Anda di halaman 1dari 35

PERCOBAAN IV

OP-AMP DAN RANGKAIAN OP-AMP

4.1 Tujuan Percobaan


1. Dapat menyusun rangkaian-rangkaian Amplifier dari Op-Amp.

4.2 Tinjauan Pustaka


4.2.1 Amplifier
Amplifier adalah komponen elektronika yang dipakai untuk menguatkan
daya atau tenaga secara umum. Dalam penggunaannya, amplifier akan
menguatkan sinyal suara yaitu memperkuat arus (I) dan tegangan (V) listrik dari
input-nya. Sedangkan output-nya akan menjaddi arus listrik dan tegangan yang
lebih besar.

Gambar 4.1 Rangkaian Power Amplifier

Besarnya sering disebut dengan istilah gain. Nilai dari gain yang
dinyatakan sebagai fungsi penguat frekuensi audio, gain power amplifier antara
100 kali sampai 200 kali dari sinyal output. Jadi gain merupakan hasil bagi dari
daya di bagian output dengan daya dibagian input dalam bentuk fungsi frekuensi.
Ukuran gain atau satuan gain adalah decibel (dB).

4.2.2 Op-Amp
Operasional Amplifier (Op-Amp) adalah suatu penguat berpenguatan tinggi
yang terintegrasi dalam sebuah chip IC yang memiliki dua input inverting dan non-
inverting dengan sebuah terminal output, dimana rangkaian umpan balik dapat
ditambahkan untuk mengendalikan karakteristik tanggapan keseluruhan pada
Operasional Amplifier (Op-Amp). Pada dasarnya operasional amplifier merupakan
suatu penguat diferensial yang memiliki 2 input dan 1 output.
Op-Amp ini digunakan untuk membentuk fungsi-fungsi linier yang
bermacam-macam atau dapat juga digunakan untuk operasi-operasi tak linier, dan
seringkali disebut sebagai rangkaian terpadu linier dasar. Penguat operasional
(Op-Amp) merupakan komponen elektronika analog yang berfungsi sebagai
amplifier multiguna dalam bentuk IC.

Gambar 4.2 Simbol Op-Amp

Prinsip kerja sebuah operasional Amplifier (Op-Amp) adalah


membandingkan nilai kedua input (input inverting dan input non-inverting), apabila
kedua input bernilai sama maka output Op-Amp tidak ada (nol) dan apabila
terdapat perbedaan nilai input keduanya maka output Op-Amp akan memberikan
tegangan output. Operasional Amplifier (Op-Amp) dibuat dari penguat diferensial
dengan 2 input.
Rangkaian dasar operasional Amplifier (Op-Amp) dibuat dari bipolar
junction transistor (BJT) seperti terlihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Rangkaian Dasar Op-Amp Penguat Diferensial


4.2.3 Karakteristik Op-Amp
Keuntungan dari pemakaian penguat operasional ini adalah
karakteristiknya yang mendekati ideal sehingga dalam merancang rangkaian yang
menggunakan penguat ini lebih mudah dan juga kareana penguat ini bekerja pada
tingkatan yang cukup dekat dengan karakteristik kerjanya secara teoritis.
Karakteristik utama sebuah penguat operasional yang ideal adalah :
1. Impedansi masukan tak terhingga. Penguat yang ideal diharapkan tidak
menarik arus masukan, artinya tidak ada arus yang masuk kedalam
terminal 1 maupun 2 (I1 = I2 = 0).
2. Impedansi keluaran sama dengan nol. Terminal 3 merupakan keluaran
penguat operasional, idealnya diharapkan bertindak sebagai terminal
keluaran sebuah sumber tegangan ideal. Tegangan antara terminal 3
dengan ground akan selalu sama dengan A, dimana A adalah faktor
penguatan sebuah penguat operasional.
3. Penguatan loop terbuka tak terhingga. Apabila dioperasikan pada loop
terbuka (tidak ada umpan balik dari keluaran ke masukan), maka sebuah
penguat opersaional ideal mempunyai gain (penguatan) yang besarnya tak
terhingga.

4.2.4 Amplifier membalik (Inverting Amplifier)


Inverting Amplifier merupakan penerapan dari penguat operasional
sebagai penguat sinyal dengan karakteristik dasar sinyal output memiliki phase
yang berkebalikan dengan phase sinyal input. Pada dasarnya penguat operasional
(Op-Amp) memiliki faktor penguatan yang sangat tinggi (100.000 kali) pada kondisi
tanpa rangkaian umpan balik. Dalam inverting amplifier salah satu fungsi
pemasangan resistor umpan balik (feedback) dan resistor input adalah untuk
mengatur faktor penguatan inverting amplifier (penguat membalik) tersebut.
Dengan dipasangnya resistor feedback (RF) dan resistor input (Rin) maka faktor
penguatan dari penguat membalik dapat diatur dari 1 sampai 100.000 kali. Untuk
mengetahui atau menguji dari penguat membalik (inverting Amplifier) dapat
menggunakan rangkaian dasar penguat membalik menggunakan penguat
operasional (Op-Amp) seperti pada gambar berikut.
Gambar 4.4 Rangkaian Penguat Membalik (Inverting Amplifier)

Rangkaian penguat membalik diatas merupakan rangkaian dasar inverting


Amplifier yang menggunakan sumber tegangan simetris. Secara matematis
besarnya faktor penguatan (A) pada rangkaian penguat membalik adalah (-Rf/Rin)
sehingga besarnya tegangan output secara matematis adalah :
𝑅
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝑖𝑛 × (− 𝑅 𝑓 ) ……………………….…(4.1)
𝑖𝑛

