Jilly. Isi. Fix
Jilly. Isi. Fix
PENDAHULUAN
1
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-undang tentang
Kesehatan, 2009).
Rumah sakit adalah bagian dari integral dari keseluruhan sistem kesehatan yang
dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga pembangunan
rumah sakit tidak lepas dari pembangunan kesehatan, yakni harus sesuai dengan
garis-garis besar haluan negara, sistem kesehatan nasional dan repelita dibidang
kesehatan serta peraturan perundang-undangan (Alamsyah Dedi, 2011).
Pelayanan rawat jalan (ambulatory services) adalah salah satu bentuk dari
pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat
jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien yang tidak dalam
bentuk rawat inap (hospitalization). Pelayanan rawat jalan termasuk tidak hanya yang
diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenal seperti
rumah sakit atau klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien (home
care) serta di rumah perawatan (nursing homes) (Azwar Azrul, 2010).
Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat
serius di seluruh dunia saat ini adalah Hipertensi. Hal ini disebabkan karena
prevalensinya yang tinggi dan terus meningkat.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Sebanyak
1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan,
Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya, melainkan hipertensi
memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat dan mematikan serta
memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak,
penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung.
Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di
Indonesia maupun di beberapa Negara yang ada di dunia.
Secara global kasus hipertensi terus meningkat di berbagai Negara. Prevalensi
hipertensi di dunia saat ini diperkirakan mencapai 15-25% dari populasi dewasa. Di
Amerika prevalensi tahun 2005 adalah 21,7%. Di Vietnam pada tahun 2004 mencapai
34,5%, Thailand (1989) 17%, Malaysia (1996) 29,9%, Philippina (1993) 22%, dan
Singapura (2004) 24,9% (Korneliani K, Meida D, 2012).
2
Angka Proportional Mortality Rate akibat hipertensi di seluruh dunia adalah
13% atau sekitar 7,1 juta kematian. Sesuai dengan data WHO bulan September 2011,
disebutkan bahwa hipertensi menyebabkan kematian 8 juta kematian per tahun di
seluruh dunia dan 1,5 juta kematian per tahun di wilayah Asia Tenggara (Kartikasari
A N, 2012).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang cukup
dominan di Negara-negara maju. Di Indonesia, ancaman hipertensi tidak boleh
diabaikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan kian hari penderita hipertensi di Indonesia
semakin meningkat. Namun sayangnya dari jumlah total penderita hipertensi tersebut,
baru sekitar 50 persen yang terdeteksi. Dan diantara penderita tersebut hanya
setengahnya yang berobat secara teratur. Bagi golongan masyarakat tingkat atas
hipertensi benar-benar telah menjadi momok yang menakutkan (Suiraoka IP, 2012).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar
kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil
pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi
di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui
memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi (Kementerian
Kesehatan RI, 2012).
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg. Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi
hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Berdasarakan profil kesehatan Indonesia tahun 2004, hipertensi menempati
urutan ketiga sebagai penyakit yang paling sering diderita oleh pasien rawat jalan.
Pada tahun 2006, hipertensi menempati urutan kedua penyakit yang paling sering
diderita pasien oleh pasien rawat jalan Indonesia (4,67%) setelah ISPA (9,32%)
(Kartikasari A N, 2012).
3
1.2 Tujuan Magang
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan selesai mengikuti kegiatan mengikuti kegiatan magang, peserta magang
telah mampu dan terampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan praktik
yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Unsrat, serta memperoleh gambaran mengenai tugas, fungsi dan tanggung jawab
Sarjana Kesehatan Masyarakat di instansi/unit kerja pemerintah maupun swasta.
4
1.3 Manfaat Magang
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan yang berhubungan dengan
bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, terutama sesuai bidang peminatan
yaitu Epidemiologi.
2. Terpapar dengan kondisi dan pengalaman kerja di lapangan.
3. Mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis masalah yang
tepat terhadap permasalahan yang ditemukan di tempat magang.
4. Memperkaya kajian dalam Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat terutama
sesuai bidang minat yang digeluti.
5. Penemuan baru mengenai analisis permasalahan dan kiat-kiat pemecahan
masalah kesehatan.
