Uraian Materi
Palu model khusus dibuat untuk penggunaan khusus misalnya perbaikan bodi
kendaraan, untuk menempa, meratakan plat atau membentuk plat. Palu khusus pekerjaan
bodi mempunyai bentuk dan ukuran yang lebih beragam, biasanya palu bentuk tertentu
digunakan bersama-sama dengan dolly.
Gambar 3. Shrinking hammer, pick hammer, dan standart bumping hammer
2) Dolly
Dolly adalah pasangan dari palu sebagai alas/landasan saat memukul atau
membentuk benda kerja pada pekerjaan body, terbuat dari baja karbon yang sangat keras.
Bentuk dan ukuranya disesuaikan dengan kebutuhan, bentuk permukaan rata, menyiku,
melengkung, bulat, kerucut dan sebagainya. Ada jenis dolly duduk yang serbaguna
berukuran besar dan berat untuk membentuk plat yang lebih tebal, menekuk besi pejal,
bahkan bisa untuk menempa dan kerja bangku lainnya. Dollly untuk membentuk
permukaan plat yang melengkung/cembung
Penggunaan palu dan dollly dalam perbaikan bodi kendaraan dicontohkan seperti
gambar berikut:
3) Body Spoon
Body spoon mempunyai fungsi hampir sama dengan palu dan dolly, sebagai alat
perata bagian bodi kendaraan yang berlekuk atau bentuk-bentuk tetentu yang tidak
memungkinkan menggunakan dolly, yaitu dengan cara dicungkil atau sebagai alas pukul
pada body yang sempit. Bentuknya seperti sendok terdiri dari batang sebagai
peganganatau pengungkit dan bagian kepala sebagai permukaan untuk mencongkel atau
alas.
b. Peralatan Listrik
Peralatan perbaikan bodi dengan menggunakan sumber daya listrik diantaranya:
1) Gerinda (untuk kepentingan potong, poles, amplas)
Peralatan ini dapat digerakkan dengan tenaga listrik maupun pneumatik.
2) Washer welder
Reparasi panel dengan washer welder adalah metode reparasi dimana
washer dilas ke bagianIdaerah yang rendah, pada panel. Washer ini kemudian
ditarik keluar sehingga bagian yang penyok dapat diperbaikiIdireparasi. Hal ini
sangat membantu kerusakan bagian luar yang tidak dapat dijangkau dari sisi
bagian dalam.
Washer welder adalah type pengelasan tahanan Iistrik. Washer yang
dipegang dengan elektrode akan menempel pada lembaran metal. Arus yang
besar dialirkan pada daerah tersebut sehingga timbulah panas disebabkan
adanya tahanan listrik dan akan melelehkan bagian yang bersinggungan.
Prinsip kerja penarikan mirip dengan teknik off dolly. Penarikan bisa dengan
menggunakan hand puller, sliding hammer, maupun lock chain.
c. Peralatan hidrolik
1) Portable Crane
Portable crane adalah alat yang digunakan untuk mengangkat benda yang berat
dan dapat berpindah tempat (portable). Alat ini terdiri dari bagian bawah yang dilengkapi
roda, tiang utama, pompa hidrolis, katup pembebas, serta tangkai pengangkat yang bisa
diatur panjang-pendeknya sesuai kebutuhan. Alat ini dapat bekerja secara hidrolik juga,
yaitu dengan cara memompa dengan menggunakan tangan pada tuas pemompa,
sehingga piston dalam silinder akan mengangkat tangkai pengangkat. Benda yang mampu
diangkat harus memperhatikan kekuatan maksimum dari crane yang bersangkutan.
Gambar 10. Pump hydraulic power jack dan konstruksi slang hidrolik
Ram, berfungsi untuk menekan, menarik, mencekam dan pekerjaan lain sesuai
pekerjaan yang diinginkan dengan tingkat kekuatan yang berbeda-beda.