4.2.5 Amplifier Tak membalik (Non-Inverting Amplifier)


Penguat tak membalik (non inverting amplifier) merupakan penguat sinyal
dengan karakteristik dasat sinyal output yang dikuatkan memiliki fase yang sama
dengan sinyal input. Penguat tak-membalik (non-inverting Amplifier) dapat
dibangun menggunakan penguat operasional, karena penguat operasional
memang didesain untuk penguat sinyal baik membalik ataupun tak membalik.
Rangkain penguat tak-membalik ini dapat digunakan untuk memperkuat isyarat
AC maupun DC dengan keluaran yang tetap sefase dengan sinyal inputnya.
Impedansi masukan dari rangkaian penguat tak-membalik (non-inverting amplifier)
berharga sangat tinggi dengan nilai impedansi sekitar 100 MOhm. Contoh
rangkaian dasar penguat tak-membalik menggunakan operasional Amplifier (Op-
Amp) dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.5 Rangkaian Penguat Tak-Membalik (Non-Inverting Amplifier)


Rangkaian diatas merupakan salah satu contoh penguat tak-membalik
menggunakan operasional amplifier (Op-Amp) tipe 741 dan memnggunakan
sumber tegangan DC simetris. Dengan sinyal input yang diberikan pada terminal
input non-inverting, maka besarnya penguatan tegangan rangkaian penguat tak
membalik diatas tergantung pada harga Rin dan Rf yang dipasang. Besarnya
penguatan tegangan output dari rangkaian penguat tak membalik diatas dapat
dituliskan dalam persamaan matematis sebagai berikut.
𝑅𝑓
𝐴𝑉 = ( ) + 1............................................(4.2)
𝑅𝑖𝑛

𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝑖𝑛 × 𝐴𝑉 ……………………………….(4.3)

4.2.6 Pengikut Tegangan (Voltage Follower)


Pengikut tegangan biasanya didefinisikan sebagai rangkaian dengan
penguatan satu. Diantara masukan dan keluaran terdapat isolasi impedansi.
Keluaran dari Op-Amp terhubung pada masukan inverting dan tegangan masukan
dihubungkan pada masukan non inverting. Rangkaian penyangga dibangun
menggunakan penguat operasional (Op-Amp) dengan konfigurasi salah satu
inputnya digunakan sebagai jalur umpan balik secara langsung tanpa
menggunakan resistansi, sehingga nilai resistansi umpan balik adalah 0 Ohm.
Dengan hambatan umpan balik sama dengan nol sehingga besarnya penguatan
dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑅𝑓
𝐴=𝑅 ………………………………..(4.4)
𝑖𝑛

Dengan masukan non inverting, rangkaian ini memiliki impedansi masukan


yang amat tinggi serta impedansi keluaran yang amat rendah. Keuntungan ini
menjadi sangat ideal untuk penyangga.

Gambar 4.6 Penguat Penyangga Positif

Penyangga negatif sering diperlukan dalam pemakaian khusus. Rangkaian


penyangga fase terbalik ditunjukan pada gambar dibawah. Dengan konfigurasi
salah satu input dihubnungkan secara langsung ke jalur output sebagai jaringan
umpan balik (feedback) sehingga nilai resistansi umpan balik Rf 0 Ohm dan tidak
menggunakan resistansi input sehingga resistansi input Rin 0 Ohm. Karena Rin
sama dengan Rf maka rumus penguatan sebagai berikut:
𝑅𝑓
𝐴 = (𝑅 ) + 1 = 1….…………………………(4.5)
𝑖𝑛

Berbeda dengan penguat penyangga positif, pada penguat penyangga


negatif ini memiliki kelemahan dengan impedansi masukan yang menjadi rendah.

Gambar 4.7 Penguat Penyangga Negatif

Aplikasi dari rangkaian penyangga ini adalah sebagai penguat arus, karena
pada penguat penyangga tidak memiliki penguatan tegangan (A) atau penguatan
tegangan 1 kali (A = 1).

4.2.7 Amplifier Penjumlah


Rangkaian adder atau penjumlah sinyal dengan Op-Amp adalah
konfigurasi Op-Amp sebagai penguat dengan diberikan input lebih dari satu untuk
menghasikan sinyal output yang linier sesuai dengan nilai penjumlahan sinyal
input dan faktor penguatan yang ada. Pada umumnya rangkaian adder/penjumlah
dengan Op-Amp adalah rangkaian penjumlah dasar yang disusun dengan penguat
inverting atau non inverting yang diberikan input lebih dari 1 line. Rangkaian
adder/penjumlah secara sederhana dapat dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4.8 Rangkaian Adder/ Penjumlah Inverting


Pada operasi adder/penjumlah sinyal secara inverting, sinyal input (V1, V2,
V3) diberikan ke line input penguat inverting berturut-turut melalui R1, R2, R3.
Besarnya penjumlahan sinyal input tersebut bernilai negatif karena penguat
operasional dioperasikan pada mode membalik (inverting).
Besarnya penguatan tegangan (Av) tiap sinyal input mengikuti nilai
perbandingan Rf dan Resistor input masing-masing (R1, R2, R3). Masing-masing
tegangan output (Vout) dari penguatan masing-masing sinyal input tersebut secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
𝑅 𝑅 𝑅
𝑉𝑜𝑢𝑡1 = − (𝑉1 . 𝑅𝑓) → 𝑉𝑜𝑢𝑡2 = − (𝑉2 . 𝑅𝑓) → 𝑉𝑜𝑢𝑡3 = − (𝑉3 . 𝑅𝑓) ……(4.6)
1 2 3

