Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Endapan mineral (bahan tambang) merupakan salah satu kekayaan alam
yang berpengaruh dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu upaya untuk
mengetahui kuantitas dan kualitas endapan mineral itu hendaknya selalu
diusahakan dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi, seiring dengan tahapan
eksplorasinya. Semakin lanjut tahapan eksplorasi, semakin besar pula tingkat
keyakinan akan kuantitas dan kualitas sumber daya mineral dan cadangan.
Di Indonesia, masalah yang ada adalah belum terwujudnya klasifikasi
sumber daya mineral dan cadangan yang baku sehingga berbagai pihak baik
instansi pemerintah maupun perusahaan pertambangan menggunakan klasifikasi
secara sendiri-sendiri, klasifikasi yang dianggap ,paling sesuai dengan sifat-sifat
endapan mineralnya dan kebijakasanaan yang ada di perusahaan tersebut.
Akibatnya adalah pernyataan mengenai kuantitas dan kualitas sumber daya
mineral atau cadangan sering menimbulkan kerancuan,

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari dilakukannya praktikum mengenai klasifikasi sumberdaya
dan perhitungan cadangan adalah agar praktikan dapat mengetahui seberapa
besar suatu sumberdaya mineral dan cadangannya pada suatu daerah
penelitian.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini antara lain :
 Praktikan mampu melakukan analisa terhadap kondisi geologi pada suatu
wilayah.
 Praktikan dapat melakukan analisa penyebaran batubara dan mengetahui
keterdapatan struktur yang berkembang pada suatu wilayah yang
mengganggu proses penyebaran cadangan tersebut.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Longsoran


Longsor merupakan pergerakan massa batuan atau tanah menuruni
lereng karena pengaruh secara langsung dari gaya gravitasi (West, 2010).
Lereng stabil jika gaya penahan lebih besar dari gaya penggerak longsor. Tipe
longsoran berdasarkan bidang gelincirnya dapat dibedakan menjadi empat (Hoek
dan Bray, 1981), yaitu: Longsoran bidang (plane failure), Longsoran baji (wedge
failure), toppling failure dan circular failure. Longsoran bidang merupakan
longsoran yang terjadi jika massa batuan bergerak menuruni lereng sepanjang
bidang gelincir. Longsoran baji merupakan longsoran yang terjadi akibat adanya
dua diskontinuitas yang berpotongan dan longsoran terjadi di sepanjang
diskontinuitas tersebut sehingga menghasilkan bentuk membaji. Toppling failure
merupakan jenis longsoran yang terjadi jika pergerakan massa batuan tanpa
melalui bidang gelincir dan sebagian besar perjalanan materialnya berada di
udara. Circular failure merupakan jenis longsoran yang terjadi pada batuan yang
terlapukkan secara intensif, pada material lepas ataupun pada batuan dengan
diskontinuitas yang rapat dengan orientasi tidak teratur.

2.2 Klasifikasi Longsoran Batuan


Secara umum perpaduan orientasi diskontinuitas batuan akan
membentuk empat tipe longsoran utama pada batuan, yaitu :
 Longsoran busur(circular sliding failure)
 Longsoran planar (planar sliding failure)
 Longsoran baji(wedge sliding failure)
 Longsoran jungkiran(toppling failure)
Untuk mengetahui adanya potensi tipe longsoran pada suatu aktivitas
pemotongan lereng batuan, perlu dilakukan pemetaan orientasi diskontinuitas
yang dilakukan, baik sebelum maupun sesudah lereng batuan tersebut
tersingkap. Sementara itu, rnetode analitik untuk memprediksi potensi longsoran
batuan dan cara penanggulangannya seringkali tidak efektif (Maerz, 2000 dalam

