Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi

Disusun Oleh :

Kelompok B

1. Abdullah Dwiyanto 41115310047


2. Ari Permana Sandi 41115310039
3. Arief Dwi Utomo 41115110165
4. Nilam Cahya 41115110064
5. Rahman Yuli Saputra 41115310020
6. Tommy Alexander 41115310004

DOSEN : Retna Kristiana, ST , MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN DESAIN
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2016
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan dan
rahmat serta karunia-Nya , sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Laporan ini
merupakan salah satu dari bagian tugas mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi pada jurusan
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana. Isi dari laporan ini membahas mengenai sejarah semen,
bahan pembuat semen, jenis semen, dan pegujian semen.

Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan, dan bantuan sejak awal hingga
selesainya praktikum dan penulisan laporan ini yaitu:

1. Ibu Retna Kristiana,ST,MT selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu
memberikan beberapa teori dan penjelasan mengenai materi.

2. Teman-teman yang telah memberikan bimbingan dan beberapa informasi sehingga


dapat membantu selesainya laporan ini.

Akhir kata kami mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisan laporan ini dan tentu saja kritik dan saran yang sangat diharapkan demi
kesempurnaan laporan ini.

Hormat kami,

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................................iii
1. SEJARAH DAN DEFINISI SEMEN................................................................................................1
1.1. DEFINISI SEMEN..........................................................................................................................1
1.2. SEJARAH SEMEN..........................................................................................................................1
2. KANDUNGAN KIMIA SEMEN........................................................................................................3
3. PROSES PRODUKSI SEMEN.......................................................................................................5
3.1. LANGKAH UTAMA PROSES PEMBENTUKAN SEMEN....................................................................5
4. JENIS SEMEN..................................................................................................................................6
4.1. Semen abu-abu (Portland)..........................................................................................................6
4.2. Semen putih................................................................................................................................6
4.3. Semen sumur minyak..................................................................................................................7
4.4. Mixed & fly ash cement...............................................................................................................7
5. PENGUJIAN SEMEN......................................................................................................................8
5.1. Syarat mutu semen portland, SII.0013-81 (ASTM.C-150)............................................................8
5.2. Syarat Fisika.................................................................................................................................9
5.3. Standar Pengujian.....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................11
LAMPIRAN..............................................................................................................................................12

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pabrik semen di Australia..............................................................................................1


Gambar 2. Alat pengaduk semen sederhana..................................................................................2
Gambar 3. Batu kapur.....................................................................................................................3
Gambar 4. Pasir silika......................................................................................................................3
Gambar 5. Tanah liat.......................................................................................................................4
Gambar 6. Pasir besi.......................................................................................................................4
Gambar 7. Proses pembentukan semen.........................................................................................5

iii
1. SEJARAH DAN DEFINISI SEMEN

1.1. DEFINISI SEMEN

Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako,
maupun bahan bangunan lainnya. Sedangkan kata semen sendiri berasal
dari caementum (bahasa Latin), yang artinya "memotong menjadi bagian-bagian kecil
tak beraturan". Meski sempat populer pada zamannya, nenek moyang semen made
in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad
pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari
peredaran.

1.2. SEJARAH SEMEN

Alam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu


kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu
raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil,
berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di
Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan
sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di
Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau
Buton

Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak
zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat
bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis.
Pertama kali ditemukan pada zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat
teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.

Gambar 1. Pabrik semen di Australia

Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M),
John Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat
luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan
tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.

1
Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal
bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada
1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia sebut semen portland. Dinamai
begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil
rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak dipajang di toko-toko bangunan.
Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap
mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah
lempung yang banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium
oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu kemudian dihaluskan dan
dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk campuran baru.

Selama proses pemanasan, terbentuklah campuran padat yang mengandung zat


besi. Nah, agar tak mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk gips dan dihaluskan
hingga berbentuk partikel-partikel kecil mirip bedak.

Gambar 2. Alat pengaduk semen sederhana

Lazimnya, untuk mencapai kekuatan tertentu, semen portland berkolaborasi


dengan bahan lain. Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain), misalnya, memunculkan
reaksi kimia yang sanggup mengubah ramuan jadi sekeras batu. Jika ditambah pasir,
terciptalah perekat tembok nan kokoh. Namun untuk membuat pondasi bangunan,
campuran tadi biasanya masih ditambah dengan bongkahan batu atau kerikil, biasa
disebut concrete atau beton.

