Anda di halaman 1dari 52

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan tinggi diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang
professional terutama dalam menghadapi persaingan global. Kenyataan di lapangan
seringkali menunjukkan bahwa lulusan perguruan tinggi belum secara optimal
mengaplikasikan pengetahuan yang didapatnya ke dalam dunia kerja. Hal itu
disebabkan karena adanya kesenjangan antara teori yang diperoleh dengan kenyataan
di lapangan yang lebih kompleks terutama di suatu instansi dengan sumber daya yang
padat ilmu, padat teknologi dan padat karya.
Melengkapi kemampuan mahasiswa dengan pengalaman praktis di lapangan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi (FKM-Unsrat) Manado
menyelenggarakan Mata Kuliah Magang dengan bobot 3 SKS sebagai salah satu mata
kuliah wajib dalam kurikulum Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Melalui pelaksanaan magang diharapkan para Sarjana Kesehatan Masyarakat
(SKM) lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat memiliki bekal pengalaman
dan ketrampilan yang bersifat akademik dan profesional sehingga lebih kompetitif
atau mampu bersaing dalam pasar kerja yang ada.
Magang adalah kegiatan mandiri mahasiswa yang dilaksanakan di luar
lingkungan kampus untuk mendapatkan pengalaman kerja praktis yang berhubungan
dengan bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, terutama sesuai dengan bidang
peminatannya, melalui metode observasi dan partisipasi. Kegiatan magang
dilaksanakan sesuai dengan formasi struktural dan fungsional pada instansi/unit kerja
tempat magang, baik milik pemerintah maupun swasta atau lembaga yang relevan
(Anonim, 2014).
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

1
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-undang tentang
Kesehatan, 2009).
Rumah sakit adalah bagian dari integral dari keseluruhan sistem kesehatan yang
dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga pembangunan
rumah sakit tidak lepas dari pembangunan kesehatan, yakni harus sesuai dengan
garis-garis besar haluan negara, sistem kesehatan nasional dan repelita dibidang
kesehatan serta peraturan perundang-undangan (Alamsyah Dedi, 2011).
Pelayanan rawat jalan (ambulatory services) adalah salah satu bentuk dari
pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat
jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien yang tidak dalam
bentuk rawat inap (hospitalization). Pelayanan rawat jalan termasuk tidak hanya yang
diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenal seperti
rumah sakit atau klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien (home
care) serta di rumah perawatan (nursing homes) (Azwar Azrul, 2010).
Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat
serius di seluruh dunia saat ini adalah Hipertensi. Hal ini disebabkan karena
prevalensinya yang tinggi dan terus meningkat.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Sebanyak
1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan,
Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya, melainkan hipertensi
memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat dan mematikan serta
memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak,
penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung.
Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di
Indonesia maupun di beberapa Negara yang ada di dunia.
Secara global kasus hipertensi terus meningkat di berbagai Negara. Prevalensi
hipertensi di dunia saat ini diperkirakan mencapai 15-25% dari populasi dewasa. Di
Amerika prevalensi tahun 2005 adalah 21,7%. Di Vietnam pada tahun 2004 mencapai
34,5%, Thailand (1989) 17%, Malaysia (1996) 29,9%, Philippina (1993) 22%, dan
Singapura (2004) 24,9% (Korneliani K, Meida D, 2012).

2
Angka Proportional Mortality Rate akibat hipertensi di seluruh dunia adalah
13% atau sekitar 7,1 juta kematian. Sesuai dengan data WHO bulan September 2011,
disebutkan bahwa hipertensi menyebabkan kematian 8 juta kematian per tahun di
seluruh dunia dan 1,5 juta kematian per tahun di wilayah Asia Tenggara (Kartikasari
A N, 2012).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang cukup
dominan di Negara-negara maju. Di Indonesia, ancaman hipertensi tidak boleh
diabaikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan kian hari penderita hipertensi di Indonesia
semakin meningkat. Namun sayangnya dari jumlah total penderita hipertensi tersebut,
baru sekitar 50 persen yang terdeteksi. Dan diantara penderita tersebut hanya
setengahnya yang berobat secara teratur. Bagi golongan masyarakat tingkat atas
hipertensi benar-benar telah menjadi momok yang menakutkan (Suiraoka IP, 2012).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar
kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil
pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi
di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui
memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi (Kementerian
Kesehatan RI, 2012).
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg. Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi
hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Berdasarakan profil kesehatan Indonesia tahun 2004, hipertensi menempati
urutan ketiga sebagai penyakit yang paling sering diderita oleh pasien rawat jalan.
Pada tahun 2006, hipertensi menempati urutan kedua penyakit yang paling sering
diderita pasien oleh pasien rawat jalan Indonesia (4,67%) setelah ISPA (9,32%)
(Kartikasari A N, 2012).

3
1.2 Tujuan Magang
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan selesai mengikuti kegiatan mengikuti kegiatan magang, peserta magang
telah mampu dan terampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan praktik
yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Unsrat, serta memperoleh gambaran mengenai tugas, fungsi dan tanggung jawab
Sarjana Kesehatan Masyarakat di instansi/unit kerja pemerintah maupun swasta.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Bagi Peserta Magang
a. Mampu mengidentifikasi dan menjelaskan tentang organisasi, sistem
manajemen, prosedur kerja dan ruang lingkup pelayanan di tempat magang.
b. Mampu mengidentifikasi masalah, merumuskan dan memberikan alternatif
pemecahan masalah (problem solving) yang ada di tempat magang.
c. Mampu melakukan tindakan-tindakan standar yang umum dilaksanakan
dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, ditekankan pada bidang minat
yang digeluti.
d. Mampu bekerja sama dengan orang lain dalam satu tim sehingga diperoleh
manfaat bersama baik bagi peserta magang maupun instansi tempat magang.
2. Bagi Fakultas dan Tempat Magang
a. Fakultas mendapat masukan yang berguna untuk penyempurnaan kurikulum
dalam upaya mendekatkan diri dengan kebutuhan pasar kerja.
b. Memberikan masukan yang bermanfaat bagi tempat magang.
c. Membina dan meningkatkan kerja sama antara Fakultas Kesehatan
Masyarakat dengan instansi/unit kerja pemerintah maupun swasta tempat
mahasiswa melaksanakan magang.
d. Membuka peluang kerja bagi para lulusan untuk berkarir di instansi/unit kerja
pemerintah maupun swasta.

