ganda (dual

health care system), pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan atau memberikan

11
12

cakupan asuransi katastrofik atau cakupan minimal untuk semua warga. Kemudian

warga melengkapinya dengan membeli pelayanan kesehatan tambahan di sektor

swasta, baik melalui asuransi sukarela atau membayar langsung (direct payment).

Mandat asuransi adalah pemerintah memberikan mandat (mewajibkan) agar

semua warga memiliki asuransi dari perusahaan asuransi swasta, pemerintah atau

nirlaba. Dalam pelaksanaan mandat asuransi, pemerintah di sejumlah negara

membatasi jumlah perusahaan asuransi. Di beberapa negara lainnya jumlah

perusahaan asuransi yang beroperasi tidak dibatasi dan berlangsung dalam

mekanisme pasar. Pemerintah melakukan regulasi dan standarisasi, misalnya larangan

perusahaan asuransi untuk menolak untuk mengasuransi warga yang telah

melangalami penyakit (pre-existing condition) (Murti, B., 2010).

2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Program JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi

sosial dengan tujuan agar seluruh penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem

asuransi sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Perlindungan

ini diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar

oleh pemerintah (Kemenkes RI, 2014).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 menunjukkan gambaran

kepemilikan asuransi atau jaminan kesehatan di Indonesia. Jamkesmas dan Jamkesda

merupakan jenis jaminan kesehatan terbanyak yang dimiliki oleh masyarakat di

Indonesia. Masyarakat miskin telah semaksimal mungkin mendapatkan jaminan


13

kesehatan oleh negara. Sebanyak 34,7% mendapatkan Jamkesmas. Sementara

Jamkesda merupakan terobosan bagi pemerintah provinsi atau kabupaten yang

mampu untuk membiayai pelayanan kesehatan masyarakat di daerahnya. Pada

beberapa tempat dengan anggaran yang lebih terbatas, maka anggaran Jamkesda

diperuntukkan bagi masyarakat miskin non kuota Jamkesmas. Masih diperlukan

upaya-upaya untuk memperluas cakupan kepemilikan jaminan kesehatan dan asuransi

kesehatan bagi masyarakat Indonesia (Intiasari, dkk, 2015)

Pelaksanaan program JKN bertujuan untuk memberikan perlindungan

kesehatan dalam bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar

iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Sasaran program JKN ini adalah seluruh

komponen mulai dari pemerintah (pusat dan daerah), BPJS, faskes, peserta dan

pemangku kepentingan lainnya sebagai acuan dalam pelaksanaan program JKN.

Ruang lingkup program JKN meliputi penyelenggaraan, peserta dan kepesertaan,

pelayanan kesehatan, pendanaan, badan penyelenggara dan hubungan antar lembaga,

monitoring dan evaluasi, pengawasan, dan penanganan keluhan (Kemenkes RI,

2014).

2.3 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Dalam implementasi SJSN, pemerintah akan membentuk dua Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS

Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan akan menyelenggarakan program jaminan

kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan akan menyelenggarakan program jaminan atas


14

kecelakaan kerja, kematian, pensiun dan hari tua. Secara eksplisit, Undang-Undang

SJSN menyatakan bahwa 4 (empat) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang

asuransi yaitu Perseroan Terbatas (PT) Jamsostek, PT Taspen, PT Asabri dan PT

Askes, akan ditransformasi menjadi BPJS. Berkaitan dengan institusi BPJS

Kesehatan, Undang-Undang BPJS secara jelas menyatakan bahwa PT Askes akan

bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan (Thabrany, 2014).

Seluruh program jaminan kesehatan yang diselenggarakan oleh Kementerian

Kesehatan, Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian

Republik Indonesia, PT Jamsostek dan PT Askes akan diambil alih oleh BPJS

Kesehatan. Pada Buku Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019

dinyatakan bahwa pada tahun 2014, pemerintah menargetkan sebanyak 121,6 juta

penduduk akan diberikan jaminan kesehatan oleh BPJS Kesehatan. Jumlah dimaksud

diasumsikan berasal dari program Jamkesmas (96,4 juta jiwa), peserta yang dikelola

oleh PT Askes (17,2 juta jiwa), peserta Jaminan Pelayanan Kesehatan (JPK)

Jamsostek (5,5 juta jiwa) dan dari peserta Program Jaminan Kesehatan Masyarakat

Umum (PJKMU) dari pemerintah daerah (2,5 juta jiwa). Selanjutnya pada tahun

2019, pemerintah menargetkan seluruh masyarakat yaitu sebanyak 257,5 juta jiwa

akan dijamin oleh BPJS Kesehatan (Janis, 2014).


15

2.4 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Pada Program JKN

Fasilitas kesehatan (faskes) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

digunakan untuk melaksanakan upaya pelayanan kesehatan perorangan baik promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah atau

masyarakat (Kemenkes RI, 2013). Faskes yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan bagi pengguna JKN terdiri atas FKTP dan FKRTL. FKTP adalah faskes

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan individu yang bersifat umum untuk

keperluan pengamatan, promotif, preventif, mendiagnosis, perawatan atau pelayanan

kesehatan lainnya (Kemenkes RI, 2014).

Prosedur layanan kesehatan dalam JKN yaitu pelayanan bagi pasien

dilaksanakan secara berjenjang yang dimulai dari FKTP yang diselenggarakan oleh

FKTP tempat peserta terdaftar. FKTP peserta JKN terdiri dari Puskesmas, dokter,

dokter gigi, klinik pratama dan Rumah Sakit Kelas D Pratama yang bekerja sama

dengan BPJS Kesehatan (Kemenkes RI, 2014).

Dokter praktik baik dokter umum maupun dokter gigi termasuk FKTP pada

program JKN dengan melakukan kerja sama dengan BPJS Kesehatan dan memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan. Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya

disebut Puskesmas merupakan faskes yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2014).

Klinik merupakan faskes yang melaksanakan layanan kesehatan perorangan

dengan melayani pelayanan medis dasar dan/ atau spesialistik (Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan jenis pelayanan, klinik terdiri dari klinik pratama dan utama. Klinik
16

pratama merupakan klinik yang melaksanakan pelayanan medis dasar baik umum

maupun khusus. Klinik dapat diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat.

BPJS Kesehatan dalam menetapkan pilihan faskes, melakukan seleksi,

kredensialing dan rekrendensialing dengan kriteria teknis yang meliputi SDM,

kelengkapan sarana dan prasarana, lingkup pelayanan serta komitmen pelayanan

(Kemenkes RI, 2013). Kriteria teknis digunakan untuk penetapan kerjasama dengan

BPJS Kesehatan, besaran kapitasi dan jumlah peserta yang bisa dilayani. Seluruh

FKTP milik TNI/ POLRI yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, pada masa

peralihan dinyatakan sebagai klinik pratama dan dalam jangka waktu dua tahun harus

memenuhi persyaratan sebagai klinik pratama sejak Permenkes No. 71 Tahun 2013

berlaku, serta FKTP yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dikecualikan dari

kewajiban terakreditasi dan harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam jangka

waktu lima tahun (Kemenkes RI, 2013).

2.5 Status Kepesertaan dalam JKN

Peserta program JKN merupakan setiap orang termasuk orang asing yang

bekerja minimal selama enam bulan di Indonesia dan telah membayar iuran atau

iurannya dibayar oleh pemerintah. Peserta program JKN terdiri atas dua kelompok

yaitu: Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan peserta bukan PBI (non PBI).

Peserta PBI adalah fakir miskin dan orang tidak mampu. Peserta bukan PBI adalah

pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, pekerja bukan penerima upah dan

anggota keluarganya serta bukan pekerja dan anggota keluarganya. Iuran Jaminan
17

kesehatan untuk peserta pekerja penerima upah dibayarkan oleh pemberi kerja dan

pekerja sendiri sedangkan iuran peserta mandiri (pekerja bukan penerima upah dan

bukan pekerja) dibayarkan oleh peserta sendiri kepada BPJS Kesehatan sesuai kelas

perawatannya (Kemenkes RI, 2014).

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2014 tentang Jaminan

Kesehatan, menyebutkan Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta PBI Jaminan

Kesehatan serta penduduk yang didaftarkan oleh pemerintah daerah sebesar dua

puluh tiga ribu rupiah (Rp. 23.000,00) per orang per bulan yang mulai diberlakukan

pada 1 januari 2016, sedangkan Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Bukan

Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang mulai diberlakukan pada 1 april 2016

adalah:

a. Sebesar Rp 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah) per orang per bulan dengan

manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.

b. Sebesar Rp 51.000,00 (lima puluh satu ribu rupiah) per orang per bulan

dengan Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.

c. Sebesar Rp 80.000,00 (delapan puluh ribu rupiah) per orang per bulan dengan

Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.


18

2.6 Konsumen dan Perilaku Konsumen

Kotler (2000) mendefinisikan konsumen sebagai individu atau kelompok yang

berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa untuk kehidupan

pribadi atau kelompoknya. Konsumen juga dapat didefinisikan sebagai setiap orang

pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan

diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen).

Konsumen adalah orang yang melakukan tindakan menghabiskan nilai barang

dan jasa setelah mengeluarkan sejumlah biaya. Tujuan utama dari mengkonsumsi

barang dan jasa adalah untuk memenuhi kebutuhan dan diukur sebagai kepuasan yang

diperoleh. Besarnya kepuasan konsumen diukur dari sejumlah nilai yang diperoleh

dari mengkonsumsi suatu barang dan jasa terhadap biaya yang dikeluarkan (Kotler,

2000).

Konsumen memiliki sikap berbeda-beda dalam menimbang atribut yang

dianggap penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang

memberikan manfaat-manfaat yang dicarinya. Pasar sebuah produk sering

disegmentasikan berdasarkan atribut yang menonjol dalam kelompok konsumen yang

berbeda (Kotler, 2000).

Menurut Engel, et al. (1994) perilaku konsumen adalah tindakan yang

langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan

jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
19

Definisi lain dari perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan yang

mensyaratkan aktivitas individu yang mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau

mengatur barang dan jasa (Simamora, 2004), sedangkan menurut Sumarwan (2004)

perilaku konsumen adalah semua kegiatan tindakan serta proses psikologis yang

mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli,

menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau

kegiatan mengevaluasi.

Perilaku konsumen (Consumer Behavior), merupakan interaksi dinamis antara

pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita yaitu tempat manusia

melakukan aspek pertukaran di dalam hidup mereka (Sumarni, 2002). Faktor-faktor

utama yang mempengaruhi perilaku pembelian antara lain sebagai berikut: faktor

budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis (Thamrin Abdullah dan

Francis Tantri, 2012).

Menurut Sangadji dan Sopiah (2010) dalam bukunya yang berjudul Perilaku

Konsumen menyebutkan ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumen dalam

mengambil keputusan, yaitu: faktor psikologis, faktor situasional dan faktor sosial.

1. Faktor psikologis

Faktor psikologis merupakan proses pengolahan informasi yang mencakup

persepsi, motivasi, pembelajaran, sikap, kepercayaan dan kepribadian.

2. Faktor sosial

Faktor sosial mencakup perundang-undangan/ peraturan, keluarga, kelompok

referensi, kelas sosial dan budaya.


20

3. Faktor situasional

Faktor situasional mencakup keadaan sarana dan prasarana tempat belanja,

waktu belanja, penggunaan produk dan kondisi saat pembelian.

2.7 Preferensi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, preferensi adalah hak untuk

didahulukan dan diutamakan dari pada yang lain, pilihan yang lebih diprioritas,

kecenderungan dan kesukaan dalam memilih sesuatu (Alwi, H., dkk, 2003).

Preferensi (preference) adalah sesuatu yang lebih diminati, suatu pilihan utama atau

penilaian atas suatu hal dan memberi keuntungan yang lebih baik (Pradhanawati,

2011). Preferensi digambarkan sebagai sikap konsumen terhadap produk dan jasa

sebagai evaluasi dari sifat kognitif seseorang, perasaan emosional dan kecenderungan

bertindak melalui objek atau ide (Kotler, 2000).

Preferensi konsumen merupakan suatu tindakan konsumen dalam memilih

suatu barang sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Preferensi dapat terbentuk melalui

pola pikir konsumen yang didasari oleh beberapa alasan, antara lain (Simamora,

2004):

a. Pengalaman yang diperolehnya

Konsumen merasakan kepuasan dalam membeli produk dan merasakan

kecocokan dalam mengkonsumsi produk yang dibelinya, maka konsumen akan terus-

menerus menggunakan produk tersebut.


21

b. Kepercayaan turun-temurun

Kepercayaan ini dikarenakan kebiasaan dari keluarga menggunakan produk

tersebut, setia terhadap produk yang selalu dipakainya karena manfaat dalam

pemakaian produk tersebut, sehingga konsumen memperoleh kepuasan dan manfaat

dari produk tersebut.

Menurut pendapat Azwar (1996), pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh

seseorang, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi

orang tersebut. Bila tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi baik maka

secara relatif pemanfaatan pelayanan kesehatan akan tinggi. Pemanfaatan pelayanan

kesehatan erat kaitannya dengan pengambilan keputusan dalam memanfaatkan

pelayanan tersebut. Menurut Robbins yang dikutip oleh Juliwanto (2009), faktor-

faktor personal sangat menentukan apa yang diputuskan itu, termasuk dalam

pemanfaatan pelayanan kesehatan. Faktor tersebut diantaranya kognisi, motif dan

sikap. Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Motif sangat

mempengaruhi pengambilan keputusan. Sikap merupakan faktor penentu lainnya

dalam proses pengambilan keputusan.

2.8 Beberapa Faktor yang Memengaruhi Preferensi Pemanfaatan FKTP

2.8.1 Jarak FKTP

Pelayanan kesehatan yang baik dapat meningkatkan jumlah (kuantitas)

kunjungan. Pelayanan kesehatan menurut Azwar (1996), harus memenuhi

persyaratan-persyaratan pokok, yaitu:


22

1. Tersedia dan berkesinambungan, artinya semua jenis pelayanan kesehatan

yang dibutuhkan tidak sulit untuk ditemukan setiap saat dibutuhkan.

2. Dapat diterima dan wajar, artinya tidak bertentangan dengan adat istiadat dan

kepercayaaan masyarakat.

3. Mudah dicapai, dari sudut lokasi mudah dicapai oleh masyarakat.

4. Mudah dijangkau, biaya kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi

masyarakat.

5. Bermutu, menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dan memuaskan

konsumen.

Interaksi pasien dan penyedia layanan kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor,

salahsatunya adalah faktor akses secara geografis (Dever, 1984) yang dapat

digambarkan dengan dengan menggunakan jarak yang dapat diukur, waktu tempuh

atau biaya perjalanan dari tempat tinggal ke fasilitas kesehatan.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan terbagi menjadi tiga yaitu faktor

predisposing yaitu kecenderungan individu dalam menggunakan pelayanan kesehatan

yang ditentukan oleh serangkaian variabel seperti keadaan demografi (umur, jenis

kelamin, status perkawinan), keadaan sosial (pendidikan, ras, jumlah keluarga, etnik,

pekerjaan), sikap/ kepercayaan yang muncul (terhadap pelayanan kesehatan, terhadap

tenaga kerja, perilaku masyarakat terhadap sehat dan sakit); faktor pemungkin yaitu

faktor yang menunjukkan kemampuan individu dalam menggunakan pelayanan

kesehatan, yang ditunjukkan oleh variabel sumber pendapatan keluarga (pendapatan

dan tabungan keluarga, asuransi/ sumber pendapatan lain, jenis pelayanan kesehatan
23

yang tersedia serta keterjangkauan pelayanan kesehatan baik segi jarak maupun harga

pelayanan), sumber daya yang ada di masyarakat yang tercermin dari ketersediaan

kesehatan termasuk jenis dan rasio masing-masing pelayanan dan tenaga

kesehatannya dengan jumlah penduduk, kemudian harga pelayanan kesehatan yang

memadai dan sesuai dengan kemampuan mereka); faktor kebutuhan yaitu faktor yang

menunjukkan kemampuan individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang

ditunjukkan dengan adanya kebutuhan karena alasan yang kuat seperti pendekatan

terhadap penyakit yang dirasakan serta adanya jawaban atas penyakit tersebut dengan

cara mencari pelayanan kesehatan (Andersen, 1975).

