Anda di halaman 1dari 9

SETRUM – Volume 4, No.

2, Desember 2015 ISSN : 2301-4652

Prototipe Rele Proteksi Overheating pada Motor 1 Phasa Berbasis


Mikrokontroler AT89C51
Endi Permata1
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Cilegon, Indonesia
endi_permata@yahoo.com

Abstrak – Rele proteksi panas berlebih berbasis mikrokontroler AT89S51 merupakan suatu alat yang
digunakan untuk memproteksi motor agar tidak terjadinya kerusakan pada motor. Pada penelitian ini dibuat
prototipe rele proteksi panas berlebih pada motor 1 phasa berbasis mikrokontroler AT89S51 berdasarkan
kelas isolator yang dipakai pada motor yaitu Y dan A dengan sistem pengendalinya adalah miukrokontroler
AT89C51. Mikrokontroler AT89C51 sebagai pengendali dari piranti – piranti lain yang digunakan seperti
sensor suhu LM35, Op-Amp, dan ADC, apabila suhu yang terdeteksi oleh sensor tidak sesuai dengan
penyetingan batasnya tersebut maka mikrokontroler AT89C51 memerintahkan ke relay 12 Vdc untuk
membunyikan alarm dan juga menghidupkan kontaktor yang terhubung ke motor. Sehingga Motor
terselamatkan dari gangguan panas berlebih yang dapat menyebabkan motor terbakar. Adapun untuk
mengetahui pada suhu berapa terjadinya gangguan pada motor ditampilkan melalui display LCD 16x2.

Kata kunci : Rele Proteksi, Mikrokontroler Atmel AT89C51, Sensor Suhu LM35.

Abstract – Rele overheating protection based on microcontroller AT89S51 is a tool that is used to protect the
motor so that no damage to the motor. In this research prototype of the protection relay overheating of the
motor 1 phase-based microcontroller AT89S51 based class insulator used in the motor is Y and A with its
control system is miukrokontroler AT89C51. AT89C51 microcontroller as the controller of the device - other
devices that are used as the LM35 temperature sensor, Op-Amp, and ADC, when the temperature detected by
the sensor is not in accordance with the setup of the limits of the microcontroller AT89C51 ordered to relay
12 Vdc to sound an alarm and turn on the contactor which is connected to the motor. So that was saved from
disruption Motor overheating that can cause the motor to burn. As to determine at what temperature the
disturbance of the motor is displayed through the LCD display 16x2.

Keywords : Relay Protection, Microcontroller Atmel AT89C51, LM35 temperature sensor.

I. PENDAHULUAN Penggunaan mikrokontroler AT89S51 sebagai basis


pembahasan dalam penelitian ini karena mikrokontroler
Penggunaan mikrokontroler sangat luas, tidak hanya ini memiliki kelengkapan-kelengkapan yang diperlukan
untuk akuisisi data melainkan juga untuk pengendalian di untuk bekerja sebagai sistem single chip dan juga
pabrik-pabrik, kebutuhan peralatan kantor, peralatan pertimbangan ekonomis.
rumah tangga, automobil, pengendalian peralatan listrik, A. Op-Amp (operational Amplifier)
dan sebagainya. Hal ini disebabkan mikrokontroler Operational Amplifier atau di singkat op-amp
merupakan sistem mikroprosesor (yang didalamnya merupakan salah satu komponen analog yang biasa
terdapat CPU, ROM, RAM dan I/O) yang telah terpadu digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian elektronika.
pada satu keping (single chip), selain itu mikrokontroler Op-amp pada dasarnya adalah sebuah differential
AT89C51 murah dan mudah didapatkan di pasaran. amplifier (penguat diferensial) yang memiliki dua
Dalam pemakaiannya mikrokontroler dapat masukan, input (masukan) op-amp seperti yang telah
dihubungkan dengan peralatan antarmuka (interface) diketahui ada yang dinamakan input inverting dan non-
yang berlaku sebagai peranti masukan atau keluaran. inverting. Aplikasi op-amp yang paling sering dibuat
Melalui interface inilah mikrokontroler dapat antara lain adalah rangkaian inverter, non-inverter,
mengendalikan berbagai peralatan lain. Dengan integrator dan differensiator. Di dalam op-amp rangkaian
memahami cara kerja mikrokontroler tersebut, maka feedback (umpan balik) negatif memegang peranan
penulis selanjutnya mencoba untuk merancang dan penting. Secara umum, umpanbalik positif akan
merakit sebuah alat yang merupakan sebagian dari menghasilkan osilasi sedangkan umpanbalik negatif
aplikasi-aplikasi yang lain yaitu Perancangan sistem menghasilkan penguatan yang dapat terukur.
kontrol otomatis yang digunakan untuk rele proteksi
overheating atau panas berlebih pada motor 1 phasa 1. Non-Inverting Op-Amp
berbasis mikrokontroler AT89C51. Mikrokontroler yang Prinsip utama rangkaian penguat non-inverting
di gunakan adalah AT89C51 yang masih merupakan adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 1. Penguat
keluarga arsitektur MCS-51. ini memiliki masukan yang dibuat melalui input non-
inverting. Dengan demikian tegangan keluaran rangkaian
1
SETRUM – Volume 4, No. 2, Desember 2015 ISSN : 2301-4652