4
1.3 Manfaat Magang
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan yang berhubungan dengan
bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, terutama sesuai bidang peminatan
yaitu Epidemiologi.
2. Terpapar dengan kondisi dan pengalaman kerja di lapangan.
3. Mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis masalah yang
tepat terhadap permasalahan yang ditemukan di tempat magang.
4. Memperkaya kajian dalam Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat terutama
sesuai bidang minat yang digeluti.
5. Penemuan baru mengenai analisis permasalahan dan kiat-kiat pemecahan
masalah kesehatan.
6. Memperoleh gambaran peluang kerja bagi Sarjana Kesehatan Masyarakat.
7. Mendapatkan bahan untuk penulisan skripsi/karya ilmiah.

1.3.2 Bagi Tempat Magang


1. Tempat magang dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam membantu
penyelesaian tugas-tugas yang ada sesuai kebutuhan di unit kerja masing-
masing.
2. Tempat magang mendapatkan alternatif calon pegawai/karyawan yang
telah dikenal kualitas dan kredibilitasnya.
3. Turut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas pendidikan perguruan
tinggi dalam menciptakan lulusan yang berkualitas, trampil dan memiliki
pengalaman kerja.

1.3.3 Bagi Fakultas


1. Laporan magang dapat menjadi salah satu bahan audit internal kualitas
pengajaran.
2. Memperkenalkan program kepada stakeholders terkait.

5
3. Terbinanya jaringan kerja sama dengan tempat magang dalam upaya
meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik
dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang
dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat (Anonim, 2014).

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang


Waktu pelaksanaan magang dimulai dari tanggal 13 Januari – 14 Februari 2014 dan
tempat pelaksanaan magang di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bitung.

6
BAB II. GAMBARAN UMUM

2.1 Analisis Situasi Umum


2.1.1 Sejarah Singkat RSUD Bitung
Rumah Sakit Umum Daerah Bitung yang sebelumnya Rumah Sakit Umum Daerah
Provinsi Sulawesi Utara di Bitung adalah salah satu Rumah Sakit Umum Daerah
milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan merupakan ruislag dari RSUD Gunung
Wenang Manado. Selain menjadi pusatnya rujukan kesehatan dari Puskesmas yang
ada di Kota Bitung, RSUD Bitung juga melayani masyarakat yang datang dan
bepergian melalui pintu gerbang Pelabuhan Samudera Bitung, serta Kabupaten
sekitarnya seperti Kabupaten Minahasa Utara.
RSUD Bitung didirikan dan diresmikan pada tanggal 23 September 1995.
Kemudian Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Utara Nomor 14 Tahun
2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah di Bitung,
dimana merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas dari Dinas Kesehatan Propinsi
Sulawesi Utara. Dengan struktur 1 (satu) Pejabat Eselon IIIa yaitu Kepala dan 4
(empat) Pejabat Eselon IVa yaitu Seksi Pelayanan dan Rekam Medik, Seksi
Keperawatan, Seksi Penunjang Medik, Sub Bagian Administrasi dan Keuangan.
17 Maret 2008 Pengelolaan Rumah Sakit secara resmi diserahkan ke Pemerintah
Kota Bitung dengan Status Pinjam Pakai dengan struktur organisasi baru berdasarkan
PP 41 Tahun 2008 yang terdiri dari 1 (satu) Pejabat Eselon IIIa yaitu Direktur dan 4
(empat) Pejabat Eselon IIIb yaitu 1 (satu) Kepala Bagian dan 3 (tiga) Kepala Bidang
serta 9 (sembilan) Pejabat Eselon IVa yang terdiri dari 3 (tiga) Kepala Sub Bagian
dan 6 (enam) Kepala Seksi. Pada tanggal 12 Desember 2012 Struktur Organisasi
mengalami perubahan lagi dengan dikeluarkannya Perda Nomor 47 Tahun 2012,
yang terdiri dari 1 (satu) pejabat Eselon IIIa yaitu Direktur dan 4 (empat) Pejabat
Eselon IIIb yaitu 1 (satu) Kepala Bagian dan 3 (tiga) Kepala Bidang serta 9
(sembilan) pejabat Eselon IVa yang terdiri dari 3 (tiga) Kepala Sub Bagian dan 6
(enam) Kepala Sub Bidang.

7
RSUD Bitung berdiri di atas lahan seluas +5 Ha yang terletak sedikit ke dalam di
Kelurahan Manembo-nembo Tengah Kecamatan Matuari. Lahan seluas + 5 Ha baru
ditempati 55% bangunan sesuai Master Plan RSUD Bitung, sehingga masih sekitar
45% lahan yang masih kosong yang harus ditempati bangunan khususnya bangunan
perawatan.
RSUD Bitung merupakan Rumah Sakit dengan Tipe C, dan telah lulus akreditasi
pada tahun 2012 untuk 5 (lima) standar pelayanan berdasarkan sertifikat dari
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor: KARS-SERT/294/I/2912
tanggal 12 Januari 2012.
Pada mulanya lokasi RSUD Bitung yang tidak representatif sebab lokasinya
tidak dilewati atau dilayani angkutan umum (terpencil). Namun sejalan
perkembangan pembangunan Kota Bitung maka disekitar Rumah Sakit telah
dibangun kompleks perumahan dan memungkinkan kendaraan angkutan umum untuk
melewati jalur RSUD Bitung. Dengan semakin lancarnya arus darat trans Sulawesi,
baik jalur utara maupun selatan, sehingga RSUD Bitung harus mengantisipasi
perkembangan tersebut, ditambah lagi Kota Bitung dan sekitarnya merupakan daerah
industri. Dengan melihat kondisi serta situasi seperti ini, maka diharapkan Pemerintah
baik Pusat maupun Daerah terutama dalam menghadapi penerapan SJSN melalui
BPJS lebih memperhatikan Pembangunan Rumah Sakit baik jalan akses dari dan ke
RSUD Bitung yang lebih representatif yang nantinya jalan tersebut merupakan jalan
alternatif bagi pengguna jasa untuk ke dan dari RSUD Bitung, pengembangan
instalasi air bersih maupun penambahan pembangunan Gedung Perawatan Pasca
Bedah/HCU (High Care Unit), Gedung Perawatan Kelas III dan Kelas II, III dan VIP,
Gedung IPSRS dengan peralatan penunjang pelayanan baik peralatanmedik maupun
non medik serta pengembangan Gedung OK Poliklinik/Elektromedik dan
Administrasi.