Beton bisa disebut sebagai mahakarya semen yang tiada duanya di dunia. Nama
asingnya, concrete - dicomot dari gabungan prefiks bahasa Latin com, yang artinya
bersama-sama, dan crescere (tumbuh). Maksudnya kira-kira, kekuatan yang tumbuh
karena adanya campuran zat tertentu. Dewasa ini, nyaris tak ada gedung pencakar
langit berdiri tanpa bantuan beton.

Meski bahan bakunya sama, "dosis" semen sebenarnya bisa disesuaikan dengan
beragam kebutuhan. Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak, kolaborasi dengan
bahan bangunan lainnya bisa menghasilkan bahan tahan api. Ini karena sifat alumina
yang tahan terhadap suhu tinggi. Ada juga semen yang cocok buat mengecor karena
campurannya bisa mengisi pori-pori bagian yang hendak diperkuat.

2
2. KANDUNGAN KIMIA SEMEN

Bahan mentah yang digunakan dalam pembuatan semen adalah batu kapur, pasir
silika, tanah liat dan pasir besi. Total kebutuhan bahan mentah yang digunakan untuk
memproduksi semen yaitu:
a. Batu kapur digunakan sebanyak ± 81 %.

Gambar 3. Batu kapur

Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempumyai rumus CaCO3
(Calcium Carbonat),pada umumnya tercampur MgCO3 dan MgSO4. Batu kapur yang
baik dalam penggunaan pembuatan semen memiliki kadar air ± 5%.
b. Pasir silika digunakan sebanyak ± 9 % .

Gambar 4. Pasir silika

Pasir silika memiliki rumus SiO2 (silikon dioksida). Pada umumnya pasir silika
terdapat bersama oksida logam lainnya, semakin murni kadar SiO2 semakin putih
warna pasir silikanya, semakin berkurang kadar SiO2 semakin berwarna merah atau
coklat, disamping itu semakin mudah menggumpal karena kadar airnya yang tinggi.
Pasir silika yang baik untuk pembuatan semen adalah dengan kadar SiO2 ± 90%.

3
c. Tanah liat digunakan sebanyak ± 9 %.
Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen SiO2Al2O3.2H2O. Tanah
liat yang baik untuk digunakan memiliki kadar air ± 20 %, kadar SiO2 tidak terlalu tinggi
± 46 %.

Gambar 5. Tanah liat

d. Pasir besi digunakan sebanyak ± 1%.


Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada umumnya selalu
tercampur dengan SiO2 dan TiO2 sebagai impuritiesnya. Fe2O3 berfungsi sebagai
penghantar panas dalam proses pembuatan terak semen. Kadar yang baik dalam
pembuatan semen yaitu Fe3O2 ± 75% – 80%.
Pada penggilingan akhir digunakan gipsum sebanyak 3-5% total pembuatan semen
(A).

Gambar 6. Pasir besi

4
3. PROSES PRODUKSI SEMEN

3.1. LANGKAH UTAMA PROSES PEMBENTUKAN SEMEN

Gambar 7. Proses pembentukan semen

Secara umum proses produksi semen terdiri dari beberapa tahapan :


1. Tahap penambangan bahan mentah (quarry). Bahan dasar semen adalah batu
kapur, tanah liat, pasir besi dan pasir silica. Bahan-bahan ini ditambang dengan
menggunakan alat-alat berat kemudian dikirim ke pabrik semen.
2. Bahan mentah ini diteliti di laboratorium, kemudian dicampur dengan proporsi
yang tepat dan dimulai tahap penggilingan awal bahan mentah dengan mesin
penghancur sehingga berbentuk serbuk.
3. Bahan kemudian dipanaskan di preheater
4. Pemanasan dilanjutkan di dalam kiln sehingga bereaksi membentuk kristal
klinker
5. Kristal klinker ini kemudian didinginkan di cooler dengan bantuan angin. Panas
dari proses pendinginan ini di alirkan lagi ke preheater untuk menghemat energi
6. Klinker ini kemudian dihaluskan lagi dalam tabung yang berputar yang bersisi
bola-bola baja sehingga menjadi serbuk semen yang halus.