Keuntungan Kelemahan
Tidak cocok untuk untuk benda tebal
dapat untuk memanaskan, mencairkan,
melunakkan dan menyambung
cocok untuk mengelas benda kerja tipis
dan pekerjaan reparasi
biaya awal dan operasional, las oxy-
acetylene sangat murah
mudah dibawa ke mana saja
Acetylene adalah gas tidak berwarna dengan komposisi unsur hidrogen (7,7%) dan
karbon (92,3%). Gas ini sangat sensitif terhadap goncangan atau kejutan yang kecil
sekalipun yang mengenai tabung, apalagi terdapat bunga api. Maka acetylene tidak boleh
disimpan pada tekanan lebih dari 1,05 kg/cm2. Api acetylene menghasilkan panas cukup
tinggi. Pada kondisi tertentu acetylene juga mudah meledak bila membentuk ikatan
dengan tembaga, perak dan mercury. Oleh karena itu acetylene hendaknya dijauhkan
dari adanya konsentrasi unsur tersebut.
Beberapa aspek terkait bahan bakar gas untuk mengelas, yaitu :
a. Suhu api yang dihasilkan, adalah sifat fisis yang ditentukan oleh perbandingan bahan
bakar dan oksigen disamping panas kalor yang dimiliki bahan bakar tersebut. Dalam
pengelasan suhu api yang dibutuhkan adalah api netral.
b. Kecepatan Pembakaran, merupakan sifat yang dimiliki gas dan menentukan panas
yang dihasilkan. Pada proses pengelasan, kecepatan panas sangat berpengaruh
terhadap pemanasan benda kerja. Kecepatan pembakaran adalah perpindahan api
dari ujung pembakar ke permukaan benda kerja melewati gas yang belum terbakar
dan tidak menimbulkan nyala balik. Kecepatan pembakaran sangat dipengaruhi oleh
proporsi campuran bahan bakar dengan oksigen sebagai zat pembakar.
c. Intensitas Pembakaran, akan maksimum bila kecepatan pembakaran dan nilai kalor
maksimum. Intensitas pembakaran ini terjadi pada reaksi primer maupun sekunder.
Intensitas pembakaran primer berada pada dekat moncong brander dan merupakan
api inti yang diarahkan pada benda kerja. Api inti merupakan sumber utama panas
pengelasan, sedangkan pembakaran sekunder merupakan pemanasan awal daerah
las berikutnya.
d. hasil reaksinya dengan oksigen (gas hasil pembakaran), adalah karbon dioksida dan
zat air, yang merupakan gas atau zat yang tidak berbahaya bagi pengelas dan juga
tidak reaktif terhadap benda kerja.
Nyala api Oxy-acetylene dapat dikontrol dengan mudah memakai katup yang ada
pada pembakar. Berbagai kualitas api dapat diperoleh dengan mengubah besar-kecilnya
pembukaan katup pada pembakar.
Berbagai macam api yang diperoleh dari berbagai proporsi campuran oksigen-
acetylene tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga karakteristik, yaitu:
(a) api carburizing, (b) api oxidizing, dan (c) api netral.
Busur nyala listrik terjadi di antara benda kerja yang akan disambung dan elektroda
(dapat berupa batang atau kabel). Pada umumnya, elektroda selain berfungsi sebagai
penghantar arus listrik untuk menghasilkan busur nyala listrik sekaligus berfungsi sebagai
bahan tambah. Bersamaan dengan timbulnya busur nyala listrik, elektroda meleleh dan
mengisi celah sambungan bagian logam yang akan disambung.
Apabila arus listrik yang mengalir besar, butir-butir logam akan menjadi halus.
Tetapi jika arus listriknya terlalu besar, butir-butir logam tersebut akan terbakar sehingga
kampuh sambungan menjadi rapuh.