2.1.2 Kedudukan RSUD Bitung


RSUD Bitung berkedudukan sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Pemerintah Kota Bitung dalam menyelenggarakan urusan wajib di bidang kesehatan,

8
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah Melalui
Sekretaris Daerah Kota Bitung.

2.1.3 Visi, Misi dan Motto RSUD Bitung


2.1.3.1 Visi RSUD Bitung
Memberdayakan dan mengembangkan RSUD Bitung menjadi Rumah Sakit
Unggulan dengan pelayanan prima dan dengan semangat kebersamaan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Bitung.

2.1.3.2 Misi RSUD Bitung


1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) sehingga mampu
melaksanakan pelayanan yang profesional dan optimal.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara prima dan memenuhi
akreditasi rumah sakit sehingga memberikan rasa aman dan nyaman bagi
pelanggan dan stakeholder.
3. Melengkapi berbagai jenis pelayanan spesialis.
4. Melengkapi sarana dan prasarana penunjang kegiatan rumah sakit untuk
mendukung sektor unggulan kota.
5. Melengkapi manajemen, pendapatan dan kesejahteraan pegawai rumah sakit.

2.1.3.3 Motto RSUD Bitung


Adapun motto dari RSUD Bitung yaitu “Melayani dengan kasih”.

2.1.4 Struktur Organisasi RSUD Bitung


Struktur RSUD Bitung sesuai Perda Nomor 47 Tahun 2012 tanggal 28 Desember
2012 adalah:
1. Direktur
2. Kepala Bagian Tata Usaha yang membawahi:
a. Kepala Sub Bagian Umum dan Perlengkapan
b. Kepala Sub Bagian Kepegawaian, Hukum dan Humas

9
c. Kepala Sub Bagian Keuangan dan Akuntansi
3. Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Rekam Medik Litbang dan Diklat yang
membawahi:
a. Kepala Sub Bidang Pelayanan Medik dan Diklat
b. Kepala Sub Bidang Rekam Medik, Sistim Manajemen Informasi RS dan
Litbang
4. Kepala Bidang Keperawatan yang membawahi:
a. Kepala Sub Bidang Pelayanan Keperawatan
b. Kepala Sub Bidang Etika dan Asuhan Keperawatan
5. Kepala Bidang Bina Program dan Penunjang Medik yang membawahi:
a. Kepala Sub Bidang Penunjang Medik
b. Kepala Sub Bidang Perencanaan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

2.1.5 Tugas dan Fungsi RSUD Bitung


2.1.5.1 Tugas RSUD Bitung
Berdasarkan Peraturan Walikota Bitung Nomor 47 Tahun 2012 tentang Rincian
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung, RSUD
Bitung mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah di bidang kesehatan yang bersifat spesifik di RSUD dan memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, melaksanakan upaya kesehatan
secara berdayaguna dan berhasilguna dengan mengutamakan upaya penyembuhan,
pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta
pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2.1.5.2 Fungsi RSUD Bitung


1. Penyelengaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan RSUD.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai dengan kebutuhan medis.

10
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penenelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkataan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
5. Pengadministrasian umum, kepegawaian, keuangan, dan perlengkapan.
6. Koordinasi yang merupakan segala usaha untuk mengadakan hubungan kerja
sama dengan instasi terkait guna kelancaran pelaksanaan tugasnya.
7. Pengawasan yang merupakan segala usaha dan kegiatan untuk melaksanakan
pengamanan dan pengendalian atas pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan
perencanaan dan ketentuan peraturan perundang-undangan (Profil Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Bitung, 2014).

2.1.6 Kegiatan Pelayanan


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung melaksanakan kegiatan pelayanan antara
lain:
1. Perawatan Rawat Jalan, terdiri dari 12 Poliklinik yaitu:
a. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
b. Poliklinik Spesialis Bedah
c. Poliklinik Spesialis Kandungan dan Kebidanan
d. Poliklinik Spesialis Anak
e. Poliklinik Spesialis Mata
f. Poliklinik Spesialis THT
g. Poliklinik Spesialis Saraf
h. Poliklinik Spesialis Kulit Kelamin
i. Poliklinik Spesialis Jiwa
j. Poliklinik Spesialis Rehabilitasi Medik
k. Poliklinik Umum
l. Poliklinik Gigi:
- VCT/CST

11
- Pelayanan BDRS/Unit Transfusi Darah
2. Perawatan Rawat Inap:
a. ICU
b. Irina Melati (Anak)
c. Irina Bougenville (Bedah)
d. Irina Anggrek/Tulip (Kelas)
e. Irina Flamboyan (Interna Wanita)
f. Irina Almond (Interna)
g. Irina Sakura (Interna Pria)
h. Irina Teratai (NICU)
i. Irina Mawar (Nifas)
j. Irina Tulip (VIP)
3. Tempat Tindakan
a. OK (Kamar Operasi)
b. VK (Kamar Bersalin)
c. IGD
d. PONEK
4. Pelayanan Laboratorium
a. Pemeriksaan hematologi, kimia darah dan elektrolit
b. Pemeriksaan HIV/AIDS, Narkoba, Sputum BTA, dll
5. Pelayanan Radiologi (Photo Rontgen)
6. Pelayanan Farmasi (Apotik)
7. Pelayanan Konsultasi Gizi
8. Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan(MCU) dan Pemeriksaan Calon Haji
9. Pelayanan Kamar Jenazah dan Forensik :
a. Pengawetan dan Penitipan Jenazah
b. Otopsi
c. Kremasi Jenazah (krematorium)

12
2.1.7 Ketenagaan
Tabel 1. Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung

Tenaga Kesehatan Tenaga Tetap Tenaga Tidak


No.
Tetap
1. Dokter 27 16
2. Apoteker 6 4
3. Paramedis 59 76
4. Bidan 10 9
5. Fisioterapis 5 1
6 Analisis Kesehatan 2 3
7 Radiografer 1 -
8 Nutrisionis 4 1
9 Sanitarian 1 -
10 Administrasi 15 30
11 CS, Sopir, Juru Masak, IPSRS, - 39
Juru Taman
Jumlah 130 179
Sumber: Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung, 2014

2.2 Analisis Situasi Khusus


Salah satu bidang yang ada dalam Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung yaitu
Bidang Pelayanan Medik dan Rekam Medik Litbang dan Diklat yang terbagi atas 2
sub bidang yaitu Bidang Pelayanan Medik dan Diklat dan sub bidang Rekam Medik,
Sistim Manajemen Informasi RS dan Litbang.Sub bidang Rekam Medik, Sistim
Manajemen Informasi RS dan Litbang terbagi atas 2 bagian yaitu bagian Loket dan
bagian Pengolahan Data.

