1. Pengertian Persiapan yang dilakukan sebelum dan sesudah pelayanan yang meliputi bahan, obat-obatan,
dan alat yang digunakan, dan sesudah pelayanan, mulai dari kompressor, dental unit sampai alat
tindakan (checklist sarana dan prasarana). Jika di puskesmas, tidak ada perawat gigi atau
petugas terlatih, maka pekerjaan ini dilakukan oleh dokter gigi/melatih petugas khusus.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan persiapan pelayanan gigi
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi Puskesmas
Tarakan
4. Referensi -
5. Prosedur / Langkah-langkah Bagan Alir
1. Mengisi checklist sarana dan prasarana Hidupkan kompressor
yang dilakukan setiap hari sebelum Mengisi
pelayanan. checklist
Siapkan dental unit
2. HIdupkan compressor sesuai petunjuk
kerja.
3. Hidupkan dental unit dan mengatur Siapkan form
posisi dental unit dalam posisi tegak.
4. Siapkan form-form yang akan Siapkan alat, bahan, dan obat
digunakan dalam pelayanan.
5. Siapkan alat pemeriksaan, bahan, dan
Selesai pelayanan Melakukan pelayanan
obat-obatan yang diperlukan di atas terhadap pasien
meja dental unit.
6. Siapkan bahan dan obat lainnya yang Buka handpiece dan semprot
diperlukan dalam tindakan. dengan minyak
7. Melakukan pelayanan terhadap pasien.
8. Setelah selesai pelayanan, buka
Cuci alat kotor dan sterilkan
handpiece lalu semprot dengan minyak Bersihkan meja dental unit
panaspray.
9. Cuci gelas kumur dan alat-alat yang
Bersihkan dan sikat tempat
terbuat dari bahan plastik.
pembuangan ludah
10. Cuci dan sterilkan semua alat-alat yang
telah digunakan.
11. Bersihkan meja dental unit. Masukkan semua peralatan ke
12. Bersihkan dan sikat tempat dalam lemari
pembuangan air ludah.
13. Masukkan semua peralatan ke dalam Buang udara yang masih ada
lemari (tempat aman) dan kunci dalam kompressor
14. Buang udara yang masih ada dalam
compressor sesuai petunjuk kerja. Periksa sampah Matikan aliran listriknya
15. Matikan semua aliran listrik.
16. Periksa sampah setelah pelayanan
selesai, apakah sudah dikeluarkan ke
tempat pembuangan sampah
sementara.
6. Dokumen Terkait Buku stok obat-obatan dan alat-alat, Checklist pemeriksaan harian
sarana dan prasarana
7. Unit Terkait Poli Gigi
PENGKAJIAN AWAL PASIEN GIGI
No. Dokumen : SPO/ ADM/UKP- Ditetapkan Oleh
PG/02
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
SPO Tanggal Terbit : 01-08-2015
1. Pengertian 1. Fase awal dalam proses perawatan gigi dan mulut oleh perawat gigi atau dokter gigi
2. Pengumpulan data (kesehatan umum dan gigi)
3. Ditulis dalam dental record pasien (kartu status pasien)
2. Tujuan Dasar utama bagi perawatan selanjutnya
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi Puskesmas
Tarakan
4. Referensi 1. Depkes RI. 2007.Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas.
2. Richard E.Walton, Mahmoud Torabinejad : Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi, 1998.
3. Buku standar pelayanan medik kedokteran gigi
5 Prosedur / Langkah-langkah Bagan Alir
. I. ANAMNESA
1. Menanyakan dan mencocokkan identitas pasien dengan data yang
Anamnesa
terdapat pada kartu status identitas meliputi :
~ Nama :
~ Umur :
~ Alamat :
~ Pekerjaan : Pemeriksan
1. Pengertian Buku status pasien (rekam medik) kedokteran gigi adalah suatu dokumentasi yang
sistematis mengenai riwayat perawatan gigi seorang pasien oleh sarana pelayanan
kesehatan. Dokumentasi ini dapat berupa catatan tertulis atau dalam bentuk elektronik,
namun harus berisi informasi yang lengkap dan akurat tentang identitas pasien, diagnosa,
perjalanan penyakit, kode penyakit ICD 10, proses pengobatan dan tindakan medis serta
dokumentasi hasil pemeriksaan.
2. Tujuan Sebagai acuan kerja untuk mengisi lembaran buku status gigi agar dapat dimengerti oleh
semua dokter gigi/perawat gigi di unit pelayanan gigi.
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi
Puskesmas Tarakan
4. Referensi Panduan Rekam Medik Kedokteran Gigi.
5. Prosedur / Langkah-langkah Bagan Alir
1. Mencocokkan identitas pasien pada lembaran
dalam buku status (nama, umur, jenis kelamin, Cocokkan identitas
alamat, dll) pasien
2. Tulisan pemeriksa/operator harus dapat dibaca oleh
semua operator gigi.
3. Periksa keadaan gigi yang mengalami keluhan dan Pemeriksan
tulis diagnose penyakit pada buku status pasien
disertai kode penyakit ICD 10.
4. Setelah pasien diberikan perawatan dan
pengobatan, tulis tindakan dan pengobatan yang Tulis diagnosa penyakit
diberikan pada pasien.
Jika pasien diberi resep luar, minta
persetujuannya dengan menandatangani di buku Memberikan perawatan dan pengobatan
status.
1. Pengertian Mempersiapkan dan menyalakan kompressor untuk digunakan dalam pelayanan gigi
2. Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan mengoperasikan kompresor di unit pelayanan gigi
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi Puskesmas
Tarakan
4. Referensi Petunjuk pengoperasian kompressor.
5. Prosedur / Langkah-langkah Bagan Alir
Pastikan stop kontak dalam posisi off, tidak ada
aliran listrik. Stop kontak
Tutup lubang angin yang terdapat pada bagian off
bawah (sesuai tempatnya) kompresor sebelum
dioperasikan.
Nyalakan stop kontak yang tersambung dengan Tutup lubang angin
kompresor.
Tunggu sampai kompresor terisi penuh, setelah
penuh, kran udara yang ke dental unit dibuka. Nyalakan stop kontak
Periksa dental unit apakah sudah dapat berfungsi,
kalau belum, cek kembali kompressor
Tutup kran udara yang ke dental unit setelah
Pengisian udara ke kompressor
selesai pelayanan.
Matikan stop kontak.
Buka penutup yang ada dibagian samping
Buka kran udara ke dentalunit
kompresor (sambungan) agar udara dan uap air
dapat keluar, sesuai jenis kompresor.
Biarkan angin yang ada dalam kompresor habis
Selesai pelayanan
dan sampai uap air tidak menetes lagi.
Tutup kembali penutup knop yang ada dibagian
bawah kompresor setelah udara dan uap air
Tutup kran udara
keluar semua.
Lakukan pemeliharaan alat dengan melap
kompresor seminggu sekali dan servis
pemeliharaan minimal 3 bulan sekali (jika ada
Matikan stop
anggaran). kontak
Hidupkan semua dental unit dan memeriksa posisi
dental unit dalam posisi tegak .