2
3

Endartyanto 2007). Oleh karena itu, penggunaan desain empiris dan klasifikasi
massa batuan menjadi penting (Franklin, 1996 dalam Endartyanto 2007).
Berdasarkan proses longsornya, longsoran batuan dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu : longsoran bidang (plane failure), longsoran baji
(wedge failure), longsoran guling (toppling failure) dan longsoran busur (circular
failure).
 Longsoran Bidang
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi
disepanjang bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut
dapat berupa rekahan, sesar maupun bidang perlapisan batuan. Syarat-
syarat terjadinya longsoran bidang adalah :
 Bidang luncur mempunyai arah sejajar atau hampir sejajar
(maksimum 200) dengan arah lereng.
 Jejak bagian bawah bidang lemah yang menjadi bidang luncur harus
muncul di muka lereng, dengan kata lain kemiringan bidang gelincir
lebih kecil dari kemiringan lereng.
 Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geser dalamnya
 Terdapat bidang bebas pada kedua sisi longsoran
 Longsoran Baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari
satu bidang lemah yang saling berpotongan. Sudut perpotongan antara
bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam
batuannya tetapi lebih kecil dari kemiringan lereng.
4

Sumber:google.com/longsoranbaji
Gambar 2.1
Longsoran Baji

 Longsoran Guling
Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang arah
kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang lemahnya.
Hoek & Bray (1981), telah membuat grafik yang dapat memberikan
gambaran kapan terjadinya longsoran tersebut (Gambar 2.3). Dari
gambar tersebut dapat diartikan : Jika  >  dan b/h < Tan , maka
balok akan meluncur dan mengguling. Jika  <  dan b/h > Tan ,
maka balok akan langsung mengguling.
5

Sumber:google.com/longsoranguling
Gambar 2.2
Longsoran Guling

 Longsoran Busur
Longsoran busur adalah yang paling umum terjadi di alam, terutama pada
batuan yang lunak (tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur
hanya terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan
mempunyai bidang-bidang lemah (rekahan) yang sangat rapat dan tidak
dapat dikenali lagi kedudukannya. Pada longsoran bidang dan baji,
kelongsoran dipengaruhi oleh struktur bidang perlapisan dan kekar yang
membagi tubuh batuan kedalam massa diskontinuitas. Pada tanah pola
strukturnya tidak menentu dan bidang gelincir bebas mencari posisi yang
paling kecil hambatannya. Longsoran busur akan terjadi jika partikel
individu pada suatu tanah atau massa batuan sangat kecil dan tidak
saling mengikat. Oleh karena itu batuan yang telah lapuk cenderung
bersifat seperti tanah. Tanda pertama suatu longsoran busur biasanya
berupa suatu rekahan tarik permukaan atas atau muka lereng, kadang-
kadang disertai dengan menurunnya sebagian permukaan atas lereng
6

yang berada disamping rekahan. Penurunan ini menandakan adanya


gerakan lereng yang pada akhirnya akan terjadi kelongsoran lereng,
hanya dapat dilakukan apabila belum terjadi gerakan lereng
tersebut.Longsoran jenis ini sering terjadi di alam, terutama pada material
tanah atau batuan yang lunak. Untuk longsoran pada batuan dapat terjadi
bila batuan mempunyai pelapukan yang tinggi dan mempunyai spasi
kekar yang rapat, sehingga batuan tersebut akan mempunyai sifat seperti
tanah.

Sumber:google.com/longsoranbusur
Gambar 2.3
Longsoran Busur
7

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Tugas
Dalam praktikum kali ini praktikan di beri tugas untuk menentukan tonase
dari cadangan batubara tiap seam yang ada pada suatu wilayah berdasarkan
peta tang telah diberikan dengan cara membuat peta sebaran cadangan. Selain
itu dalam praktikum kali ini menentukan faktor keamanan dengan menentukan
FK yang stabil.