13
2.2.1 Visi dan Misi Instalasi Rekam Medik
2.2.1.1 Visi Instalasi Rekam Medik
Menyajikan informasi secara cepat, tepat, akurat, accountability untuk mewujudkan
Rumah Sakit Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

2.2.1.2 Misi Rekam Medik


1. Memberikan pelayanan prima bagi pengguna jasa rumah sakit.
2. Membantu menegakkan diagnosis sedini mungkin.
3. Mengembangkan pengelolaan data yang meliputi pengolahan, penyajian, dan
analisa data.
4. Membantu melengkapi status medical record sesuai dengan standar rekam medik.

2.2.2 Tugas dan Fungsi Instalasi Rekam Medik


2.2.2.1 Tugas Instalasi Rekam Medik
1. Melaksanakan penyusunan rencana kerja pelaksanaan rekam medik.
2. Melaksanakan pemberian informasi baik kedalam maupun keluar dalam batas-
batas kewenangan.
3. Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinir serta menilai dan mengevaluasi
tugas-tugas yang telah dilaksanakan.
4. Membuat, mengolah, menganalisis dan menyajikan data dalam bentuk kalmat
maupun grafik.

2.2.2.2 Fungsi Instalasi Rekam Medik


Untuk menyelenggarakan tugas tersebut di atas, bagian Rekam Medis mempunyai
fungsi:
1. Membantu direktur melalui kepala bidang pelayanan masyarakat dalam bidang
perencanaan, pengaturan, pelaporan dan pengawasan terhadap kelancaran Rekam
Medis rawat jalan, rawat inap dan rawat darurat.
2. Mengkoordinir pengumpulan data, pengolahan data, yang berhubungan dengan
pelayanan medik dan perawatan yang diberikan di rumah sakit.

14
3. Mengkoordinir penyelenggaraan, pengadaan dan penyimpanan Rekam Medis
rawat jalan, rawat inap dan rawat darurat.
4. Membantu melaksanakan tugas bagian lain di lingkungan rumah sakit dalam
kegiatan pendidikan, penelitian yang telah ditetapkan oleh direktur rumah sakit.
5. Bertanggung jawab atas terselenggaranya pengadaan, penyediaan dan ketertiban
serta menjaga keamanan Rekam Medis.

2.2.3 Uraian Tugas


1. Kepala Rekam Medis:
- Melaksanakan penyusunan rencana kerja pelaksanaan rekam medis.
- Melaksanakan pemberian informasi baik kedalam maupun keluar dalam batas-
batas kewenangan.
- Merencanakan, melaksanakan dan mengkoordinir serta menilai dan
mengevaluasi tugas-tugas yang telah dilaksanakan.
- Membuat, mengolah dan menganalisis data dalam bentuk kalimat maupun
statistik.
- Melaksanakan tugas lain dari atasan..
2. Koordinator Penerimaan Pasien
- Melaksanakan registrasi pasien rawat Jalan .
- Pembuatan KIUP.
- Membuat laporan pembayaran pasien rawat jalan .
- Mencatat nama dan alamat pasien kedalam buku bank nomor.
- Merekapitulasi kunjungan pasien rawat jalan.
- Melaksanakan tugas lain dari atasan..
3. Koordinator Pengolahan Data
- Menerima sensus harian rawat inap.
- Mengumpulkan dan merekapitulasi morbilitas pasien rawat inap.
- Mengkoordinasi seluruh data rumah sakit untuk di susun menjadi laporan.
- Mengolah data seluruh kegiatan rumah sakit untuk disusun menjadi laporan
kegiatan rumah sakit.

15
- Melaksanakan tugas lain dari atasan.
4. Koordinator Perlengkapan
- Menyusun formulir-formulir rawat inap.
- Menerima dokumen rekam medis dari ruang perawatan.
- Memeriksa kelengkapan BRM yang kembali dari poliklinik.
- Melaksanakan tugas lain dari atasan.
5. Pelaksana Penyimpanan dan Pengembalian Kembali Rekam Medis
- Menyusun BRM berdasarkan nomor urut.
- Menjajarkan BRM di rak penyimpanan secara berurutan dari nomor kecil ke
nomor yang besar dengan benar dan tepat.
- Mengeluarkan BRM sesuai dengan nomor rekam medis yang dipinjamkan.
- Menyimpan kembali rekam medis yang telah kembali dipinjam.
- Melaksanakan tugas lain dari atasan.
6. Pelaksana Indeks
- Mengelompokkan jenis penyakit, diagnose, dan tindakan medis untuk
dimasukkan kedalam indeks penyakit dan indeks operasi.
- Mengumpulkan dan merekapitulasi data morbiditas pasien rawat jalan.
- Menyusun formulir-formulir rawat inap (bagian produksi).
7. Pelaksana Registrasi TP2RI
- Melaksanakan registrasi pasien UGD dan rawat inap.
- Merekapitulasi jenis kunjungan pasien UGD dan rawat inap.
- Menyiapkan less pasien rawat inap.
- Melaksanakan tugas dari atasan (Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medik
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung, 2012).