Besarnya tegangan output (Vout) dari rangkaian adder/penjumlah inverting


diatas dapat dirumuskan sebagai berikut.
𝑅𝑓 𝑅𝑓 𝑅𝑓
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − ((𝑉1 . ) + (𝑉2 . ) + ⋯ + (𝑉𝑛 . ))…………….(4.7)
𝑅1 𝑅2 𝑅𝑛

Rangkaian adder/penjumlah non-inverting memiliki penguatan tegangan


yang tidak melibatkan nilai resistansi input yang digunakan. Oleh karena itu dalam
rangkaian penjumlah non-inverting nilai resistor input (R1, R2, R3) sebaiknya
bernilai sama persis, hal ini bertujuan untuk mendapatkan kestabilan dan akurasi
penjumlahan sinyal yang diberikan ke rangkaian. Pada rangkaian penjumlah non-
inverting diatas sinyal input (V1, V2, V3) diberikan ke jalur input melalui resistor input
masing-masing (R1, R2, R3).

Gambar 4.9 Rangkaian Adder/Penjumlah Non-Inverting

Besarnya penguatan tegangan (Av) pada rangkaian penguat penjumlah


non-inverting diatas diatur oleh Resistor feedback (Rf) dan resistor inverting (Ri),
sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑅
𝐴𝑉 = ( 𝑅𝑓) + 1 ...………………………..(4.8)
𝑖
Sehingga dengan diketahuinya nilai penguatan tegangan pada rangkaian
penjumlah non-inverting tersebut dapat dirumuskan besarnya tegangan output
(Vout) rangkaian secara matematis sebagai berikut :
𝑅 𝑉1 +𝑉2 +𝑉3
𝑉𝑜𝑢𝑡 = ( 𝑅𝑓 + 1) . ( 3
) ……………...…(4.9)
𝑖

Rangkaian adder/penjumlah non-inverting ini jarang digunakan dalam


aplikasi rangkaian elektronika, karena nilai outputnya adalah hasil kali rata-rata
tegangan input dengan faktor penguatan (Av) sehingga nilai penjumlahan
tegangan merupakan hasil rata-rata sinyal input dan penguatan tegangan belum
sesuai dengan kaidah penjumlahan.
4.3 Daftar Komponen dan Alat
1. IC Op-Amp
2. Resistor
3. Potensiometer
4. Multimeter
5. Pulpen / pensil
4.4 Cara Kerja
4.4.1 Amplifier Membalik
1. Buatlah rangkaian seperti gambar 4.10
2. Setting Rg=1K sehingga 1000 mark sesuai dengan 15V

Gambar 4.10 Rangkaian Percobaan Inverting Amplifier

3. Ukur tegangan dengan osiloskop/multimeter untuk posisi nol


4. Ukur tegangan output Vo sesuai dengan tegangan input Vi seperti pada
tabel 4.1
Tabel 4.1 Pengukuran Tegangan Input Output (Positif) Untuk Amplifier Membalik
1 Vi 0.1 0.3 0.5 0.7 1 Volt
2 Vo Volt

5. Sekarang hubungkan A1 dengan -15V dan ulangi langkah percobaan


sebelumnya dan catat hasilnya pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Pengukuran Tegangan Input Output (Negatif) Untuk Amplifier Membalik
1 Vi - 0.1 - 0.3 - 0.5 - 0.7 -1 Volt
2 VO Volt

4.4.2. Amplifier Tak Membalik


1. Buatlah rangkaian seperti gambar 4.11

Gambar 4.11 Rangkaian Percobaan NonInverting Amplifier


2. Hubungkan Rg pada VCC +15V dan setting Rg sehingga U1 berharga 10V
3. Naikkan teg input U1 dengan mengoperasikan Rt dan ukur Ua sebagai
fungsi Vi dan isikan hasil pengamatan pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Pengukuran Tegangan Input Output (Positif) Untuk Amplifier Tak Membalik
Vi 0.1 0.3 0.5 0.7 1 Volt
VO Volt

4. Hubungkan Rg pada VCC -15V dan lakukan setting seperti sebelumnya


serta ulangi pengukuran sesuai dengan tabel 4.4
Tabel 4.4 Pengukuran Tegangan Input Output (Negatif) Untuk Amplifier Tak Membalik
Vi - 0.1 - 0.3 - 0.5 - 0.7 -1 Volt
Vo Volt

4.4.3 Pengikut Tegangan (Voltage Follower)


1. Buatlah rangkaian seperti gambar 4.12

Gambar 4.12 Rangkaian Percobaan Untuk Pengikut Tegangan

2. Hubungkan Rg pada Vcc +15V dan setting Rg sehingga U1 berharga 10V


3. Naikkan teg input U1 dengan mengoperasikan Rt dan ukur Vo sebagai
fungsi Vi dan isikan hasil pengamatan pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Pengukuran Tegangan Input Output (Positif) Untuk Pengikut Tegangan
Vi 0.1 0.3 0.5 0.7 1 Volt
Vo Volt

4. Hubungkan Rg pada Vcc -15V dan lakukan setting seperti sebelumnya


serta ulangi pengukuran sesuai dengan tabel 4.6
Tabel 4.6 Pengukuran Tegangan Input Output (Negatif) Untuk Pengikut Tegangan
Vi - 0.1 - 0.3 - 0.5 - 0.7 -1 Volt
Vo Volt