6. Memperoleh gambaran peluang kerja bagi Sarjana Kesehatan Masyarakat.
7. Mendapatkan bahan untuk penulisan skripsi/karya ilmiah.
5
3. Terbinanya jaringan kerja sama dengan tempat magang dalam upaya
meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik
dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang
dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat (Anonim, 2014).
6
BAB II. GAMBARAN UMUM
7
RSUD Bitung berdiri di atas lahan seluas +5 Ha yang terletak sedikit ke dalam di
Kelurahan Manembo-nembo Tengah Kecamatan Matuari. Lahan seluas + 5 Ha baru
ditempati 55% bangunan sesuai Master Plan RSUD Bitung, sehingga masih sekitar
45% lahan yang masih kosong yang harus ditempati bangunan khususnya bangunan
perawatan.
RSUD Bitung merupakan Rumah Sakit dengan Tipe C, dan telah lulus akreditasi
pada tahun 2012 untuk 5 (lima) standar pelayanan berdasarkan sertifikat dari
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor: KARS-SERT/294/I/2912
tanggal 12 Januari 2012.
Pada mulanya lokasi RSUD Bitung yang tidak representatif sebab lokasinya
tidak dilewati atau dilayani angkutan umum (terpencil). Namun sejalan
perkembangan pembangunan Kota Bitung maka disekitar Rumah Sakit telah
dibangun kompleks perumahan dan memungkinkan kendaraan angkutan umum untuk
melewati jalur RSUD Bitung. Dengan semakin lancarnya arus darat trans Sulawesi,
baik jalur utara maupun selatan, sehingga RSUD Bitung harus mengantisipasi
perkembangan tersebut, ditambah lagi Kota Bitung dan sekitarnya merupakan daerah
industri. Dengan melihat kondisi serta situasi seperti ini, maka diharapkan Pemerintah
baik Pusat maupun Daerah terutama dalam menghadapi penerapan SJSN melalui
BPJS lebih memperhatikan Pembangunan Rumah Sakit baik jalan akses dari dan ke
RSUD Bitung yang lebih representatif yang nantinya jalan tersebut merupakan jalan
alternatif bagi pengguna jasa untuk ke dan dari RSUD Bitung, pengembangan
instalasi air bersih maupun penambahan pembangunan Gedung Perawatan Pasca
Bedah/HCU (High Care Unit), Gedung Perawatan Kelas III dan Kelas II, III dan VIP,
Gedung IPSRS dengan peralatan penunjang pelayanan baik peralatanmedik maupun
non medik serta pengembangan Gedung OK Poliklinik/Elektromedik dan
Administrasi.
8
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah Melalui
Sekretaris Daerah Kota Bitung.
9
c. Kepala Sub Bagian Keuangan dan Akuntansi
3. Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Rekam Medik Litbang dan Diklat yang
membawahi:
a. Kepala Sub Bidang Pelayanan Medik dan Diklat
b. Kepala Sub Bidang Rekam Medik, Sistim Manajemen Informasi RS dan
Litbang
4. Kepala Bidang Keperawatan yang membawahi:
a. Kepala Sub Bidang Pelayanan Keperawatan
b. Kepala Sub Bidang Etika dan Asuhan Keperawatan
5. Kepala Bidang Bina Program dan Penunjang Medik yang membawahi:
a. Kepala Sub Bidang Penunjang Medik
b. Kepala Sub Bidang Perencanaan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
10
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penenelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkataan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
5. Pengadministrasian umum, kepegawaian, keuangan, dan perlengkapan.
6. Koordinasi yang merupakan segala usaha untuk mengadakan hubungan kerja
sama dengan instasi terkait guna kelancaran pelaksanaan tugasnya.
7. Pengawasan yang merupakan segala usaha dan kegiatan untuk melaksanakan
pengamanan dan pengendalian atas pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan
perencanaan dan ketentuan peraturan perundang-undangan (Profil Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Bitung, 2014).