5
4. JENIS SEMEN

4.1. Semen abu-abu (Portland)

adalah semen bubuk berwarna abu-abu kebiruan, yang dibentuk dari batu kapur
berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi.
Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester.
Berdasarkan persentase kandungannya, semen ini terdiri atas lima tipe, yaitu tipe
1, 2, 3, 4, dan 5.
A. Tipe 1, semen Portland jenis umum, yaitu jenis semen Portland untuk
penggunaan dalam konstruksi beton secara umum yang tidak memerlukan sifat-
sifat khusus.
B. Tipe 2, semen jenis umum dengan perubahan-perubahan, yaitu jenis semen
yang tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
C. Tipe 3, semen Portland dengan kekuatan awal tinggi. Jenis ini untuk
membangun struktur bangunan yang menuntut kekuatan tinggi atau cepat
mengeras.
D. Tipe 4, semen Portland dengan panas hidrasi yang rendah. Jenis ini khusus
untuk penggunaan panas hidrasi serendah-rendahnya.
E. Tipe 5, semen Portland tahan sulfat. Jenis ini merupakan jenis khusus untuk
digunakan pada bangunan yang terkena sulfat seperti di tanah, atau di air yang
tinggi kadar alkalinya.

4.2. Semen putih


adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan
penyelesaian, seperti sebagai pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama
kalsit (calcite) limestone murni.

6
4.3. Semen sumur minyak
adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi
atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.

4.4. Mixed & fly ash cement


adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan
buatan merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung
amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida, dan oksida lainnya dalam
berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat
beton, sehingga menjadi lebih keras.

7
5. PENGUJIAN SEMEN

Semen portland yang digunakan untuk konstruksi sipil harus memenuhi syarat
mutu yang telah ditetapkan. Di In donesia, syarat mutu yang dipergunakan adalah
SII.0013-81, "Mutu dan Cara Uji Semen Portland". Syarat mutu yang ditetapkan oleh
SII ini diadopsi dari syarat mutu ASTM C-150.

5.1. Syarat mutu semen portland, SII.0013-81 (ASTM.C-150)

JenisSe men
URAIAN
I II III IV V
MgO,%,maksimum 5.0 5.0 5.0 5 .0 5.0
SO3,%,maksimum
C3A £ 8.0% 3.0 3.0 3.5 2 .3 2.3
C3A ³ 8.0% 3.5 - 4.5 - -
Hilang pijar, % maksi mum 3.0 3.0 3.0 2 .5 3.0
Bagian tak larut, % m aksimum 1.5 1.5 1.5 1 .5 1.5
Alkali sebagai Na2O, %
maksimum*) 0.6 0.6 0.6 0 .6 0.6
C3S, % maksimum**) - - - 35 -
C2S, % maksimum**) - - - 40 -
C3A, % maksimum**) - 8 15 7 5
C3AF+2C3A, atau C4A F+C2F, - - - - 20++)
% maksimum**)
C3S+C3A, % maksimu m - 58+) -

Keterangan:
+) Nilai ini berlaku bila disyaratkan panas hidrasi sedang bagi semen yang sedang
diuji; pengujian panas hidrasi tidak diperiksa.
++) Syarat ini tidak berlaku apabila nilai pemuaian karena sulfat yang terdapat pada
syarat fisika diikutkan.
*) Hanya berlaku apabila digunakan dengan agregat beton yang reaktif terhadap alkali.
*) Apabila perbandingan antara % Al2O3 dan % Fe2O3 lebih dari 0.64 maka
perbandingan C3S, C2S, C3A dan C4AF adalah sebagai berikut:
C3S = 3CaO.SiO2
= (4.071x%Ca O) – (7.600x%SiO2) – (6.718x%Al2O3) – (1.430x%Fe2O3) –
(2.852xSO3)
C2S = 2CaO.SiO2 = (2.867x%SiO2) - (0.7544x%C3S)
C3A = 3CaO. Al2O3 = (2.650x%Al2O3) - (1.692x%Fe2O3)
C4AF = 4CaO.Al2O3.Fe2O3 = 3.043x%Fe2O3

8
Apabila perbandingan Al2O3 dan Fe2O3 kurang dari 0.64 perbanding annya
adalah:
C4AF+C2F = 4CaO.Al2O 3.Fe2O3 + 2CaO. Fe2O3
Sehingga perhitungan C4AF+C2F dan C3Smenjadi:
C4AF+C2F = 2.100x% A l2O3+1.702x% Fe2O3
C3S = (4.071x%Ca O) - (7.600x%SiO2) - (4.479x% Al2O3) – (2.859x% Fe2O3) -
(2.852xSO3)
Dalam komposisi ini tidak ter dapat C3A dalam semen, sedangkan C2S dapat
dihitung seperti rumus di atas.