Besar kecilnya butir-butir cairan logam elektroda juga dipengaruhi oleh komposisi
bahan fluks yang dipakai sebagai pembungkus Elektroda. Selama pengelasan fluks akan
mencair membentuk terak dan menutup cairan logam lasan. Selama proses pengelasan,
fluks yang tidak terbakar akan berubah menjadi gas. Terak dan gas yang terjadi selama
proses pengelasan tersebut akan melindungi cairan logam lasan dari pengaruh udara
luar (oksidasi) dan memantapkan busur nyala listrik. Dengan adanya fluks, pemindahan
logam cair Elektroda las menjadi lancar dan stabil.
Proses pengelasan busur nyala listrik tidak hanya sekedar menggeser elektroda
sepanjang jalur sambungan. Pada suhu tinggi, logam memiliki kecenderungan mudah
bereaksi terhadap zat-zat yang terkandung dalam udara, terutama terhadap oksigen dan
nitrogen.
Pada saat pengelasan, apabila terjadi kontak langsung antara kawah lasan dengan
udara bebas, oksid dan nitrid akan terbentuk sehingga menurunkan kekuatan dan
keuletan sambungan. Oleh karenanya kebanyakan jenis las busur nyala listrik
memberikan perlindungan terhadap busur nyala dan kawah lasan dengan lapisan gas
pelindung, uap atau terak. Perlindungan terhadap busur nyala listrik akan mengurangi
hubungan kawah lasan dengan udara bebas sehingga melindungi sambungan lasan dari
proses oksidasi yang akan merusak mutu lasan.
Gambar berikut ini menunjukkan ilustrasi perlindungan busur nyala listrik dan
kawah lasan pada las busur nyala listrik dengan Elektroda terbungkus. Fluks (extruded
covering) yang digunakan untuk membungkus elektroda berfungsi menghasilkan gas dan
terak. Gas berfungsi sebagai pelindung kawah lasan, sedangkan terak yang dihasilkan
berfungsi untuk melindungi sambungan las dari oksidasi akibat terhubung dengan udara
luar.
Parameter Pengelasan
(1) Tegangan dan Arus Pengelasan
Energi listrik pada las busur nyala listrik diukur dalam tegangan (volt) dan arus
(ampere). Tegangan pengelasan ditentukan oleh panjang busur nyala listrik. Panjang
busur nyala listrik bergantung pada ukuran dan jenis elektroda yang digunakan.
Panjang busur nyala listrik yang baik kurang lebih setengah dari diameter elektroda.
Stabilitas busur nyala listrik dapat dirasakan dari suara pengelasan yang stabil.
(2) Kecepatan pengelasan
Kecepatan pengelasan tergantung dari jenis elektroda, diameter Elektroda,
bahan benda kerja, bentuk sambungan, dan ketelitian sambungan. Kecepatan
pengelasan berbanding lurus dengan besar arus. Kecepatan yang tinggi memerlukan
arus yang besar. Semakin cepat langkah pengelasan semakin kecil panas yang
ditimbulkan sehingga perubahan bentuk bahan dapat dihindarkan. Hasil pengelasan
terbaik akan didapatkan dengan cara mengatur panjang busur nyala, mengatur
kecepatan pengelasan dan pemakanan elektroda (feeding) secara konstan sesuai
dengan kecepatan lebur elektroda.
(3) Polaritas Listrik
Polaritas listrik ditentukan oleh bahan fluks pada elektroda, ketahanan benda
kerja terhadap panas, kapasitas panas pada sambungan, dan sebagainya. Polaritas
besar cocok digunakan pada pengelasan benda kerja yang mempunyai titik cair tinggi
dan kapasitas panas yang besar, demikian pula sebaliknya.
(4) Dampak Bakar
Dampak bakar merupakan tingkat kedalaman penembusan (penetrasi) jalur
lasan terhadap bidang kerja yang disambung. Kedalaman dampak bakar dipengaruhi
oleh sifat-sifat bahan fluks, polaritas listrik, besar kecilnya arus, tegangan busur dan
kecepatan pengelasan.
