Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS ENCHEFALITIS


PADA PASIEN AN. DI RUANG NICU
RSUP. DR HASAN SADIKIN BANDUNG

DI SUSUN OLEH :
NAMA : Budi Sanjaya
NIM : 4006160028

CI AKADEMIK

( )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS
STIKES DHARMA HUSADA
BANDUNG. 2017
LAPORAN PENDAHULUAN ECHEFALITIS

A. DEFINISI

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,

cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2005).

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus

atau mikro organisme lain yang non purulent.

Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.

Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau

komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis

(disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis,

malaria, atau primary amoebic meningoencephalitis juga dapat menyebabkan

ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak

terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.

B. ETIOLOGI

Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya

bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri

penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M.

Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis

supuratif akut (Mansjoer, 2005). Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan

arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air.

Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat
terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi

sistemik atau vaksinasi terdahulu.

Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:

a. Infeksi virus yang bersifat endemik

 Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.

 Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis,

Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring

summer encephalitis, Murray valley encephalitis.

b. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster,

Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang

dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.

c. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela,

pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang

mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik. (Robin cit. Hassan,

1997).

D. TANDA DAN GEJALA

Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang

sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara

umum,gejala berupa trias ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran

menurun, sakit kepala, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai

meningen,dapat terjadi gangguan pendengaran dan penglihatan. (Mansjoer,2000).

Adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :

1. Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia


2. Kesadaran dengan cepat menurun

3. Muntah

4. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejan kejang

di muka)

5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-

sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (hassan,1997).

Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam

kombinasi tanda dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma,

aphasia hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda babinski, gerakan

infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.

E. PATOFISIOLOG

Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah

masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa

cara:

a. Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau

organ tertentu.

b. Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah Kemudian

menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.

c. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di Permukaan

selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf. Masa Prodromal

berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah,

nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat . Gejala lain berupa
gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang. Kadang-

kadang
F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan cairan serebrospinal.

Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan

dominasi sel limfosit. Protein agak meningkat sedangkan glucose dalam batas

normal.

2. Pemeriksaan EEG.

EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang

merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor,

infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat

menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.

(Smeltzer, 2002).

3. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa

pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus

seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus

inferomedial temporal dan lobus frontal (Victor, 2001

Pemeriksaan penunjang lain:

a. Biakan :

 Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk

mendapatkan hasil yang positif.

 Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat

gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.

 Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif .

 Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.
b. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji

neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh,

IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.

c. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.

d. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang

ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis antara lain :

 Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.

 Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.

 Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara

signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis.

Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan

dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan (Victor, 2001).

 Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara

polifragmasi.

Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak

 Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah cairan yang

diberikan tergantung keadaan anak.

 Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa

giving set untuk menghilangkan edema otak.

 Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk

menghilangkan edema otak.


Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas

kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.

 Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.

 Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama.

 Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip

dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.

 Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai

kebutuhan (2-3l/menit).

 Penatalaksanaan shock septik.

 Mengontrol perubahan suhu lingkungan.

 Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh

yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak,

selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai hibernasi

dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4 mg/kgBB/hari

secara intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga

diberikan antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah

memungkinkan pemberian obat per oral (Hassan, 1997).