Menurut Mills and Gilson (1990), hubungan antara teori permintaan dengan

pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang sangat dipengaruhi oleh faktor-

faktor:

1. Pendapatan, ada hubungan (asosiasi) antara tingginya pendapatan dengan

besarnya permintaan akan pemeliharaan kesehatan, terutama dalam hal

pelayanan kesehatan modern.

2. Harga berperan dalam menentukan permintaan terhadap pemeliharaan

kesehatan. Meningkatnya harga mungkin akan lebih mengurangi permintaan

dari kelompok yang berpendapatan rendah dibanding dengan kelompok yang

berpendapatan tinggi.

3. Sulitnya pencapaian sarana pelayanan kesehatan secara fisik akan

menurunkan permintaan.
24

4. Kemanjuran dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan sangat

berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk meminta pelayanan dan

pemberi jasa tertentu.

Hasil penelitian yang sudah dilakukan di Indonesia diantaranya penelitian

oleh Karma (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor sosial demografis dan ekonomis

yaitu jenis kelamin (gender), jarak tempat tinggal, umur, pendidikan, pengeluaran per

kapita dan harga kunjungan pelayanan kesehatan terbukti mempengaruhi permintaan

delapan pelayanan kesehatan dengan tingkat determinasi yang berbeda-beda.

Mariyono (2005) melakukan studi yang komprehensif menemukan bahwa

ketimpangan akses pelayanan kesehatan antara kaum wanita dan pria cukup kecil,

bahkan kaum wanita mendapatkan proporsi yang lebih besar.

Poerbandari (2003) melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi

penggunaan jaminan pemeliharaan kesehatan oleh rumah tangga peserta Jamsostek di

Kota Semarang. Dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis

regresi. Model regresi dengan variabel independen tingkat pendidikan, jumlah

anggota keluarga inti, pendapatan, jumlah anak usia rawan, biaya kunjungan, kualitas

pelayanan dan lingkungan kerja dipakai untuk menduga variabel dependen intensitas

penggunaan jaminan pemeliharaan kesehatan. Hasil analisis menunjukkan bahwa

variabel jumlah anggota keluarga inti, jumlah anak usia rawan dan kualitas pelayanan

mempengaruhi intensitas penggunaan jaminan pemeliharaan kesehatan.


25

2.8.2 Status Sosial Ekonomi Keluarga

Keterjangkauan fasilitas kesehatan secara sosial dan ekonomi meliputi 2

faktor, yaitu acceptability dan affordability. Acceptability merujuk kepada psikologis

pasien dalam memilih faskes, sosial dan budaya, dimana terkadang pasien memilih

tenaga kesehatan berdasarkan jenis kelamin pemeriksa, umur pemeriksa, etnis dan

kesamaan kepercayaan/ agama antara pasien dan tenaga kesehatan. Sedangkan

affordability maksudnya adalah kesesuaian antara biaya yang dikeluarkan dengan

pelayanan yang didapatkan dan kemampuan pasien dalam membayar, hal ini dapat

dilihat dari pasien yang menggunakan asuransi cenderung lebih aktif memanfaatkan

fasilitas kesehatan dibandingkan yang tidak memiliki asuransi kesehatan (Dever,

1984).

Karakteristik konsumsi menurut Sumarwan (2004) meliputi pengetahuan dan

pengalaman konsumen, kepribadian konsumen dan karakteristik demografi

konsumen. Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak

mengenai produk mungkin tidak termotivasi untuk mencari informasi, karena

konsumen sudah merasa cukup dengan pengetahuannya untuk mengambil keputusan.

Konsumen yang mempunyai kepribadian sebagai seorang yang senang mencari

informasi (information seeker), akan meluangkan waktu untuk mencari informasi

lebih banyak. Pendidikan adalah salah satu karakteristik demografi yang penting.

Konsumen yang berpendidikan tinggi cenderung mencari informasi yang banyak

mengenai suatu produk sebelum ia memutuskan untuk membelinya.


26

Pendapatan merupakan imbalan yang diterima seseorang dari pekerjaan yang

dilakukannya. Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli seorang

konsumen. Karena alasan inilah konsumen perlu mengetahui pendapatan konsumen

yang menjadi sasarannya (Sumarwan, 2004). Besar kecilnya pendapatan yang

diterima konsumen dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pekerjaannya. Pekerjaan

akan berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang akan diperoleh.

Pendidikan formal penting dalam membentuk pribadi dengan wawasan berfikir yang

lebih baik.

Santerre dan Neun (2000) menyebutkan bahwa beberapa faktor yang

mempengaruhi demand terhadap pelayanan kesehatan adalah:

1. Harga pembayaran secara langsung oleh rumah tangga.

2. Pendapatan bersih (real income).

3. Biaya waktu (time cost), termasuk di dalamnya adalah biaya (uang) untuk

perjalanan termasuk muatan bis atau bensin di tambah biaya pengganti untuk

waktu.

4. Harga barang substitusi dan komplementer.

5. Selera dan preferensi, termasuk di dalamnya status pernikahan, pendidikan

dan gaya hidup.

6. Fisik dan mental hidup.

7. Status kesehatan.

8. Kualitas pelayanan (quality of care).


27

Karakteristik konsumen yang berguna untuk mengetahui sebuah segmentasi

pasar yang dapat dibagi dalam empat kategori yaitu demografi, perilaku, profil

psikografi dan karakteristik kepribadian. Ukuran demografi konsumen yang terdiri

dari umur, jenis kelamin, pendapatan, agama, status perkawinan, pendidikan, etnik

dan kebangsaan, memiliki dua manfaat penting dalam proses segmentasi. Pertama,

hal itu dapat digunakan baik secara terpisah maupun dikombinasikan untuk

mengembangkan berbagai subbudaya dimana para anggotanya saling berbagi nilai,

kebutuhan, ritual dan perilaku tertentu. Contohnya: kombinasi pendidikan, pekerjaan

dan pendapatan, dapat dipergunakan untuk mengembangkan kelas sosial konsumen.

Manfaat kedua, variabel demografi dapat digunakan untuk menggambarkan para

konsumen yang diklasifikasikan menjadi segmen melalui sarana lainnya (Sunarto,

2006).

Sugiarti (2005) melakukan penelitian dimana dalam penelitian tersebut

diketahui bahwa variabel pendapatan, jarak dan kualitas pelayanan kesehatan

mempengaruhi intensitas penggunaan jaminan pemeliharaan kesehatan sedangkan

variabel tingkat pendidikan, jumlah keluarga, biaya dan resiko lingkungan kerja tidak

mampu mempengaruhi permintaan pengunaan jaminan pemeliharaan kesehatan.

Miranti (2009) dalam penelitiannnya juga menyebutkan bahwa penggunaan layanan

kesehatan di Kota Semarang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menentukan

yaitu pendapatan, biaya kunjungan layanan kesehatan, jarak tempat tinggal dengan

sarana kesehatan.
28

2.8.3 Kepuasan

Kepuasan konsumen didefinisikan sebagai keseluruhan sikap yang

ditunjukkan konsumen atas barang atau jasa setelah mereka memperoleh dan

menggunakannya (Mowen dan Minor, 2002). Terciptanya kepuasan pelanggan dapat

memberikan beberapa manfaat diantaranya hubungan antara perusahaan dan

konsumen menjadi harmonis.

Teori kepuasan menurut Krowinski dan Steiber (1996) meliputi: assesibility

atau keterjangkauan, availability atau ketersediaan sumber daya, kontinuitas

pelayanan, efektivitas, keuangan, humanitas, ketersediaan informasi, pemberian

informasi, kenyamanan lingkungan dan kompetensi petugas.

Lupiyoadi (2001) mengemukakan bahwa pasien dalam mengevaluasi

kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa aspek yaitu:

1. Kualitas produk atau jasa. Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi

menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas.

2. Kualitas pelayanan. Pelanggan dalam hal ini pasien akan merasa puas jika

mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang

diharapkan.

3. Faktor emosional. Pasien yang merasa yakin bahwa orang lain kagum

terhadap pasien yang memilih rumah sakit dengan kategori rumah sakit mahal

cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi.


29

4. Faktor Harga. Harga merupakan aspek penting, semakin mahal harga

perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar dan

menimbulkan kepuasan pada pasien.

5. Faktor Biaya. Pasien yang mendapatkan produk atau jasa dengan tidak

mengeluarkan biaya tambahan cenderung puas terhadap jasa pelayanan

tersebut.

Menurut Yola (2013), kepuasan dapat dilihat dari beberapa indikator seperti:

kepuasan terhadap kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan, kepuasan

terhadap pelayanan yang diberikan, kepuasan terhadap pengetahuan dan kesopanan,

kepuasan terhadap penampilan fisik dan kepuasan terhadap lokasi usaha.

Kepuasan pasien sangat dipengaruhi oleh mutu pelayanan yang diberikan oleh

penyedia fasilitas pelayanan (Tjiptono, 2011). Puskesmas dan dokter praktik

merupakan bagian dari FKTP yang bertanggung jawab atas kendali mutu dan kendali

biaya. Pasien yang merasa puas dengan suatu pelayanan kesehatan yang diberikan

cenderung melakukan kunjungan kembali serta memberitahu orang lain tentang

pengalaman mereka yang menyenangkan dengan pelayanan kesehatan tersebut. Jika

tidak puas maka pasien cenderung beralih tempat serta menceritakan pada orang lain

bahkan mengecamnya (Kotler, 2005).

Penelitian oleh Ayubi (2004) yang menyatakan bahwa waktu tunggu menjadi

masalah utama dalam pelayanan kesehatan, karena banyak pasien yang menumpuk

dan menunggu untuk mendapatkan pelayanan sedangkan jumlah staf sangat terbatas.
30

Selanjutnya Sureshchandar (2002) menyatakan bahwa kebersihan, kenyamanan

ruangan, menjadi atribut yang perlu diprioritaskan karena pasien sangat mudah

melihat dan menilai. Penelitian oleh Ramadhan (2012) tentang Hubungan Persepsi

Dimensi Kualitas Pelayanan dengan Kepuasan Pasien Askes Sosial pada Pelayanan

Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2012

menunjukan bahwa ada hubungan antara persepsi daya tanggap petugas terhadap

kepuasan pasien dengan tingkat hubungan cukup kuat.

2.8.4 Kualitas Pelayanan Kesehatan

Lee, et. al. (2000) menyatakan ada lima dimensi kualitas dalam pelayanan

kesehatan terdiri dari:

1. Jaminan (Assurance) yaitu berkaitan dengan kemampuan, pengetahuan,

ketrampilan staf dalam menangani setiap pelayanan yang diberikan sehingga

mampu menumbuhkan kepercayaan dan rasa aman pada pelanggan.

2. Empati (Empathy) yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat

individual atau pribadi yang diberikan kepada para pasien dengan berupaya

memahami keinginannya.

3. Kehandalan (Reliability) yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan

sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai

dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang

sama untuk semua pelanggan, sikap yang simpatik dan dengan akurasi yang

tinggi.
31

4. Daya tanggap (Responsiveness) yaitu suatu kemauan untuk membantu dan

memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pasien dengan

penyampaian informasi yang sejelas-jelasnya. Membiarkan pasien menunggu

tanpa adanya suatu alasan yang jelas dapat menyebabkan persepsi yang

negatif dalam kualitas pelayanan. Harapan pasien terhadap kecepatan

pelayanan hampir dapat dipastikan akan berubah dengan kecenderungan naik

dari waktu ke waktu. Kepuasan terhadap dimensi ini adalah berdasarkan

persepsi dan bukan aktualnya. Persepsi mengandung aspek psikologis, faktor

komunikasi dan situasi fisik di sekeliling pelanggan yang menerima pelayanan

yang mempengaruhi penilaian pasien. Komunikasi kepada pasien mengenai

proses pelayanan yang diberikan akan membentuk persepsi yang lebih positif.

Salah satunya adalah kesigapan dan ketulusan dalam menjawab pertanyaan

atau permintaan pasien.

5. Tampilan fisik (Tangible) yaitu berkaitan dengan kemampuan menunjukkan

eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan

prasarana fisik rumah sakit dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti

nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi fasilitas

fisik (gedung, gudang), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan

(teknologi) serta penampilan pegawainya.


32

Secara umum, supply terhadap pelayanan kesehatan diartikan dengan

penyediaan pelayanan kesehatan yang disampaikan kepada pasien oleh kombinasi

antara tenaga pelayanan kesehatan dan faskes (rumah sakit, klinik dan laboratorium

klinis). Faktor yang mempengaruhi supply terhadap pelayanan kesehatan adalah Man,

Money, Material, Method, Market, Machine, Technology, Time, dan Information.

Faktor-faktor dimaksud dikenal dengan 6M, 2T, dan 1I. Penjelasan dan contoh dari

faktor dimaksud adalah sebagaimana dalam Tabel 2.1 (Janis, 2014).

Tabel 2.1 Determinan Supply terhadap Layanan Kesehatan


Sumber daya manusia yang menyediakan layanan kesehatan baik
langsung maupun tidak langsung.
1 Man
Contoh: dokter, dokter spesialis, bidan, perawat, farmasis, tenaga
administrasi dan lain sebagainya.
Biaya yang muncul dalam penyediaan layanan kesehatan.
2 Money
Contoh: biaya operasional, biaya investasi dan biaya lain-lain.
Material yang berhubungan dengan logistik pelayanan kesehatan.
3 Material
Misal: obat, alat suntik, bahan dasar obat, dan lain sebagainya.
Manual atau SOP yang ada pada fasilitas layanan kesehatan
(rumah sakit, klinik dan laboratorium klinis).
4 Method
Misal: Standar Pelayanan Minimal (SPM), prosedur tindakan
medis dan lain-lain.
Peralatan yang digunakan dalam penyediaan layanan kesehatan.
5 Machine Misal: peralatan laboratorium, peralatan medis (utama dan
penunjang) seperti dental chair, dan lain-lain.
6 Market Wilayah kerja pelayanan kesehatan.
7 Teknologi Teknologi yang digunakan dalam pemberian layanan kesehatan.
8 Time Waktu yang digunakan dalam pemberian layanan kesehatan.
Informasi terkait dengan layanan kesehatan dalam bentuk media
9 Informasi
internet, pamflet dan leaflet.
Sumber: Makalah Dasar Ilmu Ekonomi Supply tahun 2010, FKM Unair, dalam Janis,
2014

Dari determinan-determinan supply layanan kesehatan dimaksud, man

merupakan determinan yang paling dominan dalam menentukan kondisi determinan


33

lainnya. Hal ini dapat dipahami karena determinan lain disediakan dan dikelola oleh

determinan man. Secara umum kondisi atau kualitas dari determinan dimaksud akan

menentukan kualitas pelayanan kesehatan. Dengan pertimbangan bahwa tingkat

keberhasilan konsep SJSN turut dipengaruhi oleh kinerja supplier dari pelayanan

kesehatan maka BPJS Kesehatan perlu mengendalikan semua determinan dari supply

layanan kesehatan khususnya determinan man (Janis, 2014).