16
2.2.4 Struktur Organisasi Instalasi Rekam Medik
Gambar 1. Struktur Organisasi Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Bitung

DIREKTUR
Dr. Jeaneste M. Watuna, DK

KEPALA SEKSI REKAM MEDIK


Andrias Linggar

KOORD.
KOORD. PENERIMAAN
KOORD. PENGOLAHAN PENGUMPULAN,
PASIEN
REKAM MEDIK PELAPORAN &
Chrisnawati S. Mustafa, PENYAJIAN DATA
Yermia Lobo, AMD. PK
SKM
Adriana A. Aponno

PENERIMAAN PASIEN ASSEMBLING /ANALISIS


RAWAT JALAN (TP2RJ) REKAM MEDIS DATA KEGIATAN RUMAH
SAKIT (RL1)
Erlin Mudeng Dina H. Tukang

PENERIMAAN PASIEN
RAWAT INAP (TP2RI) CODING DATA MORBIDITAS (RL2a.
RL2a1, RL2b, RL2b1, RL2c,
Jenie M. Mangalep RL2.1, RL2.2, RL2.3)
Meike Tempo

PENERIMAAN PASIEN
DARURAT INDEKSING DATA INFEKSI
Fanny Pongoh NOSOKOMIAL (RL6)
Samsudin Usulu

FILLING

Joudy Nelwan
STATISTIK RS (Grafik BJ,
Indikator RS, 10 Penyakit
Terbanyak, 10 Penyebab
PRODUKSI RM Kematian)

Samsudin Usulu

Sumber: Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah


Kota Bitung, 2012

17
BAB III. HASIL KEGIATAN

3.1 Uraian Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 13 Januari – 14 Februari
2014 dengan penempatan magang di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung, lebih
khusus di Instalasi Rekam Medik. Dalam pelaksanaan magang, saya mengikuti sesuai
hari kerja Instalasi Rekam Medik khususnya bagian pengolahan data yaitu dari hari
Senin – Jumat pada pukul 08.00 – 16.00 WITA.
Secara umum kegiatan yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Melaporkan pelaksanaan kegiatan magang kepada bagian kepegawaian dan
bagian rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung.
2. Membuat surat kematian salah satu pasien yang dirawat di RSUD Bitung.
Kegiatan ini merupakan tugas pertama yang diberikan oleh Kasubag Rekam
Medik.
3. Melakukan observasi di lingkungan Rumah Sakit lebih khusus di Instalasi Rekam
Medik.
4. Membantu melakukan rekapitulasi data penyakit-penyakit dari Poliklinik
Kebidanan dan Kandungan, Poliklinik Gigi, Poliklinik Anak, dan Fisioterapi.
Untuk rekapitulasi data penyakit dari Poliklinik Kebidanan dan Kandungan yaitu
data dari bulan Agustus – Oktober 2013, Poliklinik Gigi yaitu data dari bulan
November – Desember 2013, Poliklinik Anak yaitu data dari bulan Juli –
Desember 2013, dan untuk Fisioterapi yaitu data dari bulan Juli – Desember
2013. Proses rekapitulasi data yang dilakukan masih secara manual. Kegiatan ini
dilakukan hampir setiap hari sebagai bentuk partisipasi terhadap tempat
pelaksanaan magang.
5. Membantu dalam pendaftaran penerimaan pasien rawat inap di loket TP2RI
RSUD Bitung. Kegiatan ini dilakukan hampir setiap hari dalam bentuk partisipasi
terhadap tempat kegiatan magang.

18
6. Membantu dalam kegiatan skrinning pada setiap pasien baru yang ada di setiap
perawatan rawat inap untuk melihat keadaan gizi pasien. Kegiatan ini dilakukan
pada hari Kamis, 13 Februari 2014.
7. Membantu dalam pengambilan data tentang penderita ISPA di setiap perawatan
rawat inap. Kegiatan ini dilakukan pada hari Jumat, 14 Februari 2014.
8. Membantu memisahkan berkas rekam medik menurut bulannya. Kegiatan ini
dilakukan pada hari Jumat, 14 Februari 2014.
9. Melakukan konsultasi dengan DPL selama pelaksanaan kegiatan magang,
diantaranya mengenai judul laporan magang, 10 penyakit terbanyak yang ada di
RSUD Bitung selama tahun 2013, tugas dan fungsi dari Instalasi Rekam Medik,
situasi dan permasalahan yang ditemukan, identifikasi masalah dan alternatif
pemecahan dari masalah yang ditemukan.

3.2 Identifikasi Masalah dan Metode Yang Digunakan


Masalah adalah kesenjangan yang dapat diamati antara situasi yang saat ini terjadi
dengan situasi yang diinginkan atau kesenjangan yang dapat diukur antara hasil yang
mampu dicapai dengan tujuan yang ingin dicapai (Muninjaya, 2004).
Berdasarkan hasil observasi selama pelaksanaan kegiatan Magang yang dilakukan
dari tanggal 13 Januari 2014 – 14 Februari 2014 ada beberapa kelebihan yang
ditemukan di Instalasi Rekam Medik RSUD Bitung, antara lain:
1. Pencatatan terhadap setiap dokumen rekam medis yang masuk dan keluar di
bagian Rekam Medik yang dicatat dalam buku peminjaman berkas Rekam Medik.
2. Pemisahan tempat penyimpanan dokumen rekam medis pasien yang masih hidup
dan yang telah meninggal.
3. Penyimpanan dokumen rekam medis dengan cara penomoran sehingga
memudahkan pengambilan dan penyimpanan dokumen.
4. Pencatatan data kunjungan pasien baru maupun pasien lama.
5. Adanya fasilitas TV di ruang tunggu loket dalam hal ini untuk memberikan
informasi tentang BPJS.

19
6. Seluruh staf/pegawai Rekam Medik memiliki tanggung jawab terhadap tugas dan
pekerjaan mereka masing-masing.
7. Terjalinnya hubungan yang baik, harmonis, kekeluargaan, saling menghormati &
menghargai diantara pegawai/staf Rekam Medik.
Selain beberapa kelebihan diatas, terdapat juga beberapa kekurangan yang
merupakan masalah di Instalasi Rekam Medik RSUD Bitung. Masalah-masalah yang
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Proses perekapan data masih secara manual, yang membuat data lebih lama
diolah.
2. Belum adanya tenaga D3 rekam medik di Instalasi Rekam Medik.
3. Tingginya kasus Hipertensi yang ada di RSUD Bitung khususnya pada pasien
rawat jalan selama tahun 2013.
Setelah masalah-masalah teridentifikasi, maka harus menetapkan prioritas
masalah. Metode yang digunakan untuk menetapkan prioritas masalah adalah
observasi dan wawancara di Instalasi Rekam Medik. Adapun prioritas masalah yang
ditemukan adalah tingginya kasus Hipertensi yang ada di RSUD Bitung khususnya
pada pasien rawat jalan.