5.2. Syarat Fisika

Tipe Semen
No. Ur aian
I II III IV V
Kehalusan
Sisa diatas aya kan 0,09 mm, % 10 10 10 10 10
1
Maksimum
Dengan alat Vic at Blainey 2800 2800 2800 2800 2800
Waktu Pengikatan (setting time),
Menggunakan a lat "Vicat"
Awal, menit min imum 45 45 45 45 45
Akhir, jam maks imum 8 8 8 8 8
2
Waktu Pengikatan (setting time),
menggunakan "Gillmore"
Awal, menit min imum 60 60 60 60 60
Akhir, jam maks imum 10 10 10 10 10
Kekalan; Pemu aian dalam 0,80 0,80 0,80 0 ,80 0,80
3
autoclave, mak simum
Kekuatan tekan: - - - - -
1 hari kg/cm2, minimum - - 125 - -
4 1 + 2 hari kg/cm 2, minimum 125 100 250 - 85
1 + 6 hari kg/cm 2, minimum 200 175 - 70 150
1 +27 hari kg/c m2, minimum - - - 1 75 210
Pengikatan sem u (false set) 50 50 50 50 50
5
Penetrasi akhir, % minimum
Panas hidrasi - - - - -
6 7 hari, cal/g, ma ksimum - 70 - 60 -
28 hari, cal/g, m aksimum - 80 - 70 -
Pemuaian kare na sulfat - - - - 0,45*)
7
14 hari, %maksimum

*) Bila pemuaian karena sulfat disyaratkan;

syarat ini berlaku sebagai ganti dari nilai batas kadar C3A dan C4AF+2C3A;seperti yang
disyaratkan di syarat kimia.

9
5.3. Standar Pengujian

Sifat Fisika ASTM Test

Kehalusan Butir (finen ess)


- Air Permeabilit y C.204
- Turbidimeter C.115
- Sieving C.I 84 (No. 100 and 200, dry)
C.786(No.50,100,200,w et)
C.430 (No.325, wet)
Kepadatan (density) C.I 88
Konsistensi (concislency)
- Water requirement C.I 09
- Konsistensi normal C.I 87

Pengikatan (setting lim e)


C.266 (Gillmore)
- Time of Set
C.191 (Vicat)
C.807 (Vicat Modifikasi)
- False Set C.451
Panas Hidrasi C.186
Perubahan Volume C.157
Kekuatan C.109
Keawetan (Durability)
- Air Content C.185
- Reaksi Alkali
C.227 (menggunakan Pyrex glass)
- Siilfnte expansi on C.452 (untuk semen portland)

Tabel Standar Pengujian Sifat Fisika Menurut AST M

10
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumber: Sejarah dan definisi mengenai semen, [online],
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Semen diakses tanggal 6 September
2016)
2. Sumber: Hidayat Maul, Kandungan kimia pada semen, [online],
(https://maulhidayat.wordpress.com/2012/10/23/komposisi-kimia diakses
tanggal 11 September 2016)
3. Sumber: Proses produksi semen, [online],
(http://www.semenpadang.co.id/?mod=profil&kat=&id=4 diakses tanggal
9 September 2016)
4. Sumber: Jenis-jenis semen dan fungsinya, [online],
(http://civilkitatau.blogspot.co.id/2014/03/jenis-jenis-semen-dan-
fungsinya.html?m=1 diakses tanggal 7 September 2016)
5. Sumber: Metode pengujian kekuatan semen, [online],
(https://www.scribd.com/mobile/doc/151872551/SNI-03-6825-2002-
Metode-Pengujian-Kekuatan-Semen diakses tanggal 8 September
2016)

11
LAMPIRAN

12
METODE PENGUJIAN KEHALUSAN SEMEN PORTLAND

BAB I
DESKRIPSI

1.1 Maksud dan Tujuan


1.1.1 Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan untuk melakukan pengujian kehalusan
semen Portland dengan cara penyaringan.