1. Pengertian Surat rujukan adalah surat pengantar tenaga medis dalam hal ini ditujukan kepada dokter
ataupun dokter gigi secara tertulis yang bertujuan sebagai advice (petunjuk pengobatan)
maupun pengobatan secara lebih lanjut kepada tenaga medis yang lebih berkompeten di
bidangnya.
Rujukan pasien gigi yang dimaksud adalah rujukan dari unit gigi ke unit lainnya, baik didalam
Puskesmas maupun keluar Puskesmas.
Rujukan internal adalah rujukan didalam Puskesmas, rujukan antar unit.
Rujukan eksternal adalah rujukan ke unit lain/rumah sakit diluar Puskesmas karena tidak ada
fasilitas yang memadai baik tenaga maupun peralatan.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam menentukan kriteria rujukan pasien gigi dalam melaksanakan tindakan
medis dan rujukan pasien di unit pelayanan gigi.
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi Puskesmas
Tarakan
4. Referensi 1. Surat Rujukan : yuniar-dahriani.blogspot.com/2014/01/contoh-surat-rujukan.html
2. Buku standar medik pelayanan gigi Indonesia
5. Prosedur / Langkah-langkah Bagan Alir
Tindakan Pencabutan Gigi
Semua pasien dengan usia diatas 20 tahun yang akan Sebelum dilakukan
pencabutan gigi
dilakukan tindakan pencabutan gigi harus dilakukan
pemeriksaan tekanan darah dan dicatat tekanan darah
dalam buku status atau persetujuan tindakan medis jika
Pasien > 20 thn Kelainan jantung
dilakukan pencabutan.
Semua pasien dengan kelainan jantung, dilakukan
rujukan internal dulu untuk memastikan apakah
Pemeriksaan TD Rujuk internal Rujuk eksternal
pasien tersebut ada kelainan jantung (diagnosanya
belum pasti, hanya menurut pengakuan pasien
saja).
Sedangkan untuk pasien yang diagnosanya sudah
Pencabutan gigi Pengobatan umum
jelas, dilakukan rujukan eksternal seperti :
~ MCI (Myocardiac Infark)
~ Decomp (pembengkakan jantung)
~ Angina pectoris Paska tindakan
~ Jantung koroner. medis gigi
6. Dokument terkait Buku status pasien, form rujukan eksternal, form rujukan internal, buku daftar rujukan pasien
7. Unit Terkait Poli Gigi, Poli Umum, Laboratorium
PULPITIS REVERSIBEL
No. Dokumen : SPO/ UKP-PG/06 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
1. Pengertian Pulpitis reversibel adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya telah dihilangkan,
inflamasinya akan pulih kembali dan pulpa akan kembali normal.
2. Tujuan Sebagai acuan kerja untuk mendapatkan diagnose yang tepat pada kasus pulpitis reversible.
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi Puskesmas
Tarakan
4. Referensi 1. Depkes RI. 2007.Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas.
2. Diagnosa Penyakit Pulpa. mydental30.blogspot.com/2-13/02/diagnosa-penyakit-pulpa.html
3. Richard E.Walton, Mahmoud Torabinejad : Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi, 1998.
5. Prosedur / Langkah-langkah Bagan Alir
1. Dokter / perawat gigi
mempersiapkan alat diagnosa Mempersiapkan alat dan
seperti sonde, kaca mulut, pinset gelas kumur
dan excavator serta gelas kumur.
2. Dokter gigi/perawat gigi melakukan Anamnesa :
pemeriksaan :
Rasa sakit/nyeri sebentar dan
Ananmesa : ditemukan rasa
hilang setelah rangsangan
sakit/nyeri sebentar, dan hilang
dihilangkan
setelah rangsangan
Gejala subyektif :
dihilangkan.
Gejala subyektif : ditemukan Nyeri lokal, rasa linu timbul bila
lokasi nyeri lokal (setempat), ada rangsang dengan durasi
rasa linu timbul bila ada Pemeriksaan singkat
rangsangan, durasi nyeri
Gejaka obyektif :
sebentar.
Gejala obyektif : kariesnya tidak Karies tidak dalam, perkusi dan
dalam (hanya mengenai enamel, tekanan tidak ada rasa sakit.
kadang-kadang mencapai
selapis tipis dentin), perkusi,
tekanan tidak sakit. Tes vitalitas : masih vital
Tes vitalitas : gigi masih vital
3. Dokter / perawat gigi melakukan Tulis diagnose dan kode
diagnosa penyakit di rekam medik
Tulis diagnosa dengan jelas
dan kode penyakit Karies media Tumpatan tetap
4. Penatalaksanaan : Dokter Penatalaksanaan
gigi/perawat gigi melakukan terapi
: jika karies media dapat langsung Karies profunda Pulp capping
dilakukan penumpatan, tetapi jika
karies profunda perlu dilakukan
pulp capping terlebih dahulu, Ada keluhan Tidak ada keluhan
apabila dalam 1 minggu kemudian
tidak ada keluhan dapat langsung
Rujuk Tumpatan
dilakukan penumpatan tetap.
tetap
Pembuangan jaringan karies
PULPITIS REVERSIBEL
No. Dokumen : SPO/ UKP-PG/06 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
6. Dokumen terkait Buku status pasien, buku register harian poli gigi
7. Unit Terkait Poli Gigi
PULPITIS IRREVERSIBEL
No. Dokumen : SPO/ UKP-PG/07 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
1. Pengertian Pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat simptomatik atau
asimptomati yang disebabkan oleh suatu stimulus/jejas, dimana pertahanan pulpa tidak dapat
menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke kondisi semula atau
normal.
2. Tujuan Sebagai acuan kerja untuk mendapatkan diagnose yang tepat pada kasus pulpitis reversible.
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi Puskesmas
Tarakan
4. Referensi 1. Depkes RI. 2007.Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas.
2. Diagnosa Penyakit Pulpa. mydental30.blogspot.com/2-13/02/diagnosa-penyakit-pulpa.html
3. Richard E.Walton,Mahmoud Torabinejad : Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi, 1998.
5. Prosedur / Langkah-langkah Bagan Alir
1. Dokter / perawat gigi
mempersiapkan alat diagnosa seperti Mempersiapkan alat dan
sonde, kaca mulut, pinset dan gelas kumur
excavator serta gelas kumur.
2. Dokter gigi/perawat gigi melakukan Anamnesa :
pemeriksaan :
Rasa sakit/nyeri spontan
~ Ananmesa : ditemukan rasa
berkepanjangan dan menyebar
sakit/nyeri spontan yang
berkepanjangan, menyebar.