ini akan satu fasa dengan tegangan inputnya. Di dalam


menganalisa rangkaian penguat op-amp non inverting
sama dengan cara menganalisa rangkaian penguat op-
amp inverting.

Sistem mikroprosesor atau mikrokontroler hanya


dapat mengolah (memproses) data dalam bentuk biner
saja, atau lebih sering disebut besaran digital, oleh sebab
itu setiap data analog yang akan diproses oleh
mikroprosesor atau mikrokontroler harus diubah terlebih
dahulu kedalam bentuk kode biner (digital). Tegangan
Gambar 1. Penguat Non-Inverting analog yang merupakan masukkan dari ADC berasal dari
transducer. Transducer inilah yang mengubah besaran
Ada dua aturan penting dalam melakukan analisa kontinyu seperti temperature, frekuensi, tekanan,
rangkaian op-amp berdasarkan karakteristik op-amp kecepatan, ataupun putaran motor menjadi tegangan
ideal. Aturan ini dalam beberapa literatur dinamakan listrik. Tegangan listrik yang dihasilkan oleh transducer
golden rule, yaitu : yang merubah secara kontinyu pada suatu range tertentu
- Aturan 1, perbedaan tegangan antara input V+ dan disebut tegangan analog, tegangan analog ini diubah oleh
V- adalah nol (V+ - V- = 0 atau V+ = V- ) ADC menjadi bentuk digital yang sebanding dengan
- Aturan 2, arus pada input Op-amp adalah nol (I(+) = tegangan analognya.
I(-) = 0)
Dengan menggunakan aturan 1 dan 2, kita uraikan
dulu beberapa fakta yang ada, antara lain :
Vin = V- = V+ = 0
Dari sini ketahui tegangan jepit pada R2 adalah :
Vout – V- = Vout – Vin ADC0809
Iout = (Vout – Vin) / R2
Lalu tegangan jepit pada R1 adalah :
V- = Vin
IR1 = Vin / R1
Hukum kirchkof pada titik input inverting
merupakan fakta yang mengatakan bahwa :
Iout + I(-) = IR1 Gambar 2. Pin ADC 0809 8-bit
Aturan 2 mengatakan bahwa I(-) = 0 dan jika
disubsitusi ke rumus yang sebelumnya, maka diperoleh : B. Mikrokontroler AT89C51
Iout = IR1 AT89C51 merupakan salah satu produk
(Vout – Vin) / R2 = Vin / R1 mikrokontroler yang dikeluarkan oleh Atmel.
Vout = Vin (1 + R2/R1) Mikrokontroler AT89S51 sendiri terbentuk dari
Jika penguatan G adalah perbandingan tegangan perpaduan arsitektur perangkat keras keluarga
keluaran terhadap tegangan masukan, maka didapat mikrokontroler MCS51 dari Intel dan tambahan teknologi
penguatan op-amp non-inverting : Flash Memori, sehingga AT89C51 terbentuk sebagai
G = Vout/Vin = 1 + R2/R1 mikrokontroler dengan fasilitas timer, port serial, 32 kaki
I/O, RAM dan Flash Memori yang digunakan untuk
2. Analog To Digital Converter (ADC) keperluan penyimpanan program. Dengan demikian,
ADC0809 adalah IC pengubah tegangan analog desain elektronika menjadi ringkas, praktis dan ekonomis
menjadi tegangan digital dengan masukan berupa 8 kanal karena dimungkinkan untuk membuat suatu sistem hanya
input yang dapat dipilih. IC ADC0809 dapat melakukan dalam satu single chip saja. Mikrokontroler AT89C51
proses konversi secara terkontrol (terprogram) atau pun terdiri beberapa bagian yang berfungsi untuk mendukung
free running, artinya ADC tersebut akan mengkonversi pengendaliannya, bagian-bagiannya sebagai berikut:
terus-menerus sinyal input yang masuk ke ADC. 1. Kapasitas memori internal 4 Kb (flash
Tabel 1. Pemilihan Kanal Input ADC0809 4Kbytes)
2. 128 × 8 byte RAM (Random Acess Memory)
internal
3. 32 jalur I/O yang dapat deprogram