(5) Penyulutan Elektroda
Penyulutan elektroda dilakukan dengan mengadakan hubungan singkat pada
ujung elektroda dengan logam benda kerja yang kemudian secepat mungkin
memisahkannya dengan jarak tertentu (biasanya setengah dari diameter elektroda).
Busur nyala listrik dapat dimatikan dengan mendekatkan elektroda dengan benda
kerja, kemudian secepat mungkin dijauhkan. Langkah pemadaman busur listrik ini
perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi kualitas lasan.
8. Memeriksa ujung kontak, lubang mulut corong gas dan gas alat pemercik.
9. Memasang kembali ujung kontak, lubang mulut gas dan corong gas .
10. Memasang regulator gas CO2 pada botol gas CO2.
Gambar 24. Regulator gas CO2 dan botol gas CO2
11. Membuka katup botol gas, dan menyetel katup kontrol tekanan gas sampai
tekanan gas mencapai 2 - 3 kg/cm2.
12. Memutar “switch gas check” ke pengecekan dan membuka katup kontrol
aliran gas dan mengatur sampai aliran gas 15 l/menit.
13. Setelah penyetelan besarnya aliran gas , memutar kembali “switch gas
check” ke “AUTO”.
14. Memutar tombol arus dan voltage ke posisi tengah-tengah.
15. Menyalakan busur dengan menekan torch switch “ON” pada beda kerja
Tahapan yang yang perlu dilakukan dan hal-hal penting yang harus
diperhatikan
1. Persiapan
Menyiapkan lokasi kerja dan area benda yang akan dilas.
2. Penyetelan kondisi pengelasan
a. Mengatur besarnya aliran gas ke 20 /menit.
b. Memotong ujung kawat sehingga panjang kawat antara chip dan benda kerja
sekitar 10-15 mm
c. Mengatur arus pengelasan sekitar 120-140 A.
3. Penyalaan busur
a. Menggunakan safety berupa pelindung muka.
b. Mengatur posisi tubuh agar aman bekerja
c. Jangan menekuk kabel torch secara ekstrim.
d. Meletakkan ujung kawat sekitar 10 mm didepan tepi awal pengelasan.
e. Menekan tombol torch dan nyalakan busur, hindari penyalaan busur saat
ujung kawat menyentuh benda kerja
Gambar 27. Penyalaan busur
5. Pengelasan
a. Menggerakkan torch sehingga ujung kawat selalu terletak pada sisi depan
logam cair.
b. Melakukan pengelasan sepanjang garis pengelasan.
Gambar 29. Proses pengelasan lurus (tanpa ayunan)
Berikut ini skema proses pencairan elektrode pada pengelasan dengan TIG
Tahapan penyetelan yang perlu dilakukan dan hal-hal penting yang harus
diperhatikan meliputi:
a) Memilih arah saklar pada pengelasan argon untuk pengelasan GTAW
b) Memilih arus AC/DC yang digunakan sesuai dengan material yang akan dilas. (Jika
dipilih DC, periksa dan yakinkan elektrode positif).
c) Menghidupkan tombol main power/power utama, ditandai dengan nyala lampu
d) Mengidupkan saklar kontrol
e) Memilih metode pendinginan, setel saklar pendingin ke posisi pendinginan air,
membuka kran aliran air dan ditandai lampu penjunjuk yang menyala
f) Mengatur banyaknya aliran gas dengan menyetel saklar pemeriksaan gas pada
posisi pemeriksaan, dan membuka katup pengatur indikator aliran gas (sesuaikan
spesifikasi). Selanjutnya setel saklar pemeriksaan gas pada posisi pengelasan.
h) Setel after-flow (letakkan posisi tombol after flow sesuai dengan diameter elektrode
yang digunakan)
Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dan hal-hal penting yang harus dilakukan
meliputi:
1. Memasang badan kolet dan kencangkan dengan tangan
2. Memasang nosel gas dan kencangkan dengan tangan
3. Memasukkan/pasang kolet
4. Memasukkan/pasang elektrode, keluarkan ujung elektrode sepanjang 2 - 3 kali
diameter elektrode dengan mendorong dari nozzle bagian belakang.