~ Gejala subyektif : ditemukan nyeri Gejala subyektif :
tajam (panas, dingin), spontan (tanpa
ada rangsangan sakit), nyeri lama Nyeri tajam (panas, dingin),
sampai berjam-jam. spontan, dan lama
Pemeriksaan
~ Gejala obyektif : karies profunda,
kadang-kadang profunda perforasi, Gejaka obyektif :
perkusi dan
tekan kadang-kadang ada keluhan. Karies profunda kadang
profunda perforasi, perkusi dan
~ Tes vitalitas : gigi peka pada uji
tekanan terasa sakit
vitalitas dengan dingin, sehingga
keadaan gigi dinyatakan vital. Tes vitalitas : masih vital
3. Dokter / perawat gigi melakukan
diagnose
Tulis diagnose dan kode
~ Tulis diagnosa dengan jelas dan
penyakit di rekam medik Pencabutan
kode penyakit
4. Menentukan rencana perawatan
5. Penatalaksanaan : untuk diagnosa
Penatalaksanaan
ini, ada 3 jenis tindakan yang dapat
dilakukan :
~ Pengobatan
Mummifikasi
~ Pencabutan
~ Rujukan langsung ke RS tanpa
ditangani di Puskesmas untuk kasus Rujuk
Obat desinfeksi saluran
Pulpitis irreversibel gigi nekrose/
akar
gangren.
PULPITIS IRREVERSIBEL
No. Dokumen : SPO/UKP-PG/07 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
~ Mummifikasi :
Pembuangan jaringan karies yang
nekrosis dengan preparasi kavitas
menggunakan diamond round bur.
Lakukan isolasi dengan
menggunakan cotton roll.
Keringkan kavitas dengan three
way syringe
Masukkan pasta devitalisasi +
pulperyl
Tutup dengan tumpatan
sementara.
Pada kunjungan kedua, buka
tambalan sementara dan
keluarkan bahan devitalisasi,
lakukan pembukaan atap pulpa,
bersihkan ruang pulpa, lakukan
isolasi menggunakan cotton roll,
keringkan kavitas dengan three
way syringe,
masukkan obat desinfeksi aluran akar
Rockles, dan tutup dengan tumpatan
sementara, dan instruksikan pasien
untuk kontrol 5 hari kemudian.
Pada kunjungan ketiga, pasien
diberikan rujukan ke RS.
Mencatat hasil tindakan pada
kartu status pasien.
6. KIE :
Instruksi pasca tumpatan antara
lain : tidak boleh digunakan
untuk mengunyah sebelum 1
jam setelah ditumpat, hati-hati
bila menyikat gigi.
6. Dokumen terkait Buku status pasien, buku register harian poli gigi
7. Unit Terkait Poli Gigi
PENCABUTAN GIGI SULUNG
No. Dokumen : SPO/ UKP-PG/08 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
Mempersiapkan anestetikum
Lidocaine dan alat suntik oral jet .
Mengoleskan betadine pada daerah
gusi gigi yang akan dicabut.
Melakukan penyuntikan secara
interseptal (diantara gigi dan jaringan
periodontal).
Menunggu sampai obat bereaksi dan
menimbulkan rasa tebal dengan
menanyakan pada pasien apakah
sudah terasa tebal dan menanyakan
bagaimana perasaan pasien apakah
mata berkunang-kunang atau pusing.
Bila sudah terasa tebal maka langsung
dilakukan pencabutan.
7. Pencabutan gigi sulung :
Jika menggunakan chlorethyl :
Meletakkan ujung tang pada bagian
bukal dan palatinal/lingual gigi sampai
pada bagian cervical/bifurkasi gigi.
Pada gigi berakar satu (gigi anterior) :
memutar gigi searah lalu ditarik
keluar.
Pada gigi berakar lebih dari satu :
menggerak-gerakkan gigi kearah bukal
dan lingual/palatinal supaya gigi
terlepas dan menarik gigi keluar.
Jika menggunakan Lidocaine :
Melakukan pemisahan gigi dan gusi
dengan menggunakan bein dan
meletakkan bein pada posisi
mesiobukal/distobukal gigi yang
bersangkutan, dengan gerakan bein
dari apical kecoronal (
daribawahkeatas) sampai gigi goyang.
Meletakkan ujung tang pada bagian
bukal dan lingual/palatinal gigi sampai
bagian cervical gigi.
Pada gigi berakar satu (gigi anterior) :
memutar gigi searah lalu ditarik
keluar.
Pada gigi berakar lebih dari satu :
menggerak-gerakkan gigi kearah bukal
dan lingual/palatinal supaya gigi
PENCABUTAN GIGI SULUNG
No. Dokumen : SPO/ UKP-PG/08 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
1. Pengertian Pencabutan gigi adalah pencabutan gigi yang sudah tidak dapat dipertahankan lagi, atau atas
permintaan pasien dengan alasan tertentu.
Pemeriksaan radiologi sangat diperlukan sebelum dilakukan pencabutan gigi untuk
mengetahui keadaan jaringan pendukung gigi, merupakan anjuran
Persetujuan tindakan medik adalah formulir yang diisi oleh pasien yang akan di cabut giginya,
dan pasien sudah mengerti tindakan yang akan dilakukan
Semua pekerjaan perawat gigi merupakan tanggung jawab dokter gigi di unit masing-masing
/ yang bertugas saat itu, dan pendelegasian pekerjaan berdasarkan pendidikan, keterampilan,
pengalaman dan pengamatan
Pemberian antibiotik dilakukan apabila pasca abses, penyakit sistemik, dan pencabutan
dengan penyulit, dll, pencabutan normal tidak perlu dengan antibiotik
2. Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan pencabutan gigi permanen di unit pelayanan gigI.
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi Puskesmas
Tarakan
4. Referensi Depkes RI. 2007.Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas.
Pederson GW. Buku ajar praktis bedah mulut (oral surgery). Alih bahasa : Purwanto, Basoeseno,
Jakarata : EGC; 1996
5. Prosedur / Langkah-langkah
a. Perawat gigi mempersiapkan alat dan bahan dan
mengatur posisi dental unit Persiapan alat dan
Penjelasan
b. Dokter gigi menjelaskan pada pasien tindakan bahan
yang akan dilakukan
c. Pasien mengisi dan menandatangani formulir
persetujuan tindakan medis Petugas cuci tangan, pakai
Informed consent
d. Petugas mencuci tangan dan memasang masker masker, dan sarung tangan
e. Keringkan dan pakai sarung tangan
f. Olesi betadine pada bagian yang akan disuntik
g. Lakukan penyuntikan sesuai dengan gigi yang Oleskan betadine Penyuntikan
akan dicabut
h. Untuk pencabutan gigi depan dan belakang atas
penyuntikan secara infiltrasi dan gigi bawah di
tambah dengan block anesthesi dengan Pencabutan gigi Cek anestesi
menggunakan jarum disposibel
i. Jika menggunakan citojet suntikan dilakukan
secara intraseptal ( Di antara gigi dan jaringan Bersihkan luka bekas
Instruksi
periodontal ), hati-hati pada pasien dengan pencabutan
penyakit hipertensi dan jantung
j. Cek dengan sonde apakah anestesi sudah
berjalan, kemudian lakukan tindakan Catat di rekam Lepas sarung tangan dan
k. Pisahkan jaringan periodontal dengan bein, jika medik cuci tangan
diperlukan
l. Ambil tang sesuai gigi yang akan dicabut
m. Posisi dokter disesuaikan dengan gigi yang akan
dicabut
n. Jepit gigi dengan tang sedalam mungkin
PENCABUTAN GIGI PERMANEN
No. Dokumen : SPO/UKP-PG/09 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
1. Pengertian Abses gigi adalah pengumpulan nanah yang telah menyebar dari sebuah gigi ke
jaringan sekitarnya, biasanya berasal dari suatu infeksi. Abses gigi yang dimaksud
adalah abses pada pulpa dan periapikal.