4.4.4 Amplifier Penjumlah


1. Buatlah rangkaian seperti gambar 4.13

Gambar 4.13 Rangkaian Percobaan Amplifier Penjumlah

2. Hubungkan potensiometer 10 putaran ke +15V dan atur resistor variable


1K sehingga posisi 1000 berhubungan dengan 10V
3. Setting potensiometer 10 putaran ke nol. Ukur Vo
4. Input Vi’ dibiarkan open dan ukur Vo=f(Vi) dengan Vi=1V dan 2V
5. Hubungkan R3=10K ke ground dan ukur Vo=f(Vi) seperti langkah 4
6. Ganti R3 1K dengan 100 hubungkan ke ground da lakukan seperti
langkah 4
7. Set FG1 sehingga Vi=2V pada R1. Set juga FG2 sehingga Vi’=3V pada R3.
Ukur Vo=f (Vi + Vi’)
8. Set FG1 dan FG2 seperti pada langkah 7. tapi Fg2 dihubungkan ke -15V.
ukur Vo= f (Vi – Vi’)
4.5 Data Hasil Percobaan
1. Amplifier Membalik
Tabel 4.7 Pengukuran Tegangan Input Positif Untuk Amplifier Membalik
1 Vi 0,1 0,3 0,5 0,7 1 0,1 Volt

2 Vo -1,035 -3,098 -5,17 -7,16 -10,25 -1,35 Volt

Tabel 4.8 Pengukuran Tegangan Input Negatif Untuk Amplifier Membalik


1 Vi -0,1 -0,3 -0,5 -0,7 -1 Volt

2 Vo 1,056 3,064 5,14 7,12 10,32 Volt

2. Amplifier Tak Membalik


Tabel 4.9 Pengukuran Tegangan Input Positif Untuk Amplifier Tak Membalik
1 Vi 0,1 0,3 0,5 0,7 1 Volt

2 Vo 1,119 3,265 5,74 7,91 11,19 Volt

Tabel 4.10 Pengukuran Tegangan Input Negatif Untuk Amplifier Tak Membalik
1 Vi -0,1 -0,3 -0,5 -0,7 -1 -0,1

2 Vo -1,148 -3,317 -5,82 -8,0 -11,32 -1,148

3. Pengikut Tegangan (Voltage Follower)


Tabel 4.11 Pengukuran Tegangan Input Positif Untuk Pengikut Tegangan
1 Vi 0,1 0,3 0,5 0,7 1 Volt

2 Vo 0,101 0,301 0,503 0,704 1,004 Volt

Tabel 4.12 Pengukuran Tegangan Input Negatif Untuk Pengikut Tegangan


1 Vi -0,1 -0,3 -0,5 -0,7 -1 Volt

2 Vo -0,105 -0,307 -0,501 -0,714 -1,016 Volt


4. Amplifier Penjumlah
Tabel 4.13 Amplifier Penjumlah
V1(V) V2(V) Vout(V)
1 2 -3,037V
2 3 -5,120V
3 4 -7,010V
4 5 -9,310V
5 6 -11,120V
4.6 Analisa Data Hasil Percobaan
4.6.1 Amplifier Pembalik
Amplifier pembalik adalah penggunanan op - amp sebagai penguat sinyal
dimana sinyal outputnya berbalik dari sinyal input. Pada penguat ini, masukannya
melalui input membalik pada penguat operasional, dan keluarannya berlawanan
fasa dengan masukan.
Rangkaian penguat pembalik sinyal masukkan diberikan melalui sebuah
resistor masukkan (Ri) yang dihubungkan secara seri terhadap masukkan
pembalik (inverting input) yang disimbolkan dengan (-). sinyal keluaran penguat
operasional pada rangkaian penguat pembalik (inverting amplifier) diumpan
balikan melalui (Rf) kemasukkan yang sama.

Gambar 4.14 Rangkaian Penguat Inverting

Pada prinsip sebuah penguat operasional (operational amplifier) ideal


memiliki impedansi masukan yang sangat besar hingga dinyatakan sebagai
impedansi masukkan tak terhingga (infinite input impedance). Kondisi penguat
operasional yang memiliki impedansi masukkan tak terhingga tersebut
menyebabkan tidak adanya arus yang melewati masukkan membalik (inverting
input) pada penguat opersional. Keadaan tak berarus pada masukkan membalik
tersebut membuat tegangan jatuh diantara masukkan membalik dan masukkan tak
membalik bernilai 0 Volt. Kondisi tersebut menunjukan bahwa tegangan pada
masukkan membalik adalah bernilai 0 Volt karena kondisi masukkan tak membalik
(non-inverting input) yang di hubungkan ke ground. Kondisi masukkan membalik
(inverting input) yang memiliki tegangan 0 Volt tersebut dinyatakan sebagai ground
semu (virtual ground).
A. Amplifier Pembalik Input Positif
Amplifier pembalik input positif artinya di bagian input, tegangan akan
diberikan tegangan yang bernilai positif dan di bagian output akan diukur hasilnya
menggunakan AVO meter. Secara teori dikatakan outputnya akan mengalami
penguatan dan fasanya terbalik dengan inputnya.
Berikut merupakan tabel inverting input positif dari hasil praktikum :
Tabel 4.14 Pengukuran Tegangan Input Positif Untuk Amplifier Membalik
1 Vi 0,1 0,3 0,5 0,7 1 Volt

2 Vo -1,035 -3,098 -5,17 -7,16 -10,25 Volt

Pada dasarnya penguat operasional Op-Amp memiliki faktor penguatan


yang dari 1 sampa 100.000 kali pada kondisi tanpa rangkaian umpan balik. Dalam
inverting Amplifier salah satu fungsi pemasangan resistor umpan balik (feedback)
dan resistor input adalah untuk mengatur penguatan inverting Amplifier (penguat
membalik) tersebut. Dari gambar 4.14 rangkaian praktek kita bisa menghitung
besar nya faktor penguatan (A) dengan persamaan 4.8. Berdasarkan persamaan
4.8 didapatkan penguatan sebesar
100𝑘
Av = − 10𝑘 = - 10 kali