2
SETRUM – Volume 4, No. 2, Desember 2015 ISSN : 2301-4652

4. 2 buah 16-bit pewaktu/pencacah menampilkan suatu karakter sehingga LCD matriks dapat
(timer/counters) ditampilkan lebih banyak bentuk karakter dibanding
5. Serial port full duplex modul tampilan lainnya.
6. Chip oscillator dan clock
7. 6 buah sumber interupsi
8. Kompatibel dengan semua produk MCS-51

Gambar 5. LCD M1632


D. Relay
Relay adalah alat yang dioprasikan dengan listrik
yang secara mekanis mengontrol penghubungan
rangkaian listrik. Relay adalah bagian yang penting dari
banyak sistem kontrol, bermanfaat untuk kontrol jarak
jauh dan untuk pengontrolan alat tegangan dan arus
tinggi dengan sinyal kontrol tegangan dan arus rendah.
Kontak-kontak atau kutub-kutub dari relay umumnya
memilki tiga dasar pemakaian yaitu :
1. Bila kumparan dialiri listrik maka kontaknya
akan menutup dan disebut sebagai kontak
Normally Open (NO).
2. Bila kumparan dialiri listrik maka kontaknya akan
Gambar 3. Konfigurasi pin AT98C51
membuka dan disebut sebagai kontak Normally
Close (NC).
Gambar berikut di bawah ini merupakan gambar
3. Tukar-sambung (Change Over/CO), relai jenis ini
arsitektur perangkat keras mikrokontroler AT89C51.
mempunyai kontak tengah yang normalnya
tertutup tetapi melepaskan diri dari posisi ini dan
membuat kontak dengan yang lain bila relai dialiri
listrik.

Gambar 6. Jenis Kontak Relay

Relai dapat menarik kontak-kontak, kalau gaya


magnet dapat mengalahkan gaya pegas yang
melawannya. Maka kontak pun menutuplah. Besarnya
gaya magnet ditetapkan oleh kuat medan magnet yag ada
di dalam celah udara, diantara jangkar dan inti. Adapun
kuat medan ini bergantung pula kepada banyaknya lilitan
kumparan itu, atau dengan singkat: bergantung kepada
ampere-lilitan.
Gambar 4. Arsitektur AT89C51 Kuat medan didalam celah udara juga akan makin
kuat, kalau letak jangkar makin dekat pada inti. Jarak
C. Display Modul LCD 16 X 2 antara jangkar dan inti dapat diatur-atur dengan sekerup
Liquid Crystal Display atau biasa juga disebut LCD penyetel. Dengan jarak yang kecil, maka daya tarik dapat
adalah salah satu jenis tampilan yang dapat digunakan dibesarkan, tetapi saat-saat membuka akan kurang
untuk menampilkan karakter-karakter angka, huruf dan memuaskan.
karakter-karakter simbol lainnya selain tampilan LCD
lain dan tampilan seven segments. Keistimewaan dari
LCD matriks ini dibanding LCD lain dan seven segment
adalah dapat digunakan untuk menampilkan karakter-
karakter simbol seperti, , ,  , { , } dan lain
sebagainya. Hal ini karena pada LCD matriks digunakan
dot-matriks (titik-titik yang membentuk matriks) untuk
3
SETRUM – Volume 4, No. 2, Desember 2015 ISSN : 2301-4652