2. Tujuan Sebagai acuan kerja untuk mendapatkan diagnosa yang tepat pada penyakit abses
sehingga dapat dilakukan terapi yang tepat
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi
Puskesmas Tarakan
4. Referensi Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut di Puskesmas. 2012 : 8-10.
5. Prosedur / Langkah-langkah Bagan Alir
1. Dokter gigi/perawat gigi mempersiapkan alat
diagnosa seperti sonde, kaca mulut, pinset dan
Petugas
excavator
mempersiapkan alat
2. Dokter gigi /perawat gigi melakukan pemeriksaan :
Gambaran klinis :
Pada pemeriksaan tampak pembengkakan
Gigi depan atas :
disekitar gigi yang sakit. Melakukan pemeriksaan Pembengkakan sampai
Bila abses terdapat di gigi depan atas, ke kelopak mata.
pembengkakan dapat sampai ke kelopak mata,
sedangkan abses gigi belakang atas Gigi belakang atas :
menyebabkan bengkak sampai ke pipi. Abses Bengkak sampai ke
gigi bawah menyebabkan bengkak sampai ke pipi.
dagu atau telinga dan submaksilaris. Menegakkan diagnosa
5. Dokumen terkait Buku status pasien, buku register harian poli gigi, formulir
rujukan eksternal dan internal, lembaran resep
6. Unit terkait Poli gigi
PERIODONTITIS
No. Dokumen : SPO/ UKP-PG/12 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
1. Pengertian Periodontitis adalah peradangan jaringan periodontium yang lebih dalam yang merupakan
lanjutan dari peradangan gingival.
Sebagian besar periodontitis merupakan akibat dari penumpukan plak dan karang gigi
(tartar) diantara gigi dan gusi. Akan terbentuk kantong diantara gigi dan gusi, dan meluas ke
bawah diantara akar gigi dan tulang dibawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak dalam
suatu lingkungan bebas oksigen yang mempermudah pertumbuhan bakteri sehingga pada
akhirnya dapat menyebabkan gigi tersebut tanggal.
2. Tujuan Sebagai acuan kerja untuk mendapatkan diagnosa yang tepat pada penyakit periodontitis
sehingga dapat dilakukan terapi yang tepat
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi
Puskesmas Tarakan
4. Referensi 1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan GIgi dan
Mulut di Puskesmas. 2012.
2. Depkes RI. 2007.Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas.
5. Prosedur / Langkah-langkah Bagan Alir
1. Petugas mempersiapkan alat
2. Petugas melakukan pemeriksaan dengan keluhan * Keluhan :
Petugas
bau mulut, gusi mudah berdarah, nyeri atau mempersiapkan alat
tanpa nyeri disertai gambaran klinis : perdarahan Bau mulut, gusi mudah
gusi , perubahan warna gusi, bau mulut. berdarah, tanpa nyeri
atau dengan nyeri
3. Penatalaksanaan :
Karang gigi, saku gusi, impaksi makanan dan
penyebab lokal lainnya harus Melakukan pemeriksaan Pemeriksaan :
dibersihkan/diperbaiki. Perdarahan gusi,
Pemberian amoksisilin 500mg dan perubahan warna gusi,
metronidazole 250mg setiap 8 jam selama 5 bau mulut.
hari. Menegakkan diagnosa
Berikan analagesik jika diperlukan
Pasien dianjurkan berkumur selama ½-1
Karang gigi, saku gusi,
menit dengan larutan povidon 1% setiap 8
impaksi makanan dan
jam. Menentukan rencana terapi penyebab local diperbaiki.
Bila sudah goyah, gigi harus dicabut. Pemberian antibiotik dan
4. KIE : analgesik.
Menjaga kebersihan gigi dan mulut, Anjuran berkumur dengan
menggosok gigi setelah makan pagi dan larutan povidone iodine.
sebelum tidur, memeriksakan ke dokter gigi Penatalaksanaan Pemberian antibiotik dan
minimal 2x setahun, makan makanan yang analgesik.
berserat an berair (sayur dan buah). JIka gigi sudah goyang,
Jangan mengunyah hanya pada satu sisi maka giginya dicabut
gigi.
6. Dokumen terkait Buku status pasien, buku register harian poli gigi, formulir rujukan eksternal dan internal,
lembaran resep
7. Unit terkait Poli Gigi
PERIKORONITIS AKUT
No. Dokumen : SPO/ UKP-PG/13 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
1. Pengertian Perikoronitis akut adalah peradangan jaringan lunak disekitar mahkota gigiyang sedang erupsi, terjadi
pada molar ketiga yang sedang erupsi.
2. Tujuan Sebagai acuan kerja untuk mendapatkan diagnosa yang tepat pada penyakit perikoronitis akut
sehingga dapat dilakukan terapi yang tepat
3. Kebijakan SK : 61.1.1/UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi Puskesmas
Tarakan
4. Referensi 1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan GIgi dan Mulut
di Puskesmas. 2012.
2. Depkes RI. 2007.Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas.
5. Prosedur/ Langkah-langkah Bagan Alir
1. Petugas mempersiapkan alat
2. Petugas melakukan pemeriksaan dengan gejala :
Petugas
Gambaran klinis : perdarahan gusi , perubahan warna * Riwayat :
mempersiapkan
gusi, bau mulut. alat
Dan ada riwayat sakit gigi yang sedang erupsi Gigi yang sedang
khususnya gigi molar ketiga disertai peradangan gusi erupsi , khususnya
disekitar mahkota gigi tersebut. gigi molar ketiga.
3. Penatalaksanaan : Melakukan pemeriksaan
Pemberian amoksisilin 500mg dan metronidazole
250mg setiap 8 jam selama 5 hari. Gambaran klinis :
Pemberian parasetamol 500mg 3-4 kali sehari
atau analgesic lain seperti ibuprofen atau asam Menegakkan diagnosa Peradangan gusi
mefenamat. disekitar mahkota
Pasien dianjurkan berkumur selama ½-1 menit gigi tersebut,
perdarahan gusi,
dengan larutan povidon iodine 1% setiap 8 jam.
perubahan warna
Bila kasus tersebut tidak bisa ditangani di Menentukan rencana terapi
gusi, dan bau mulut.
puskesmas, maka dirujuk ke rumah sakit.
4. KIE : Pemberian
Menjaga kebersihan gigi dan mulut, menggosok antibiotik dan
gigi setelah makan pagi dan sebelum tidur, analgesik.
memeriksakan ke dokter gigi minimal 2x Penatalaksanaan Anjuran berkumur
dengan larutan
setahun, makan makanan yang berserat an
povidone iodine.
berair (sayur dan buah).