Dengan faktor penguatan (A) Besar tegangan output secara matematis


dapat kita hitung dengan persamaan 4.9. Berdasarkan persamaan 4.9 didapatkan
Perhitungan tegangan output sebagai berikut.
Sehingga untuk penguat membalik input positif percobaan data yang
didapatkan yaitu :
100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0,1 . − = - 1V
10𝑘

100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0,3 . − = - 3V
10𝑘

100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0,5 . − =-5V
10𝑘

100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0,7 . − =-7V
10𝑘

100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 1 . − = - 10 V
10𝑘
Dari perhitungan secara matematis diatas dapat dibuat tabel secara teori
sebagai berikut :
Tabel 4.15 Amplifier Pembalik Input Positif Secara Teori

1 Vi 0,1 0,3 0,5 0,7 1 Volt

2 Vo -1 -3 -5 -7 -10 Volt

Dari data diatas dapat kita hitung persentase kesalahannya. Persentase


kesalahan digunakan untuk menyatakan kelayakan alat untuk digunakan saat
praktek. Berikut merupakan rumus persentase kesalahan :
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
%kesalahan = | 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
| 𝑥 100%...............................(4.10)

Dari rumus diatas dapat kita hitung sebagai berikut :


1−1,035
%kesalahan = | 1
| 𝑥 100% = 3,5%
3−3,098
%kesalahan = | 3
|𝑥 100% = 3,2%
5−5,17
%kesalahan = | 5
|𝑥 100% = 2,4%
7−7,16
%kesalahan = | 7
|𝑥 100% = 2,2%
10−10,25
%kesalahan = | |𝑥 100% = 2,5%
10

Bisa dilihat keluaran tegangan output pada tabel secara teori dan secara
pratikum tidak jauh berbeda ini menunjukan nilai tegangan output secara pratikum
sudah sesuai dengan teori dimana tegangan output bernilai negatif karena sesuai
dengan karakteristik inverting yaitu penguat sinyal dimana sinyal outputnya
berbalik dari sinyal input. Dari perhitungan persentase kesalahan dapat dilihat
bahwa semua persentase kesalahan pada saat pratikum rata – rata dibawah 10%
dapat disimpulkan bahwa alat yang digunakan saat pratikum masih layak pakai.

B. Amplifier Pembalik Input Negatif


Amplifier pembalik dengan input negatif artinya di bagian input tegangan
akan diberikan tegangan yang bernilai negatiff dan di bagian output akan diukur
hasilnya menggunakan AVO meter. Secara teori dikatakan hasilnya akan berbalik
dengan inputnya. Berikut merupakan tabel inverting input negatif dari hasil
praktikum :
Tabel 4.14 Pengukuran Tegangan Input Negatif Untuk Amplifier Membalik
1 Vi -0,1 -0,3 -0,5 -0,7 -1 Volt

2 Vo 1,056 3,064 5,14 7,12 10,32 Volt

Pada dasarnya penguat operasional Op-Amp memiliki faktor penguatan


yang dari 1 sampa 100.000 kali pada kondisi tanpa rangkaian umpan balik. Dalam
inverting Amplifier salah satu fungsi pemasangan resistor umpan balik (feedback)
dan resistor input adalah untuk mengatur penguatan inverting Amplifier (penguat
membalik) tersebut. Dari gambar 4.14 rangkaian praktek kita bisa menghitung
besar nya faktor penguatan (A) dengan persamaan 4.8. Berdasarkan persamaan
4.8 didapatkan penguatan sebesar
100𝑘
Av = − 10𝑘 = - 10 kali

Dengan mengetahui faktor penguatan (A) Besar tegangan output secara


matematis dapat kita hitung dengan persamaan 4.9. Berdasarkan persamaan 4.9
didapatkan perhitungan tegangan output sebesar
Sehingga untuk penguat membalik input negatif percobaan data yang
didapatkan yaitu :
100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − 0,1 . − = 1V
10𝑘
100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − 0,3 . − = 3V
10𝑘
100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − 0,5 . − =5V
10𝑘
100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − 0,7 . − =7V
10𝑘
100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − 1 . − = 10 V
10𝑘

Dari perhitungan secara matematis diatas dapat dibuat tabel secara teori
sebagai berikut :
Tabel 4.16 Amplifier Pembalik Input Negatif Secara Teori
1 Vi -0,1 -0,3 -0,5 -0,7 -1 Volt
2 Vo 1 3 5 7 10 Volt
Dari data diatas dapat kita hitung persentase kesalahannya. Persentase
kesalahan digunakan untuk menyatakan kelayakan alat untuk digunakan saat
praktek. Mencari persentase kesalahan dengan menggunakan persamaan 4.10.
berdasarkan persamaan 4.10 didapatkan persentase kesalahan sebagai berikut :
1−1,056
%kesalahan = | | 𝑥 100% = 5,6%
1
3−3.064
%kesalahan = | | 𝑥 100% = 2,1%
3
5−5,014
%kesalahan = | 5
| 𝑥 100% = 0,28%
7−7,12
%kesalahan = | 7
|𝑥 100% = 1,7%
10−10,32
%kesalahan = | 10
|𝑥 100% = 3,2%

Bisa dilihat keluaran tegangan output pada tabel secara teori dan secara
pratikum tidak jauh berbeda ini menunjukan nilai tegangan output secara pratikum
sudah sesuai dengan teori dimana tegangan output bernilai negatif karena sesuai
dengan karakteristik inverting yaitu penguat sinyal dimana sinyal outputnya
berbalik dari sinyal input. Dari perhitungan persentase kesalahan dapat dilihat
bahwa semua persentase kesalahan pada saat pratikum dibawah 10% dapat
disimpulkan bahwa alat yang digunakan saat pratikum masih layak pakai.