3.2 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini pembuatan tugas analisis longsoran hal yang
pertama yang harus dibuat adalah pembuatan penampang dari data log bor yang
telah diberikan. Pe,buatan penampang yang dikerjakan adalah penampang
nomor 18, dengan koordinat titik bor 1 yaitu 108945 (Easting) 226354 (Northing),
dan koordinat titik bor 2 dengan koordinat 108724 (Easting) 226382 (Northing),
serta koordinat titik bor 3 dengan koordinat 108640 (Easting) 226416 (Northing).
Sebelum titik bor di plot tentukan skala pada peta, maka didapatkan hasil :
100
Skala = 2.7
= 1 : 37

Dalam pembahasan mengenai perhitungan yang didapat bertujuan untuk


menentukan faktor keamanan yang didapat dengan minimal FK yakni 1,3 .
Apabila FK yang didapat tidak sesuai dengan minimal FK 1,3, maka solusinya FK
harus diubah hingga FK yang didapat minimum dengan FK 1,3.
Tabel 3.1
Perhitungan bench 1 (1)
No ɣ c
Z (m) b (m) Ф tan Ф U ru w (ɣZb) α sec α sinα tan α
Slice (ton/m3) (ton/m2)
1 29.453 7.4 14.8 32.3 0.63217 19.247 0 0 3225.6926 30 1.15470054 0.5 0.57735027
2 29.453 7.4 14.8 32.3 0.63217 19.247 0 0 3225.6926 37 1.25213566 0.601815023 0.75355405
3 29.453 3.7 14.8 32.3 0.63217 19.247 0 0 1612.8463 44 1.39016359 0.69465837 0.96568877
1.7964734
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Tabel 3.2
Perhitungan bench 1 (2)
w(1-ru)
w.sinα c.b 2+3 5 6
tanФ
sec α / (1+tanФ.tanα/ F) 4x5
1 2 3 4
1 0.863196633 0.814277691 F= F= F=
1612.84628 284.8556 2039.19819 2324.05379 0.84594333 0.811551835 0.797317125 1966.017798 1886.090115 1853.007884
1941.27024 284.8556 2039.19819 2324.05379 0.84811371 0.806853151 0.789975866 1971.061883 1875.170122 1835.946403
1120.37717 284.8556 1019.59909 1304.45469 0.86319663 0.814277691 0.794504737 1126.0009 1062.188355 1036.395433
4674.4937 854.567 5097.9955 Jumlah 5063.080581 4823.448592 4725.34972
FK 1.083129 1.031865 1.010879

Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

8
Karena nilai FK tidak sesuai dengan FK yang disarankan, maka dilakukan perubahan slope pada pit dengan hasil perhitungan
sebagai berikut :
Tabel 3.3
Perhitungan bench 1 yang direkomendasikan (1)

No ɣ c
Z (m) b (m) Ф tan Ф u ru w (ɣZb) α sec α sinα tan α
Slice (ton/m3) (ton/m2)

1 29.453 7.4 14.8 32.3 0.63217 19.247 0 0 3225.6926 20 1.06417777 0.342020143 0.36397023
2 29.453 7.4 14.8 32.3 0.63217 19.247 0 0 3225.6926 30 1.15470054 0.5 0.57735027
3 29.453 3.7 14.8 32.3 0.63217 19.247 0 0 1612.8463 40 1.30540729 0.64278761 0.83909963
1.4848078
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7
Tabel 3.4
Perhitungan bench 1 yang direkomendasikan (2)
w(1-ru)
w.sinα c.b 2+3 5 6
tanФ
sec α / (1+tanФ.tanα/ F) 4x5
1 2 3 4
1 0.852952738 0.804859817 F= F= F=
1103.25183 284.8556 2039.19819 2324.05379 0.86512017 0.838093711 0.827587871 2010.585807 1947.774863 1923.358726
1612.84628 284.8556 2039.19819 2324.05379 0.84594333 0.808665663 0.79444 1966.017798 1879.382496 1846.321291
1036.71761 284.8556 1019.59909 1304.45469 0.85295274 0.804859817 0.78683204 1112.638202 1049.903166 1026.386748
3752.8157 854.567 5097.9955 Jumlah 5089.241807 4877.060526 4796.066765
FK 1.3561129 1.2995737 1.2779915
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Maka desain tambang dengan α 20, 30, dan 40 mendapatkan nilai FK yang sesuai dengan ketentuan, sehingga pada pit
kemungkinan terjadi longsoran akan kecil.