5. Memasang/tutup dan kencangkan tutup rapat-rapat, dorong elektrode bagian
belakang sekitar 5 mm dari nozzle
6. Memasang tombol torch
Gambar 38. Pemasangan elektrode dan tutup
Berikut ini kemudian akan dibahas beberapa teknik perbaikan bodi kendaraan
disesuaikan dengan alat yang dgunakan:
a. Vacuum Cup
Kerusakan plat bodi kendaraan yang menyebabkan mulurnya plat bodi, namun
tidak melebihi batas elastisitas, dapat diperbaiki dengan menggunakan vacuum cup.
Cara menggunakan vacuum cup adalah sebagai berikut:
1) Membersihkan permukaan bodi kendaraan dari kotoran/ debu, sebab bila
permukaan kotor, maka vacuum cup tidak bisa menempel dengan kuat.
2) Menarik vacuum cup ke arah luar (kearah bentuk awal dari bodi)
3) Bila perlu, kita bisa menggunakan sliding hammer untuk menarik permukaan plat
bodi yang tidak bisa hanya dilakukan dengan tangan biasa.
4) Untuk kerusakan pada permukaan atap kendaraan, kita kesulitan untuk
menariknya, maka kita bisa menggunakan alat bantu crane untuk membantu
pekerjaan kita.
b. Pull bar dengan sliding hammer
Apabila kerusakan plat bodi kendaraan mengalami penyok yang tidak beraturan,
atau membentuk lengkungan yang membentuk sudut tertentu, maka metode vacuum cup
akan sulit diaplikasikan. Hal ini terjadi, pada bagian plat bodi yang membentuk sudut
memiliki kekuatan yang lebih besar, dan diperlukan daya yang besar untuk mengembalikan
plat bodi ke kondisi semula. Teknik perbaikan yang mungkin bisa digunakan adalah teknik
batang penarik atau dengan teknik sliding hammer.
Untuk menarik plat bodi yang mengalami kerusakan, diperlukan dudukan atau
tempat untuk menarik. Ada 2 cara yang bisa ditempuh untuk menarik bagian bodi yang
rusak, yaitu dengan melubangi plat yang rusak tadi, kemudian ditarik, setelah itu baru
lubang pada plat bodi tadi ditutup kembali, atau dengan memasang pengait pada panel
yang rusak dengan menggunakan las. Kemudian dari pengait tadi, panel yang rusak bisa
ditarik dengan menggunakan tangan, atau bila perlu menggunakan sliding hammer.
Para mekanik biasanya tidak senang menggunakan teknik dengan melubangi plat
bodi atau mengelas pengait pada perbaikan bodi. Hal ini dikarenakan harus ada pekerjaan
tambahan setelah bodi menjadi rata, yaitu menutup lubang atau meratakan permukaan
yang dilas, baru kemudian melakukan pendempulan. Namun jika dirasa tidak ada jalan lain
mengembalikan plat bodi yang rusak tadi, maka teknik ini tetap bisa digunakan.
c. Alat Hidrolik
b. Peralatan Fiberglass
Pembuatan fiberglass memerlukan beberapa peralatan antara lain:
1) Wadah, untuk tempat mencampur resin dan mencuci alat.
2) Pengaduk, untuk resin dan pengambil pigment.
3) Kuas, untuk meratakan resin pada permukaan yang dilapisi fiberglass.
4) Masker, untuk menghindari masuknya zat kimia berbahaya, bau menyengat,
serbuk/serat halus dan lain-lain.