Jadi, Amplifier pembalik (Inverting Amplifier) adalah penggunaan Op-Amp


sebagai penguat sinyal dimana sinyal outputnya berbalik dari sinyal input. Pada
penguat ini dimana, masukannya melalui input membalik pada penguat
operasional, dan keluarannya berlawanan fasa dengan masukan.

4.6.2 Amplifier Tak Membalik


Amplifier Tak Membalik (Non-Inverting Amplifier) merupakan penguat
sinyal dengan karakteristik dasar sinyal output yang dikuatkan memiliki fasa yang
sama dengan sinyal input. Amplifier Tak Membalik (Non-Inverting Amplifier) dapat
dibangun menggunakan penguat operasional, karena penguat operasional
memang didesain untuk penguat sinyal baik membalik ataupun tak membalik.
Gambar 4.15 Rangkaian Sederhana Non-Inverting

Seperti dalam teori penguat operasi secara ideal, arus masuk terminal
membalik dan tidak membalik adalah nol, dan tidak ada beda tegangan diantara
terminal ini. Sehingga dengan demikian Vin adalah sama tegangannya dengan
V1 terhadap virtual ground. Dengan demikian tegangan keluaran Vout akan
ditentukan sepenuhnya oleh besarnya resistansi R2 dan Rf. Pada akhirnya
rangkaian seri Rf dan R2 membentuk voltage devider (pembagi tegangan).

A. Amplifier Tak Membalik Input Positif


Amplifier tak membalik input positif artinya di bagian input, tegangan akan
diberikan tegangan yang bernilai positif dan di bagian output akan diukur hasilnya
menggunakan AVO meter. Secara teori dikatakan outputnya akan mengalami
penguatan dan fasanya sama dengan inputnya. Berikut merupakan tabel hasil
pratikum :
Tabel 4.17 Pengukuran Tegangan Input Positif Untuk Amplifier Tak Membalik
1 Vi 0,1 0,3 0,5 0,7 1 Volt

2 Vo 1,119 3,265 5,74 7,91 11,19 Volt

Dari gambar 4.15 rangkaian praktek kita bisa menghitung besar penguatan
dengan persamaan 4.8 didapatkan penguatannya sebesar :
100𝑘
Av = + 1 = 11 kali
10𝑘
Dengan mengetahui faktor penguatan (A). Besar tegangan output secara
matematis dapat kita hitung dengan persamaan 4.9. Sehingga untuk penguat tak
membalik input positif percobaan data yang didapatkan yaitu :
100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0.1 . ( 10𝑘 + 1) = 1.1V
100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0.3 . ( + 1)= 3.3 V
10𝑘
100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0.5 . ( 10𝑘 + 1)= 5.5 V
100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0.7 . ( 10𝑘 + 1)= 7.7 V
100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 1. ( 10𝑘 + 1)= 11 V

Dari perhitungan secara matematis diatas dapat dibuat tabel secara teori
sebagai berikut :
Tabel 4.18 Amplifier Tak Membalik Input Positif Secara Teori
1 Vi 0.1 0.3 0.5 0.7 1 Volt
2 Vo 1.1 3.3 5.5 7.7 11 Volt

Dari data diatas dapat kita hitung persentase kesalahannya. Persentase


kesalahan digunakan untuk menyatakan kelayakan alat untuk digunakan saat
praktek. Berikut mencari persentasi kesalahan dengan memasukan persamaan
4.7. Dari persamaan tersebut didapatkan persentase kesalahan sebagai berikut :
1,1−1,119
%kesalahan = | 1,1
|𝑥 100% = 1,7%
3,3−3,265
%kesalahan = | 3,3
|𝑥 100% = 1%
5,5−5,74
%kesalahan = | |𝑥 100% = 4,3%
5,5
7,7−7,91
%kesalahan = | 7,7
|𝑥 100% = 2,7%
11−11,19
%kesalahan = | 11
|𝑥 100% = 1,7%

Bisa dilihat keluaran tegangan output pada tabel secara teori dan secara
pratikum tidak jauh berbeda ini menunjukan nilai tegangan output secara pratikum
sudah sesuai dengan teori dimana tegangan output bernilai positif karena sesuai
dengan karakteristik Non - inverting itu sendiri yaitu penguat sinyal dengan
karakteristik dasar sinyal output yang dikuatkan memiliki fasa yang sama dengan
sinyal input. Faktor penguatan (A) berpegaruh dengan tegangan output sehingga
dapat disimpulkan faktor penguatan berbanding lurus dengan tegangan output.
Dari perhitungan presentase kesalahan dapat dilihat bahwa dari lima perhitungan
hanya satu yang menghasilkan hasil presentase kesalahan lebih dari 10 %. Jadi,
alat layak untuk digunakan

B. Non – Inverting Input Negatif


Amplifier tak membalik input negative artinya di bagian input, tegangan
akan diberikan tegangan yang bernilai negatif dan di bagian output akan diukur
hasilnya menggunakan AVO meter. Secara teori dikatakan outputnya akan
mengalami penguatan dan fasanya sama dengan inputnya. Berikut merupakan
tabel hasil pratikum :
Tabel 4.19 Pengukuran Tegangan Input Negatif Untuk Amplifier Tak Membalik
1 Vi -0,1 -0,3 -0,5 -0,7 -1 Volt