2.9 Kerangka Teori

Menurut Dever (1984), faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumen

merupakan salah satu faktor seorang konsumen memanfaatkan suatu pelayanan

kesehatan. Persepsi terhadap sakit sering kali menjadi faktor yang penting dalam

keputusan mencari pelayanan kesehatan. Determinan pemanfaatan pelayanan

kesehatan antara lain: 1) Faktor sosiokultural meliputi aspek budaya, norma yang

berlaku dan kepercayaan setempat terhadap pelayanan kesehatan. 2) Faktor organisasi

kesehatan, yaitu ketersediaan sumber daya manusia (SDM), aksesibilitas secara

geografis, keterjangkauan secara sosial dan struktur organisasi kesehatan pada

layanan kesehatan tersebut. 3) Faktor yang berhubungan dengan konsumen, antara

lain; 1. Faktor sosiodemografi meliputi umur, jenis kelamin, ras, etnis, status

perkawinan dan sosioekonomi (pendidikan, pekerjaan dan pendapatan) dan, 2. Faktor

sosiopsikologi meliputi persepsi sakit, sikap dan kepercayaan tehadap perawatan

medis. 4) Faktor yang berhubungan dengan penyedia layanan kesehatan, antara lain
34

layanan kesehatan yang disediakan, ketersediaan dokter, kompetensi dokter dan

tenaga kesehatan lainnya.

Pelayanan kesehatan yang baik dapat meningkatkan jumlah (kuantitas)

kunjungan. Pelayanan kesehatan menurut Azwar (1996), harus memenuhi

persyaratan-persyaratan pokok, yaitu:

1. Tersedia dan berkesinambungan, artinya semua jenis pelayanan kesehatan

yang dibutuhkan tidak sulit untuk ditemukan setiap saat dibutuhkan.

2. Dapat diterima dan wajar, artinya tidak bertentangan dengan adat istiadat dan

kepercayaaan masyarakat.

3. Mudah dicapai, dari sudut lokasi mudah dicapai oleh masyarakat.

4. Mudah dijangkau, biaya kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi

masyarakat.

5. Bermutu, menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dan memuaskan

konsumen.

2.10 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara beberapa variabel

dari masalah penelitian yang ingin diteliti. Berdasarkan kerangka teori yang sudah

dijabarkan pada sub bab 2.9, maka kerangka konsep pada penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:


35

Variabel Independen Variabel Dependen

Jarak FKTP

Status Sosial Ekonomi Keluarga:


- Pendidikan
- Pekerjaan
- Pendapatan Preferensi Pemanfaatan FKTP:
1. Pemerintah
2. Swasta

Kepuasan

Kualitas Pelayanan Kesehatan

Gambar 2.1 Beberapa Faktor yang Memengaruhi Preferensi Peserta BPJS


Mandiri dalam Memanfaatkan FKTP
{Berdasarkan Teori Dever (1994) dan Azwar A. (1996)}

2.10.1 Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen merupakan independen yang menjadi sebab perubahan

atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini juga dikenal dengan nama

variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Rianto, 2011).

Dalam penelitian ini variabel jarak FKTP, status sosial ekonomi keluarga,

kepuasan dan kualitas pelayanan kesehatan merupakan variabel independen.


36

2.10.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena variabel bebas. Variabel ini tergantung dari variabel bebas terhadap

perubahan. Dalam penelitian ini variabel preferensi pemanfaatan FKTP merupakan

variabel dependen (Rianto, 2011).


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan melakukan survei

analitik (explanatory study) menggunakan pendekatan potong lintang (cross

sectional), yang bertujuan mengetahui Preferensi Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama (FKTP) oleh Peserta BPJS Mandiri di Kecamatan Banda Sakti Kota

Lhokseumawe Tahun 2016, dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat

bersamaan pada data variabel independen dan dependen (Sugiyono, 2009).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada masyarakat yang terdaftar di FKTP sebagai

peserta BPJS Mandiri di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2016.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan terhitung dari Bulan Januari 2016

sampai dengan Bulan Juli 2016, yang dimulai dengan pengusulan judul penelitian,

penelusuran pustaka, persiapan proposal, konsultasi dengan pembimbing,

pelaksanaan penelitian, analisa data dan penyusunan laporan akhir serta ujian

komprehensif.

37
38

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Peserta BPJS Mandiri pada 8

FKTP di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe yang berjumlah 45.043 orang

(BPJS Kota Lhokseumawe, 2016)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi, penghitungan

besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel

untuk data pada populasi terbatas adalah sebagai berikut (Rianto, 2011):

NΖ (1−α 2 )2
P(1 − P )
n=
(N − 1)d 2 + Ζ (1−α 2 )2
P(1 − P )

Keterangan:

n : besar sampel

N : besar populasi

Z (1−α 2) : nilai sebaran normal baku, besarnya tergantung tingkat

kepercayaan (TK), jika TK 90% = 1,64, TK 95% = 1,96 dan

TK 99% = 2,57

P : proporsi kejadian, jika tidak diketahui dianjurkan = 0,5

d : besar penyimpangan; 0,1, 0,005 dan 0,01

Diketahui:

N : 60.521
39

Z (1−α 2) : TK 95% = 1,96

P : 0,5

d : 10% = 0,1

Maka :

n=
(45043)(1,96)2 (0,5)(1 − 0,5) = 95,84 digenapkan menjadi 96
(45043 − 1)(0,1)2 + (1,96)2 (0,5)(1 − 0,5)
Jadi besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 96 orang.

Sampel diambil dengan menggunakan tehnik non random sampling yaitu

dengan cara accidental sampling, adalah mengambil dan menjadikan sampel

berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan oleh peneliti pada saat peneliti

mengunjungi masyarakat di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe (Sugiyono,

2009).

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden (sampel) secara

langsung melalui wawancara dengan responden, berpedoman pada kuesioner yang

telah disusun. Data primer yang dikumpulkan adalah semua data yang termasuk

dalam variabel independen dan variabel dependen, wawancara dilakukan kepada

peserta BPJS Mandiri yang melakukan kunjungan ke FKTP yang terdapat di

Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.


40

Sebelum kuesioner digunakan sebagai instrumen penelitian, terlebih dahulu

dilakukan pengujian kuesioner terhadap 30 responden di luar sampel. Hasil jawaban

dari kuesioner akan diolah dengan uji statistik menggunakan software SPSS. Uji

validitas menggunakan rumus uji korelasi Product Moment, dengan rumus:

n(∑XY)-(∑X∑Y)
r=
√[n∑X2-(∑X)2][n∑Y2-(∑Y)2

Keterangan:

r = korelasi antara variabel x dengan y

n = jumlah sampel

∑X = jumlah skor item

∑Y = jumlah skor total item

Validitas kuesioner dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan

nilai r kritis. Syarat minimal pertanyaan dinyatakan valid adalah jika r hitung > dari r

kritis ( r hitung > 0,3). Jika r hitung berada di bawah 0,3 maka pertanyaan tersebut

tidak valid. Uji reliabilitas menggunakan uji Alpha Cronbach, dengan rumus:

Keterangan:

r = koefisien reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan


41

Σσ b 2= total varians butir

σ t 2 = total varians

Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai r hitung yang dilihat dari nilai alpha lebih

besar dari 0,7 (alpha > 0,7), sebaliknya dikatakan tidak reliabel jika nilai alpha lebih

kecil dari 0,7 (alpha < 0,7). (Sugiyono, 2010)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder, diperoleh dari studi dokumentasi, yaitu dengan

mengumpulkan dan mempelajari data yang diperoleh dari profil kesehatan, catatan

dan dokumentasi-dokumentasi yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik

berupa laporan bulanan, triwulan dan tahunan, sedangkan data demografi dan

geografi diperoleh dari Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Lhokseumawe,

Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe dan Kantor BPJS Kota Lhokseumawe.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas penelitian ini adalah jarak FKTP, status sosial ekonomi

keluarga, kepuasan dan kualitas pemberi layanan kesehatan.

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat penelitian ini adalah preferensi pemanfaatan FKTP.


42

3.5.2 Definisi Operasional

1. Jarak adalah ruang atau sela antara dua lokasi yang menggambarkan panjang

dalam satuan ukuran (meter, kilometer) atau digambarkan dalam hal lamanya

perjalanan atau waktu tempuh ke lokasi tersebut.

2. Status sosial dan ekonomi keluarga diketahui dari pendidikan, pekerjaan dan

pendapatan yang diperoleh setiap bulannya.

3. Kepuasan didefinisikan sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukkan

konsumen atas barang atau jasa setelah mereka memperoleh dan

menggunakannya.

4. Kualitas pelayanan kesehatan meliputi kualitas pelayanan kesehatan yang

dilakukan oleh dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lain.

5. Preferensi adalah sesuatu yang lebih diminati, suatu pilihan utama atau

penilaian atas suatu hal dan memberi keuntungan yang lebih baik, diketahui

dengan keputusan pasien memilih FKTP tersebut.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Variabel Independen

1. Jarak FKTP

 Alat Ukur : Kuesioner

 Skala : Ordinal

 Kategori :

a. <500 meter = Jarak Dekat

b. 500 meter – 1 kilometer = Jarak Sedang


43

c. >1 kilometer = Jarak Jauh

2. Status Sosial Ekonomi Keluarga

A. Pendidikan, yaitu jenjang pendidikan yang sudah ditempuh hingga saat

penelitian dilakukan.

 Alat Ukur : Kuesioner

 Skala : Ordinal

 Kategori :

a. Pendidikan Tinggi : Perguruan Tinggi

b. Pendidikan Menengah : SMP, SMA dan sederajat

c. Pendidikan Dasar : SD dan sederajat

B. Pekerjaan

 Alat Ukur : Kuesioner

 Skala : Nominal

 Kategori :

a. Pegawai Pemerintah : PNS/ Pensiunan, TNI-Polri/ Purnawirawan

b. Pekerja Swasta : Petani, Buruh/ Pekerja Kasar, Pedagang dan

lain-lain

c. Tidak Bekerja

C. Pendapatan, yaitu penghasilan yang diperoleh oleh keluarga inti setiap bulan.

 Alat Ukur : Kuesioner

 Skala : Interval

 Kategori :
44

a. Pendapatan Tinggi : >Rp. 5.000.000

b. Pendapatan Menengah : Rp. 2.000.000 - Rp. 5.000.000

c. Pendapatan Rendah : <Rp. 2.000.000

3. Faktor Kepuasan Pasien

 Alat Ukur : Kuesioner (Terdiri dari 5 pertanyaan, dengan kriteria

penilaian: jika menjawab Sangat Puas diberi nilai 3, Cukup

Puas diberi nilai 2, Tidak Puas diberi nilai 1)

 Skala : Ordinal

 Kategori :

a. Sangat Puas : Jika skor hasil kuesioner 13-15

b. Cukup Puas : Jika skor hasil kuesioner 9-12

c. Tidak Puas : Jika skor hasil kuesioner 5-8

4. Faktor Kualitas Pelayanan Kesehatan

 Alat Ukur : Kuesioner (Terdiri dari 25 pertanyaan, dengan kriteria

penilaian: jika menjawab Sangat Baik diberi nilai 3, Cukup

Baik diberi nilai 2, Tidak Baik diberi nilai 1)

 Skala : Ordinal

 Kategori :

a. Sangat Baik : Jika skor hasil kuesioner 59-75

b. Cukup Baik : Jika skor hasil kuesioner 42-58

c. Tidak Baik : Jika skor hasil kuesioner 25-41


45

3.6.2 Variabel Dependen

1. Preferensi Pemanfaatan FKTP

 Alat Ukur : Kuesioner

 Skala : Nominal

 Kategori :

a. FKTP pemerintah

b. FKTP swasta

3.7 Tehnik Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada

responden dengan menggunakan kuesioner. Sebelum peneliti memberikan kuesioner

kepada responden, peneliti memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian.

Setelah responden mengerti, peneliti memberikan lembar persetujuan menjadi

responden dengan tidak ada unsur paksaan. Responden akan diberikan kuesioner

penelitian jika menandatangani persetujuan menjadi informan dalam penelitian. Pada

saat pengumpulan data peneliti memperhatikan waktu dan kondisi responden, selain

itu peneliti memeriksa setiap isian kuesioner apakah sudah dijawab atau belum.

Data yang terkumpul dari lembar kuesioner kemudian akan diolah dengan

komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:


46

1. Editing

Pengecekan kembali data yang telah dikumpulkan untuk meminimalisasi

kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan di lapangan.

2. Coding

Pengkodean dilakukan dengan mengklasifikasikan jawaban dari responden ke

dalam kategori-kategori sesuai dengan kode yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Kode-kode tersebut berupa angka yang disesuaikan dengan jenis variabel.

3. Tabulasi

Data yang telah dikumpulkan ditabulasi dengan membuat tabel-tabel yang

diberikan kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

Adapun tahapan analisis data pada penelitian ini adalah dengan

menggambarkan karakteristik subjek penelitian dengan menghitung distribusi

frekuensi dan proporsi yang disajikan secara deskriptif. Selanjutnya dilakukan cross

tabulation untuk menilai variabel mana yang memiliki nilai ekstrim (tertinggi-

terendah) serta dilakukan uji statistik menggunakan uji regresi multinominal yang

bertujuan untuk melihat variabel mana yang paling berhubungan dan paling dominan

diantara variabel lainnya yang diteliti.


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Kecamatan Banda Sakti

Kecamatan Banda Sakti terletak pada koordinat 96020’ - 97021’ Bujur

Timur dan 0405’ - 05018’ Lintang Selatan, dengan luas wilayah keseluruhan

mencapai 11,24 km2 dan diapit oleh 4 Kecamatan lainnya dalam Wilayah Kota

Lhokseumawe. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Muara Satu, sebelah

Timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan

Kecamatan Muara Dua dan sebelah Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka.

Kecamatan Banda Sakti terletak pada ketinggian 0 meter hingga 5

meter dari permukaan laut. Lokasi kecamatan yang berbatasan dengan Selat Malaka

menjadikan 8 dari 18 desa di Kecamatan Banda Sakti merupakan daerah pesisir,

namun apabila dilihat dari sisi topografi semua desa memiliki topografi datar.

Wilayah ini juga memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau

dengan curah hujan rata-rata tertinggi 129,91 mm. Suhu harian rata-rata 19,60 - 34,20
0
C. Jarak dari kantor Kepala Desa/ Lurah ke ibukota kecamatan relatif dekat,

sehingga akses masyarakat ke Kantor Camat Banda Sakti mudah dijangkau.

Penduduk juga merupakan elemen penting dalam satu wilayah kecamatan. Dari 4

kecamatan yang ada di Kota Lhokseumawe, maka Kecamatan Banda Sakti yang

memiliki luas wilayah terkecil tetapi memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu

mencapai 7186 jiwa per km2.

47
48

Dalam hal pelayanan kesehatan, masyarakat di Kecamatan Banda

Sakti cenderung memanfaatkan puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan. Di

Kecamatan Banda Sakti terdapat 2 puskesmas yang terletak di Desa Mon Geudong

dan Hagu Barat Laut. Selain fasilitas dan kualitas pelayanan kesehatan yang baik,

jarak tempuh atau keterjangkauan masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan

juga menjadi faktor yang penting dalam menjaga kesehatan masyarakat. Jumlah

tenaga kesehatan baik dokter, perawat, bidan maupun tenaga medis lainnya yang ada

di Kecamatan Banda Sakti pada tahun 2014 berjumlah 187 orang.