20
Tabel 2. 10 Macam Penyakit Tertinggi Pada Pasien Rawat Jalan Tahun 2013
No Diagnosa Jumlah
1 Hipertensi 2.606
2 Diabetes Mellitus 1.831
3 TB Paru 1.148
4 Ispa 1.576
5 Low Back Pain (LBP) 924
6 Osteo Artritis 821
7 Bronchitis 733
8 Gastritis 656
9 PPOM/PPOK 623
10 Febris 526
Total 11.444
Sumber: Rekam Medik RSUD Bitung, 2014
Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa penyakit tertinggi selama tahun
2013 adalah Hipertensi yang berjumlah 2.606 kasus.

21
1.3 Alternatif Pemecahan Masalah
Dari masalah yang terindentifikasi maka penulis menggunakan metode problem tree
analysis untuk penentuan alternatif pemecahan masalah.

Meningkatnya angka Meningkatnya


morbiditas angka mortalitas

Hipertensi

Kurangnya Kurangnya Konsumsi Kurangnya


tenaga pengetahuan makanan aktifitas fisik
kesehatan masyarakat tinggi lemak
profesional tentang dan rendah
hipertensi serat
Kurangnya Gaya hidup
pelatihan masyarakat
Kurangnya
tentang
penyuluhan
hipertensi

Faktor
budaya
Kurangnya
dana

Gambar 2. Analisis Pohon Masalah

22
Beberapa permasalahan yang menyebabkan masih tingginya kasus Hipertensi
berdasarkan analisis pohon masalah adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya dana, menyebabkan:


- terhambatnya pelatihan tentang Hipertensi sehingga tenaga kesehatan yang ada
kurang professional terhadap penanganan Hipertensi, dan
- menyebabkan kurangnya kegiatan penyuluhan kepada masyarakat yang
menyebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hipertensi.
2. Faktor budaya yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat yang tidak sehat
seperti mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan aktifitas fisik yang kurang,
menyebabkan kejadian hipertensi yang terus meningkat.

Dari data yang didapatkan maka alternatif pemecahan masalah yang diberikan adalah
sebagai berikut :

1. Perlu memberdayakan petugas kesehatan yang ada secara optimal dengan


mengikut sertakan dalam pelatihan tentang Hipertensi.
2. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang Hipertensi baik secara lisan
maupun tulisan seperti konsultasi gizi, sosialisasi mengenai manfaat pemeriksaan
tekanan darah secara rutin, penyebaran leaflet, penempelan poster. Penyuluhan ini
bertujuan untuk mengubah gaya hidup masyarakat dalam hal konsumsi makanan,
dan meningkatkan aktivitas fisik masyarakat.

3.4 Kontribusi Bagi Instansi dan Peserta Magang


3.4.1 Bagi Instansi
1. Instansi dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam membantu penyelesaian
tugas-tugas yang ada sesuai dengan kebutuhan di unit kerja masing-masing.
2. Mendapatkan masukan yang bermanfaat dari peserta magang.
3. Tempat magang mendapat alternatif calon pegawai/karyawan yang telah dikenal
kualitas dan kredibilitasnya.

23
4. Turut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas pendidik perguruan tinggi dalam
menciptakan kelulusan yang berkualitas, terampil dan memiliki pengalaman
kerja.
5. Terciptanya kerjasama yang baik antara pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Bitung dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.

3.4.2 Bagi Peserta Magang


1. Meningkatkan kemampuan mengidentifikasi masalah, memprioritaskan masalah
dan memberi alternatif pemecahan masalah.
2. Memperkaya ilmu dalam kaitannya dengan bidang Epidemiologi.
3. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan dalam bidang rekam medik rumah
sakit.
4. Memperoleh pengetahuan secara menyeluruh tentang bagaimana orientasi kerja di
Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung.

24
BAB IV. PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Hipertensi


Jika sistem kompleks yang mengatur tekanan darah tidak berjalan dengan semestinya,
maka tekanan dalam arteri akan meningkat. Peningkatan tekanan dalam arteri yang
berlanjut dan menetap disebut tekanan darah tinggi. Dalam istilah kedokteran disebut
hipertensi yang artinya tekanan tinggi dalam arteri. Tekanan darah dikatakan tinggi
bila tekanan sistolik adalah 140 mmHg atau lebih secara terus menerus, tekanan
diastolik 90 mmHg atau lebih secara terus menerus atau keduanya. Tekanan sistole
dan diastole bervariasi untuk tiap individu. Namun secara umum ditetapkan tekanan
darah normal untuk orang dewasa (≥ 18 tahun) adalah 120/80 mmHg (Suiraoka IP,
2012).
Tekanan darah diukur dengan sphygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan
tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman,
posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama 5 menit sampai 30
menit setelah merokok atau minum kopi (Anggraini A D dkk, 2009)

4.2 Jenis-jenis Hipertensi


Dikenal berbagai pengelompokan hipertensi:
1. Menurut kausanya:
a. Hipertensi esensil (hipertensi primer), hipertensi yang tidak jelas penyebabnya
b. Hipertensi sekunder, hipertensi kausa tertentu
2. Menurut gangguan tekanan darah:
a. Hipertensi sistolik, peningkatan tekanan darah sistolik saja
b. Hipertensi diastolik, peningkatan tekanan diastolik saja
3. Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah:
a. Hipertensi ringan
b. Hipertensi sedang
c. Hipertensi berat (Bustan M N, 2007)

25
4.3 Klasifikasi Tekanan Darah
Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-
satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah
secara teratur. Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter mercuri (mmHg) dan
digambarkan sebagai dua angka tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik.
Angka yang lebih tinggi diperoleh saat jantung berkontraksi (sistolik), sedangkan
angka yang lebih rendah didapatkan ketika jantung berelaksasi (diastolik). Namun
jika tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai tekanan darah
yang normal. Pada takanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik
dan diastolik. Karena itu, tekanan darah tinggi umumnya terjadi pada tekanan di atas
140/90 mmHg, yang diukur di kedua lengan sebanyak 3x dalam jangka beberapa
minggu (Adib M, 2011).

Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII


KATEGORI SISTOLIK DIASTOLIK
Normal <120 <80
Pra Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi Stadium 2 >160 >100
Sumber: Anggraini A D dkk, 2009

4.4 Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang
berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner
untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi
masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di
beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka
jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah.
Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang
tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun.

26
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan
menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan
pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita
hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai
dengan 15%, tetapi angka prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah
sebesar 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6%
sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8% (Angraini A D
dkk, 2009).

4.5 Faktor Risiko Hipertensi


Faktor risiko hipertensi antara lain adalah faktor genetik, umur, jenis kelamin, etnis,
stess, obesitas, asupan garam, dan kebiasaan merokok. Faktor-faktor yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan
faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas, nutrisi dan kebiasaan
merokok.
a. Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium.
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70 - 80% kasus hipertensi esensial dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga.

b. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang
berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada
orang yang bertambah usianya.

27
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena
interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan
meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh
karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah
akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik
meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada
penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik
meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung
menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada
usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan
tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah
berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal
dan laju filtrasi glomerulus menurun.

c. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang
tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita
pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi
sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya
sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita
umur 45 - 55 tahun.

d. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit
putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang

28
kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap
vasopresin lebih besar.

e. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan
kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH,
1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan
dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT
<25 (status gizi normal menurut standar internasional).

f. Pola asupan garam dalam diet


Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan
pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar
sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram
sodium atau 6 gram garam) perhari.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke
luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak kepada timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi
konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium
klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan
sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan
tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya,
konsumsi berlebih karena budaya masak memasak masyarakat kita yang umumnya
boros menggunakan garam dan MSG.

29
g. Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan
dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri
renal yang mengalami ateriosklerosis (Anggraini A D dkk, 2009).

4.6 Gejala Hipertensi


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala. Masa laten ini
menyelubungi perkembangan hipertensi sampai terjadi kerusakan organ spesifik.
Kalaupun menunjukkan gejala, gejala tersebut biasanya ringan dan tidak spesifik,
misalnya pusing-pusing.
Meskipun jika kebetulan beberapa gejala muncul bersamaan dan diyakini
berhubungan dengan hipertensi, gejala-gejala tersebut sering kali tidak terkait dengan
hipertensi. Akan tetapi, jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa
timbul gejala, antara lain:
1. sakit kepala,
2. kelelahan,
3. mual,
4. muntah,
5. sesak nafas,
6. nafas pendek,
7. gelisah,
8. pandangan menjadi kabur,
9. mata berkunang-kunang,
10. mudah marah,
11. telinga berdengung,
12. sulit tidur,
13. rasa berat di tengkuk,
14. nyeri di daerah kepala bagian belakang,
15. nyeri di dada,
16. otot lemah,

30
17. pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki,
18. keringat berlebihan,
19. kulit tampak pucat atau kemerahan,
20. denyut jantung yang kuat, cepat atau tidak teraratur,
21. impotensi,
22. darah di urine,
23. dan mimisan (jarang dilaporkan) (Puspitorini M, 2008).

4.7 Komplikasi
Hipertensi harus dikendalikan, sebab semakin lama tekanan yang berlebihan pada
dinding arteri dapat merusak banyak organ vital dalam tubuh. Tempat-tempat utama
yang paling dipengaruhi hipertensi adalah pembuluh arteri, jantung, otak, ginjal, dan
mata (Suiraoka IP, 2012).
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal
jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah
yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi
yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10 - 20 tahun.
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol
dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang
sering terjadi adalah penyakit dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.
Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi
akibat hipertensi, yaitu:

31
Tabel 4. Komplikasi Hipertensi

No Sistem Organ Komplikasi


1 Jantung Infark miokard
Angina pectoris
Gagal jantung kongesif
2 Sistem saraf pusat Stroke
Ensefalopati hipertensi
3 Ginjal Gagal ginjal hipertensi
4 Mata Retinopati hipertensi
5 Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer
Sumber: Anggraini A D dkk, 2009

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal,
jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai
dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering diterjadi
perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroancurisme yang dapat
mengakibatkan kematian. Kelainan lain juga dapat terjadi adalah proses
tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara. Gagal ginjal sering dijumpai
sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi
maligna.
Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50
tahun, merupakan factor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari
tekanan darah 115/75, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskuler dua kali (Anggraini A D dkk, 2009).

4.8 Pencegahan Hipertensi


Usaha mencegah timbulnya hipertensi adalah dengan cara menghindari faktor-faktor
pemicunya. Cara terbaik untuk menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan
mengadopsi pola hidup sehat seperti aktif berolahraga, mengatur diet (rendah garam,

32
rendah kolesterol dan lemak jenuh) serta mengupayakan perubahan kondisi
(menghindari stress dan mengobati penyakit).
a. Mengatasi obesitas dan mengontrol berat badan
Bagi penderita obesitas, pertama harus mengupayakan mengatasi obesitasnya. Karena
selain beresiko akan terkena hipertensi, penderita obesitas juga beresiko terkena
penyakit-penyakit lainnya. Bagi yang belum obesitas, penting sekali untuk
mengontrol berat badan. Berat badan yang berlebihan akan membebani kerja jantung.
Cara terbaik mengontrol berat badan adalah dengan mengurangi makanan yang
mengandung lemak dan melakukan olahraga secara teratur.

b. Mengatur pola makan (diet sehat dan mengurangi asupan garam)


Pola makan yang sehat dengan gizi yang seimbang sangat penting dilakukan dalam
usaha mengontrol tekanan darah. Gunakan garam dapur (natrium klorida) secukupnya
dan yang beryodium. Konsumsilah makanan segar dan kurangi konsumsi makanan
yang diawetkan.

c. Menghindari stress
Suasana yang nyaman dan tenang mutlak diperlukan dalam hidup ini. Menjauhkan
diri dari hal-hal yang membuat stress akan mengurangi resiko terkena hipertensi.
Oleh karena itu perlu mencoba berbagai metode relaksasi yang dapat mengontrol
sistem saraf yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah.

d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat


Kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol adalah contoh gaya hidup yang
kurang sehat. Untuk mencegah hipertensi hentikan merokok dan minum minuman
beralkohol.

e. Mengontrol tekanan darah


Hipertensi perlu dideteksi lebih dini. Pemeriksaan secara rutin dan berkala penting
dilakukan.