2 Vo -1,148 -3,317 -5,82 -8,0 -11,32 Volt

Pada dasarnya penguat operasional Op-Amp memiliki faktor penguatan 1


sampa 100.000 kali pada kondisi tanpa rangkaian umpan balik. Dalam inverting
Amplifier salah satu fungsi pemasangan resistor umpan balik (feedback) dan
resistor input adalah untuk mengatur penguatan inverting Amplifier (penguat
membalik) tersebut.
Dari gambar 4.15 rangkaian praktek kita bisa menghitung besar penguatan
dengan persamaan 4.8. Besar penguatan secara perhitungan didapatkan hasil
adalah sebagai berikut :
100𝑘
Av = + 1 = 11 kali
10𝑘

Dengan mengetahui faktor penguatan (A) Besar tegangan output secara


matematis dapat kita hitung dengan persamaan 4.9. Besat tegangan output yang
dihasilkan adalah sebagai berikut. Sehingga untuk penguat tak membalik input
negatif percobaan data yang didapatkan yaitu :
100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0.1 . ( + 1) = 1.1V
10𝑘
100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0.3 . ( 10𝑘 + 1)= 3.3 V
100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0.5 . ( 10𝑘 + 1)= 5.5 V
100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0.7 . ( 10𝑘 + 1)= 7.7 V
100𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 1. ( 10𝑘 + 1)= 11 V
Dari perhitungan secara matematis diatas dapat dibuat tabel secara teori
sebagai berikut :
Tabel 4.20 Amplifier Tak Membalik Input Negatif Secara Teori
1 Vi - 0.1 - 0.3 - 0.5 - 0.7 -1 volt
2 Vo - 1.1 - 3.3 - 5.5 - 7.7 - 11 volt

Dari data diatas dapat kita hitung persentase kesalahannya. Persentase


kesalahan digunakan untuk menyatakan kelayakan alat untuk digunakan saat
praktek. Berikut mencari persentasi kesalahan dengan memasukan persamaan
4.10. Dari persamaan 4.10 didapatkan hasil persentase kesalahan dengan
perhitungan teori presentase kesalahan sebagai berikut :
1,1 −1,148
%kesalahan = | 1,1
| 𝑥 100% = 4.3 %
3,3−3,317
%kesalahan = | |𝑥 100% = 0,5 %
3,3
5,5−5,82
%kesalahan = | 5,5
|𝑥 100% = 5,8 %
7,7−8
%kesalahan = | 7,7
|𝑥 100% = 3,8%
11−11,32
%kesalahan = | 11
|𝑥 100% = 2,9 %

Bisa dilihat keluaran tegangan output pada tabel secara teori dan secara
pratikum tidak jauh berbeda ini menunjukan nilai tegangan output secara pratikum
sudah sesuai dengan teori dimana tegangan output bernilai negatif karena sesuai
dengan karakteristik non-inverting itu sendiri yaitu penguat sinyal dengan
karakteristik dasar sinyal output yang dikuatkan memiliki fasa yang sama dengan
sinyal input. Faktor penguatan (A) berpegaruh dengan tegangan output sehingga
dapat disimpulkan faktor penguatan berbanding lurus dengan tegangan output.
Dari perhitungan presentase kesalahan dapat dilihat bahwa dari lima perhitungan
hanya satu yang menghasilkan hasil presentase kesalahan lebih dari 10 %. Jadi,
alat masih layak untuk digunakan.
Jadi Amplifier tak membalik adalah penguat sinyal dengan karakteristik
dasar sinyal output yang dikuatkan memiliki fasa yang sama dengan sinyal input.
Penguat tak-membalik (non-inverting Amplifier) dapat dibangun menggunakan
penguat operasional, karena penguat operasional memang didesain untuk
penguat sinyal baik membalik ataupun tak membalik.
4.6.3 Voltage Follower
Pengikut tegangan biasanya didefinisikan sebagai rangkaian dengan
penguatan satu. Diantara masukan dan keluaran terdapat isolasi impedansi.
Keluaran dari Op-Amp terhubung pada masukan inverting dan tegangan masukan
dihubungkan pada masukan non inverting. Rangkaian penyangga dibangun
menggunakan penguat operasional (Op-Amp) dengan konfigurasi salah satu
inputnya digunakan sebagai jalur umpan balik secara langsung tanpa
menggunakan resistansi, sehingga nilai resistansi umpan balik adalah 0 Ohm.

Gambar 4.16 Rangkaian Sederhana Voltage Follower

Dengan menghubungkan jalur input inverting ke jalur output operasional


Amplifier (Op-Amp) maka rangkaian buffer pada gambar diatas akan memberikan
kemampuan mengalirkan arus secara maksimal sesuai kemampuan maksimal
operasional Amplifier (Op-Amp) mengalirkan arus output.

A. Pengikut Tegangan Input positif


Amplifier pengikut tegangan input positif artinya di bagian input, tegangan
akan diberikan tegangan yang bernilai positif dan di bagian output akan diukur
hasilnya menggunakan AVO meter. Secara teori dikatakan outputnya akan sama
dengan inputnya. Berikut merupakan tabel secara pratikum :
Tabel 4.21 Pengukuran tegangan Input Positif Untuk Pengikut Tegangan
1 Vi 0,1 0,3 0,5 0,7 1 Volt

2 Vo 0,101 0,301 0,503 0,704 1,004 Volt

Dari persamaan 4.8 diperoleh nilai penguatan tegangan (Av) sebagai


berikut :
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐴𝑣 = = 1kali
𝑉𝑖𝑛
Dengan mengetahui faktor penguatan (A) Besar tegangan output secara
matematis dapat kita hitung dengan persamaan 4.9. Didapatkan besar tegangan
outputnya sebagai berikut. Sehingga untuk penguat pengikut input positif
percobaan data yang didapatkan yaitu :
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0.1 . 1 = 0.1 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0.3 . 1 = 0.3 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0.5 . 1= 0.5 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0.7 . 1= 0.7 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 1 . 1= 1 V