Rujukan ke RS
Janga mengunyah hanya pada satu sisi gigi.
6. Dokumen terkait Buku status pasien, buku register harian poli gigi, formulir rujukan eksternal dan internal,
lembaran resep
7. Unit terkait Poli Gigi
TRAUMA GIGI DAN JARINGAN PENYANGGA
No. Dokumen : SPO/ UKP-PG/14 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
1. Pengertian Trauma gigi adalah hilangnya kontinuitas jaringan keras gigi dan atau periodontal karena sebab mekanis.
Penyebab yang paling sering adalah jatuh saat bermain, berolahraga, kecelakaan lalulintas dan
perkelahian.
2. Tujuan Sebagai acuan kerja untuk menangani kasus trauma sehingga dapat dilakukan terapi yang tepat
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi Puskesmas Tarakan
4. Referensi 1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan GIgi dan Mulut di
Puskesmas. 2012.
2. Depkes RI. 2007.Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas.
5. Prosedur/ langkah-langkah Bagan Alir
1. Petugas mempersiapkan alat
2. Petugas melakukan pemeriksaan dengan
Petugas
gejala : mempersiapkan
gambaran klinis : perdarahan gusi disertai alat
pembengkakan /luka pada wajah.
Dan ada riwayat benturan secara langsung
dan tidak langsung, trauma gigi secara
langsung terjadi ketika benda keras langsung
mengenai gigi, sedangkan trauma gigi tidak * Riwayat :
langsung terjadi ketika benturan mengenai
dagu menyebabkan gigi rahang bawah Benturan secara
membentur gigi rahang atas dengan kekuatan langsung dan tidak
tekanan besar dan tiba-tiba. langsung.
3. Penatalaksanaan : Melakukan pemeriksaan
Pertolongan pertama dilakukan untuk
semua luka pada wajah dan mulut.
Gambaran klinis :
Jaringan lunak harus dirawat dengan
baik. Perdarahan gusi
Pembersihan dan irigasi yang perlahan disertai
dengan saline akan membantu pembengkakan/luka
mengurangi jumlah jaringan mati dan pada wajah.
resiko adanya keadaan anaerobic.
Antiseptik permukaan juga digunakan
untuk mengurangi jumlah bakteri. Pertolongan pertama
untuk semua luka
Pemberian antibiotik diperlukan hanya
pada wajah dan
sebagai profilaksis bila terdapat luka
mulut.
pada jaringan lunak sekitar. Apabila luka
Pembersihan dan
telah dibersihkan dengan benar maka irigasi dengan saline
pemberian antibiotic harus Penatalaksanaan pada daerah trauma.
dipertimbangkan kembali. Pemberian antibiotik
Simptomatik : pemberian parasetamol dan analgesik.
500mg 3-4 kali sehari atau analgesic Jika tidak bisa
lainnya seperti ibuprofen atau asam ditangani, rujuk ke
mefenamat. RS.
Bila tidak ada fasilitas yang memadai,
maka dilakukan rujukan ke rumah sakit.
TRAUMA GIGI DAN JARINGAN PENYANGGA
No. Dokumen : SPO/ UKP-PG/14 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
4.KIE :
Menjelaskan tujuan penatalaksanaan adalah
untuk menyembuhkan infeksi,
menghilangkan gejala dan mencegah
komplikasi.
6. Dokumen terkait Buku status pasien, buku register harian poli gigi, formulir
rujukan eksternal dan internal, lembaran resep
7. Unit terkait Poli Gigi
PENATALAKSANAAN SYOK ANAFILAKTIF
No. Dokumen : SPO/ UKP-PG/15 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
1. Pengertian Syok anafilaktik adalah keadaan alergi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan penurunan
tekanan darah secara tiba-tiba dan penyempitan saluran pernapasan, menyebabkan penderita
jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri. Hal ini biasanya dipicu oleh reaksi alergi yang disebabkan
oleh respon sistem kekebalan tubuh yang abnormal terhadap benda asing. Zat-zat kimia yang
dilepaskan oleh sistem kekebalan tubuh sewaktu terjadi reaksi alergi menyebabkan pembuluh
darah melebar, menurunkan tekanan darah secara mendadak dan penurunan aliran darah ke otak.
Penderita syok anafilaktik memerlukan injeksi epinephrine segera dan segera dibawa ke rumah
sakit karena hal ini dapat menyebabkan kematian dengan cepat.
2. Tujuan Sebagai pedoman kerja bagi petugas medis/paramedis dalam melakukan pelayanan penanganan
syok anafilaktik
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi Puskesmas
Tarakan
4. Referensi Depkes RI. 2007.Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas.
Buku standarpelayanan medis kedokteran gigi Indonesia
5. Prosedur / Langkah-langkah Bagan Alir
1. Penanganan utama dan segera :
a. Hentikan pemberian obat/antigen Penanganan Utama Hentikan pemberian antigen
penyebab penyebab
b. Baringkan penderita dengan posisi tungkai dan Segera
lebih tinggi dari kepala
c. Berikan adrenalin 1:1000 (1mg/ml) Berikan adrenalin 1:1000 (1mg/ml) Baringkan penderita dengan
~ Segera secara IM pada otot deltoideus dengan segera secara : posisi tungkai lebih tinggi dari
dengan dosis 0,3- 0,5 ml (anak : 0,01 kepala
ml/kgbb), dapat diulang tiap 5 menit. IM pada otot deltoideus dosis 0,3-
~ Pada tempat suntikan atau sengatan 0,5 ml (anak : 0,01 ml/kgbb),
dapat diberikan 0,1-0,3 ml dapat diulang tiap 5 menit.
~ Pemberian adrenalin IV apabila tidak Pada tempat suntikan atau
ada respon pada pemberian secara IM, sengatan dapat diberikan 0,1 - 0,3
atau terjadi kegagalan sirkulasi dan syok, ml.
dengan dosis (dewasa) : 0,5 ml Pemberian adrenalin IV apabila
tidak ada respon pada pemberian
adrenalin 1:1000 (1mg/ml) diencerkan
IM, atau terjadi kegagalan
dalam 10 ml larutan garam faali dan
sirkulasi dan syok dengan dosis
diberikan selama 10 menit. dewasa : 0,5 ml adrenalin 1:1000
d. Bebaskan jalan napas dan awasi vital sign (1mg/ml) diencerkan dalam 10 ml Bebaskan jalan napas dan awali
sampai syok teratasi. larutan garam faali dan diberikan vital sign sampai syok teratasi.
e. Pasang infus dengan larutan glukosa faali selama 10 menit.
bila tekanan darah sistol kurang dari 100
mmHg
Pasang infuse dengan larutan
f. Pemberian oksigen 5-10L/menit Pemberian oksigen 5-10L/menit glukosa faali bila tekanan darah
g. Bila diperlukan, rujuk pasien ke RSU sistol kurang dari 100 mmHg
terdekat dengan pengawasan tenaga
medis.