1.1.2 Tujuan
Tujuan metode ini adalah untuk mendapatkan nilai kehalusan dari semen Portland. Pengujian
ini selanjutnya dapat digunakan dalam pengendalian mutu semen.

1.2 Ruang Lingkup


Ruang lingkup metode ini meliputi persyaratan-persyaratan, ketentuan-ketentuan, cara
pengujian serta laporan uji kehalusan untuk semen Portland dengan menggunakan saringan No.
100 dan No. 200.

1.3 Pengertian
Yang dimaksud dengan :
1) Kehalusan semen Portland adalah perbandingan berat benda uji yang tertahan di atas
saringan nomor 100 dan 200 dengan berat benda uji semula;
2) Benda uji adalah sejumlah semen dengan berat tertentu yang disiapkan dari contoh Portland
semen;
3) Contoh adalah sejumlah semen Portland dengan berat tertentu yang diambil dari tempat
penyimpanan secara acak serta dianggap mewakili sejumlah semen Portland yang akan
digunakan sebagai bahan struktur.

13
BAB II
PERSYARATAN PENGUJIAN

14
2.1 Jumlah Contoh
Ikhwal yang dipersyaratkan sebagai berikut :
1) Jumlah contoh yang diperlukan, untuk pengujian, kehalusan semen ditetapkan berdasarkan
ketentuan yang berlaku;
2) Jika suatu struktur akan menggunakan lebih dari satu tipe semen, maka setiap tipe semen harus
dilakukan pengujian kehalusan;
3) Pengambilan contoh-contoh untuk setiap tipe semen dilakukan secara acak berdasarkan
ketentuan yang berlaku;
4) Berat atau volume setiap contoh ditetapkan berdasarkan jumlah dan berat benda uji.

2.2 Pengelolaan Contoh


Proses pengelolaan contoh dipersyaratkan, sebagai berikut:
1) Setiap contoh harus diberi label yang jelas, sehingga identitas contoh dapat diketahui;
2) Label contoh meliputi;
(1) nomor contoh;
(2) tipe semen;
(3) asal pabrik;
(4) jumlah contoh;
(5) teknis yang mengambil contoh;
(6) tanggal pengambilan contoh.

2.3 Sistem Pengujian


Sistem pengujian dipersyaratan sebagai berikut:
1) Pengujian kehalusan semen portland dilakukan secara ganda (duplo), dengan demikian untuk
setiap contoh harus disiapkan 2 (dua) buah benda uji;
2) Pencatatan data pengujian harus menggunakan formulir laboratorium yang berisi;
(1) identitas benda uji dan contoh;
(2) teknisi penguji;
(3) tanggal pengujian;
(4) penanggung jawab pengujian;
(5) pencatatan data pengujian;
(6) nama laboratorium dan isntansi penguji.
3) Hasil pengujian harus ditanda tangani oleh penanggung jawab pengujian.
BAB III
KETENTUAN-KETENTUAN

3.1 Berat Benda Uji


Berat benda uji yang diperlukan untuk pengujian kehalusan semen portland adalah 50 grram.

3.2 Peralatan
Peralatan untuk pengujian kehalusan semen portland, terdiri dari :
1) Saringan standard ASTM;
(1) nomor 100;
(2) nomor 200;
(3) pan;
(4) penutup.
2) Timbangan analitik kapasitas 200 gram dengan ketelitian 0,1%;
3) Kuas atau sikat dengan bulu halus

3.3 Perhitungan
Perbandingan berat benda uji yang lewat saringan dihitung dengan rumus :

W100
P100 = 100% - x 100% … (1)
W
dan
W200
P200 = 100% - x 100% …… (2)
W
P100 = perbandingan berat benda uji yang lewat saringan No. 100 dengan berat benda uji,
dinyatakan dalam %.
P200 = perbandingan berat benda uji yang lewat saringan No. 200 dengan berat benda uji,
dinyatakan dalam %.
W100 = berat bagian benda uji yang tertahan di atas saringan No. 100, dinyatakan dalam gram.
W200 = berat bagian benda uji yang tertahan di atas saringan No. 200, dinyatakan dalam gram.
W = berat benda uji, gram.
BAB IV
CARA UJI