4.2 Faktor yang Berperan terhadap Preferensi FKTP

Terdapat beberapa faktor yang diasumsikan berperan terhadap preferensi

FKTP yang dilakukan pasien yaitu jarak FKTP, status sosial ekonomi keluarga,

kepuasan dan kualitas pelayanan kesehatan. Jarak akan dikategorikan menjadi tiga

yaitu jarak dekat (<500 meter), jarak sedang (500-1000 meter), jarak jauh ( >1000

meter). Pendidikan akan dikategorikan menjadi tiga yaitu pendidikan tinggi (tamat

perguruan tinggi), pendidikan menengah (tamat SMP dan SMA) dan pendidikan

dasar (tamat SD/ sederajat).

Pekerjaan akan dikategorikan menjadi tiga yaitu pegawai pemerintah (PNS/

pensiunan/ TNI-Polri/ Purnawirawan), pekerja swasta (petani, buruh/ pekerja kasar,

pedagang) dan tidak bekerja.Pendapatan akan dikategorikan menjadi tiga yaitu

pendapatan tinggi ( >Rp. 5.000.000), pendapatan menengah (Rp. 2.000.000 - Rp.

5.000.000 ) dan pendapatan rendah (pendapatan <Rp. 2.000.000).


49

Kepuasan akan dikategorikan menjadi 3 yaitu sangat puas (skor 13-15), cukup

puas (skor 9-12) dan tidak puas (skor 5-8). Kualitas pelayanan kesehatan akan

dikategorikan menjadi tiga yaitu kualitas pelayanan kesehatan sangat baik (skor 59-

75), cukup baik (skor 42-58) dan tidak baik (skor 25-41). Preferensi pemanfaatan

FKTP akan dibedakan menjadi FKTP pemerintah dan FKTP swasta. Faktor-faktor

tersebut di atas dapat dilihat dalam Tabel 4.1

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Jarak FKTP, Status Sosial Ekonomi Keluarga,
Kepuasan, Kualitas Pelayanan Kesehatan dan Preferensi FKTP

Jumlah
Variabel
F %
Jarak
- Dekat 31 32.3
- Sedang 39 40.6
- Jauh 26 27.1
Total 96 100
Pendidikan
- Pendidikan Dasar 14 14.6
- Pendidikan Menengah 49 51.0
- Pendidikan Tinggi 33 34.4
Total 96 100
Pekerjaan
- Tidak Bekerja 12 12.5
- Pekerja Swasta 53 55.2
- Pegawai Pemerintah 31 32.3
Total 96 100
Pendapatan
- Pendapatan Rendah 18 18.8
- Pendapatan Menengah 53 55.2
- Pendapatan Tinggi 25 26.0
Total 96 100
Kepuasan
- Tidak Puas 16 16.7
- Cukup Puas 41 42.7
- Sangat Puas 39 40.6
Total 96 100
50

Tabel 4.1 (Lanjutan)

Kualitas Pelayanan Kesehatan


- Tidak Baik 20 20.8
- Cukup Baik 34 35.4
- Sangat Baik 42 43.8
Total 96 100
Preferensi Pemanfaatan FKTP
- FKTP Swasta 51 53.1
- FKTP Pemerintah 45 46.9
Total 96 100

Berdasarkan informasi dari tabel diatas diketahui jumlah responden dengan

kategori jarak ke FTKP dekat sebanyak 31 responden (32,3%), sementara jumlah

responden dengan kategori jarak ke FKTP sedang sebanyak 39 responden (40,6%),

dan dengan kategori jauh sebanyak 26 responden (27,1%). Berdasarkan informasi

dari tabel diatas diketahui jumlah responden dengan kategori pendidikan dasar

sebanyak 14 responden (14,6%), sementara jumlah responden dengan kategori

pendidikan menengah sebanyak 49 responden (51%) dan dengan kategori pendidikan

tinggi sebanyak 33 responden (34,4%).

Berdasarkan informasi dari tabel diatas diketahui jumlah responden dengan

kategori tidak bekerja sebanyak 12 responden (12,5%), sementara jumlah responden

dengan kategori pekerja swasta sebanyak 53 responden (55,2%) dan dengan kategori

pegawai pemerintah sebanyak 31 responden (32,3%). Berdasarkan informasi dari

tabel diatas diketahui jumlah responden dengan kategori pendapatan rendah sebanyak

18 responden (18,8%), sementara jumlah responden dengan kategori pendapatan


51

menengah sebanyak 53 responden (55,2%) dan dengan kategori pendapatan tinggi

sebanyak 25 responden (26%).

Berdasarkan informasi dari tabel diatas diketahui jumlah responden dengan

kategori tidak puas terhadap FKTP sebanyak 16 responden (16,7%), sementara

jumlah responden dengan kategori cukup puas terhadap FKTP sebanyak 41

responden (42,7%) dan dengan kategori sangat puas sebanyak 39 responden (40,6%).

Berdasarkan informasi dari tabel diatas diketahui jumlah responden dengan

kategori kualitas pelayanan tidak baik terhadap FKTP sebanyak 20 responden

(20,8%), sementara jumlah responden dengan kategori kualitas pelayanan cukup baik

terhadap FKTP sebanyak 34 responden (35,4%) dan dengan kategori sangat baik

sebanyak 42 responden (43,8%). Berdasarkan informasi dari tabel diatas diketahui

jumlah responden dengan kategori preferensi FKTP swasta sebanyak 51 responden

(53,1%), sementara jumlah responden dengan kategori preferensi FKTP pemerintah

sebanyak 45 responden (46,9).

4.3. Distribusi Tabulasi Silang Preferensi FKTP

Setelah dilakukan distribusi frekuensi untuk variabel independen dan variabel

dependen maka selanjutnya akan dilakukan distribusi tabulasi silang antara masing-

masing variabel, yakni jarak, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kepuasan, kualitas

pelayanan dengan preferensi FKTP.


52

4.3.1. Distribusi Tabulasi Silang Jarak FKTP dengan Preferensi FKTP

Analisis akan dilakukan dengan melakukan distribusi tabulasi silang antara

variabel jarak FKTP dengan kategori jauh, sedang dan dekat dengan variabel

preferensi FKTP dengan kategori swasta dan pemerintah yang menggunakan cross

tabulation. Untuk melihat distribusi tabulasi silang antara jarak dengan preferensi

FKTP dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2 Distribusi Tabulasi Silang Jarak dengan Preferensi FKTP


di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe

Preferensi FKTP
No Jarak Swasta Pemerintah Total
% % %
1 Dekat 10 32,3 21 67,7 31 100
2 Sedang 23 59 16 41 39 100
3 Jauh 18 69,2 8 30,8 26 100

Berdasarkan distribusi tabulasi silang pada tabel diatas diketahui jumlah

responden yang tergolong jarak dekat dengan FKTP sebanyak 31 orang, dimana 10

responden (32,3%) diantaranya memilih FKTP swasta, sementara 21 responden

(67,7%) memilih FKTP pemerintah. Jumlah responden yang tergolong jarak sedang

dengan FKTP sebanyak 39 orang, dimana 23 responden (59%) diantaranya memilih

FKTP swasta, sementara 16 responden (41%) memilih FKTP pemerintah. Jumlah

responden yang tergolong jarak jauh dengan FKTP sebanyak 26 orang, dimana 18

responden (69,2%) diantaranya memilih FKTP swasta, sementara 8 responden

(30,8%) memilih FKTP pemerintah.


53

4.3.2 Distribusi Tabulasi Silang Pendidikan dengan Preferensi FKTP

Distribusi tabulasi silang dilakukan antara variabel pendidikan responden

dengan kategori pendidikan tinggi, pendidikan menengah dan pendidikan dasar

dengan variabel preferensi FKTP dengan kategori swasta dan pemerintah yang

menggunakan cross tabulation. Untuk melihat distribusi tabulasi silang antara

pendidikan dengan preferensi FKTP akan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Tabulasi Silang Pendidikan dengan Kecamatan Preferensi


FKTP di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe

Preferensi FKTP
No Pendidikan Swasta Pemerintah Total
% % %
1 Dasar 5 35,7 9 64,3 14 100
2 Menengah 28 57,1 21 42,9 49 100
3 Tinggi 18 54,5 15 45,5 33 100

Berdasarkan distribusi tabulasi silang dilakukan pada tabel diatas diketahui

jumlah responden dengan pendidikan dasar sebanyak 14 responden, 5 responden

(35,7%) diantaranya memilih FKTP swasta, sementara 9 responden (64,3%) memilih

FKTP pemerintah. Jumlah responden dengan pendidikan menengah sebanyak 49

responden, 28 responden (57,1%) di antaranya memilih FKTP swasta, sementara 21

responden (42,9%) memilih FKTP pemerintah. Jumlah responden dengan pendidikan

tinggi sebanyak 33 responden, 18 responden (54,5%) di antaranya memilih FKTP

swasta, sementara 15 responden (45,5%) memilih FKTP pemerintah.


54

4.3.3 Distribusi Tabulasi Silang Pekerjaan dengan Preferensi FKTP

Distribusi tabulasi silang dilakukan antara variabel pekerjaan dengan kategori

pegawai pemerintah, pekerja swasta dan tidak bekerja dengan variabel preferensi

FKTP dengan kategori swasta dan pemerintah yang menggunakan cross tabulation.

Untuk melihat distribusi tabulasi silang antara pekerjaan dengan preferensi FKTP

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4 Distribusi Tabulasi Silang Pekerjaan dengan Preferensi


FKTP di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe

Preferensi FKTP
No Pekerjaan Swasta Pemerintah Total
% % %
1 Tidak Bekerja 1 8,3 11 91,7 12 100
2 Pekerja Swasta 32 60,4 21 39,6 53 100
3 Pegawai Pemerintah 18 58,1 13 41,9 31 100

Berdasarkan distribusi tabulasi silang dilakukan pada tabel diatas diketahui

jumlah responden yang tidak bekerja sebanyak 12 orang, dimana 1 responden (8,3%)

diantaranya memilih FKTP swasta, sementara 11 responden (91,7%) memilih FKTP

pemerintah. Jumlah responden pekerja swasta sebanyak 53 orang, dimana 32

responden (60,4%) diantaranya memilih FKTP swasta, sementara 21 responden

(39,6%) memilih FKTP pemerintah. Jumlah responden pegawai pemerintah sebanyak

31 orang, dimana 18 responden (58,1%) diantaranya memilih FKTP swasta,

sementara 13 responden (41,9%) memilih FKTP pemerintah.


55

4.3.4 Distribusi Tabulasi Silang Pendapatan dengan Preferensi FKTP

Distribusi tabulasi silang dilakukan antara pendapatan dengan kategori

pendapatan rendah, pendapatan menengah dan pendapatan tinggi dengan variabel

preferensi FKTP dengan kategori swasta dan pemerintah yang menggunakan cross

tabulation. Untuk melihat distribusi tabulasi silang antara pendapatan dengan

preferensi FKTP dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.5 Distribusi Tabulasi Silang Pendapatan dengan Preferensi FKTP di


Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe

Preferensi FKTP
No Pendapatan Swasta Pemerintah Total
% % %
1 Rendah 5 27,8 13 72,2 18 100
2 Menengah 28 52,8 25 47,2 53 100
3 Tinggi 18 53,1 7 46,9 25 100

Berdasarkan distribusi tabulasi silang dilakukan pada tabel diatas diketahui

jumlah responden dengan pendapatan rendah sebanyak 18 orang, 5 responden

(27,8%) diantaranya memilih FKTP swasta, sementara 13 responden (72,2%)

memilih FKTP pemerintah. Jumlah responden dengan pendapatan menengah

sebanyak 53 orang, 28 responden (52,8%) diantaranya memilih FKTP swasta,

sementara 25 responden (47,2%) memilih FKTP pemerintah. Jumlah responden

dengan pendapatan tinggi sebanyak 25 orang, 18 responden (53,1%) diantaranya

memilih FKTP swasta, sementara 7 responden (46,9%) memilih FKTP pemerintah.


56

4.3.5 Distribusi Tabulasi Silang Kepuasan dengan Preferensi FKTP

Distribusi tabulasi silang dilakukan antara variabel kepuasan dengan kategori

tidak puas, cukup puas dan sangat puas dengan variabel preferensi FKTP dengan

kategori swasta dan pemerintah yang menggunakan cross tabulation. Untuk melihat

distribusi tabulasi silang antara kepuasan dengan preferensi FKTP dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 4.6 Distribusi Tabulasi Silang Kepuasan dengan Preferensi


FKTP di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe

Preferensi FKTP
No Kepuasan Swasta Pemerintah Total
% % %
1 Tidak Puas 3 18,8 13 81,3 16 100
2 Cukup Puas 24 58,5 17 41,5 41 100
3 Sangat Puas 14 61,5 15 38,5 39 100

Berdasarkan distribusi tabulasi silang dilakukan pada tabel diatas diketahui

jumlah responden dengan kategori tidak puas terhadap FKTP sebanyak 16 orang, 3

responden (18,8%) diantaranya memilih FKTP swasta, sementara 13 responden

(81,3%) memilih FKTP pemerintah. Jumlah responden dengan kategori cukup puas

terhadap FKTP sebanyak 41 orang, 24 responden (58,5%) diantaranya memilih FKTP

swasta, sementara 17 responden (41,5%) memilih FKTP pemerintah. Jumlah

responden dengan kategori sangat puas terhadap FKTP sebanyak 39 orang, 14

responden (61,5%) diantaranya memilih FKTP swasta, sementara 15 responden

(38,5%) memilih FKTP pemerintah.


57

4.3.6 Distribusi Tabulasi Silang Kualitas Pelayanan dengan Preferensi FKTP

Distribusi tabulasi silang dilakukan antara variabel kualitas pelayanan yang

akan dikategorikan menjadi kualitas pelayanan tidak baik, kualitas pelayanan cukup

baik dan kualitas pelayanan sangat baik dengan variabel preferensi FKTP dengan

kategori swasta dan pemerintah yang menggunakan cross tabulation. Untuk melihat

distribusi tabulasi silang antara kualitas pelayanan dengan preferensi FKTP dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.7 Distribusi Tabulasi Silang Kualitas Pelayanan dengan


Preferensi FKTP di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe

Preferensi FKTP
No Pelayanan Swasta Pemerintah Total
% % %
1 Tidak Baik 5 35 15 75 20 100
2 Cukup Baik 19 55,9 15 44,1 34 100
3 Sangat Baik 27 64,3 15 35,7 42 100

Berdasarkan distribusi tabulasi silang dilakukan pada tabel diatas diketahui

jumlah responden dengan kategori pelayanan FKTP tidak baik sebanyak 20 orang, 5

responden (35%) diantaranya memilih FKTP swasta, sementara 15 responden (75%)

memilih FKTP pemerintah. Jumlah responden dengan kategori pelayanan FKTP

cukup baik sebanyak 34 orang, 19 responden (55,9%) diantaranya memilih FKTP

swasta, sementara 15 responden (44,1%) memilih FKTP pemerintah. Jumlah

responden dengan kategori pelayanan sangat baik sebanyak 42 orang, 27 responden

(64,3%) diantaranya memilih FKTP swasta, sementara 15 responden (35,7%)

memilih FKTP pemerintah.


58

4.4 Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Preferensi FKTP

Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah . Jika

nilai probabilitas (p-value) dari suatu variabel bebas lebih kecil dari tingkat

signifikansi, yakni 0,05, maka variabel bebas tersebut memiliki hubungan yang

signifikan secara statistik terhadap variabel tidak bebas. Pada analisis multivariat

digunakan uji regresi multinominal, dengan variabel preferensi FKTP sebagai

variabel tidak bebas, dan variabel jarak, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kepuasan

dan kualitas pelayanan kesehatan sebagai variabel bebas.