Gambar 9. Penampang Motor Induksi 1Ф

G. Bahan Isolator (Insulator)


Bahan isolator adalah bahan non metal dan
mernpunyai koefisien temperatur tahanan negatif. Bahan
ini sangat penting terutama untuk mencegah terjadinya
Gambar 7. Konstruksi Relay ledakan listrik karena perbedaan tegangan yang ada.
Hampir semua peralatan listrik menggunakan bahan
E. Kontaktor Elektromagnetik isolator terutama dalam pemasangannya. Tahanan isolasi
Pada dasarnya, prinsip kerja kontaktor dipengaruhi oleh :
elektromagnetik sama dengan relay. Namun biasanya 1. Temperatur, jika temperatur naik maka
kontaktor di gunakn untuk arus AC.biasanya kontaktor di tahanan isolasinya akan turun.
gunakan secara bersamaan atau dikombinasi dengan 2. Kelembaban, tahanan bahan isolasi akan turun
relay. Kontaktor eletromagnetik juga dapat dipergunakna pada daerah yang mempunyai kelembaban yang
untuk pengasutan, pengereman berulang kali, dan tinggi.
pengendalian motor dan peralatan elektrik, dengan 3. Tegangan yang digunakan. Jika tegangan yang
menggunakan saklar tekan tombol untuk kendali. Ia dinaikkan maka tahanan isolasinya akan turun.
mempunyai kemampuan untuk pensaklaran arus lebih
4. Umur bahan, tahanan isolasi akan turun jika bahan
seperti arus asut dari motor, tapi tak ada kemampuan
sudah lama dipakai atau disimpan.
untuk memutus arus abnormal seperti dalam hal hubung
singkat motor. Karena itu, untuk pemutus arus abnormal,
sekring atau pemutus daya juga diperlukan.
a. Sifat Termal Isolator
Sifat-sifat thermal yag harus diperhtikan dalam
pemilihan bahan isolator adalah:
1. Titik lebur, sebaiknya dicari bahan yang
titik leburnya tinggi supaya tidak mudah
leleh.
2. Angka pemuaian panas, dicari bahan yang
paling kecil angka pemuaiannya.
3. Thermal Konduktivity, hal ini disesuaikan
dengan penggunaannya. Jika dikehendaki bahan
harus mendistribusikan panas maka bahan yang
hantaran panasnya tinggi harus dipilih. Namun
biasanya untuk isolator memiliki hantaran panas
rendah.
Gambar 8. Konstruksi Kontaktor Elektromagnetik 4. Mudah terbakar/menyala, harus dicari bahan
yang tidak mudah terbakar, jika terbakar maka
F. Motor Arus Bolak – Balik 1Ф ( Motor AC ) harus tahan terhadap keretakan.
Motor arus bolak - balik atau motor AC adalah 5. Tidak lembek
suatu mesin listrik yang berkerja dengan merubah energi
6. Tahan Terhadap Panas
listrik AC menjadi energi mekanis.
Suatu motor AC terdiri dari stator, rotor. Stator
merupakan kutub-kutub medan magnet yang tidak Tabel 2. Klasifikasi Bahan Isolasi
bergerak (statis), sedangkan rotor merupakan kutub
Kelas Suhu Kerja Maksimum
medan magnet yang berputar. Motor 1Ф memiliki suatu
Y 90°C
saklar sentrifugal yang diperlukan untuk keperluan start,
hal ini disebabkan karenafluks yang dihasilkan oleh A 105°C
kumparan stator atau fasa bukanlah suatu medan putar, E 120°C
melainkan suatu medan bolak balik ini tidak akan B 130°C
menyebabkan sebuah rotor berputar F 155°C
H 180°C
C Diatas 180°C
II. METODE PENELITIAN

A. Perancangan Alat
4
SETRUM – Volume 4, No. 2, Desember 2015 ISSN : 2301-4652

Perancangan dan pembuatan alat merupakan bagian


yang terpenting dari penelitian ini yaitu prototipe rele
proteksi overheat pada motor 1 phasa berbasis
mikrokontroler AT89C51. Pada prinsipnya perancangan
dan sistematik yang baik akan memberikan kemudahan-
kemudahan dalam proses pembuatan alat.