H ASUHAN KEPERAWATAN ENCEPHALITIS

1. Pengkajian

a. Biodata.
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan
klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan kotor dapat
mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama.
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
Keluhan utama pada penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk,
gangguan kesadaran, demam dan kejang.
c. Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan hebatnya
keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah dialami
sebelumnya. Biasanya pada masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari
ditandai dengan demam,s akit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan,
malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat. Kemudian diikuti tanda ensefalitis
yang berat ringannya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron.
Gejala terebut berupa gelisah, irritable, screaning attack, perubahan
perilaku, gangguan kesadaran dan kejang kadang-kadang disertai tanda
neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia dan paralisi
saraf otak.
d. Riwayat kehamilan dan kelahiran.
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal.
dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah
diderita oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu diketahui
apakah bayi lahi rdalam usia kehamilan aterm atau tidak karena
mempengaruhi system kekebalan terhadap penyakit pada anak. Trauma
persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi
ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui
keadaan anak setelah lahir.
Contoh : BBLR, apgar score, yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya.
e. Riwayat imunisasi
Imunisasi : Kapan terakhir diberi imunisasi DTP, karena ensefalitis dapat
terjadi pada post imunisasi pertusis. Data-data yang di identifikasikan
masalah kesehatan yang dihadapi penderita, meliputi
f. Riwayat penyakit yang lalu.
Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan meningkatkan
kemungkinan terjdinya peradangan atau infeksi pada jaringan otak (J.G.
Chusid, 1993). Imunisasi perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana
kekebalan tubuh anak. Alergi pada anak perlu diketahui untuk dihindarkan
karena dapat memperburuk keadaan.
g. Riwayat kesehatan keluarga.
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan
penyakit yang dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu
diketahui, apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular
yang ada hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh klien (Soemarno
marram, 1983).
h. Riwayat social.
Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap pertumbuhan
dan perkembangan anak. Perjalanan klinik dari penyakit sehingga
mengganggu status mental, perilaku dan kepribadian. Perawat dituntut
mengkaji status klien ataukeluarga agar dapat memprioritaskan maslaah
keperawatnnya.(Ignatavicius dan Bayne, 1991).
i. Kebutuhan dasar (aktfitas sehari-hari).
Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari
hari antara lain : gangguan pemenuahan kebutuhan nutrisi karena mual
muntah, hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan tekanan
intrakranial. Pola istirahat pada penderita sering kejang, hal ini sangat
mempengaruhi penderita. Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas
tempat tidur karena penderita lemah atau tidak sadar dan cenderung
tergantung pada orang lain perilaku bermain perlu diketahui jika ada
perubahan untuk mengetahui akibat hospitalisasi pada anak.
Pemeriksaan fisik.
Pada klien ensephalistis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pad apemeriksaan
neurologis. Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara umum meliputi :
1. Keadaan umum.
Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami perubahan
atau penurunan tingkat kesadaran. Gangguan tingkat kesadaran dapat
disebabkan oleh gangguan metabolisme dan difusi serebral yang berkaitan
dengan kegagalan neural akibat prosses peradangan otak.
2. Gangguan system pernafasan.
Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial
menyebabakan kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan
tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan
terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 2004).
3. Gangguan system kardiovaskuler.
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada
daerah tersebut, hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan
menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor
menyebabkan meningkatnya transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.
4. Gangguan system gastrointestinal.
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan
intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus
sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjd diare akibat
terjadi peradangan sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih,
2004).
5. Pertumbuhan dan perkembangan.
Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis atau
mengalami hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada
keadaan sakit fungsi tubuh menurun termasuk fungsi social anak. Tahun-
tahun pertama pada anak merupakan “tahun emas” untuk kehidupannya.
Gangguan atau keterlambatan yang terjadi saat ini harus diatasi untuk
mencapai tugas –tugas pertumbuhan selanjutnya. Pengkajian pertumbuhna
dan perkembangan anak ini menjadi penting sebagai langkah awal
penanganan dan antisipasi. Pengkajian dapat dilakukan dengan
menggunakan format DDST.
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang

nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan

(Boedihartono, 1994). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada

masalah ensefalitis adalah :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.

2. Hipertemi b/d reaksi inflamasi.

3. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d

kerusakan susunan saraf pusat.

4. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa

keperawatan (Boedihartono, 1994). Intervensi keperawatan pasien dengan

masalah ensefalitis adalah :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.

Tujuan : Nyeri teratasi.

Kriteria hasil :

1) Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.

2) Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.


INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :

Berikan tindakan nyaman. Tindakan non analgetik dapat

menghilangkan ketidaknyamanan

dan memeperbesar efek terapi

analgetik.

Berikan lingkungan yang tenang, Menurunkan reaksi terhadap

ruangan agak gelap sesuai stimulasi dari luar atau sensitivitas

indikasi. terhadap cahaya dan meningkatkan

istirahat/relaksasi.

Kaji intensitas nyeri. Untuk menentukan tindakan yang

akan dilakukan kemudian.

Tingkatkan tirah baring, bantu Menurunkan gerakan yang dapat

kebutuhan perawatan diri pasien. meningkatkan nyeri.

Berikan latihan rentang gerak Dapat membantu merelaksasikan

aktif/pasif secara tepat dan ketegangan otot yang meningkatkan

masase otot daerah leher/bahu. reduksi nyeri atau rasa tidak

nyaman tersebut.