9
Tabel 3.5
Perhitungan bench 2 (1)

ɣ c
No Slice Z (m) b (m) Ф tan Ф u ru w (ɣZb) α sec α sinα tan α
(ton/m3) (ton/m2)

1 29.453 18.5 33.3 32.3 0.63217 19.247 3.7 0.00679048 18144.5207 17 1.04569176 0.292371705 0.30573068
2 29.453 25.9 33.3 32.3 0.63217 19.247 18.5 0.024251713 25402.3289 32 1.1791784 0.529919264 0.62486935
3 29.453 48.1 33.3 32.3 0.63217 19.247 3.7 0.002611723 47175.7537 45 1.41421356 0.707106781 1
1.5293978
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7
Tabel 3.5
Perhitungan bench 2 (2)
w(1-ru)
w.sinα c.b 2+3 5 6
tanФ
sec α / (1+tanФ.tanα/ F) 4x5
1 2 3 4
1 0.866460177 0.817651132 F= F= F=
5304.94443 640.9251 11392.5997 12033.5248 0.87632091 0.854978072 0.845770125 10545.22936 10288.39981 10177.59576
13461.1834 640.9251 15669.2351 16310.1602 0.84527342 0.809926531 0.795064511 13786.54488 13210.03145 12967.62953
33358.2953 640.9251 29745.3834 30386.3085 0.86646018 0.817651132 0.797567574 26328.52619 24845.39951 24235.13432
52124.423 1922.78 56807.218 Jumlah 50660.30043 48343.83076 47380.35961
FK 0.971911 0.9274698 0.9089858
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Pada perhitungan ini didapatkan nilai FK yang belum sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan, maka dilakukan
perubahan pada pit dengan menambah segmen dari 3 menjadi 5.

10
Tabel 3.6
Perhitungan bench 2 yang direkomendasikan (1)

No ɣ c
Z (m) b (m) Ф tan Ф u ru w (ɣZb) α sec α sinα tan α
Slice (ton/m3) (ton/m2)

1 29.453 25.9 40.7 32.3 0.63217 19.247 0 0 31047.2909 10 1.01542661 0.173648178 0.17632698
2 29.453 33.3 40.7 32.3 0.63217 19.247 18.5 0.01886244 39917.9454 17 1.04569176 0.292371705 0.30573068
3 29.453 25.9 40.7 32.3 0.63217 19.247 14.8 0.01940137 31047.2909 22 1.07853474 0.374606593 0.40402623
4 29.453 7.4 40.7 32.3 0.63217 19.247 7.4 0.0339524 8870.65454 33 1.19236329 0.544639035 0.64940759
5 29.453 0 40.7 32.3 0.63217 19.247 3.7 0 0 40 1.3054073 0.6427876 0.8390996
2.0280531
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7
Tabel 3.7
Perhitungan bench 2 yang direkomendasikan (2)
w(1-ru)
w.sinα c.b 2+3 5 6
tanФ
sec α / (1+tanФ.tanα/ F) 4x5
1 2 3 4
1 0.825878224 0.819512914 F= F= F=
5391.30548 783.3529 19627.2825 20410.6354 0.91358945 0.894672162 0.89384654 18646.94111 18260.82734 18243.97587
11670.8778 783.3529 24759.0823 25542.4352 0.87632091 0.847383988 0.846137636 22383.37005 21644.25064 21612.41577
11630.5199 783.3529 19246.4864 20029.8393 0.8591063 0.8237715 0.82226289 17207.76107 16500.01074 16469.79352
4831.30473 783.3529 5417.39692 6200.74982 0.84532492 0.796452287 0.794403514 5241.648348 4938.601377 4925.897448
0 783.3529 0 783.3529 0.82587822 0.819512914 0.819231257 646.9541019 641.967818 641.7471811
33524.008 3133.41 69050.248 Jumlah 64126.67469 61985.65792 61893.82979
FK 1.9128582 1.8489931 1.8462539
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan 5 segmen sangat berbeda dengan menggunakan 3 segmen karena kondisi pit
akan lebih stabil, sehingga kemungkinan terjadi longsoran akan kecil.