DISPLAY
LCD M1632

MIKROKONTROLLER ADC 0809


Op AMP
AT89C51

SENSOR
SUHU
LM35D
M
Gambar 12. Skema Modul ADC-0809

KONTAKTOR/ Analog-to-Digital Converter adalah sebuah peralatan


ALARM
yang paling sering digunakan untuk melakukan
Gambar 10. Blok Diagram Rangkaian pencuplikan data (data acquisition). Komputer Digital
selalu menggunakan nilai-nilai biner (discrete), tapi
Adapun fungsi dari peralatan pada gambar diatas dalam dunia nyata semua adalah analog (continuous).
adalah sebagai berikut: Suhu, tekanan (gas atau cair), kelembaban, dan
1. Sensor LM35 sebagai pendeteksi panas yang terjadi kebisingan adalah beberapa contoh dari nilai-nilai fisika
pada motor yang akrab dengan kita. Nilai fisika tersebut harus
2. Rangkaian Op-Amp non-Inverting sebagai penguat dikonversi menjadi nilai listrik dengan alat yang
dari rangkain sensor, agar kenaikan setiap derajat C digolongkan sebagai tranduser. Tranduser kadang-kadang
sama dengan kenaikan perbit pada ADC. juga disebut sebagai sensor. Masing-masing sensor
3. ADC 0809 sebagai converter dari sinyal masukan misalnya Suhu, Velocity, Tekanan, Cahaya, dan yang
analog berupa tegangan dari sensor, kemudian di lainnya, memiliki output besaran listrik. Dan kita butuh
ubah menjadi bilangan biner agar mudah untuk di sebuah konverter analog-ke-digital untuk mengartikan
deteksi oleh rangkaian mikrokontroler besaran besaran listrik tersebut menjadi besaran-besaran
4. Mikrokontroler AT89S51 sebagai otak/pemroses angka digital yang dimengerti komputer. Di dunia
semua modul baik aksi maupun reaksi dari program mikrokontroller chip yang sudah terkenal adalah
keseluruhan ADC0809.
5. Display LCD M1632 sebagai penampil suhu yang
terdeteksi dan juga sebagai indicator pada suhu
berapa rele berkerja/bereaksi.
6. Kontaktor/alarm memberikan informasi kepada
operator bahwasanya terjadi gangguan overheat
pada motor

Gambar 13. Modul Mikrokontroler

Gambar 11. Rangkaian Op-Amp dan LM35 Pada perancangan ini, penulis membuat rangkaian
mikrokontroler dengan kapasitor 10µF diparalel dengan
resistor 10KΩ, kapasitor dihubungkan dengan tegangan
sebesar 5 volt sedangkan resistor dihubungkan ke ground,
kemudian pada titik antara kapasitor dan resistor
dihubungkan pada IC AT89S51 kaki 9 (Pin 9), rangkaian
ini digunakan untuk rangkaian reset.
Mikrokontroler di-reset pada transisi tegangan
rendah ke tegangan tinggi dan mengeksekusi program

5
SETRUM – Volume 4, No. 2, Desember 2015 ISSN : 2301-4652

pada saat reset (RST) dalam keadaan logika rendah. Oleh


karena itu pada pin RST dipasang kapasitor yang
terhubung ke Vcc dan resistor ke ground yang akan
menjaga RST bernilai 1 pada saat pengisian kapasitor dan
akan kembali 0 sesaat kemudian, dengan demikian
mikrokontroler akan di-reset setiap kali diberi catu daya.
Kemudian 1 buah kristal dihubungkan diantara kaki 18
dan 19 yaitu XTAL1 dan XTAL2 pada mikrokontroler
dan hubungkan 2 kapasitor 33pF ke ground, rangkaian ini
digunakan sebagai sumber detak (clock) ke CPU.
Gambar 16. Rangkaian Power Supply