Bila diperlukan, rujuk ke RS
PENATALAKSANAAN SYOK ANAFILAKTIF
No. Dokumen : SPO/ UKP-PG/15 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
6. Dokumen Terkait Buku status pasien, buku register harian poli gigi, formulir rujukan
eksternal dan internal, lembaran resep
7. Unit Terkait Poli Gigi
PENCUCIAN DAN STERILISASI ALAT
No. Dokumen : SPO/ UKP-PG/16 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
1. Pengertian Sterilisasi adalah suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apathogen beserta
sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara merebus, stoom, panas tinggi
atau menggunakan bahan kimia.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan pencucian dan sterilisasi alat di unit pelayanan gigi
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi Puskesmas
Tarakan
4. Referensi Depkes RI. 2007.Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas.
Asih PH. Kontrol Infeksi pada Dunia Kedokteran Gigi. Yogyakarta; 2009
5. Prosedur / Langkah-langkah Bagan Alir
Ambil 3 buah Waskom
Isi waskom larutan chlorine 0.5% dengan cara
mencampur 9 bagian air biasa : 1 bagian larutan chlorine
5.5%
Dokter gigi atau perawat gigi mengambil semua alat
yang telah di gunakan dari atas meja unit gigi
Masukkan semua alat alat yang sudah dipakai ke dalam
waskom yang berisi larutan klorin 0.5% dan rendam
selama 10 menit. Stel stopwatch / timer untuk
menentukan waktu 10 menit.
Bur yang sudah dipakai pisahkan dari alat dan letakkan
dalam tempat khusus, proses sama dengan pencucian
alat.
Setelah 10 menit, buang larutan klorin bekas merendam
alat dan ganti dengan yang baru untuk persiapan alat
berikutnya.
Setelah timer berbunyi , petugas gigi mencuci alat
dengan sabun dan sikat sampai bersih dalam waskom
kedua yang berisi air bersih, terutama alat-alat yang
mempunyai celah (tang cabut, exkavator dll)
Bilas alat dengan air mengalir
Masukkan lagi alat ke dalam waskom ketiga yang berisi
larutan klorin 0.5% dan direndam lagi selama 10 menit.
Stel stopwatch untuk menentukan waktu 10 menit.
Setelah timer berbunyi, petugas membilas alat yang
sudah direndam dengan air mengalir, lalu dikeringkan.
Masukkan alat ke dalam dry heat sterilization.
Setelah steril, keluarkan alat dan masukkan ke dalam
kotak alat masing-masing.
Sterilkan kembali alat jika tidak digunakan selama 7 hari.
1. Pengertian Sterilisator merupakan alat untuk membunuh bakteri dengan menggunakan pemanasan di bawah
tekanan yaitu penggunaan uap (ozon) dan sinar gelombang (light wave) bertemperatur tinggi.
Perangkat digunakan untuk mensterilkan instrument bedah tindakan.
Kapasitas untuk bagian atas = 30L dan bagian bawah = 50L.
Temperatur = 125-150 derajat celcius.
2. Tujuan Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pengoperasian sterilisator dua pintu.
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi Puskesmas
Tarakan
4. Referensi Depkes RI. 2007.Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas.
Asih PH. Kontrol Infeksi pada Dunia Kedokteran Gigi. Yogyakarta; 2009
5. Prosedur / Langkah- Pasang steker listrik.
langkah Masukkan bahan yang akan disterilkan (bagian bawah untuk mensterilkan bahan tahan
panas dan harus dalam keadaan kering).
Tekan tombol on/off (tombol power) sehingga lampu merah menyala, tombol desinfektan
(lampu indikator kuning menyala), dan tombol O3 ozon (lampu indikator) hijau menyala.
Sedangkan kaca mulut, alat-alat plastic instrument disterilkan dibagian atas.
Sterilisator berjalan selama 15 menit, sterilisator akan berhenti sendiri beroperasi dengan
ditandai lampu indikator kuning, hijau, merah mati.
Tekan tombol power on/off.
Lepaskan steker listrik
1. Pengertian Pemakaian dan pemeliharaan dental unit merupakan kegiatan yang dimulai dari pengoperasian
dental unit sampai selesai pemakaian dan pemeliharaannya.
2. Tujuan Sebagai pedoman dalam pemakaian dan pemeliharaan dental unit agar tetap berfungsi baik.
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi Puskesmas
Tarakan
4. Referensi -
5. Prosedur / Langkah- Dental unit
langkah a. Hidupkan dental unit sebelum mulai pelayanan dan matikan stop kontak yang tersambung
ke dental unit setelah selesai pelayanan.
b. Operasikan dental unit sesuai jenis dental unit
Pencet tombol tanda naik : untuk menaikkan dental unit atau injak alat untuk
menaikkan kursi.
Pencet tombol tanda turun : untuk menurunkan kursi/injak alat untuk menurunkan
kursi.
Pencet tombol tanda mundur : untuk merebahkan kursi.
Pencet tombol tanda maju : untuk memajukan sandaran kursi/atau menekan alat
untuk merebahkan/memajukan kursi.
Dorong maju/mundur/naik/turun untuk dental unit sesuai unit yang ada
c. Bersihkan dental unit setelah pemakaian
Ganti alas meja alat pada dental unit setiap habis pelayanan dan jika ternoda darah.
Lap dental unit dan dengan menggunakan handuk bersih, hati-hati pada daerah
lampu halogen (belakangnya jangan disentuh lap).
Sikat tempat pembuangan ludah dan disiram dengan antiseptik.
d. Kembalikan posisi dental unit dalam keadaan standar/tegak, untuk menghindari tekanan
beban yang ada pada dental unit. Posisi dalam keadaan naik, jika ruangan sering tergenang
air, hal ini untuk menghindari komponen terendam air.
dan disiram dengan antiseptik.
e. Ganti air yang ada dalam tabung jika air sudah berkurang/kosong/kotor.
f. Lakukan pemeliharaan dental unit setiap hari dengan cara membersihkan alat setiap
selesai pelayanan.
g. Lakukan pemeriksaan dental unit setiap tiga bulan sekali (pemeliharaan barang).
Handpiece
a. Lepaskan handpiece dari dental unit
b. Lepaskan mata bur dan pasang mata bur tanpa gerigi pada handpiece
c. Bersihkan handpiece dari sisa kotoran dengan mempergunakan kapas alcohol
d. Semprotkan pana spray ke dalam lubang mata bur pada handpiece agar kotoran yang
ada didalam keluar
e. Pasang mata bur tanpa gerigi pada handpiece
PEMELIHARAAN DENTAL UNIT
No. Dokumen : SPO/ UKP-PG/18 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
PASIEN
KONFIRMASI
DENTAL UNIT
IDENTITAS
ANAMNESIS
» Keluhan Utama
PEMERIKSAAN
» Keluhan tambahan
DIAGNOSA FISIK :
» Riwayat penyakit
terdahulu.
» Ekstra Oral
» Lamanya sakit
» Intra Oral
» Pengobatan yang telah
dilakukan
» Riwayat alergi obat.