11
- Pelayanan BDRS/Unit Transfusi Darah
2. Perawatan Rawat Inap:
a. ICU
b. Irina Melati (Anak)
c. Irina Bougenville (Bedah)
d. Irina Anggrek/Tulip (Kelas)
e. Irina Flamboyan (Interna Wanita)
f. Irina Almond (Interna)
g. Irina Sakura (Interna Pria)
h. Irina Teratai (NICU)
i. Irina Mawar (Nifas)
j. Irina Tulip (VIP)
3. Tempat Tindakan
a. OK (Kamar Operasi)
b. VK (Kamar Bersalin)
c. IGD
d. PONEK
4. Pelayanan Laboratorium
a. Pemeriksaan hematologi, kimia darah dan elektrolit
b. Pemeriksaan HIV/AIDS, Narkoba, Sputum BTA, dll
5. Pelayanan Radiologi (Photo Rontgen)
6. Pelayanan Farmasi (Apotik)
7. Pelayanan Konsultasi Gizi
8. Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan(MCU) dan Pemeriksaan Calon Haji
9. Pelayanan Kamar Jenazah dan Forensik :
a. Pengawetan dan Penitipan Jenazah
b. Otopsi
c. Kremasi Jenazah (krematorium)
12
2.1.7 Ketenagaan
Tabel 1. Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung
13
2.2.1 Visi dan Misi Instalasi Rekam Medik
2.2.1.1 Visi Instalasi Rekam Medik
Menyajikan informasi secara cepat, tepat, akurat, accountability untuk mewujudkan
Rumah Sakit Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
14
3. Mengkoordinir penyelenggaraan, pengadaan dan penyimpanan Rekam Medis
rawat jalan, rawat inap dan rawat darurat.
4. Membantu melaksanakan tugas bagian lain di lingkungan rumah sakit dalam
kegiatan pendidikan, penelitian yang telah ditetapkan oleh direktur rumah sakit.
5. Bertanggung jawab atas terselenggaranya pengadaan, penyediaan dan ketertiban
serta menjaga keamanan Rekam Medis.
15
- Melaksanakan tugas lain dari atasan.
4. Koordinator Perlengkapan
- Menyusun formulir-formulir rawat inap.
- Menerima dokumen rekam medis dari ruang perawatan.
- Memeriksa kelengkapan BRM yang kembali dari poliklinik.
- Melaksanakan tugas lain dari atasan.
5. Pelaksana Penyimpanan dan Pengembalian Kembali Rekam Medis
- Menyusun BRM berdasarkan nomor urut.
- Menjajarkan BRM di rak penyimpanan secara berurutan dari nomor kecil ke
nomor yang besar dengan benar dan tepat.
- Mengeluarkan BRM sesuai dengan nomor rekam medis yang dipinjamkan.
- Menyimpan kembali rekam medis yang telah kembali dipinjam.
- Melaksanakan tugas lain dari atasan.
6. Pelaksana Indeks
- Mengelompokkan jenis penyakit, diagnose, dan tindakan medis untuk
dimasukkan kedalam indeks penyakit dan indeks operasi.
- Mengumpulkan dan merekapitulasi data morbiditas pasien rawat jalan.
- Menyusun formulir-formulir rawat inap (bagian produksi).
7. Pelaksana Registrasi TP2RI
- Melaksanakan registrasi pasien UGD dan rawat inap.
- Merekapitulasi jenis kunjungan pasien UGD dan rawat inap.
- Menyiapkan less pasien rawat inap.
- Melaksanakan tugas dari atasan (Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medik
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung, 2012).
16
2.2.4 Struktur Organisasi Instalasi Rekam Medik
Gambar 1. Struktur Organisasi Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Bitung
DIREKTUR
Dr. Jeaneste M. Watuna, DK
KOORD.
KOORD. PENERIMAAN
KOORD. PENGOLAHAN PENGUMPULAN,
PASIEN
REKAM MEDIK PELAPORAN &
Chrisnawati S. Mustafa, PENYAJIAN DATA
Yermia Lobo, AMD. PK
SKM
Adriana A. Aponno
PENERIMAAN PASIEN
RAWAT INAP (TP2RI) CODING DATA MORBIDITAS (RL2a.