Power Supply merupakan komponen yang sangat


perlu diperhatikan dalam suatu sistem kontrol. Performa
kerja dari suatu sistem kontrol sangat tergantung pada
power supply itu sendiri, intinya secanggih apapun suatu
sistem yang kita bangun tanpa ditunjang oleh power
supply yang optimal maka akan mempengaruhi atau
mengurangi performa kerja sistem tersebut. Power supply
Gambar 14. Rangkaian Relay 12 VDC yang dirancang pada modul ini dimaksudkan untuk
memberikan supply daya kepada mikrokontroler.
Rangkaian ini dirancang dengan tujuan sebagai alat
penggerak atau saklar untuk mengontak sebuah kontaktor B. Perancangan Perangkat Lunak (Software)
dan alarm. Ketika rangkaian mikrokontroler mendeteksi 1. Personal Computer (PC)
adanya gangguan maka dengan waktu kurang dari 5 detik Pada dasarnya PC yang dipakai pada penelitian ini
rangkaian mikrokontroler memerintahkan (mengontak) adalah PC yang kompetibel, dengan konfigurasi tidak
relay untuk memutus hubungan AC pada motor yang mengikat. Adapun PC yang penulis gunakan adalah:
telah dihubungkan ke kontaktor sebelumnya.  Prosesor Pentium 4 1,8 GHZ
 DDRAM 512 MB
 Hard Disk 40 GB
 Video RAM 64 MB
 Sistem Operasi Windows XP SP2
2. Perancangan Perangkat Lunak (Software)
Untuk membuat suatu program yang dapat
direalisaikan dengan hardware maka penulis membuat
program sumber atau source code dengan program editor
biasa seperti notepad pada windows atau sidekick pada
Gambar 15. Rangkaian LCD M1632 yang terkendali oleh Dos. Setelah program dibuat sesuai dengan penulis
AT89S51 inginkan, program sumber tersebut diterjemahkan ke
dalam bahasa mesin, dalam hal ini penulis mengunakan
LCD berfungsi sebagai tampilan dari data atau nilai program Assembler (ASM51) sebagai program
yang dimasukan melalui pembanding. LCD yang compilernya. Hasil kerja assembler adalah “program
digunakan jenis M1632 standar dengan tampilan 16×2 objek” dan juga “assembly listing”.
baris dengan konsumsi daya yang rendah. LCD dicatu
dengan tegangan +5V pada Vcc dan ground. Di samping
itu juga menggunakan variabel resistor 10KΩ sebagai
pengatur tegangan kontras LCD pada kaki 3. Untuk kaki
yang berfungsi sebagai read and write (R/W)
dihubungkan ke ground. Kaki yang berfungsi sebagai
enable (E) atau pengaktifan LCD dihubungkan ke port
3.2.Untuk backlight di hubungkan ke catu daya 5volt DC.
Sedangkan kaki register pemilih sinyal data LCD
dihubungkan ke port 2.1. Bus data D4 s/d D7 yang
terdapat di LCD dihubungkan ke AT89C51 melalui port
0.4 s/d port 0.7

Gambar 17. Program Source Code Pada Notepad

Pada gambar di atas merupakan program source code


yang akan di Assembler menggunakan ASM51. Hasil
kerja assembler adalah “program objek” dan juga
“assembly listing”.
6
SETRUM – Volume 4, No. 2, Desember 2015 ISSN : 2301-4652