33
f. Meningkatkan aktivitas fisik
Olahraga dan latihan fisik secara teratur terbukti dapat menurunkan tekanan darah ke
tingkat normal dan menurunkan resiko serangan hipertensi 50% lebih besar dibanding
orang yang tidak aktif melakukan olahraga.

g. Mengobati penyakit
Adanya penyakit-penyakit tertentu, dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Usaha
yang dapat dilakukan dengan mengobati penyakit tersebut agar tidak menimbulkan
komplikasi hipertensi, sehingga tidak semakin memperburuk kesehatannya (Suiraoka
IP, 2012).

34
BAB V. PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1. Penyakit tidak menular hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung
merupakan masalah kesehatan masyarakat.
2. Berdasarkan laporan data kesakitan di tahun 2013, penyakit hipertensi masuk
dalam 10 penyakit terbanyak dan menduduki peringkat nomor 1 dengan jumlah
2.606 kasus.
3. Tingginya kasus Hipertensi yang dianalisis dengan menggunakan metode
problem tree, disebabkan karena kurangya dana yang menyebabkan kurangnya
pelatihan mengenai hipertensi kepada tenaga kesehatan dan juga kurangnya
kegiatan penyuluhan, serta disebabkan juga oleh faktor budaya masyarakat Kota
Bitung.
4. Dari masalah yang didapatkan, maka alternatife dari pemecahan masalah yaitu:
a. Perlu memberdayakan petugas kesehatan yang ada secara optimal dengan
mengikut sertakan dalam pelatihan tentang Hipertensi.
b. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang Hipertensi baik secara
lisan maupun tulisan seperti konsultasi gizi, sosialisasi mengenai manfaat
pemeriksaan tekanan darah secara rutin, penyebaran leaflet, penempelan
poster. Penyuluhan ini bertujuan untuk mengubah gaya hidup masyarakat
dalam hal konsumsi makanan, dan meningkatkan aktivitas fisik masyarakat.

5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan yatu:
1. Bagi Penderita dan Keluarga Penderita:
a. Perawatan dan pengawasan yang baik dan benar sangat diperlukan dari pihak
keluarga, seperti pengobatan dan pemakaian obat secara teratur oleh penderita,
juga pentingnya pemeriksaan tekanan darah secara rutin.

35
b. Menjalani pola hidup yang sehat, seperti menghindari pola asupan garam yang
tinggi, menghentikan kebiasaan merokok bagi perokok, serta menghindari
stress untuk mencegah timbulnya komplikasi lebih lanjut.
2. Bagi Masyarakat:
a. Untuk lebih meningkatkan kesehatan tubuh.
b. Deteksi dini terhadap Hipertensi terutama pada masyarakat yang memiliki
faktor risiko untuk terjadinya hipertensi melalui perbaikan pola hidup, tetap
menjaga berat badan, pola makan dan aktivitas fisik serta dengan rutin
mengontrol tekanan darah.
3. Bagi Rumah Sakit:
a. Lebih meningkatkan pelayanan yang ada.
b. Sebaiknya pengolahan data sudah menggunakan sistem komputer, agar lebih
efektif dan efisien, dan
c. Diadakannya penambahan staf/pegawai Rumah Sakit khususnya di bidang
Rekam Medik yang mempunyai latar belakang pendidikan D3 rekam medik.

36
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2011. Pengetahuan Praktis, Ragam Penyakit Mematikan Yang Paling


Sering Menyerang Kita. Yogyakarta: Bukubiru

Annonymous. 2014. Buku Panduan Magang FKM Unsrat. Manado.

Annonymous. 2012. Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medik RSUD Bitung. Bitung.

Annonymous. 2014. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung. Bitung.

Anggraini, A D dkk. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Riau: Faculty of Medicine –
University of Riau Pekanbaru

Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Alamsya, Dedi. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Bustan M N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta

Kartikasari A N. 2012. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat di Desa


Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang, (online),
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rj
a&uact=8&ved=0CEEQFjAC&url=http%3A%2F%2Fejournal-
s1.undip.ac.id%2Findex.php%2Fmedico%2Farticle%2Fdownload%2F1447%2F1
450&ei=0pwcU5uQEIqbtQbcz4HgDw&usg=AFQjCNF1NmRhoOlRO6QzubUV
yKeqJbF-
UA&sig2=2yUkAnNB1xv7Ynr0R90O6w&bvm=bv.62578216,d.Yms.pdf).
diakses pada tanggal 25 Februari 2014).

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Hipertensi Penyebab Kematian Nomor 3, (online),


(http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=810). diakses pada tanggal 15
Februari 2014).

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Masalah Hipertensi di Indonesia, (online),


(http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1909). diakses pada tanggal 16
Februari 2014).

37
Korneliani K, Meida D. 2012. Hubungan Obesitas Dan Stress Dengan Kejadian
Hipertensi Guru SD Wanita, (online),
(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/1769.pdf). diakses
pada tanggal 25 Februari 2014).
Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Puspitorini, M. 2008. Hipertensi Cara Mudah Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.


Yogyakarta: Image Press

Suiraoka, IP. 2012. Penyakit Degeneratif: Mengenal, Mencegah dan Mengurangi


Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika

Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2009. Himpunan Peraturan Perundang-undangaan


Tentang Kesehatan. Bandung: Nuansa Aulia

38
39
Lampiran 1. Catatan Kegiatan Harian Peserta Magang

40
41
42
43
Lampiran 2. Lembar Pembimbingan dari Pembimbing Lapangan

44
Lampiran 3. Lembar Pembimbingan dari Pembimbing Materi

45
Lampiran 4. Daftar Hadir Peserta Magang di Tempat Magang

46
47
Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Magang

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung

48
Saat Bimbingan dengan Pembimbing Lapangan,
Ibu Chrisnawaty S. Mustafa, SKM

Pelaksanaan Magang di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung

49
Penerimaan Pasien di Loket TP2RJ & TP2RI

Situasi Kerja di Ruang Pengolahan Data

50
Gudang Penyimpanan Berkas Rekam Medik

Foto bersama dengan staf/pegawai Rekam Medik RSUD Kota Bitung

51
Lampiran 6. Lembar Identitas Peserta Magang

52

Anda mungkin juga menyukai