Tabel 4.8 Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Preferensi FKTP

95% Confidence Interval


for Exp(B)
Preferensia B Sig. Exp(B)
Lower
Upper Bound
Bound
FKTP Intercept -1.642 .046
Swasta Jarak .296 .046 1.345 .365 4.957
Pekerjaan -1.474 .017 .229 .027 1.906
Pendapatan 1.127 .002 3.087 .552 17.274
Kepuasan .321 .023 1.378 .234 8.118
Kualitas .617 .038 1.853 .457 7.517
Pelayanan

Hasil uji regresi multinominal diatas menunjukkan bahwa variabel jarak

(p=0,046), pekerjaan (0,017), pendapatan (p=0,002), kepuasan (p=0,023), kualitas

pelayanan (p=0,038) berpengaruh terhadap preferensi FKTP. Variabel yang paling

dominan berpengaruh terhadap preferensi FKTP swasta adalah pendapatan karena

memiliki korelasi regresi paling besar yaitu 3,087.


59

Berdasarkan hasil uji regresi multinominal, variabel pendapatan memperoleh

nilai Exp (β) sebesar 3,087 sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan yang

tinggi mempunyai kemungkinan 3,087 kali lebih besar preferensi FKTP swasta

dibandingkan pendapatan rendah. Variabel kualitas pelayanan yang baik memiliki

kemungkinan 1,853 kali lebih besar preferensi FKTP swasta dibandingkan kualitas

pelayanan rendah.

Masyarakat yang bekerja memiliki kemungkinan 0,229 kali lebih besar

memiliki preferensi FKTP swasta dibandingkan masyarakat yang tidak bekerja.

Masyarakat yang memiliki kepuasan yang baik memiliki kemungkinan 1,378 kali

lebih besar preferensi FKTP swasta dibandingkan kepuasan rendah. Variabel jarak

pelayanan FKTP yang jauh memiliki kemungkinan 1,345 kali lebih besar preferensi

FKTP swasta dibandingkan jarak yang dekat.


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Jarak FKTP terhadap Preferensi Pemanfaatan FKTP

Pemerataan pelayanan kesehatan merupakan salah satu tujuan dari

implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Bentuk nyata dari tujuan

tersebut adalah negara menjamin ketersediaan sarana pelayanan kesehatan di seluruh

wilayah Indonesia yang bertujuan untuk memberikan jaminan pemerataan kesehatan

bagi seluruh masyarakat khususnya peserta BPJS kesehatan.

Penyediaan sarana pelayanan kesehatan tidak hanya berorientasi pada adanya

fasilitas pelayanan kesehatan di suatu daerah, namun harus mempertimbangkan

kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut untuk melaksanakan pelayanan

kesehatan primer sesuai dengan tuntutan dalam program JKN, selain itu jarak antara

tempat tinggal masyarakat dengan fasilitas kesehatan merupakan faktor penting

dalam menjamin tercapainya pemerataan pelayanan kesehatan.

Pada penelitian ini diketahui bahwa faktor jarak FKTP yang jauh berpengaruh

secara signifikan terhadap preferensi masyarakat dengan nilai p=0,046. Hasil analisis

regresi multinominal memperlihatkan bahwa variabel jarak memiliki nilai Exp (β)

sebesar 1,345 sehingga dapat disimpulkan bahwa jarak yang jauh mempunyai

kemungkinan 1,345 kali lebih besar preferensi FKTP swasta dibandingkan jarak

dekat.

60
61

Hasil penelitian Miranti (2009) menunjukkan bahwa penggunaan layanan

kesehatan di Kota Semarang salah satunya dipengaruhi oleh jarak tempat tinggal ke

pelayanan kesehatan. Hasil penelitian WRI (2015) juga menunjukkan bahwa peserta

JKN tidak memanfaatkan layanan kesehatan di FKTP milik pemerintah, hal ini

disebabkan masyarakat lebih memilih pergi ke klinik swasta milik bidan. Mayoritas

perempuan miskin di wilayah perkotaan cenderung mendatangi bidan praktik mandiri

sebagai fasilitas kesehatan terdekat, hal ini tidak terlepas karena jarak ke fasilitas

kesehatan sangat jauh, untuk mencapai fasilitas kesehatan bisa membutuhkan waktu

setengah sampai satu jam.

Menurut Leveratt (2006) menyebutkan bahwa jarak yang jauh menuju fasilitas

kesehatan akan berdampak kepada biaya yang dikeluarkan akan semakin besar, hal

ini akan menjadi pertimbangan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Menurut

Andersen (1975) bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan juga dipengaruhi faktor

predisposisi seperti jarak ke fasilitas kesehatan. Pelayanan kesehatan yang baik

menurut Azwar A. (1996), harus memenuhi persyaratan pokok misalnya fasilitas

kesehatan yang mudah dijangkau, dari sudut lokasi mudah dicapai oleh masyarakat.

Menurut Yuliansyah (2016) bahwa jarak antar fasilitas kesehatan yang

dianjurkan untuk kecamatan kota minimal 500 meter dan kecamatan non kota

minimal 1 kilometer. Peraturan yang dibuat Bupati Jember diharapkan meningkatkan

preferensi pemanfaatan pelayanan kesehatan ke FKTP. Peraturan terkait lokasi

tersebut diharapkan dapat meminimalisir adanya perebutan kepesertaan antar FKTP.


62

Jarak antara pemukiman masyarakat dengan lokasi fasilitas kesehatan akan

berpengaruh negatif terhadap jumlah pelayanan kesehatan. Hal ini dapat terjadi

karena semakin jauh jarak tempat tinggal ke fasilitas kesehatan akan membuat biaya

yang dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan kesehatan akan semakin mahal. Ini

telah sesuai dengan teori permintaan yaitu jka barang yang diminta semakin mahal,

maka jumlah barang yang dibeli akan semakin sedikit.

FKTP pemerintah di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe sebenarnya

memiliki beberapa Puskesmas Pembantu (Pustu) sehingga masyarakat tidak terlalu

sulit untuk mengaksesnya namun FKTP bantuan milik pemerintah tersebut memiliki

jadwal kerja yang tidak pasti karena tenaga kesehatan yang sering tidak berada di

tempat, tidak dapat berkonsultasi dengan dokter karena dokter tidak bertugas di Pustu

atau FKTP yang cenderung terlalu lama dibuka dan terlalu cepat ditutup. Untuk

FKTP Puskesmas di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe hanya memiliki

jam kerja yang terbatas, dimana FKTP yang ada hanya buka pada jam 08.00 hingga

jam 15.00 sedangkan masyarakat cenderung akan melakukan pemanfaatan pelayanan

kesehatan setelah mereka pulang dari bekerja sehingga ketika masyarakat ingin

berobat ternyata FKTP pemerintah sudah tidak buka lagi. FKTP swasta meskipun

memiliki jarak yang jauh dari pemukiman masyarakat namun FKTP swasta memiliki

jam kerja 24 jam dengan sistem kerja pegawai menggunakan shift kerja. Masyarakat

yang ingin menggunakan pelayanan kesehatan dengan jarak yang jauh tentu lebih

memilih FKTP yang memiliki jam bekerja 24 jam sehingga mereka pasti akan
63

mendapatkan pelayanan kesehatan ketika mengunjungi FKTP, ditambah lagi dengan

selalu tersedianya dokter yang bertugas.

Masyarakat di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe merasakan bahwa

jika jarak FKTP pemerintah terlalu jauh, maka mereka cenderung memilih FKTP

swasta sedangkan jika jarak FKTP pemerintah dekat dengan perumahan masyarakat

maka mereka akan memilih FKTP pemerintah. Sebenarnya FKTP memiliki peran

sebagai ujung tombak dalam pemberian pelayaan kesehatan dalam era JKN saat ini.

Untuk meningkatkan derajat kesehatan maka peran FKTP menjadi sangat

penting kerena FKTP relatif lebih murah dan terjangkau untuk masyarakat. Jika

terdistribusikan dengan baik maka dengan jarak FKTP pemerintah yang dekat dengan

lokasi pemukiman/ rumah masyarakat akan meningkatkan kemungkinan masyarakat

memanfaatkan FKTP pemerintah dibandingkan FKTP swasta. Petugas FKTP milik

pemerintah juga sebaiknya lebih sering melakukan pelayanan ke daerah yang

pemukiman masyarakatnya jauh dari FKTP pemerintah untuk meningkatkan akses

masyarakat ke FKTP pemerintah sehingga jarak tidak menjadi penghalang bagi

masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Pemberlakuan pelayanan

kesehatan keliling yang dilakukan FKTP milik pemerintah dari satu desa ke desa

yang lain menjadi salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam

upaya meningkatkan preferensi pasien BPJS dalam menggunakan pelayanan

kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.


64

5.2 Pengaruh Pekerjaan terhadap Preferensi Pemanfaatan FKTP

Pekerjaan dapat menggambarkan kecenderungan seseorang dalam memilih

dan menentukan sesuatu. Hal tersebut berkaitan dengan status ekonomi dan status

sosial dari pekerjaan memberikan pertimbangan-pertimbangan tertentu bagi

masyarakat, terutama peserta BPJS kesehatan dalam menentukan sarana pelayanan

kesehatan yang akan dipilih.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerjaan berpengaruh terhadap

preferensi masyarakat dalam memilih FKTP untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

dengan nilai p=0,017. Hasil uji analisis regresi multinominal memperlihatkan bahwa

variabel pekerjaan memiliki nilai Exp (β) sebesar 0,229 sehingga dapat disimpulkan

bahwa masyarakat yang bekerja mempunyai kemungkinan 0,229 kali lebih besar

preferensi FKTP swasta dibandingkan masyarakat yang tidak bekerja.

Hasil penelitian Widiastuti (2015) menunjukkan bahwa masyarakat yang

bekerja akan cenderung menggunakan FKTP swasta baik itu klinik swasta dan dokter

umum, masyarakat yang tidak bekerja cenderung menggunakan FKTP milik

pemerintah seperti klinik pemerintah dan puskesmas. Hasil penelitian Wahyudin

(2010) juga memperlihatkan bahwa pekerjaan berhubungan dengan perilaku pasien

dalam memanfaatkan puskesmas. Hasil penelitian lainnya yang tidak jauh berbeda

diungkapkan Nasution S. (2016) bahwa pekerjaan berdampak terhadap pemanfaatan

Puskesmas Durian sebagai FKTP pemerintah.


65

Masyarakat Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe yang bekerja sebagai

pekerja swasta dan pegawai pemerintah cenderung menggunakan FKTP swasta

dibandingkan FTKP pemerintah sedangkan masyarakat Kecamatan Banda Sakti Kota

Lhokseumawe yang tidak bekerja akan menggunakan FTKP pemerintah. Masyarakat

pekerja pada sektor swasta dan pemerintah lebih memilih sarana pelayanan kesehatan

yang dianggap lebih nyaman yang diberikan oleh FKTP swasta.

Masyarakat Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe yang bekerja sebagai

pekerja swasta dan pegawai pemerintah juga memiliki banyak pilihan ketika

menderita kesakitan yang disebabkan mereka memiliki kesanggupan jika harus

berobat ke FTKP swasta sedangkan masyarakat Kecamatan Banda Sakti Kota

Lhokseumawe yang tidak bekerja merasa mereka tidak memiliki kesanggupan dari

segi ekonomi jika harus melakukan pengobatan ke FKTP swasta jika memerlukan

obat tambahan. Masyarakat Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe yang

bekerja sebagai pekerja swasta dan pegawai pemerintah juga lebih memiliki akses

informasi karena memiliki lebih banyak teman dalam bergaul dan berkomunikasi.

Informasi tersebut akan berperan terhadap keputusan yang diambil untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia.

Masyarakat yang bekerja juga memiliki waktu yang lebih sedikit untuk

menggunakan pelayanan kesehatan yang diberikan FKTP milik pemerintah.

Masyarakat yang bekerja harus melakukan pekerjaan dari pagi hingga sore hari

sedangkan ketika masyarakat tidak bekerja dikarenakan hari libur ternyata FKTP
66

pemerintah juga libur, sedangkan FKTP milik swasta terjadi perbedaan, masyarakat

yang bekerja dapat pergi ke FKTP swasta kapanpun mereka inginkan terutama ketika

selesai bekerja di sore atau malam hari dimana FKTP swasta masih memberikan

pelayanan kesehatan selama 24 jam, hal ini menjadi salah satu faktor penentu para

pekerja lebih memilih berobat ke FKTP milik swasta.

Masyarakat yang bekerja di pemerintahan dan swasta juga masih menganggap

pengobatan yang diberikan FKTP swasta jauh lebih baik pelayanannya dibandingkan

FKTP milik pemerintah. Adanya anggapan seperti ini tidak terlepas dari banyak

masyarakat yang bekerja di pemerintah dan swasta sudah pernah mengalami

kekecewaan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan FKTP milik pemerintah

ketika mereka melakukan kunjungan ke FKTP pemerintah untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan ternyata FKTP miliik pemerintah segera akan ditutup yang

disebabkan habis jam kerja dan tenaga kesehatan sudah hendak akan pulang. Untuk

FKTP swasta ketika pekerja pemerintahan dan swasta yang hendak melakukan

pelayanan kesehatan pada jam tertentu seperti pulang mereka bekerja atau malam hari

ternyata FKTP masih memberikan pelayanan yang optimal sehingga masyarakat yang

bekerja di pemerintahan dan swasta akan cenderung memiliki preferensi untuk

berobat ke FKTP swasta.

5.3 Pengaruh Pendapatan terhadap Preferensi FKTP

Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk menilai tingkat

kesejahteraan selain aspek pendidikan dan kesehatan. Pendapatan seseorang


67

berdampak terhadap status pekerjaan dan biaya hidup yang harus dikeluarkan sehari-

hari untuk memenuhi kebutuhan hidup. Keluarga yang memiliki pendapatan yang

tinggi dapat memenuhi kebutuhan keluarganya secara lebih baik dibandingkan

keluarga dengan pendapatan sedang atau pendapatan kecil.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan berpengaruh terhadap

preferensi masyarakat dalam memilih FKTP untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

dengan nilai p=0,002. Hasil uji analisis regresi multinominal memperlihatkan bahwa

variabel pendapatan memiliki nilai Exp (β) sebesar 3,087 sehingga dapat disimpulkan

bahwa pendapatan yang tinggi mempunyai kemungkinan 3,087 kali lebih besar

preferensi FKTP swasta dibandingkan pendapatan rendah.

Penelitian oleh Putra pada tahun 2010 di RSUD Kabupaten Semarang

menunjukkan bahwa pendapatan keluarga berpengaruh secara signifikan terhadap

frekuensi kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan. Hasil penelitian sejalan

diungkapkan oleh Pratiwi (2012) yang menunjukkan bahwa tingkat pendapatan

berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Kabupaten Karangasem

dan Kabupaten Bandung. Hasil penelitian yang tidak jauh berbeda diungkapkan

Sampeluna (2013) bahwa masyarakat dengan pendapatan yang tinggi cenderung

memanfaatkan pelayanan kesehatan RSUD Lakipadada dibandingkan masyarakat

dengan pendapatan rendah.