VOUT Sensor VOUT Op-Amp


(mV) (mV)
435.6 866.8
445.5 886.5
455.4 906.2
465.3 925.9
475.2 945.6
485.1 965.3
Gambar 18. Tampilan Program ASM51 495 985
Program objek berisikan kode-kode bahasa mesin, 504.9 1004.7
kemudian kode-kode bahasa mesin inilah yang
514.8 1024.4
diumpankan ke memori program prosesor, program ini
disiskan ke dalam Flash PEROM yang ada di dalam chip 524.7 1044.1
AT89C51. Untuk memasukan program ke dalam Flash
534.6 1063.8
PEROM AT89C51 diperlukan sebuah alat yang disebut
Downloader atau Flash Perom Programmer. Gambar di 544.5 1083.5
bawah ini merupakan jenis downloader atau Flash Perom
554.4 1103.3
Programmer yang digunakan oleh penulis.
564.3 1123
574.2 1142.7
584.1 1162.4
594 1182.1
603.9 1201.8
613.8 1221.5
623.7 1241.2
633.6 1260.9
Gambar 19. DT-HIQ Programmer
643.5 1280.6
Assembly Listing merupakan naskah yang berasal 653.4 1300.3
dari program sumber, dalam naskah tersebut pada bagian
sebelah setiap baris dari program sumber diberi tambahan 663.3 1320
hasil terjemahan program Assembler. Tambahan tersebut 673.2 1339. 7
berupa nomor alamat memori program berikut dengan
kode yang akan diisikan pada memori program 683.1 1359.4
bersangkutan. Naskah ini sangat berguna untuk 693 1379.1
dokumentasi dan sarana untuk menelusuri program yang
ditulis. 702.9 1398.8
712.8 1418.5
III. HASIL DAN ANALISIS
722.7 1438.2
A. Pengujian Sensor LM35 dan Op-Amp 732.6 1457.9
Dari tegangan yang dihasilkan pada sensor dan
setelah penguatan didapat hasil seperti pada tabel 1. 742.5 1477.6
752.4 1497.3
Tabel 1. Hasil Pengukuran VOUT Sensor dan VOUT Op-
Amp 762.3 1517
VOUT Sensor VOUT Op-Amp 772.2 1536.7
(mV) (mV)
782.1 1556.4
396 788
792 1576.1
405.9 807.7
801.9 1595.8
415.8 827.4
811.8 1615.5
425.7 847.1

7
SETRUM – Volume 4, No. 2, Desember 2015 ISSN : 2301-4652

VOUT Sensor VOUT Op-Amp Jika input analog diberi 0,1 volt maka dengan
(mV) (mV) persamaan 4.1 didapat keluaran binernya = 0000 0101
(0,1 volt/0,02 volt = 5 maka binernya = 0000 0101).
821.7 1635.2 Adapun hasil penerjemahan suhu berdasarkan input
831.6 1654.9 ADC pada LCD ditunjukkan oleh gambar 20 dan 21.
841.5 1674.6
851.4 1694.3
861.3 1714
871.2 1733.7
881.1 1753.4
891 1773.1
900.9 1792.8 Gambar 20. Grafik Suhu Berdasarkan Input Tegangan
ADC Saat Seting Kelas Isolator Y
910.8 1812.5
920.7 1832.2
930.6 1851.9
940.5 1871.6
950.4 1891.3
960.3 1910.3
970.2 1930.3 Gambar 21. Grafik Suhu Berdasarkan Input Tegangan
980.1 1950.4 ADC Saat Seting Kelas Isolator A

990 1970.1 Tabel 2. Konversi Data ADC ke Suhu


999.9 1989.8 Hasil Pembulatan Suhu
Suhu (ºC)
ADC (ºC)
1009.8 2009.5
28 39.216 39
1019.7 2029.2 29 40.1964 40
1029.6 2048.9 2A 41.1768 41
1039.5 2068.6 2B 42.1572 42
2C 43.1376 43
1049.4 2088.3
2D 44.118 44
1059.3 2108 2E 45.0984 45
2F 46.0788 46
B. Pengujian ADC 0809
Rangkaian ADC 0809 menggunakan metoda 30 47.0592 47
berurutan (Successive Approximation Register) yang 31 48.0396 48
proses konversinya secara berurutan. Adapun output dari 32 49.02 49
sensor dihubungkan ke kaki 26 ADC. Kaki 12 pada ADC
ini menunjukan tegangan referensi (Vref) merupakan 33 50.0004 50
tegangan masukan maksimum yaitu tegangan yang 34 50.9808 51
menghasilkan keluaran digital FFH. Pada rangkaian ini 35 51.9612 52
kaki 12 dipakai berarti harga dari Vref sama dengan VCC 36 52.9416 53
(+5V). ini memberikan jangkauan konversi pada
masukan analog dari 0 volt sampai dengan +5 volt. 37 53.922 54
Dengan membagi nilai Vref dengan keluaran digital 38 54.9024 55
maksimum 8 bit yaitu FFH maka dari persamaan 1 39 55.8828 56
didapat hasil konversi ADC sebagai berikut :
3A 56.8632 57
Vin
ADC  ......…............………(1) 3B 57.8436 58
r 3C 58.824 59
Dimana : ADC adalah hasil konversi
3D 59.8044 60
Vin adalah tegangan masukan ADC dan,
r adalah resolusi 3E 60.7848 61
3F 61.7652 62