5) Kain lap, untuk membersihkan kotoran/ceceran resin.
6) Alat tambahan lain seperti gergaji, gunting, gerinda dan lain-lain mungkin dibutuhkan
dalam beberapa jenis pekerjaan.
c. Pembuatan Fiberglass
Proses pembuatan fiberglass dapat diklasifikasikan menjadi 3 tahapan, yaitu : (a)
membuat master cetakan; (b) membuat fiberglass hasil; dan (c) finishing atau
penyempurnaan. Sebagai gambaran misalnya akan dibuat sebuah tutup bumper
belakang mobil.
1) Pembuatan master cetakan
Membuat master cetakan merupakan langkah awal dari pembuatan fiberglass. Ada
dua pilihan bahan yang akan digunakan untuk membuat master cetakan, yakni bahan
dari gips dan bahan dari fiberglass. Masing-masing bahan master cetakan tersebut
mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Pembuatan master cetakan dari bahan gips akan lebih mudah dikerjakan, dan saat
pelepasan fiberglass hasil dari master cetakannya mudah dilakukan, bahkan dapat
dilakukan dengan merusak master cetakannya. Di samping itu harganyapun relatif lebih
murah. Kekurangannya adalah konstruksinya rapuh dan hanya dapat dipakai sekali
saja.
Untuk bahan master cetakan dari fiberglass memang harganya lebih mahal. Di
samping itu proses pembuatan master cetakan dan proses pelepasan fiberglass hasil
dari master cetakan lebih sulit dikerjakan. Kelebihannya adalah konstruksinya lebih
kuat/tidak mudah patah dan master cetakannya dapat dipergunakan beberapa kali. Oleh
karena itu, dalam membuat master cetakan pembuat fiberglass lebih senang
menggunakan bahan dari fiberglass juga. Dengan demikian yang akan dibahas di sini
adalah membuat master cetakan dari bahan fiberglass. Proses pembuatannya sebagai
berikut :
2) Membuat mal cetakan
Membuat mal cetakan dapat dilakukan dengan cara membuat tutup bumper
dengan kertas karton yang ukuran dan bentuknya sama persis dengan ukuran dan
bentuk aslinya. Apabila tersedia bentuk asli tutup bumper (tentunya yang sudah tidak
terpakai), maka bentuk asli tutup bumper ini dapat dimanfaatkan sebagai mal.
a) Melapisi mal tersebut dengan PVA atau mirror. Apabila bahan ini tidak tersedia
maka dapat menggunakan cairan pembersih lantai.
b) Menyiapkan wadah sebagai tempat adonan fiberglass berupa kaleng bekas oli atau
kaleng bekas cat, yang penting keadaannya bersih.
c) Membuat adonan fiberglass dengan cara mencampur jadi satu talk, resin, dan
katalis. Aduk dengan cepat bahan-bahan ini hingga merata, kalau kelamaan dapat
mengeras duluan.
l) Selanjutnya di atas campuran yang telah dioleskan dapat diberi selembar mat
sesuai dengan kebutuhan. Tentu saja ukuran mat harus menyesuaikan dengan
ukuran dan bentuk cetakan.
m) Selanjutnya di atas mat tersebut dilapisi lagi dengan adonan dasar. Untuk
menghindari adanya gelembung, pengolesan adonan dasar dilakukan sambil
ditekan, sebab gelembung akan mengakibatkan fiberglass mudah keropos. Jumlah
pelapisan adonan dasar disesuaikan dengan keperluan, makin tebal lapisan maka
akan makin kuat daya tahannya.
n) Selain itu sebagai penguat dapat ditambahkan tulangan besi atau tripleks, terutama
untuk bagian yang lebar. Tujuannya adalah agar hasilnya tidak mengalami
kebengkokan.
o) Pelepasan fiberglass hasil dilakukan apabila lapisan adonan tersebut sudah kering
dan mengeras, sebab apabila dilepas sebelum kering dapat terjadi penyusutan.