11
Tabel 3.8
Perhitungan bench keseluruhan (1)
No ɣ c
Z (m) b (m) Ф tan Ф u ru w (ɣZb) α sec α sinα tan α
Slice (ton/m3) (ton/m2)
1 29.453 22.2 77.7 32.3 0.63217 19.247 7.4 0.011317466 50804.6578 14 1.03061363 0.241921896 0.249328
2 29.453 37 77.7 32.3 0.63217 19.247 25.9 0.023766679 84674.4297 28 1.13257005 0.469471563 0.53170943
3 29.453 29.6 77.7 32.3 0.63217 19.247 1.85 0.002122025 67739.5438 40 1.30540729 0.64278761 0.83909963
1.3541811
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7
Tabel 3.9
Perhitungan bench keseluruhan (2)
w(1-ru)
w.sinα c.b 2+3 5 6
tanФ
sec α / (1+tanФ.tanα/ F) 4x5
1 2 3 4
1 0.852952738 0.804859817 F= F= F=
12290.7591 1495.492 31753.8842 33249.3761 0.89028771 0.86986902 0.861836967 29601.51085 28922.60217 28655.54143
39752.2368 1495.492 52256.747 53752.2389 0.84764785 0.812413183 0.798918547 45562.96965 43669.02747 42943.6606
43542.1394 1495.492 42732.2901 44227.782 0.85295274 0.804859817 0.78683204 37724.20775 35597.16455 34799.83596
95585.135 4486.48 126742.92 Jumlah 112888.6882 108188.7942 106399.038
FK 1.1810277 1.1318579 1.1131337
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Dari hasil perhitungan didapatkan nilai FK yang tidak sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan, maka pembuatan pit
dirubah kembali dari yang asalnya 3 segmen menjadi 5 segmen.

12
Tabel 3.10
Perhitungan bench keseluruhan 5 segmen (1)

No ɣ c
Z (m) b (m) Ф tan Ф u ru w (ɣZb) α sec α sinα tan α
Slice (ton/m3) (ton/m2)
1 29.453 0 55.5 32.3 0.63217 19.247 7.4 0 0 0 1 0 0
2 29.453 14.8 55.5 32.3 0.63217 19.247 25.9 0.0594167 24192.694 8 1.00982757 0.139173101 0.14054083
3 29.453 29.6 55.5 32.3 0.63217 19.247 44.4 0.0509286 48385.388 23 1.08636038 0.390731128 0.42447482
4 29.453 44.4 55.5 32.3 0.63217 19.247 37 0.02829367 72578.083 36 1.23606798 0.587785252 0.72654253
5 29.453 37 55.5 32.3 0.63217 19.247 0 0 60481.736 43 1.3673275 0.6819984 0.9325151
1.7996878
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7
Tabel 3.11
Perhitungan bench keseluruhan 5 segmen (2)
w(1-ru)
w.sinα c.b 2+3 5 6
tanФ
sec α / (1+tanФ.tanα/ F) 4x5
1 2 3 4
1 0.86021863 0.86021863 F= F= F=
0 1068.209 0 1068.2085 1 1 1 1068.2085 1068.2085 1068.2085
3366.97227 1068.209 14385.2682 15453.4767 0.927429 0.915293074 0.915293074 14332.00254 14144.46022 14144.46022
18905.6774 1068.209 29030.1702 30098.3787 0.85652018 0.828052604 0.828052604 25779.86869 24923.04088 24923.04088
42660.3266 1068.209 44583.7904 45651.9989 0.84702736 0.80581492 0.80581492 38668.49218 36787.06184 36787.06184
41248.444 1068.209 38234.966 39303.1745 0.86021863 0.86021863 0.86021863 33809.32291 33809.32291 33809.32291
106181.42 4272.83 87999.229 Jumlah 113657.8948 110732.0944 110732.0944
FK 1.0704123 1.0428575 1.0428575
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Dari hasil pehitungan ulang model pit dengan menggunakan 5 segmen, masih didapatkan nilai FK yang tidak sesuai dengan
ketentuan yang sudah ditetapkan maka treatment selanjutnya adalah merubah slope pada pit untuk mendapatkan nilai yang tepat.