RL2a1, RL2b, RL2b1, RL2c,
Jenie M. Mangalep RL2.1, RL2.2, RL2.3)
Meike Tempo
PENERIMAAN PASIEN
DARURAT INDEKSING DATA INFEKSI
Fanny Pongoh NOSOKOMIAL (RL6)
Samsudin Usulu
FILLING
Joudy Nelwan
STATISTIK RS (Grafik BJ,
Indikator RS, 10 Penyakit
Terbanyak, 10 Penyebab
PRODUKSI RM Kematian)
Samsudin Usulu
17
BAB III. HASIL KEGIATAN
18
6. Membantu dalam kegiatan skrinning pada setiap pasien baru yang ada di setiap
perawatan rawat inap untuk melihat keadaan gizi pasien. Kegiatan ini dilakukan
pada hari Kamis, 13 Februari 2014.
7. Membantu dalam pengambilan data tentang penderita ISPA di setiap perawatan
rawat inap. Kegiatan ini dilakukan pada hari Jumat, 14 Februari 2014.
8. Membantu memisahkan berkas rekam medik menurut bulannya. Kegiatan ini
dilakukan pada hari Jumat, 14 Februari 2014.
9. Melakukan konsultasi dengan DPL selama pelaksanaan kegiatan magang,
diantaranya mengenai judul laporan magang, 10 penyakit terbanyak yang ada di
RSUD Bitung selama tahun 2013, tugas dan fungsi dari Instalasi Rekam Medik,
situasi dan permasalahan yang ditemukan, identifikasi masalah dan alternatif
pemecahan dari masalah yang ditemukan.
19
6. Seluruh staf/pegawai Rekam Medik memiliki tanggung jawab terhadap tugas dan
pekerjaan mereka masing-masing.
7. Terjalinnya hubungan yang baik, harmonis, kekeluargaan, saling menghormati &
menghargai diantara pegawai/staf Rekam Medik.
Selain beberapa kelebihan diatas, terdapat juga beberapa kekurangan yang
merupakan masalah di Instalasi Rekam Medik RSUD Bitung. Masalah-masalah yang
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Proses perekapan data masih secara manual, yang membuat data lebih lama
diolah.
2. Belum adanya tenaga D3 rekam medik di Instalasi Rekam Medik.
3. Tingginya kasus Hipertensi yang ada di RSUD Bitung khususnya pada pasien
rawat jalan selama tahun 2013.
Setelah masalah-masalah teridentifikasi, maka harus menetapkan prioritas
masalah. Metode yang digunakan untuk menetapkan prioritas masalah adalah
observasi dan wawancara di Instalasi Rekam Medik. Adapun prioritas masalah yang
ditemukan adalah tingginya kasus Hipertensi yang ada di RSUD Bitung khususnya
pada pasien rawat jalan.
20
Tabel 2. 10 Macam Penyakit Tertinggi Pada Pasien Rawat Jalan Tahun 2013
No Diagnosa Jumlah
1 Hipertensi 2.606
2 Diabetes Mellitus 1.831
3 TB Paru 1.148
4 Ispa 1.576
5 Low Back Pain (LBP) 924
6 Osteo Artritis 821
7 Bronchitis 733
8 Gastritis 656
9 PPOM/PPOK 623
10 Febris 526
Total 11.444
Sumber: Rekam Medik RSUD Bitung, 2014
Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa penyakit tertinggi selama tahun
2013 adalah Hipertensi yang berjumlah 2.606 kasus.
21
1.3 Alternatif Pemecahan Masalah
Dari masalah yang terindentifikasi maka penulis menggunakan metode problem tree
analysis untuk penentuan alternatif pemecahan masalah.
Hipertensi
Faktor
budaya
Kurangnya
dana
22
Beberapa permasalahan yang menyebabkan masih tingginya kasus Hipertensi
berdasarkan analisis pohon masalah adalah sebagai berikut:
Dari data yang didapatkan maka alternatif pemecahan masalah yang diberikan adalah
sebagai berikut :
23
4. Turut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas pendidik perguruan tinggi dalam
menciptakan kelulusan yang berkualitas, terampil dan memiliki pengalaman
kerja.
5. Terciptanya kerjasama yang baik antara pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Bitung dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.