RUJUK KE INFORMED BILA PERLU RUJUK :
RSU / CONSENT
PPKGM » Unit Laboratorium
» Unit Poli Umum
» Unit KIA
1. Pengertian Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu layanan kesehatan gigi dan mulut yang
ditujukan pada suatu kelompok tertentu atau individu dalam kurun waktu yang dilaksanakn secara
terencana, terarah dan berkesinambungan untuk mencapai taraf kesehatan gigi dan mulut yang
optimal (Depkes RI 2000).
Konsep pelayanan asuhan keperawatan gigi menurut dental hygiene : dapat dipahami sebagai ilmu
pengetahuan dalam bidang kesehatan mulut preventif, termasuk didalamnya adalah manajemen
perilaku untuk pencegahan penyakit gigi dan mulut serta peningkatan status kesehtan gigi dan mulut
(Darby and Walsh 2003).
2. Tujuan Sebagai pedoman dalam melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi Puskesmas
Tarakan
4. Referensi 1. Rahayu,Yanti. Aplikasi Asuhan Keperawatan Gigi.
bppsdmk.depkes.go.id/.../POWER%20POINT%20MATERI%20ASKEP%20YANTI.pdf
2. Ulpah, Eva Devalia. Diagnosa Keperawatan gigi. rotinsuluhospital.org/berita-30-diagnosa-
keperawatan-gigi-.html
5. Prosedur / Langkah- 1. Pengkajian
langkah Fase awal dalam proses perawatan gigi dan mulut oleh perawat gigi.
Pengumpulan data (kesehatan umum dan kesehatan gigi) secara sistematis.
Dasar utama bagi perawatan selanjutnya.
Ditulis dalam dental record (kartu status pasien)
Data yang dikumpulkan :
Data subyektif dan data obyektif
2. Diagnosa keperawatan gigi
Diagnosa adalah kesimpulan dari pengkajian dan focus kepada kebutuhan-kebutuhan manusia
yang dapat dipenuhi melalui pelayanan asuhan keperawatan gigi.
3. Perencanaan keperawatan gigi (intervensi)
Ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan gigi dan mulut pasien.
Berdasarkan keseluruhan data yang dikumpulkan pada waktu proses pengkajian.
4. Pelaksanaan (implementasi)
Prinsip : evidence based/berbasis bukti
Ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien sesuai diagnosa yang ditetapkan.
Dilaksanakan dengan tiga (salah satu atau ketiganya ) kategori intervensi :
~ Tindakan klinis
~ Konseling
~ Instruksi (Intervensi perawatan dirumah)
5. Evaluasi
Ditujukan untuk memastikan tercapainya tujuan perawatan.
Evaluasi dilaksanakan melalui tindakan monitoring/pengkajian/pemeriksaan ulang.
6. Dokumen Terkait Form asuhan keperawatan, buku status pasien.
7. Unit Terkait Poli Gigi
PROSEDUR INFORMED CONSENT
No. Dokumen : SPO/ UKP-PG/21 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
1. Pengertian Informed consent adalah persetujuan yang diperoleh dokter yang diberikan pasien atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik berupa pemeriksaan, pengobatan atau
tindakan medik apapun yang akan dilakukan terhadap pasien (Permenkes
No.585/Menkes/Per/IX/1989)
Dengan demikian, “informed consent” adalah persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter
setelah diberikan penjelasan.
2. Tujuan Sebagai pedoman dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada pasien sebagai bukti
kekuatan hukum
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi Puskesmas
Tarakan
4. Referensi Oktarina. Kebijakan Informed Consent dalam Pelayanan Gigi di Indonesia. 2010.
5. Prosedur / Langkah- 1. Setelah pasien diperiksa status kesehatannya oleh dokter, bila diperlukan suatu
langkah tindakan medis maka dokter yang memeriksa harus memberikan informasi selengkap-
lengkapnya kecuali bila dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan
kepentingan kesehatan pasien.
2. Pada saat dokter memberikan penjelasan kepada pasien, maka dokter harus
menjelaskan mengenai :
Diagnosa penyakitnya
Sifat dan luasnya tindakan medis yang akan dilakukan
Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.
Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Alternatif prosedur atau cara lain tindakan medis yang dapat dilakukan.
Konsekuensinya apabila tidak dilakukan tindakan medis tersebut.
Prognosis penyakit apabila tindakan medis tersebut dilakukan atau tidak dilakukan.
Hari depan dari akibat penyakit tindakan medis tersebut.
Keberhasilan/ketidakberhasilan tindakan medis tersebut.
3. Pelaksanaan informed consent tersebut dianggap benar bila persetujuan atau
penolakan tindakan medis :
Diberikan tanpa paksaan.
Diberikan setelah mendapat informasi dan penjelasan yang diperlukan.
Dilakukan oleh pasien dewasa yang sehat mental (berusia lebih dari 21 tahun)
Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua/wali atau
orang tua/wali berhalangan hadir, maka persetujuan diberikan oleh keluarga
terdekat atau induk semang dengan menandatangani format yang disediakan.
4. Persetujuan tindakan medis ini diperlukan untuk tindakan medis bedah yang
menggunakan narkose umum, tindakan medis yang berisiko tinggi, tindakan medis
pada pasien gawat darurat yang tidak sadar.
5. Bila pasien menolak dilakukan tindakan medis terhadapnya setelah diberikan
penjelasan yang cukup, maka pasien harus menandatangani surat penolkan tindakan
medis.
PROSEDUR INFORMED CONSENT
No. Dokumen : SPO/ UKP-PG/21 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
5. Prosedur / Langkah- 11. Pada tindakan beresiko tinggi dan tindakan medis bedah, informed consent harus
langkah ditandatangani oleh pasien sendiri, dokter yang bertanggungjawab dengan dua orang
saksi.
12. Dalam hal pasien tidak sadar serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara
medis berada dalam keadaan gawat darurat yang perlu tindakan medis segera untuk
kepentingannya, maka lembar persetujuan dapat ditandatangani oleh dua orang dokter
yang menangani pasien tersebut atas sepengetahuan direktur rumah sakit.
13. Perluasan tindakan medis/operasi selain tindakan medis yang telah disetujui, tidak
dibenarkan dilakukan dengan alasan apapun juga kecuali apabila perluasan tindakan
medis tersebut terpaksa dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien.
14. Setelah perluasan tindakan medis/operasi sebagaimana diatas dilakukan, dokter harus
memberikan informasi kepada pasien atau keluarganya.
15. Dokter yang akan melakukan tindakan medis mempunyai tanggung jawab untuk
memberikan informasi dan penjelasan yang diperlukan, apabila berhalangan maka
informasi dan penjelasan yang harus diberikan dpat diwakilkan kepada dokter lain
dengan sepengetahuan dokter yang bersangkutan.
16. Dalam hal tindakan medis yang bukan bedah(operasi) dan tindakan non invasif lainnya,
maka informasi dapat diberikan oleh dokter lain atau perawat dengan sepengetahuan
atau petunjuk dokter yang bertanggungjawab.