Besaran jumlah pendapatan berpengaruh terhadap konsep prioritas anggaran

yang disediakan untuk kesehatan, dimana pada kalangan masyarakat dengan status
68

kesejahteraan yang kurang baik sebagai akibat dari tingkat pendapatan yang rendah

cenderung lebih memprioritaskan kebutuhan logistik sehari-hari dibandingkan

dengan penyediaan dana untuk pemeliharaan kesehatan (health maintenance). Status

ekonomi yang dimiliki sebuah keluarga akan berdampak kepada pelayanan kesehatan

yang akan diambilnya, hal ini semakin diperkuat oleh pandangan Andersen (1975)

yang mengutarakan bahwa faktor predisposisi seperti pendapatan akan berdampak

kepada pemanfaaatan pelayanan kesehatan yang akan diambilnya. Menurut Dever

(1984), faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memanfaatkan suatu

pelayanan kesehatan antara lain meliputi umur, jenis kelamin, ras, etnis, status

perkawinan dan sosioekonomi (pendidikan, pekerjaan dan pendapatan).

Masyarakat Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe yang memiliki

pendapatan rendah akan cenderung menggunakan FKTP milik pemerintah sedangkan

masyarakat dengan pendapatan sedang dan tinggi cenderung akan menggunakan

FKTP milik swasta. Dalam konsep preferensi sarana pelayanan kesehatan,

pendapatan juga dapat dilihat sebagai suatu aspek yang menggambarkan suatu peran

yang terjadi. Hal tersebut berkaitan dimana masyarakat dengan tingkat pendapatan

rendah lebih cenderung tidak memiliki tuntutan yang terlalu tinggi terhadap kualitas

pelayanan yang diberikan oleh sarana pelayanan kesehatan sehingga bagi masyarakat

pada golongan ini urgensi pemilihan sarana pelayanan kesehatan tidak menjadi

prioritas sehingga tidak mengherankan jika golongan masyarakat dengan tingkat

pendapatan rendah akan cenderung menggunakan FKTP milik pemerintah. Hal yang
69

bertolak belakang terjadi pada masyarakat dengan pendapatan menengah hingga

tinggi, dimana masyarakat pada golongan tersebut lebih selektif dalam memilih

sarana pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan. Mereka akan selektif

dalam memilih pelayanan kesehatan yang ingin diperolehnya dengan pertimbangan

preferensi FKTP swasta atau FKTP pemerintah yang mereka nilai lebih baik dalam

hal pelayanan kesehatan dan pengobatan.

Bagi sebagian masyarakat pada kelompok ini menganggap bahwa kesehatan

merupakan prioritas utama dalam kehidupan sehingga memerlukan pemeliharaan

yang maksimal dengan cara memilih sarana pelayanan kesehatan yang dianggap lebih

berkualitas dan nyaman sedangkan sebahagian lainnya masih menganggap kesehatan

sebagai kebutuhan tambahan karena mereka akan lebih memprioritaskan untuk

konsumsi makan dibandingkan untuk ke pelayanan kesehatan meskipun mereka

menderita sakit.

Masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi juga beranggapan bahwa

kesehatan yang mereka miliki merukan investasi yang mereka miliki untuk

mendapatkan uang kembali sehingga semakin cepat mereka sembuh dari penyakit

maka akan semakin besar peluang mereka untuk bekerja kembali dan mendapatkan

uang kembali. Masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi berfikir mereka akan

lebih cepat sembuh jika melakukan pengobatan ke FKTP swasta karena FKTP swasta

memiliki tenaga kesehatan, obat dan fasilitas yang jauh lebih berkualitas
70

dibandingkan FKTP milik pemerintah sehingga sudah selayaknya jika ingin lebih

cepat sembuh dari penyakit mereka harus ke FKTP swasta.

Masih adanya pemikiran di masyarakat bahwa pengobatan ke FKTP akan

berkaitan dengan status sosial yang mereka miliki sehingga jika seseorang yang

memiliki pendapatan tinggi sudah seharusnya melakukan pengobatan ke FKTP

swasta karena mereka akan dinilai mampu secara ekonomi jika melakukan

pengobatan ke FKTP swasta. Untuk masyarakat dengan pendapatan rendah maka

FKTP pemerintah menjadi satu-satunya tempat paling nyaman dan aman bagi mereka

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, hal ini berkaitan dengan FKTP swasta yang

selalu dianggap sebagai tempat untuk status sosial pendapatan tinggi atau FKTP

swasta merupakan tempat pelayanan kesehatan dengan biaya yang mahal.

5.4 Pengaruh Kepuasan terhadap Preferensi FKTP

Kepuasan pasien merupakan kesesuaian harapan pasien peserta BPJS yang

datang berobat ke puskesmas dengan pelayanan medis yang diterima. Kepuasan yang

timbul merupakan konsekwensi dari mutu dan kualitas pelayanan yang diberikan oleh

dokter kepada si pasien.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan pasien berpengaruh

terhadap preferensi masyarakat dalam memilih FKTP untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan dengan nilai p=0,023. Hasil analisis regresi multinominal menunjukkan

bahwa variabel kepuasan memiliki nilai Exp (β) sebesar 1,378 sehingga dapat

disimpulkan bahwa pasien yang memiliki kepuasan yang tinggi terhadap FKTP milik
71

swasta, kemungkinan akan memilih FKTP swasta 1,378 kali lebih besar

dibandingkan dengan mereka yang tidak puas atas pelayanan kesehatan yang didapat.

Kepuasan pasien menjadi salah satu faktor penting terhadap keberhasilan

fasilitas kesehatan dalam meningkatkan jumlah kunjungan. Pasien yang memiliki

kepuasan yang tinggi terhadap pelayanan kesehatan cenderung akan mematuhi

pengobatan dan kembali lagi ke tempat pelayanan kesehatan tersebut. Hasil penelitian

Silalahi (2007) memperlihatkan bahwa kepuasan pasien pada pelayanan kesehatan

berpengaruh terhadap loyalitas pasien di RS Malahayati Medan. Hasil penelitian

Widiastuti (2015) menunjukkan bahwa kepuasan pasien berpengaruh terhadap jenis

fasilitas kesehatan yang akan digunakan.

Kepuasan pasien tentang pelayanan kesehatan oleh dokter di Puskesmas

merupakan interpretasi tentang tingkat kinerja tenaga kesehatan dan fasilitas

kesehatan di tempat pemberi pelayanan kesehatan. Salah satu sasaran yang ingin

dicapai dalam pengembangan JKN adalah kepuasan pasien, dimana dalam peta jalan

(road map) JKN disebutkan bahwa pasien yang menyatakan puas akan pelayanan

fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS pada tahun 2019 adalah sebesar

85% (DJSN, 2012).

Menurut Lestari (2008) bahwa ketika suatu fasilitas kesehatan memberikan

pelayanan yang tidak menunjukkan kualitas yang baik, maka akan berdampak pada

kepuasan pasien dan kunjungan kembali pasien ke pelayanan kesehatan. Menurut

Pohan (2006) bahwa komponen kepuasan pasien menjadi salah satu komponen yang
72

penting dari mutu layanan kesehatan. Pasien yang mendapatkan kepuasan terhadap

pelayanan kesehatan yang diberikan akan membuat pasien mengikuti nasihat dan taat

pada pengobatan yang dilakukan, ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan

cenderung akan menyebabkan ketidakpatuhan akan pengobatan dan berpindah ke

fasilitas kesehatan lainnya.

FKTP milik pemerintah harus meningkatkan fasilitas kesehatan yang mereka

miliki dengan memperbaiki berbagai sarana dan prasarana menjadi semakin modern

dan canggih agar masyarakat yang memiliki pendapatan yang tinggi akan tetap

memiliki preferensi ke FKTP milik pemerintah. Masyarakat Kecamatan Banda Sakti

Kota Lhokseumawe yang merasa memiliki kepuasan yang baik terhadap pelayanan

yang diberikan FKTP swasta dan FKTP pemerintah akan tetap menggunakan fasilitas

kesehatan tersebut.

FKTP milik pemerintah sering mengecewakan pasien BPJS mandiri ketika

melakukan pemanfaatan pelayanan kesehatan di FKTP milik pemerintah. Tenaga

kesehatan di FKTP milik pemerintah tidak jarang untuk mengurangi pelayanan

kesehatan yang akan mereka berikan jika sudah mau memasuki habis jam kerja

sehingga pasien akan disuruh untuk datang berobat besok pagi ketika akan buka

pelayanan kembali. Kekecewaan yang sering dirasakan oleh pasien BPJS akan

membuat mereka memiliki kepuasan yang rendah terhadap pelayanan yang diberikan

FKTP milik pemerintah sehingga mereka akan lebih memilih preferensi ke FKTP

swasta jika mengalami permasalahan kesehatan.


73

Kepuasan menjadi dasar yang baik bagi masyarakat Kecamatan Banda Sakti

Kota Lhokseumawe untuk melakukan pembelian/ pemakaian ulang fasilitas

kesehatan yang telah digunakan, keputusan untuk kembali menggunakan fasilitas

kesehatan tersebut akan menimbulkan loyalitas (kesetiaan) pasien terhadap fasilitas

kesehatan tersebut dan mereka akan membentuk sebuah rekomendasi dalam bentuk

cerita dari mulut ke mulut yang akan menguntungkan suatu fasilitas kesehatan. Jika

masyarakat tidak merasakan kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan FKTP baik

FKTP swasta maupun FKTP milik pemerintah, maka akan membuat pasien beralih ke

pelayanan kesehatan lainnya meskipun mereka harus membayar lebih banyak dengan

syarat masyarakat akan mendapatkan kepuasan dalam pelayanannya atau cocok/

serasi dalam hal pengobatan yang diperoleh.

5.5 Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Preferensi FKTP

Kualitas pelayanan yang diberikan fasilitas kesehatan merupakan upaya

pemenuhan kebutuhan dan keinginan masyarakat sesuai dengan standard yang telah

ditetapkan selanjutnya akan diukur dari bukti fisik, kehandalan, ketanggapan, jaminan

dan perhatian. Fasilitas kesehatan harus memelihara dan meningkatkan pelayanan

kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau. Fasilitas kesehatan harus selalu

berupaya untuk menjaga agar cakupan dan kualitas layanan tidak menurun bahkan

ditingkatkan agar semakin besar cakupannya dan semakin bagus kualitas layanan.

Hasil penelitian ini menunjukkan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap

preferensi masyarakat dalam memilih FKTP untuk mendapatkan pelayanan kesehatan


74

dengan nilai p=0,038. Hasil analisis regresi multinominal menunjukkan bahwa

variabel kualitas pelayanan memiliki nilai Exp (β) sebesar 1,853 sehingga dapat

disimpulkan bahwa pasien yang mendapatkan kualitas pelayanan yang baik dari

FKTP milik swasta akan memiliki kemungkinan 1,853 lebih besar preferensi FKTP

swasta dibandingkan kualitas pelayanan yang tidak baik.

Hasil penelitian Suciati (2013) menunjukkan bahwa perbedaan kualitas

layanan kesehatan puskesmas di Kediri terhadap pasien akan berdampak kepada

pemilihan pelayanan kesehatan yang akan digunakan. Hasil penelitian Affandi (2011)

menunjukkan bahwa semakin tinggi mutu pelayanan maka semakin tinggi kesetiaan

pasien terhadap fasilitas kesehatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Haqi (2011) yang menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang

baik akan berpengaruh terhadap loyalitas pasien pada pelayanan instalasi rawat inap

RSU Surabaya.

Menurut Bustami (2011) bahwa dimensi kualitas pelayanan merupakan

sebuah penilaian yang paling dinamis. Harapan pelanggan terhadap kualitas

pelayanan yang diberikan fasilitas kesehatan cenderung meningkat dari waktu ke

waktu sejalan dengan kemajuan teknologi dan informasi kesehatan yang dimiliki oleh

pelanggan.

Kualitas layanan yang baik akan berdampak pada terbentuknya perilaku

konsumen yang positif, seperti pembelian ulang, menurunnya sensitifitas terhadap

harga dan peningkatan nilai layanan di mata konsumen. Masyarakat di Kecamatan


75

Banda Sakti Kota Lhokseumawe yang merasakan FKTP yang memberikan kualitas

pelayanan yang baik akan menjadi tempat pilihan mereka dalam melakukan

pelayanan kesehatan. Masyarakat di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe

lebih merasakan kualitas pelayanan yang baik diberikan FKTP swasta sehingga

mereka cenderung lebih memilih FKTP swasta dibandingkan FKTP pemerintah

sedangkan jika kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan tidak baik maka

masyarakat Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe akan lebih memilih

menggunakan FKTP pemerintah untuk pelayanan kesehatan. FKTP milik pemerintah

harus meningkatkan kualitas pelayanan melalui peningkatkan kehandalan tenaga

kesehatan, bukti fisik berupa fasilitas kesehatan yang baik, ketanggapan tenaga

kesehatan yang baik, jaminan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang baik dan

perhatian yang optimal diberikan oleh tenaga kesehatan.

FKTP pemerintah cenderung kurang ramah dalam memberikan pelayanan

kepada pasien, hal ini dapat terjadi terutama ketika masa awal memasuki jam kerja,

ketika pelayanan kesehatan akan memasuki jam istirahat makan siang dan ketika

pelayanan akan segera memasuki masa akhir jam kerja. Tenaga kesehatan di FKTP

pemerintah juga cenderung tidak melakukan komunikasi yang baik kepada pasien

sehingga pasien merasa takut dan malas untuk melakukan pengobatan kembali di

FKTP pemerintah. Komunikasi tenaga kesehatan yang dibina dengan baik akan

membuat tenaga kesehatan FKTP pemerintah akan semakin dipercaya oleh pasien
76

dan pasien akan merasa adanya jaminan kesehatan yang diberikan oleh tenaga

kesehatan FKTP pemerintah kepada mereka.

Harapan dari setiap pasien untuk mendapatkan pelayanan yang baik dari

petugas kesehatan dan menjadi tanggung jawab penyedia jasa dalam hal ini petugas

yang langsung berdampak terhadap pasien yaitu petugas kesehatan. Bagaimana

petugas kesehatan merespon setiap keluhan dan keinginan pasien dengan cepat dan

sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Hal ini tentunya akan

meningkatkan rasa senang pasien pada pelayanan kesehatan yang diberikan yang

pada akhirnya mempengaruhi tingkat loyalitas di fasilitas kesehatan sehingga akan

berdampak kepada preferensi mereka dalam menggunakan fasilitas kesehatan baik itu

FKTP swasta maupun FKTP pemerintah.


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Masyarakat Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe sebahagian besar

memiliki pemukiman dengan jarak sedang ke FKTP, memiliki pendidikan

menengah, bekerja sebagai pekerja swasta, memiliki pendapatan menengah, cukup

puas dengan FKTP, kualitas pelayanan FKTP yang sangat baik.

2. Masyarakat Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe lebih memilih FKTP

swasta dibandingkan FKTP pemerintah.

3. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan preferensi FKTP di Kecamatan

Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

4. Terdapat hubungan antara jarak, pekerjaan, pendapatan, kepuasan dan kualitas

pelayanan kesehatan dengan preferensi FKTP di Kecamatan Banda Sakti Kota

Lhokseumawe.

5. Ada pengaruh jarak, pekerjaan, pendapatan, kepuasan dan kualitas pelayanan

terhadap preferensi FKTP di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

6. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap preferensi FKTP swasta

adalah variabel pendapatan karena memiliki korelasi regresi paling besar yaitu

3,087.

77
78

6.2 Saran

1. FKTP milik pemerintah di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe untuk

lebih mengoptimalkan Puskesmas Pembantu (Pustu) yang terdapat di beberapa

desa secara berkala sehingga masyarakat dapat mengakses dan merasakan manfaat

pelayanan kesehatan oleh FKTP milik pemerintah.