Pengujian dilakukan sebagai berikut :


1) Susun saringan No. 100 di atas No. 200 serta pan;
2) Timbang berat benda uji W, 50 gram;
3) Masukkan benda uji ke dalam saringan No. 100, tutup dengan penutup;
4) Goyang susunan saringan perlahan-lahan dengan tangan selama 3-4 menit, sehingga benda
uji yang tertahan di atas saringan sudah bersih dari partikel-partikel halus;
5) Lepaskan pan, kemudian saringan diketok dengan menggunakan tongkat kuas secara
perlahan-lahan sehingga partikel halus yang menempel terlepas dari saringan;
6) Lanjutkan penyaringan dengan cara menggoyang-goyangkan saringan perlahan-lahan
selama 9 menit;
7) Lanjutkan penyaringan selama 1 menit dengan cara menggerakkan saringan ke kiri dan ke
kanan sambil posisi saringan dimiringkan sedikit; kecepatan gerakan ± 150 kali/menit;
setiap 20 kali gerakan, putarlah posisi saringan ± 60 0; penyaringan dihentikan apabila
perbedaan berat bagian benda uji yang tertahan di atas saringan tidak lebih dari 0,05 gram
untuk interval penyaringan selama 1 menit;
8) Hitung perbandingan berat bagian benda uji yang tertahan di atas saringan dengan
menggunakan rumus yang tercantum pada pasal 3.3;
9) Angka perbandingan tersebut dia atas adalah menunjukkan kehalusan semen portland.

BAB V
LAPORAN UJI

Laporan pengujian kehalusan semen portland mencantumkan data, sebagai berikut :

1) Identitas contoh;
(1) nomor contoh;
(2) tipe contoh;
(3) asal contoh;
(4) proyek yang akan menggunakan.
2) Laboratorium/instansi yang melakukan pengujian;
(1) nama teknisi penguji;
(2) nama penanggung jawab penguji;
(3) tanggal pengujian.
3) Hasil pengujian;
4) Kelaianan/kegagalan selama pengujian
5) Rekomendasi dan saran-saran.
LAMPIRAN A

LAIN - LAIN

Contoh Isian Formulir

No. contoh : 5/90

Contoh dari : Indocement

Jenis contoh : P.C.

Terima tanggal : 10-3-90

Dikerjakan tanggal : 12-3-90

Selesai tanggal : 12-3-90

Penguji : Spd

PENGUJIAN KEHALUSAN SEMEN PORTLAND

Berat contoh mula-mula ( = W ) 50 gram

Berat tertahan saringan no. 100 (w 100) 0,5 gram

Berat tertahan saringan no. 200 (w 200) 4,5 gram

Kehalusan

Lolos saringan no. (= P 100) 99%

Lolos saringan no. 200 (= P 200) 90%

19
TAMBAHAN MATERI
1. Raw Mill
Raw Mill adalah tahapan awal dari proses semen. Bahan baku yang sudah
dicampur pada tahap crushing, dimana perbandingan berat umpan
disesuaikan dengan jenis klinker yang diproduksi. Material kemudian
digiling sampai kehalusan yang diinginkan.

2. Preheater
Tahap ini bahan baku yang sudah tercampur rata diumpankan ke pre-
heater, yang merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian
siklon. Ketika terjadi perpindahan panas, antara umpan campuran bahan
baku dengan gas panas dari kiln yang berlawanan arah. Kalsinasi parsial
terjadi pada proses ini.
3. Kiln & Cooler
Kiln atau tanur putar merupakan tahapan terpenting dalam proses semen.
Ketika bahan baku berubah menjadi agak cair, dengan sifat seperti semen
pada kiln yang bersuhu 1400 °C, bahan berubah menjadi bongkahan padat
berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan
ke tahapan cooler, tempat udara pendingin akan menurunkan suhu klinker
hingga mencapai 100 °C.

4.Cement Mill
Merupakan tahap terakhir dalam proses semen, klinker ditambahkan
gipsum dan bahan-bahan aditif. Dihancurkan dengan sistem tertutup
dalam penggiling akhir untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki.
Semen kemudian dialirkan dengan pipa menuju silo semen. Yang siap
untuk dikemas dalam kantong atau truck balk.

20

Anda mungkin juga menyukai