4) Langkah finishing
Pada langkah finishing, langkah pertama yang dilakukan yaitu merapikan
fiberglass setelah dilepaskan dari master cetakannya dengan menggunakan gergaji,
gunting, atau gerinda. Apabila fiberglass hasil telah rapi dapat dilakukan proses
pengamplasan permukaan, pendempulan, dan pengecatan fiberglass, sesuai dengan
warna yang diinginkan.
e. Keselamatan Kerja
Dalam proses pembuatan dan perbaikan fiberglass ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
1) Katalis dan cobalt dengan perbandingan yang terlalu banyak dapat menimbulkan
api.
2) Apabila tangan tanpa pelindung menyentuh mat, maka tangan dapat timbul
iritasi/gatal.
3) Bahan fiberglass khususnya resin bersifat karosinogen (penyebab timbulnya
kanker). Oleh karena itu, dalam proses pembuatan dan perbaikan fiberglass
sebaiknya menggunakan sarung tangan dan masker pernafasan.
Kerusakan karena
udara terjebak saat
perbaikan
Dengan mengetahui tipe sinar ultraviolet dan bahaya bagi manusia maka mobil juga
harus dilindungi dari bahaya ultraviolet ini. Salah satu untuk melindungi mobil dari bahaya
sinar ultraviolet adalah dengan memasang kaca film.
Kaca film merupakan plastik berbentuk lembaran yang ditempelkan pada bagian
dalam kaca kendaraan. Kaca film memiliki berbagai kemampuan untuk melindungi serta
memberikan kenyamanan bagi pengemudi dan penumpang. Beberapa hal yang perlu
menjadi pertimbangan dalam pemasangan kaca film diantaranya adalah peraturan
pemerintah yang berlaku (terutama kegelapan), visibilitas, serta perlindungan terhadap
orang yang ada di dalam kendaraan.
a. Karakteristik dan Kemampuan kaca film
1) VLT (Visibility Light Transmitted)
Visibility sangat penting bagi pengemudi untuk melihat kejelasan obyek
disekitar kendaraan. Semakin besar visibility maka semakin jelas objek yang
diteruskan oleh kaca film. Oleh karena itu untuk kaca depan sebaiknya dipilih kaca film
yang memiliki visibility dengan angka di atas 50, agar tidak menggangu pandangan ke
depan, sedangkan untuk kaca samping dan belakang bisa menggunakan kaca film
VLT rendah sesuai keinginan.
2) UVR (Ultraviolet Rejection)
Merupakan kemampuan kaca untuk memantulkan sinar ultraviolet yang akan
masuk ke kendaraan. Semakin tinggi angka UVR berarti intensitas ultraviolet yang
mampu ditahan oleh kaca film semakin baik, usahakan memilih kaca film yang memiliki
UV Rejection di atas 90% baik untuk kaca depan maupun samping.
3) IRR (Infrared Rejection)
Merupakan kemampuan kaca film untuk menangkis sinar infra red. Sinar ini
identik dengan radiasi, oleh karena itu ebaiknya dipilih kaca film yang memiliki IRR
tinggi, semakin tinggi angka IRR semakin baik pula kaca film tersebut menangkal sinar
radiasi.
4) TSER (Total Solar Energy Rejected)
Suhu dalam ruang kendaraan sangat tergantung dari energi matahari yang
masuk ke kendaraan. Agar ruang kabin terjaga tingkat kedinginannya, maka perlu
dipilih kaca film yang memiliki TSER tinggi berarti mampu mereduksi panas lebih baik.
5) Darkness (kegelapan)
Kegelapan kaca film merupakan pilihan bagi pemilik kendaraan. Biasanya
tingkat kegelapan ditunjukkan dengan satuan %, dimana semakin tinggi
persentasenya semakin gelap kaca film pilihan kita.