2. FKTP milik pemerintah untuk menerapkan secara menyeluruh dan maksimal atas

Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, demi

tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang baik berdasarkan kualitas dan mutu

SDM serta terpenuhinya fasilitas sarana dan prasarana yang memadai dan modern,

sehingga meningkatkan tingkat kepuasan dan kualitas pelayanan kesehatan yang

dirasakan oleh masyarakat luas yang berpotensi meningkatkan preferensi

masyarakat ke FKTP pemerintah.


DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H., et al., 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III. Hal. 894. Jakarta:
Balai Pustaka

Affandi, Lutfi. 2011. Pengaruh Komitmen Relasi, Kualitas Layanan, dan


Kepercayaan Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Pada Pt. Teduh
Makmur Semarang). Skripsi, Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro.

Andersen, Ronald, et al., 1975. Equity In Health: Empirical Analysis in Social Policy.
London: Cambridge Mall Bailinger Publishing

Asrul, Ahmad. 2012. Faktor Penentu Permintaan Layanan Kesehatan Pada Rumah
Sakit Umum Pemerintah Kota Makassar. Tesis: Fakultas Ekonomi.

Ayubi, D., 2004. Penilaian Kualitas Pelayanan Puskesmas dengan Model


Donabedian: Studi Kasus Puskesmas di Kota Depok. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Volume 4. No. 1. Diakses 8 April 2016;
www.jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/197/197

Azwar, A., 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan

Badan Pusat Statistik. 2013. Produk Domestik Bruto Per Kapita, Produk Nasional
Bruto Per Kapita dan Pendapatan Nasional Per Kapita, 2000-2013.
Diakses 22 April 2016; www.bps.go.id

Buku Pedoman Penulisan Proposal Penelitian dan Tesis Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Tahun 2014

Dever, G.E. Alan., 1984, Epidemiology in Health Service Management, Aspen


Publisher Inc. Rockvile, Maryland Royal Tune Bridge Wells

Engel, James F., dan Blackwell, Roger D., dan Miniarad, Paul, W. 1994, Perilaku
Konsumen. Jilid II. Edisi keenam. Jakarta Barat: Binarupa Aksara

Karma, I. Dewa Gede. 2003. Studi Determinan Permintaan Pelayanan Kesehatan di


Indonesia: Analisis data Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS
1998). Skripsi: Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta

79
80

Intiasari A.D., Trisnantoro, L., Hendrartini, J., 2015. Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia: Potret Masyarakat Sektor Informal Di Indonesia: Mengenal
Determinan Probabilitas Keikutsertaan Jaminan Kesehatan Sebagai
Upaya Perluasan Kepesertaan Pada Skema Non PBI Mandiri. Volume 04
No. 04 Halaman 126 – 132. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Janis, Novijan. 2014. BPJS Kesehatan, Supply dan Demand Terhadap Layanan
Kesehatan. Jakarta

Juliwanto, E., 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Memilih


Penolong Persalinan Pada Ibu Hamil Di Kecamatan Babul Rahmah
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008. Skripsi: Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Sumatera Utara

Kalangie, Nico, S., 1994. Kebudayaan Dan Kesehatan Pengembangan Pelayanan


Kesehatan Primer Melalui Pendekatan Sosiobudaya. Jakarta: PT.
KasaintBlanc Indah Corp.

Kementerian Kesehatan R epublik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan
Pada Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta

___________. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28


Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional. Jakarta

Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi Millenium. Jakarta: Jakarta
Prenhallindo

___________. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. (Benjamin Molan,


Penerjemah). Jakarta: PT. Indeks

Krowinski, W.J., dan Steiber, S.R., 1996. Measuring & managing patient satisfaction
(2nd ed). American Hospital Publishing. USA

Langenbrunner, J., dan Cashin, C., 2013. Pembiayaan Kesehatan dan Cakupan
Kesehatan Semesta. Program Australia Indonesia Partnership for Health
Systems Strengthening (AIPHSS). Lokakarya National Health Accounts
2013 dan Statistik OECD 2012

Laurina C, Maabuat L, Maramis FRR, Sondakh RC. Hubungan Antara Pengetahuan


dan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kepuasan Pasien Jaminan
81

Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Wawonasa Kecamatan Singkil


Manado Tahun 2013. Sam Ratulangi Manado; 2013;1–6.

Lee, H., Lee, Y., Yoo, D., 2000. The determinants of perceived service quality and its
relationship with satisfaction. Journal of Services Marketing. Vol. 14 Iss:
3, pp.217 – 23

Lestari W.P, dkk. 2008. Analisa Faktor Penentu Tinkat Kepuasan Pasien di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Bantul, [Jurnal], JKKI-Jurnal Kesehatan dan
Kedokteran Indonesia.

Leveratt M (2006) Rural and Remote Australia - Equity of access to health care
services. The Australian Health Consumer 2006, 2..

Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: PT Salemba Empat.

Mariyono, Joko. et al., 2005. Ketimpangan Jender dalam akses Pelayanan Kesehatan
Rumah Tangga Petani Pedesaan: Kasus Dua Desa di Kabupaten Tegal,
Jawa Tengah. Penelitian Sosio-Ekonomi

Merkouris, M., Ifantopoulos, L.M., Lemonidou, M., 1999. Patient satisfaction: a key
concept for evaluating and improving nursing services. Journal of
Nursing Management. Volume 7. Issue 1. pages 19-28

Mills, Anne and Lucy Gilson. 1990. Ekonomi Kesehatan untuk Negara-Negara
Berkembang (Terjemahan). Jakarta: Dian Rakyat

Miranti, S.R., 2009. Analisis Intensitas Layanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Semarang. Skripsi: Fakultas Ekonomi. Universitas
Diponegoro. Semarang

Mowen, John, C., dan Minor, M., 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1. Edisi Kelima
(terjemahan). Jakarta: Erlangga

Murti, Bhisma. 2010. Strategi untuk Mencapai Cakupan Universal Pelayanan


Kesehatan di Indonesia. Institute of Health Economic and Policy Studies
(IHEPS). Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran.
Universitas Sebelas Maret. Temu Ilmiah Reuni Akbar FK-UNS.
Surakarta

Nasution, Shofiah K. 2016. Pengaruh Karakteristik Dan Persepsi Peserta Penerima


Bantuan Iuran (PBI) Tentang Mutu Pelayanan Terhadap Pemanfaatan
82

Pelayanan Di Puskesmas Kedai Durian Kota Medan Tahun 2015. Skripsi.


USU. Medan.

Pablo Gottret and George Schieber. 2006. Health Financing Revisited: A Practioner’s
Guide. The International Bank for Reconstruction and Development/ The
World Bank. Washington DC

Pelangi, Anindhita, Susanti. 2015. Efektivitas Jaminan Kesehatan Nasional untuk


Menurunkan Angka Kematian Ibu, Pengalaman Bidan dan Perempuan di
Jakarta Timur dan Kota Bandung. Women Research Institute. Jakarta.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013. Tentang Jaminan


Kesehatan. Kementerian Kesehatan. Jakarta

___________ Nomor 19 Tahun 2016. Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan


Presiden Nomor 12 Tahun 2014 tentang Jaminan Kesehatan. Jakarta

___________ Nomor 75 Tahun 2014. Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.


Kementerian Kesehatan. Jakarta

Poerbandari, E., 2003. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Penggunaan


jaminan pemeliharaan Kesehatan oleh PT. Persero Jamsostek di Kota
Semarang (Studi Kasus pada Perusahaan Bitratex, Perusahaan Sandratex
dan Perusahaan Sinar Pantja Djaya). Tesis: Fakultas Ekonomi.
Universitas Diponegoro. Semarang

Pohan, Imbalo S., 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: EGC

Pradhanawati, A., 2011. Jurnal: Potensi Dan Preferensi Terhadap Perilaku Memilih
Pegadaian Syariah. Departemen Manajemen dan Bisnis Fakultas
Ekonomi Universitas Padjadjaran, Bandung

Pratiwi, Anny E. 2012. Minat Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta


Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara Studi Di Kabupaten
Karangasem Dan Kabupaten Badung. UGM Yogyakarta. Tesis

Putra, A.W., 2010. Analisis Permintaan Penggunaan Layanan Kesehatan Pada Rumah
Sakit Umum Milik Pemerintah Di Kabupaten Semarang. Tesis: Fakultas
Ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang

Ramadhan. 2012. Hubungan Persepsi Dimensi Kualitas Pelayanan Dengan Kepuasan


Pasien Askes Sosial Pada Pelayanan Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2012. Skripsi: Fakultas Ilmu Kesehatan
83

Masyarakat Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.


Universitas Siliwangi. Bandung
Diakses 8 April 2016; https://id.scribd.com.2012

Rianto, A., 2011. Aplikasi MetodoLogi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika

Sampeluna, Noviana. 2013. faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Pelayanan


Kesehatan di RSUD Lakipadada Kabupaten Tana Toraja. Unhas
Makasar. Tesis.

Sangadji, E.M., dan Sopiah. 2010. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Penerbit Andi

Santerre and Neun. 2000, Health Economics: Theories, Insights and Industry Studies,
United States of America

Simamora, B., 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama

Siregar, Putra Apriadi. 2015. Determinan Perilaku Merokok Anak Sekolah Dasar Di
Desa Simatahari Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Tahun 2015. Tesis. USU Medan.

Suciati W. 2013. Perbedaan Kualitas Layanan Puskesmas Kelurahan Sukorame


Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Berdasar Sistem Pembayaran Ditinjau
dari Persepsi Konsumen. J Ilm Mhs Univ Surabaya. 2013;2(2):1–15

Sugiarti. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Penggunaan


Jaminan Pemeliharaan Kesehatan pada Karyawan Pabrik Rokok Kudus.
Tesis: Fakultas Ekonomi. Unisula. Semarang

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sumarni, Murti. 2002. Manajemen Pemasaran Bank. Edisi V. Hal. 233. Yogyakarta:
Liberty

Sumarwan, U., 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran.
Jakarta: Ghalia Indonesia

Sunarto, 2006. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Penerbit Amus


84

Sureshchandar, G.S.C., Rajendrn and R.N. Anantharaman. 2002. Determinants Of


Customer Perceived Service Quality: A Confirmatory factor analysis
approach. Jurnal of service marketing 16, no. 1 : 9-34

Thabrany, Hasbullah. 2014. Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta: PT Rajagrafindo


Persada

Tim Penyusun. 2012. Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019.
Dewan Jaminan Sosial Nasional. Jakarta

Tjiptono, F., 2011. Service, Quality And Satisfaction. Edisi 3. Yogyakarta: Penerbit
Andi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan


Konsumen. Jakarta

___________ Nomor 36 Tahun 2009. Tentang Kesehatan. Kementerian Kesehatan.


Jakarta.

Wahyudin. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan


Pelayanan Kesehatan Unit Rawat Jalan Puskesmas Antara Kota
Makassar. Skripsi: FKM Universitas Hasanuddin

Widiastuti, N.M. 2015. Perbedaan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional


Pada Empat Jenis Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Public Health and
Preventive Medicine Archive Vol 3 No 2 Hal 150-157. Universitas
Udayana .

Yola, M., 2013. Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Pelayanan dan
Harga Produk Pada Supermarket dengan Menggunakan Metode
Importance Performance Analysis. Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol.
12 No.12. April 2013:301-309. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim. Riau

________, 2015. Statistik Daerah Kota Lhokseumawe. Katalog BPS 1101002.1174


Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Lhokseumawe

________, 2016. Data Peserta Bukan PBI BPJS Kesehatan. Kantor BPJS Cabang
Lhokseumawe

________, Pengertian Geografi, Konsep, Pendekatan, Aspek, Objek dan Prinsip.


Diakses 20 April 2016; http://www.artikelsiana.com/2015/08/pengertian-
geografi-para-ahli.html
85

Yuliansyah, Mohammad. 2016. Analisis Stakeholder dalam Kebijakan Pemenuhan


Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama pada Program Jaminan Kesehatan
Nasional di Kabupaten Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 4 (No.
1) hal 152-159 Januari 2016. FKM Univ Jember.
DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER PENELITIAN
PREFERENSI PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT
PERTAMA (FKTP) OLEH PESERTA BPJS MANDIRI DI KECAMATAN
BANDA SAKTI KOTA LHOKSEUMAWE
TAHUN 2016

Assalamualaikum wr. wb.


Responden yang terhormat,

Dalam rangka penyusunan Tesis yang menjadi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Pascasarjana (S2) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara (FKM USU). Maka saya meminta bantuan bapak/ ibu/
saudara/ i untuk berkenan menjawab pertanyaan pada kuesioner di bawah ini:

Petunjuk pengisian:
• Titik-titik dijawab dengan cara mengisi.
• Pilihlah jawaban sesuai dengan pendapat Anda dengan melingkari pada opsi
jawaban yang disediakan.
• Opsi jawaban dalam kotak dijawab dengan cara mencontreng ( ).
• FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) terdiri dari: Puskesmas,
Klinik dan Praktik Dokter.

A. IDENTITAS RESPONDEN
1) Nama : ........................................................................................
2) Alamat : ........................................................................................
Kecamatan : ........................................................................................
3) Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2.Perempuan
4) Status : 1.Kawin 2.Belum kawin 3.Janda/ Duda
5) Umur : ............ Tahun
6) Jumlah Anggota Keluarga Inti: ............................Orang

86
87

7) Pendidikan terakhir:
SD/ MI/ Sederajat, kelas ............................................................................
SLTP/ MTs/ Sederajat, kelas ...................................................................
SLTA/ SMA/ Sederajat,kelas ...................................................................
Perguruan Tinggi, program studi ............................................................
Lainnya, sebutkan .................................................................................

8) Pekerjaan:
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pekerja Swasta
Tidak Bekerja
Lainnya,sebutkan.........................................................................................

9) Pendapatan Keluarga dalam 1 bulan


• Pendapatan dari gaji/ upah Rp.....................................................
• Pendapatan Istri/ Suami * Rp.....................................................
• Pendapatan Anak Rp.....................................................
• Pendapatan sampingan (jika ada) Rp.....................................................+
Jumlah Rp.....................................................