24
BAB IV. PEMBAHASAN
25
4.3 Klasifikasi Tekanan Darah
Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-
satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah
secara teratur. Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter mercuri (mmHg) dan
digambarkan sebagai dua angka tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik.
Angka yang lebih tinggi diperoleh saat jantung berkontraksi (sistolik), sedangkan
angka yang lebih rendah didapatkan ketika jantung berelaksasi (diastolik). Namun
jika tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai tekanan darah
yang normal. Pada takanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik
dan diastolik. Karena itu, tekanan darah tinggi umumnya terjadi pada tekanan di atas
140/90 mmHg, yang diukur di kedua lengan sebanyak 3x dalam jangka beberapa
minggu (Adib M, 2011).
4.4 Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang
berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner
untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi
masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di
beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka
jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah.
Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang
tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun.
26
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan
menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan
pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita
hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai
dengan 15%, tetapi angka prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah
sebesar 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6%
sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8% (Angraini A D
dkk, 2009).
b. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang
berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada
orang yang bertambah usianya.
27
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena
interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan
meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh
karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah
akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik
meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada
penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik
meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung
menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada
usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan
tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah
berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal
dan laju filtrasi glomerulus menurun.
c. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang
tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita
pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi
sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya
sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita
umur 45 - 55 tahun.
d. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit
putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang
28
kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap
vasopresin lebih besar.
e. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan
kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH,
1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan
dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT
<25 (status gizi normal menurut standar internasional).
29
g. Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan
dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri
renal yang mengalami ateriosklerosis (Anggraini A D dkk, 2009).
30
17. pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki,
18. keringat berlebihan,
19. kulit tampak pucat atau kemerahan,
20. denyut jantung yang kuat, cepat atau tidak teraratur,
21. impotensi,
22. darah di urine,
23. dan mimisan (jarang dilaporkan) (Puspitorini M, 2008).
4.7 Komplikasi
Hipertensi harus dikendalikan, sebab semakin lama tekanan yang berlebihan pada
dinding arteri dapat merusak banyak organ vital dalam tubuh. Tempat-tempat utama
yang paling dipengaruhi hipertensi adalah pembuluh arteri, jantung, otak, ginjal, dan
mata (Suiraoka IP, 2012).
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal
jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah
yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi
yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10 - 20 tahun.
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol
dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang
sering terjadi adalah penyakit dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.
Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi
akibat hipertensi, yaitu:
31
Tabel 4. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal,
jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai
dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering diterjadi
perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroancurisme yang dapat
mengakibatkan kematian. Kelainan lain juga dapat terjadi adalah proses
tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara. Gagal ginjal sering dijumpai
sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi
maligna.
Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50
tahun, merupakan factor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari
tekanan darah 115/75, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskuler dua kali (Anggraini A D dkk, 2009).
32
rendah kolesterol dan lemak jenuh) serta mengupayakan perubahan kondisi
(menghindari stress dan mengobati penyakit).
a. Mengatasi obesitas dan mengontrol berat badan
Bagi penderita obesitas, pertama harus mengupayakan mengatasi obesitasnya. Karena
selain beresiko akan terkena hipertensi, penderita obesitas juga beresiko terkena
penyakit-penyakit lainnya. Bagi yang belum obesitas, penting sekali untuk
mengontrol berat badan. Berat badan yang berlebihan akan membebani kerja jantung.
Cara terbaik mengontrol berat badan adalah dengan mengurangi makanan yang
mengandung lemak dan melakukan olahraga secara teratur.
c. Menghindari stress
Suasana yang nyaman dan tenang mutlak diperlukan dalam hidup ini. Menjauhkan
diri dari hal-hal yang membuat stress akan mengurangi resiko terkena hipertensi.
Oleh karena itu perlu mencoba berbagai metode relaksasi yang dapat mengontrol
sistem saraf yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah.