1. Pengertian Penatalaksanaan tertusuk jarum atau benda tajam adalah salah satu upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi terhadap petugas yang tertusuk benda yang memiliki sudut tajam atau runcing
yang menusuk, memotong, melukai kulit seperti jarum suntik, jarum jahit bedah, pisau, scalpel,
gunting atau benang kawat.
2. Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas apabila tertusuk jarum atau benda tajam
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi Puskesmas
Tarakan
4. Referensi 1. SK Menkes NO.382/Menkes/2007 tentang Pedoman PPI di RS dan Fasilitas Kesehatan
lainnya
2. pustaka.unpad.ac.id/wp.../10/tindakan_kewaspadaan_universal.pdf
berupa obat ARV sebelum 4 jam setelah paparan, maksimal 48-72 jam
diberikan selama 1 bulan.
Perlakukan sebagai keadaan darurat, dimana obat PPP harus diberikan
sesegera mungkin (dalam 1-2 jam) karena setelah 72 jam tidak efektif
~ Tes HIV diulang setelah 6 minggu, 3 bulan, dan 6 bulan.
6. Dokumen Terkait Buku Pedoman Kesehatan Kesehatan Kerja (K3), Kebakaran, dan Kewaspadaan Bencana
7. Unit Terkait Instalansi Gawat Darurat, Poli Gigi, Poli Umum, KIA, Cleaning Service
MENCUCI TANGAN
No. Dokumen : SPO/ UKP-PG/23 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
1. Pengertian Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan
infeksi (Potter & Perry, 2005). Tujuan mencuci tangan adalah untuk membuang kotoran dan
organism yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu.
Cuci tangan dilakukan pada saat sebelum; memeriksa(kontak langsung dengan pasien), memakai
sarung tangan ketika akan menyuntik pasien. Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang
diantisipasi akan terjadi perpindahan kuman.
2. Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas dalam mencuci tangan, menjaga kebersihan perorangan, dan
mencegah terjadinya infeksi silang.
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi Puskesmas
Tarakan
4. Referensi 1. Emaliyawati E. Tindakan Kewaspadaan Universal Sebagai Upaya untuk Mengurangi
Risiko Penyebaran Infeksi.
2. Standar Operasional Prosedur Cuci Tangan Biasan dan Cuci Tangan Bedah (Antiseptik).
http://jhemoshphere.blogspot.com/2011/02/standar-operasional-prosedure-cuci.html
5. Prosedur / Langkah- 1. Kuku harus dalam keadaan pendek.
langkah 2. Melepaskan semua aksesoris pada tangan dan gulung lengan baju sampai siku.
3. Melakukan inspeksi tangan dan jari, adanya luka/sayatan.
4. Menjaga agar tangan dan pakaian tidak menyentuh wastafel (jika tangan menyentuh
wastafel, maka cuci tangan diulang).
5. Mengalirkan air, hindari percikan pada pakaian.
6. Membasahi tangan dan lengan bawah, mempertahankannya lebih rendah dari siku.
7. Menaruh sedikit sabun/antiseptic sebanyak 2-4cc.
8. Menggosok kedua lengan dengan cepat selama 10-15 detik.
9. Menggosok punggung tangan dan sela-sela jari.
10. Menggosok sela-sela jari secara melingkar minimal 5 kali.
11. Menggosok ujung-ujung jari ke telapak tangan yang lain.
12. Membilas lengan dan tangan sampai bersih.
13. Menutup kran dengan siku (bila kran harus ditutup dnegan tangan, cuci kran dengan
sabun terlebih dahulu sebelum membilas tangan).
14. Mengeringkan tangan dengan handuk atau pengering.
Unit Terkait Poli Gigi
PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
No. Dokumen : SPO/ UKP-PG/24 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
1. Pengertian Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan
darah, semua jenis cairan tubuh, sekret atau ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir
pasien. Jenis tindakan yang beresiko mencakup tindakan rutin. Jenis alat pelindung : sarung tangan,
masker, dan gaun pelindung. Tidak semua alat pelindung harus dipakai, tetapi tergantung pada jenis
tindakan yang dikerjakan.
2. Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas dalam menggunakan alat pelindung diri.
3. Kebijakan SK : /UPTD.PKM.TAR/TU/VIII/2015. Kebijakan Pelayanan Klinis di Poli Gigi Puskesmas
Tarakan
4. Referensi Emaliyawati E. Tindakan Kewaspadaan Universal Sebagai Upaya untuk Mengurangi Risiko
Penyebaran Infeksi.
5. Prosedur / Langkah- a. Sarung Tangan
langkah Pemakaian sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak dengan
darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh, selaput lendir
pasien dan benda yang terkontaminasi. Sarung tangan harus selalu dipakai oleh setiap
petugas sebelum kontak dengan darah atau semua jenis cairan tubuh.
Langkah-langkah pemakaian sarung tangan :
1. Cuci tangan
2. Siapkan area yang cukup luas, bersih dan kering untuk membuka paket sarung
tangan. Perhatikan tempat menaruhnya (steril).
3. Buka pembungkus sarung tangan, minta bantuan petugas lain untuk membuka
pembungkus sarung tangan. Letakkan sarung tangan dengan bagian telapak
tangan menghadap ke atas.
4. Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang pada sisi sebelah dalam
lipatannya, yaitu bagian yang akan bersentuhan dengan kulit tangan saat dipakai.
5. Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan menggantung ke lantai, sehingga
bagian lubang jari-jari tangannya terbuka. Masukkan tangan (jaga sarung tangan
supaya tidak menyentuh permukaan).
6. Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan yang sudah
memakai sarung tangan ke bagian lipatannya, yaitu bagian yang tidak akan
bersentuhan dengan kulit tangan saat dipakai.
7. Pasang sarung tangan yang kedua dengan cara memasukkan jari-jari tangan yang
belum memakai sarung tangan, kemudian luruskan lipatan, dan atur posisi sarung
tangan sehingga terasa pas dan enak ditangan.
b. Pelindung wajah (masker)
Pemakaian pelindung wajah ini dimaksudkan untuk melindungi selaput lendir hidung,
mulut selama melakukan perawatan pasien yang memungkinkan terjadi percikan darah
dan cairan tubuh lainnya.
Masker tanpa kacamata hanya digunakan pada saat tertentu misalnya merawat pasien
tuberkulosa terbuka tanpa luka bagian kulit atau perdarahan.
Masker kacamata dan pelindung wajah secara bersamaan digunakan oleh
MENCUCI TANGAN
No. Dokumen : SPO/ UKP-PG/24 Ditetapkan Oleh
No. Revisi : 01 Kepala Puskesmas Tarakan
Tanggal Terbit : 01-08-2015
SPO
c. Gaun Pelindung
Gaun pelindung merupakan salah satu jenis pakaian kerja terbuat dari bahan yang
sedapat mungkin tidak tembus cairan. Tujuannya adalah untuk melindungi petugas dari
kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh lain.
Cara menggunakan gaun pelindung :
1. Hanya bagian luar saja yang terkontaminasi karena tujuan pemakaian gaun untuk
melindungi pemakai dari infeksi.
2. Gaun dapat dipakai sendiri oleh pemakai atau dipakaikan oleh orang lain.