*coret yang tidak perlu

10) Berapa jauh jarak tempat tinggal Anda dengan Puskesmas terdekat?
a. < 500 meter b. 500 meter – 1 kilometer c. > 1 kilometer

11) Berapa jauh jarak tempat tinggal Anda dengan FKTP (Klinik, Praktik Dokter)
terdekat selain Puskesmas?
a. < 500 meter b. 500 meter – 1 kilometer c. > 1 kilometer
88

B. Kepuasan
Terdiri atas 5 pertanyaan dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
a. Jika menjawab Sangat Puas diberi skor 3
b. Jika menjawab Cukup Puas diberi skor 2
c. Jika menjawab Tidak Puas diberi skor 1

Sangat Cukup Tidak


Kepuasan Pasien
Puas Puas Puas
No 3 2 1
Bagaimana penilaian Anda terhadap kesigapan dan kesiapan tenaga
1
medis pada FKTP tersebut dalam menangani pasien?
Bagaimana penilaian Anda terhadap kenyamanan dan rasa aman saat
2
dilakukan pemeriksaan oleh tenaga medis di FKTP tersebut?
3 Tenaga medis melayani pasien sesuai dengan keluhan yang disampaikan
Ruang pemeriksaan, ruang tunggu dan lingkungan sekitar FKTP selalu
4
dalam keadaan bersih
Alat-alat medis tampak lengkap dan dalam keadaan terawat serta
5
berfungsi dengan baik
89

C. Kualitas Pelayanan Kesehatan


Terdiri atas 25 pertanyaan dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
a. Jika menjawab Sangat Baik diberi skor 3
b. Jika menjawab Cukup Baik diberi skor 2
c. Jika menjawab Tidak Baik diberi skor 1
Sangat Cukup Tidak
Kualitas Pelayanan Kesehatan
Baik Baik Baik
No I. Bukti Fisik 3 2 1
1 Kenyamanan kondisi ruang periksa
2 Memiliki alat-alat medis yang lengkap
3 Pemeriksaan penunjang laboratorium sederhana
4 Memiliki SDM tenaga kesehatan (dokter, perawat, dll) yang lengkap
5 Kebersihan ruang tunggu, ruang periksa dan ruangan lain
II. Kehandalan
1 Tenaga kesehatan (dokter, perawat, dll) ada pada saat jam kerja
2 Prosedur pendaftaran pasien dilayani secara cepat
3 Tenaga kesehatan (dokter, perawat, dll) bertindak cepat menangani pasien
4 Pelayanan kesehatan sesuai dengan yang dikeluhkan
5 FKTP tersebut buka sesuai dengan jadwal yang ditentukan
III. Ketanggapan
1 Dokter selalu menanyakan keluhan pasien
2 Dokter memberikan kesempatan bertanya kepada pasien
3 Dokter memberi penjelasan tentang penyakit pasien
4 Perawat/ bidan cepat dalam memberi respons terhadap permintaan pasien
5 Pasien mendapatkan kemudahan dalam pelayanan kesehatan
IV. Jaminan
1 Memberi jaminan akan kesembuhan
2 Dokter dapat dipercaya mengobati pasien
3 Menjaga kerahasiaan pasien
4 Memberikan rasa aman saat dilakukan pemeriksaan
5 FKTP tersebut memberikan rasa nyaman kepada pasien dalam berobat
90

V. Empati/ Perhatian
1 Dokter dapat menenangkan pasien terhadap penyakit yang diderita
2 Perawat/ bidan meluangkan waktu khusus berkomunikasi dengan pasien
3 Perawat/ bidan memberikan informasi yang diperlukan pasien
Memberikan kemudahan untuk dihubungi setiap saat jika pasien
4
membutuhkan
Menghibur dan memberikan dorongan kepada pasien supaya cepat sembuh
5 dan mendoakan mereka

D. PREFERENSI PEMANFAATAN FKTP


1) Kemanakah anda berobat saat menderita sakit atau keluhan medis lainnya?
a. FKTP Pemerintah (Puskesmas)
b. FKTP Swasta (Klinik atau Praktik Dokter)

Saran Anda Untuk Fasilitas Kesehatan Tersebut


1. ……………………………………………………..…………………………
………...……………………
2. ……………………………………………………..…………………………
………...……………………
3. ……………………………………………………..…………………………
………...……………………
4. ……………………………………………………..…………………………
………...……………………
5. ……………………………………………………..…………………………
………...……………………
91

LAMPIRAN

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS PERTANYAAN PADA KUESIONER


KEPUASAN

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.906 5

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
P1 10.1333 2.878 .686 .902
P2 9.9000 2.714 .790 .880
P3 9.8667 2.602 .896 .856
P4 10.2333 3.151 .567 .923
P5 9.8667 2.602 .896 .856

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS PERTANYAAN PADA KUESIONER


PELAYANAN

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.989 25

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
P1 53.7000 184.148 .815 .989
P2 53.6333 181.137 .957 .988
P3 53.6000 181.145 .939 .988
P4 53.7667 185.357 .793 .989
P5 53.6000 181.766 .902 .988
P6 53.7000 183.941 .828 .989
92

P7 53.5667 181.357 .912 .988


P8 53.5333 181.292 .904 .988
P9 53.6333 184.033 .783 .989
P10 53.6333 181.757 .919 .988
P11 53.6667 183.678 .822 .989
P12 53.5667 181.082 .928 .988
P13 53.6000 181.145 .939 .988
P14 53.7667 185.289 .798 .989
P15 53.6333 181.757 .919 .988
P16 53.7667 183.840 .809 .989
P17 53.6667 181.264 .892 .988
P18 53.6333 180.792 .901 .988
P19 53.8667 185.361 .816 .989
P20 53.6667 181.333 .888 .988
P21 53.7333 183.720 .869 .989
P22 53.6333 181.137 .957 .988
P23 53.6000 181.145 .939 .988
P24 53.8000 185.338 .831 .989
P25 53.6333 181.757 .919 .988
93

ANALISIS UNIVARIAT

Jarak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dekat 31 32.3 32.3 32.3
Sedang 39 40.6 40.6 72.9
Jauh 26 27.1 27.1 100.0
Total 96 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PendidikanDasar 14 14.6 14.6 14.6
PendidikanMenengah 49 51.0 51.0 65.6
PendidikanTinggi 33 34.4 34.4 100.0
Total 96 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TidakBekerja 12 12.5 12.5 12.5
PekerjaSwasta 53 55.2 55.2 67.7
PegawaiPemerintah 31 32.3 32.3 100.0
Total 96 100.0 100.0

Pendapatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PendapatanRendah 18 18.8 18.8 18.8
PendapatanMenengah 53 55.2 55.2 74.0
PendapatanTinggi 25 26.0 26.0 100.0
Total 96 100.0 100.0
94

Kepuasan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TidakPuas 16 16.7 16.7 16.7
CukupPuas 41 42.7 42.7 59.4
SangatPuas 39 40.6 40.6 100.0
Total 96 100.0 100.0

KualitasPelayanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TidakBaik 20 20.8 20.8 20.8
CukupBaik 34 35.4 35.4 56.3
SangatBaik 42 43.8 43.8 100.0
Total 96 100.0 100.0

Preferensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid FKTP Swasta 51 53.1 53.1 53.1
FKTP Pemerintah 45 46.9 46.9 100.0
Total 96 100.0 100.0
95

ANALISIS BIVARIAT

Hubungan antara Jarak dan Preferensi Pemanfaatan FKTP

Jarak * PreferensiCrosstabulation

Preferensi
FKTP
FKTP Swasta Pemerintah Total
Jarak Dekat Count 10 21 31
% within Jarak 32.3% 67.7% 100.0%
Sedang Count 23 16 39
% within Jarak 59.0% 41.0% 100.0%
Jauh Count 18 8 26
% within Jarak 69.2% 30.8% 100.0%
Total Count 51 45 96
% within Jarak 53.1% 46.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)


a
Pearson Chi-Square 8.665 2 .013
Likelihood Ratio 8.825 2 .012
Linear-by-Linear Association 7.953 1 .005
N of Valid Cases 96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 12.19.

Hubungan antara Pendidikan dan Preferensi Pemanfaatan FKTP

Pendidikan * PreferensiCrosstabulation

Preferensi

FKTP Swasta FKTP Pemerintah Total


Pendidikan PendidikanDasar Count 5 9 14
% within Pendidikan 35.7% 64.3% 100.0%
PendidikanMenengah Count 28 21 49
% within Pendidikan 57.1% 42.9% 100.0%
PendidikanTinggi Count 18 15 33
% within Pendidikan 54.5% 45.5% 100.0%
Total Count 51 45 96
% within Pendidikan 53.1% 46.9% 100.0%
96

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 2.049a 2 .359
Likelihood Ratio 2.060 2 .357
Linear-by-Linear Association .776 1 .378
N of Valid Cases 96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 6.56.

Hubungan antara Pekerjaan dan Preferensi Pemanfaatan FKTP

Pekerjaan * PreferensiCrosstabulation

Preferensi
FKTP
FKTP Swasta Pemerintah Total
Pekerjaan TidakBekerja Count 1 11 12
% within Pekerjaan 8.3% 91.7% 100.0%
PekerjaSwasta Count 32 21 53
% within Pekerjaan 60.4% 39.6% 100.0%
PegawaiPemerintah Count 18 13 31
% within Pekerjaan 58.1% 41.9% 100.0%
Total Count 51 45 96
% within Pekerjaan 53.1% 46.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 11.091a 2 .004
Likelihood Ratio 12.486 2 .002
Linear-by-Linear Association 4.830 1 .028
N of Valid Cases 96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 5.63.
97

Hubungan antara Pendapatan dan Preferensi Pemanfaatan FKTP

Pendapatan * PreferensiCrosstabulation

Preferensi

FKTP Swasta FKTP Pemerintah Total


Pendapatan PendapatanRendah Count 5 13 18
% within Pendapatan 27.8% 72.2% 100.0%
PendapatanMenengah Count 28 25 53
% within Pendapatan 52.8% 47.2% 100.0%
PendapatanTinggi Count 18 7 25
% within Pendapatan 72.0% 28.0% 100.0%
Total Count 51 45 96
% within Pendapatan 53.1% 46.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 8.222a 2 .016
Likelihood Ratio 8.487 2 .014
Linear-by-Linear Association 8.056 1 .005
N of Valid Cases 96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 8.44.

Hubungan antara Kepuasan dan Preferensi Pemanfaatan FKTP

Kepuasan * PreferensiCrosstabulation

Preferensi
FKTP
FKTP Swasta Pemerintah Total
Kepuasan TidakPuas Count 3 13 16
% within Kepuasan 18.8% 81.3% 100.0%
CukupPuas Count 24 17 41
% within Kepuasan 58.5% 41.5% 100.0%
SangatPuas Count 24 15 39
% within Kepuasan 61.5% 38.5% 100.0%
Total Count 51 45 96
% within Kepuasan 53.1% 46.9% 100.0%
98

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 9.183a 2 .010
Likelihood Ratio 9.660 2 .008
Linear-by-Linear Association 6.192 1 .013
N of Valid Cases 96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 7.50.

Hubungan antara Kualitas Pelayanan dan Preferensi Pemanfaatan FKTP

KualitasPelayanan * PreferensiCrosstabulation

Preferensi
FKTP
FKTP Swasta Pemerintah Total
KualitasPelayanan TidakBaik Count 5 15 20
% within KualitasPelayanan 25.0% 75.0% 100.0%
CukupBaik Count 19 15 34
% within KualitasPelayanan 55.9% 44.1% 100.0%
SangatBaik Count 27 15 42
% within KualitasPelayanan 64.3% 35.7% 100.0%
Total Count 51 45 96
% within KualitasPelayanan 53.1% 46.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 8.558a 2 .014
Likelihood Ratio 8.806 2 .012
Linear-by-Linear Association 7.420 1 .006
N of Valid Cases 96
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 9.38.
99

ANALISIS MULTIVARIAT

Case Processing Summary

Marginal
N Percentage

Preferensi FKTP Swasta 51 53.1%

FKTP Pemerintah 45 46.9%

Valid 96 100.0%

Missing 0

Total 96

Subpopulation 14a

a. The dependent variable has only one value observed in


7 (50.0%) subpopulations.

Model Fitting Information

Model
Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests

-2 Log
Model Likelihood Chi-Square df Sig.

Intercept Only 60.369

Final 48.566 11.803 5 .038


100

95% Confidence Interval


for Exp(B)
Lower Upper
a
Preferensi B Sig. Exp(B) Bound Bound
FKTP Intercept -1.642 .046
Swasta Jarak .296 .046 1.345 .365 4.957
Pekerjaan -1.474 .017 .229 .027 1.906
Pendapatan 1.127 .002 3.087 .552 17.274
Kepuasan .321 .023 1.378 .234 8.118
Kualitas .617 .038 1.853 .457 7.517
Pelayanan
101

MASTER TABEL
X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y
No Jenis Kelamin Status Jarak Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Kepuasan Kualitas Pelayanan Preferensi
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 3 2 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 3 2 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 1 1 1 3 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 0
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 2 1 1 1 0
16 1 1 1 1 2 1 3 3 0
17 1 1 1 1 2 1 3 3 0
18 1 1 1 1 2 1 3 3 0
19 1 1 1 2 2 2 3 3 0
20 1 1 1 2 2 2 3 1 0
21 1 1 1 2 2 2 1 1 0
22 1 1 1 2 2 2 2 1 1
23 1 1 1 2 2 2 2 1 1
24 1 1 1 2 2 2 2 1 0
25 1 1 1 2 2 2 2 2 1
26 1 1 1 2 2 2 2 2 0
27 1 1 1 2 2 2 2 2 1
28 1 1 1 2 2 2 2 2 1
29 1 1 1 2 2 2 2 2 1
30 1 1 1 2 2 2 2 2 1
31 1 1 1 2 2 2 2 2 1
32 1 1 2 2 2 2 2 2 0
33 1 1 2 2 2 2 2 2 0
34 1 1 2 2 2 2 2 2 1
35 1 1 2 2 2 2 2 2 0
36 1 1 2 2 2 2 2 2 1
37 1 1 2 2 2 2 2 2 0
38 1 1 2 2 2 2 2 2 1
39 1 1 2 2 2 2 2 2 0
40 1 1 2 2 2 2 2 2 0
41 1 1 2 2 2 2 2 2 0
42 1 1 2 2 2 2 2 2 0
43 1 1 2 2 2 2 2 2 1
44 1 1 2 2 2 2 2 2 1
45 1 1 2 2 2 2 2 2 1
46 1 1 2 2 2 2 2 2 1
47 1 1 2 2 2 2 2 2 1
48 1 1 2 2 2 2 2 2 0
49 1 1 2 2 2 2 2 2 0
50 1 1 2 2 2 2 2 2 0
51 1 1 2 2 2 2 2 2 0
52 1 1 2 2 2 2 2 2 1
53 0 1 2 2 2 2 2 2 0
54 0 1 2 2 2 2 2 2 0
55 0 1 2 2 2 2 2 2 0
56 0 1 2 2 2 2 2 2 0
57 0 1 2 2 2 2 2 2 0
58 0 1 2 2 2 2 2 2 0
59 0 1 2 2 2 2 2 3 0
60 0 1 2 2 2 2 2 3 0
61 0 1 2 2 2 2 2 3 0
62 0 1 2 2 2 2 2 3 0
63 0 1 2 2 2 2 3 3 0
64 0 1 2 2 2 2 3 3 1
65 0 1 2 2 2 2 3 3 1
102

66 0 1 2 2 3 2 3 3 1
67 0 1 2 2 3 2 3 3 1
68 0 1 2 3 3 2 3 3 1
69 0 2 2 3 3 2 3 3 1
70 0 2 2 1 3 2 3 3 1
71 0 2 3 1 3 2 3 3 1
72 0 2 3 1 3 3 3 3 1
73 0 2 3 1 3 3 3 3 1
74 0 2 3 3 3 3 3 3 0
75 0 2 3 3 3 3 3 3 0
76 0 2 3 3 3 3 3 3 0
77 0 2 3 3 3 3 3 3 0
78 0 2 3 3 3 3 3 3 0
79 0 2 3 3 3 3 3 3 0
80 0 2 3 3 3 3 3 3 0
81 0 2 3 3 3 3 3 3 0
82 0 2 3 3 3 3 3 3 0
83 0 2 3 3 3 3 3 3 0
84 0 2 3 3 3 3 3 3 0
85 0 2 3 3 3 3 3 3 1
86 0 2 3 3 3 3 3 3 0
87 0 2 3 3 3 3 3 3 1
88 0 3 3 3 3 3 3 3 0
89 0 3 3 3 3 3 3 3 1
90 0 3 3 3 3 3 3 3 0
91 0 3 3 3 3 3 3 3 1
92 0 3 3 3 3 3 3 3 0
93 0 3 3 3 3 3 3 3 1
94 0 3 3 3 3 3 3 3 0
95 0 3 3 3 3 3 3 3 0
96 0 3 3 3 3 3 3 3 0

Anda mungkin juga menyukai