33
f. Meningkatkan aktivitas fisik
Olahraga dan latihan fisik secara teratur terbukti dapat menurunkan tekanan darah ke
tingkat normal dan menurunkan resiko serangan hipertensi 50% lebih besar dibanding
orang yang tidak aktif melakukan olahraga.
g. Mengobati penyakit
Adanya penyakit-penyakit tertentu, dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Usaha
yang dapat dilakukan dengan mengobati penyakit tersebut agar tidak menimbulkan
komplikasi hipertensi, sehingga tidak semakin memperburuk kesehatannya (Suiraoka
IP, 2012).
34
BAB V. PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Penyakit tidak menular hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung
merupakan masalah kesehatan masyarakat.
2. Berdasarkan laporan data kesakitan di tahun 2013, penyakit hipertensi masuk
dalam 10 penyakit terbanyak dan menduduki peringkat nomor 1 dengan jumlah
2.606 kasus.
3. Tingginya kasus Hipertensi yang dianalisis dengan menggunakan metode
problem tree, disebabkan karena kurangya dana yang menyebabkan kurangnya
pelatihan mengenai hipertensi kepada tenaga kesehatan dan juga kurangnya
kegiatan penyuluhan, serta disebabkan juga oleh faktor budaya masyarakat Kota
Bitung.
4. Dari masalah yang didapatkan, maka alternatife dari pemecahan masalah yaitu:
a. Perlu memberdayakan petugas kesehatan yang ada secara optimal dengan
mengikut sertakan dalam pelatihan tentang Hipertensi.
b. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang Hipertensi baik secara
lisan maupun tulisan seperti konsultasi gizi, sosialisasi mengenai manfaat
pemeriksaan tekanan darah secara rutin, penyebaran leaflet, penempelan
poster. Penyuluhan ini bertujuan untuk mengubah gaya hidup masyarakat
dalam hal konsumsi makanan, dan meningkatkan aktivitas fisik masyarakat.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan yatu:
1. Bagi Penderita dan Keluarga Penderita:
a. Perawatan dan pengawasan yang baik dan benar sangat diperlukan dari pihak
keluarga, seperti pengobatan dan pemakaian obat secara teratur oleh penderita,
juga pentingnya pemeriksaan tekanan darah secara rutin.
35
b. Menjalani pola hidup yang sehat, seperti menghindari pola asupan garam yang
tinggi, menghentikan kebiasaan merokok bagi perokok, serta menghindari
stress untuk mencegah timbulnya komplikasi lebih lanjut.
2. Bagi Masyarakat:
a. Untuk lebih meningkatkan kesehatan tubuh.
b. Deteksi dini terhadap Hipertensi terutama pada masyarakat yang memiliki
faktor risiko untuk terjadinya hipertensi melalui perbaikan pola hidup, tetap
menjaga berat badan, pola makan dan aktivitas fisik serta dengan rutin
mengontrol tekanan darah.
3. Bagi Rumah Sakit:
a. Lebih meningkatkan pelayanan yang ada.
b. Sebaiknya pengolahan data sudah menggunakan sistem komputer, agar lebih
efektif dan efisien, dan
c. Diadakannya penambahan staf/pegawai Rumah Sakit khususnya di bidang
Rekam Medik yang mempunyai latar belakang pendidikan D3 rekam medik.
36
DAFTAR PUSTAKA
Annonymous. 2014. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung. Bitung.
37
Korneliani K, Meida D. 2012. Hubungan Obesitas Dan Stress Dengan Kejadian
Hipertensi Guru SD Wanita, (online),
(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/1769.pdf). diakses
pada tanggal 25 Februari 2014).
Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
38
39
Lampiran 1. Catatan Kegiatan Harian Peserta Magang
40
41
42
43
Lampiran 2. Lembar Pembimbingan dari Pembimbing Lapangan
44
Lampiran 3. Lembar Pembimbingan dari Pembimbing Materi
45
Lampiran 4. Daftar Hadir Peserta Magang di Tempat Magang
46
47
Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Magang
48
Saat Bimbingan dengan Pembimbing Lapangan,
Ibu Chrisnawaty S. Mustafa, SKM
49
Penerimaan Pasien di Loket TP2RJ & TP2RI
50
Gudang Penyimpanan Berkas Rekam Medik
51
Lampiran 6. Lembar Identitas Peserta Magang
52