13
Tabel 3.12
Perhitungan bench keseluruhan yang direkomendasikan (1)

No ɣ c
Z (m) b (m) Ф tan Ф u ru w (ɣZb) α sec α sinα tan α
Slice (ton/m3) (ton/m2)

1 29.453 22.2 77.7 32.3 0.63217 19.247 7.4 0.011317466 50804.6578 15 1.03527618 0.258819045 0.26794919
2 29.453 37 77.7 32.3 0.63217 19.247 25.9 0.023766679 84674.4297 25 1.10337792 0.422618262 0.46630766
3 29.453 29.6 77.7 32.3 0.63217 19.247 1.85 0.002122025 67739.5438 30 1.15470054 0.5 0.57735027
1.1814373
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Tabel 3.13
Perhitungan bench keseluruhan yang direkomendasikan (2)
w(1-ru)
w.sinα c.b 2+3 5 6
tanФ
sec α / (1+tanФ.tanα/ F) 4x5
1 2 3 4
1 0.845943329 0.806662656 F= F= F=
13149.213 1495.492 31753.8842 33249.3761 0.88531267 0.862558696 0.855607784 29436.09393 28679.53847 28448.42499
35784.9603 1495.492 52256.747 53752.2389 0.85216914 0.818243178 0.808074506 45805.99913 43982.40277 43435.8139
33869.7719 1495.492 42732.2901 44227.782 0.84594333 0.806662656 0.79499434 37414.19716 35676.90009 35160.83637
82803.945 4486.48 126742.92 Jumlah 112656.2902 108338.8413 107045.0753
FK 1.3605184 1.3083778 1.2927533
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

Dari hasil perubahan slope pada pit didapatkan nilai FK yang sesuai dengan ketentuan yaitu sebesar 1.3, sehingga pada pit
ini terjadinya longsoran akan sangat kecil.
Berikut merupakan hasil penghitungan jumlah tonase yang berada di daerah perhitungan.

14
Tabel 3.14
Perhitungan Total Jumlah Tonase
BOR 1 BOR 2 BOR 3
Tebal Volume Tonase Tebal Volume Tonase Tebal Volume Tonase
1,527 867735,6446 1128056,338 3,557 2021306,934 2627699,014 2,19 1244493,164 1617841,113
3,658 2078701,367 2702311,778 1,01 573944,336 746127,6368 0,961 546099,5118 709929,3653
1,047 594970,0196 773461,0255 0,622 353458,7891 459496,4258 0,591 335842,6758 436595,4786
0,647 367665,3321 477964,9317 3,459 1965617,285 2555302,471
6,966 3958511,133 5146064,473
Jumlah Tonase = 10227858,55 Jumlah Tonase = 3833323,077 Jumlah Tonase = 5319668,428
TOTAL JUMLAH TONASE = 19380850,05
Sumber : Hasil perhitungan kelompok 7

15
16

Berikut merupakan log bor yang dibuat menggunakan log plot :