8
SETRUM – Volume 4, No. 2, Desember 2015 ISSN : 2301-4652

Hasil Pembulatan Suhu IV. KESIMPULAN


Suhu (ºC)
ADC (ºC)
40 62.7456 63 Dari hasil perancangan, pembuatan, pembahasan
dan pengujian alat yang telah dilakukan dapat penulis
41 63.726 64 simpulkan bahwa :
42 64.7064 65 1. Pada percobaan rangkaian sensor temperatur, respon
43 65.6868 66 tegangan penguat terhadap keluaran analog to
digital converter (ADC) berkisar 0.02V tiap
44 66.6672 67
kenaikan data biner pada analog to digital coverter
45 67.6476 68 (ADC) atau data suhu pada LCD .
46 68.628 69 2. Sistem yang dibuat adalah pencegahan atau
47 69.6084 70 pengamanan terjadinya panas berlebih (overheat)
pada motor induksi 1 phasa yang dapat
48 70.5888 71
mengakibatkan motor bisa terbakar/rusak.
49 71.5692 72
4A 72.5496 73 Adapun saran penulis bagi pembaca yang ingin
4B 73.53 74 mengembangkan perancangan alat rele proteksi motor
terhadap panas berlebih ini agar mencapai sesuatu yang
4C 74.5104 75
lebih baik :
4D 75.4908 75 1. Untuk pengembangan lebih lanjut alat rele proteksi
4E 76.4712 76 motor terhadap panas berlebih ini dapat
4F 77.4516 77 dikembangkan, yaitu agar kemampuan sensor untuk
mendeteksi suhu berdasarkan kelas isolator bisa
50 78.432 78 lebih besar dari yang ada dengan cara menggunakan
51 79.4124 79 sensor suhu yang kemampuan ukurnya lebih besar
52 80.3928 80 lagi, sehingga dapat mendeteksi panas pada motor
yang lebih besar lagi.
53 81.3732 81
2. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dalam
54 82.3536 82 menggunakan ADC harus benar–benar
55 83.334 83 memperhitungkan Vref dari ADC tersebut, agar
56 84.3144 84 hasil yang didapt sesuai dengan yang diinginkan.
57 85.2948 85
DAFTAR PUSTAKA
58 86.2752 86
59 87.2556 87 [1] Agfianto Eko Putra., Belajar Mikrokontroller
5A 88.236 88 AT89C51/52/55 (Teori dan Aplikasi) Edisi 2,
Penerbit Gava Media, Yogyakarta, 2004.
5B 89.2164 89
[2] Paulus Andi Nalwan., Teknik Antar Muka dan
5C 90.1968 90 Pemrorgaman Mikrokontroller AT89C51,
5D 91.1772 91 Penerbit PT. Elex Media Komputindo
5E 92.1576 92 Gramedia, Jakarta, 2003.
[3] Permata Endi ST., Handout Kuliah
5F 93.138 93 Mikrokontroler ATMEL AT89C51, Cilegon,
60 94.1184 94 2006.
61 95.0988 95 [4] Soelaiman Prof.,Ts.,MHD, Magrisawa Mabuchi,
62 96.0792 96 Mesin Tak Serempak Dalam Praktek, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1984.
63 97.0596 97 [5] Wijaya Mochtar ST., Dasar – Dasar Mesin
64 98.04 98 Listrik, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2001.
65 99.0204 99
66 100.0008 100
67 100.9812 101
68 101.9616 102
69 102.942 103
6A 103.9224 104
6B 104.9028 105

Anda mungkin juga menyukai