Kolaborasi :

Berikanan algesik sesuai Obat ini dapat digunakan untuk

indikasi. meningkatkan kenyamanan

/istirahat umum.
2 Hipertermi b/d reaksi inflamasi.

Tujuan : Suhu tubuh normal.

Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari

kedinginan.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :

Pantau suhu pasien, perhatikan Suhu 38,9-41,1 C menunjukkan proses

menggigil/ diaforesis. penyakit infeksius akut.

Pantau suhu lingkungan, batasi / Suhu ruangan/jumlah selimut harus

tambahkan linen tempat tidur sesuai diubah untuk mempertahankan suhu

indikasi. mendekati normal.

Berikan kompres mandi hangat, Dapat membantu mengurangi demam.

hindari penggunaan alkohol.

Kolaborasi :

Berikan antipiretik sesuai indikasi. Digunakan untuk mengurangi demam

dengan aksi sentralnya pada

hipotalamus.

3. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d

kerusakan susunan saraf pusat.

Tujuan : Memulai/mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perseptual.


Kriteria hasil : Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya

keterlibatan residual.

Mendemonstrasikan perilaku untuk mengkompensasi terhadap hasil.

INTERVENSI RASIONAL

Kesadaran akan tipe/daerah yang


Mandiri :
terkena membantu. dalam mengkaji/
Lihat kembali proses patologis
mengantisipasi defisit spesifik dan
kondisi individual.
keperawatan

Munculnya gangguan penglihatan

Evaluasi adanya gangguan dapat berdampak negatif terhadap

penglihatan kemampuan pasien untuk menerima

lingkungan.

Menurunkan/ membatasi jumlah


Ciptakan lingkungan yang
stimuli yang mungkin dapat
sederhana, pindahkan perabot yang
menimbulkan kebingungan bagi
membahayakan.
pasien.

4 Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

Tujuan : Tidak terjadi kontraktur.

Ktiteria hasil : Tidak terjadi kekakuan sendi.

Dapat menggerakkan anggota tubuh.


INTERVENSI RASIONAL

Mandiri: Berikan
Dengan diberi penjelasan diharapkan
penjelasan pada keluarga klien
keluarga mengerti dan mau
tentang penyebab terjadinya spastik
membantu program perawatan.
dan terjadi kekacauan sendi.

Lakukan latihan pasif mulai ujung Melatih melemaskan otot-otot,

ruas jari secara bertahap. mencegah kontraktor.

Dengan melakukan perubahan posisi


Lakukan perubahan posisi setiap 2
diharapkan perfusi ke Jaringan lancar,
jam.
meningkatkan daya pertahanan tubuh.

Kolaborasi untuk pemberian


Diberi dilantin / valium , kejang /
pengobatan spastik dilantin / valium
spastik hilang.
sesuai Indikasi.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan

yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Implementasi

keperawatan pasien dengan masalah ensefalitis meliputi :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.

NO IMPLEMENTASI

1 Memberikan tindakan nyaman.


Memberikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai
2
indikasi.

3 Mengkaji intensitas nyeri.

Meningkatkan tirah baring, bantu kebutuhan perawatan diri


4
pasien.

Memberikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan


5
masase otot daerah leher/bahu.

6 Berkolaborasi untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.

2. Hipertermi b/d reaksi inflamasi

NO IMPLEMENTASI

1 Memantau suhu pasien, perhatikan menggigil/ diaforesis.

Memantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat


2
tidur sesuai indikasi.

Memberikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan


3
alkohol.

4 Berkolaborasi untuk pemberian antipiretik sesuai indikasi.

2. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d

kerusakan susunan saraf pusat.


NO IMPLEMENTASI

1 Melihat kembali proses patologis kondisi individual.

2 Mengevaluasi adanya gangguan penglihatan

Menciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot


3
yang membahayakan.

4. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

NO IMPLEMENTASI

Memberikan penjelasan pada keluarga klien tentang penyebab


1
terjadinya spastik dan terjadi kekacauan sendi.

2 Melakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap.

3 melakukan perubahan posisi setiap 2 jam.

Berkolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin /


4
valium sesuai Indikasi.

Anda mungkin juga menyukai