Sumber : Pembuatan Software LogPlot


Gambar 3.1
Log Bor DLG_001 Bagian 1
17

Sumber : Pembuatan Software LogPlot


Gambar 3.2
Log Bor DLG_001 Bagian 2
18

Sumber : Pembuatan Software LogPlot


Gambar 3.3
Log Bor DLG_002 Bagian 1
19

Sumber : Pembuatan Software LogPlot


Gambar 3.4
Log Bor DLG_002 Bagian 2
20

Sumber : Pembuatan Software LogPlot


Gambar 3.5
Log Bor DLG_003
BAB IV
ANALISA

Dari praktikum kali ini hal yang dapat dianalisa yakni mengenai bentuk
lapisan batuan pada penampang dari data logplot hasil pengeboran section C ke
C”. Dalam menentukan faktor keamanan pada suatu pit dilakukan dengan
metode grafis untuk menyelesaikan permasalahan mengenai bagaimana
menentukan design lereng yang sesuai dengan faktor keamanan yang sudah
ditentukan yaitu sebesar 1,3. Pada perhitungan nilai FK seharusnya digunakan
lapisan batuan yang mendominasi pada pit dalam kasus ini lapisan batuan yang
mendominasi adalah claystone dengan tebal 44.295 m, sudut geser dalam
14.280, density 163.32 ton/m3, kohesi sebesar 19.247 ton/m2. Namun karena nilai
FK pada lapisan batuan ini tidak sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan
maka digunakan lapisan batuan yang memiliki sudut geser dalam tertinggi dalam
kasus ini adalah lapisan sandstone yang memiliki sudut geser dalam 32.30.
Digunakan nya sudut geser dalam tertinggi agar pada saat pendesainan lereng
perencana tambang dapat memperkirakan kekuatan lereng yang terbesar,
setelah dilakukan perhitungan maka benar dengan menggunakan sudut geser
dalam tertinggi FK yang dihasilkan mendekati FK yang sudah ditentukan, maka
apabila lereng dapat menahan batuan dengan sudut geser dalam tertinggi tidak
akan terjadi longsoran apabila sudut geser dalam pada sandstone lebih rendah.

21
BAB V
KESIMPULAN

Kestabilan lereng timbunan baik yang ditempatkan di dalam pit (inpit)


maupun di luar pit (outpit) menjadi salah satu faktor penting dalam proses suatu
kegiatan penambangan terbuka pada tambang batubara. Disamping itu,
parameter desain yang menyangkut geometri lereng timbunan untuk kebutuhan
data dalam pembuatan desain tambang menjadi hal yang sangat penting karena
setiap gejala ketidakstabilan yang berupa longsoran dinding tambang tentunya
dapat mengganggu aktivitas penambangan secara keseluruhan.
Untuk mengetahui adanya potensi tipe longsoran pada suatu aktivitas
pemotongan lereng batuan, perlu dilakukan pemetaan orientasi diskontinuitas
yang dilakukan, baik sebelum maupun sesudah lereng batuan tersebut
tersingkap. Sementara itu, rnetode analitik untuk memprediksi potensi longsoran
batuan dan cara penanggulangannya seringkali tidak efektif. Oleh karena itu,
penggunaan desain empiris dan klasifikasi massa batuan menjadi penting.

22
DAFTAR PUSTAKA

Affan, 2011, ” Analisa Kestabilan Lereng”. http://afanmining10.blogspot.com/


2012/11/analisa-kesetabilanlereng.html. Diakses tanggal 18 Mei 2015
(online).
Ilham, 2012, ”Analisa Longsoran”.http://duniatambang2012 .blogspot.
com/201204_01_archive.html. Diakses tanggal 19 Mei 2015 (online).
Mahmud, Ghozali, 2012, ” Analisis Kestabilan Lereng Batuan”. http://thegol
denjubilee. blogspot. Com /2012 /03 /analisis-kestabilan-lereng-
batuan.html. Diakses tanggal 19 Mei 2015 (online).
Zakaria, 2013, ”Hoek Bray”. http://infotambang.com/diagram-hoek-bray-p1346-
159.htm. Diakses tanggal 19 Mei 2015 (online).

23

Anda mungkin juga menyukai