Dari perhitungan secara matematis diatas dapat dibuat tabel secara teori
sebagai berikut :
Tabel 4.22 Pengikut Tegangan Input Positif
1 Vi 0.1 0.3 0.5 0.7 1 Volt
2 Vo 0.1 0.3 0.5 0.7 1 Volt

Dari data diatas dapat kita hitung persentase kesalahannya. Persentase


kesalahan digunakan untuk menyatakan kelayakan alat untuk digunakan saat
praktek. Berikut mencari persentasi kesalahan dengan memasukan persamaan
4.10. Didapatkan besar persentase kesalahan sebagai berikut :
0.1 −0.101
%kesalahan = | | 𝑥 100% = 1 %
0.1
0.3−0.301
%kesalahan = | 0.3
|𝑥 100% =0,33 %
0.5−0.503
%kesalahan = | 0.5
|𝑥 100% = 0,6 %
0.7 − 0.704
%kesalahan = | 0.7
|𝑥 100% =0,5 %
1−1.004
%kesalahan = | 1
| 𝑥 100% = 0,4 %

Bisa dilihat keluaran tegangan output pada tabel secara teori dan secara
pratikum tidak jauh berbeda ini menunjukan nilai tegangan output secara pratikum
sudah sesuai dengan teori. Dimana rangkaian penyangga ini adalah sebagai
penguat arus, karena pada penguat penyangga tidak memiliki penguatan
tegangan (A) atau penguatan tegangan 1 kali. Maka dapat disimpulkan pada
Voltage Follower Vin = Vout. Dari perhitungan persentase kesalahan dapat dilihat
bahwa semua persentase kesalahan pada saat pratikum dibawah 10% dapat
disimpulkan bahwa alat yang digunakan saat pratikum masih layak pakai.

B. Voltage Follower Input Negatif


Amplifier pengikut tegangan input positif artinya di bagian input, tegangan
akan diberikan tegangan yang bernilai positif dan di bagian output akan diukur
hasilnya menggunakan AVO meter. Secara teori dikatakan outputnya akan sama
dengan inputnya. Berikut merupakan tabel secara pratikum :
Tabel 4.23 Pengukuran Tegangan Input Negatif Untuk Pengikut Tegangan
1 Vi -0,1 -0,3 -0,5 -0,7 -1 Volt

2 Vo -0,105 -0,307 -0,501 -0,714 -1,016 Volt

Dari persamaan 4.8 diperoleh nilai penguatan tegangan (Av) sebagai


berikut:
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐴𝑣 = = 1kali
𝑉𝑖𝑛

Dengan mengetahui faktor penguatan (A) Besar tegangan output secara


matematis dapat kita hitung dengan persamaan 4.9. Didapatkan besar tegangan
outputnya sebagai berikut. Sehingga untuk penguat pengikur input negative
percobaan data yang didapatkan yaitu :
𝑉𝑜𝑢𝑡 = −0.1 . 1 = -0.1 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 = −0.3 . 1 = -0.3 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − 0.5 . 1= -0.5 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 = −0.7. 1= -0.7 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − 1 . 1= - 1 V

Dari perhitungan secara matematis diatas dapat dibuat tabel secara teori
sebagai berikut :
Tabel 4.24 Pengikut Tegangan Input Negatif Secara Teori
1 Vi - 0.1 - 0.3 - 0.5 - 0.7 -1 Volt

2 Vo - 0.1 - 0.3 - 0.5 - 0.7 -1 Volt


Dari data diatas dapat kita hitung persentase kesalahannya. Persentase
kesalahan digunakan untuk menyatakan kelayakan alat untuk digunakan saat
praktek. Berikut mencari persentasi kesalahan dengan memasukan persamaan
4.10. Didapatkan besar persentase kesalahan sebagai berikut:
0.1−0.105
%kesalahan = | 0.1
|𝑥 100% = 5%
0.3−0,307
%kesalahan = | 0.3
|𝑥 100% = 2,3%
0.5−0.501
%kesalahan = | 0.5
|𝑥 100% = 0,2%
0.7− 0.714
%kesalahan = | 0.7
| 𝑥 100% = 2%
1−1.016
%kesalahan = | 1
| 𝑥 100% = 1,6%

Bisa dilihat keluaran tegangan output pada tabel secara teori dan secara
pratikum tidak jauh berbeda ini menunjukan nilai tegangan output secara pratikum
sudah sesuai dengan teori. Dimana rangkaian penyangga ini adalah sebagai
penguat arus, karena pada penguat penyangga tidak memiliki penguatan
tegangan (A) atau penguatan tegangan 1 kali. Maka dapat disimpulkan pada
Voltage Follower Vin = Vout. Berbeda dengan penguat penyangga positif, pada
penguat penyangga negatif ini memiliki kelemahan dengan impedansi masukan
yang menjadi rendah. Dari perhitungan persentase kesalahan dapat dilihat bahwa
dari lima kali percobaan hanya satu percobaan yang menghasilkan kesalahan
lebih dari sepuluh persen. Jadi alat masih tergolong layak untuk digunakan.
Jadi pengikut tegangan biasanya didefinisikan sebagai rangkaian dengan
penguatan satu. Diantara masukan dan keluaran terdapat isolasi impedansi.
Keluaran dari Op-Amp terhubung pada masukan inverting dan tegangan masukan
dihubungkan pada masukan non inverting. Rangkaian penyangga dibangun
menggunakan penguat operasional (Op-Amp) dengan konfigurasi salah satu
inputnya digunakan sebagai jalur umpan balik secara langsung tanpa
menggunakan resistansi, sehingga nilai resistansi umpan balik adalah 0 Ohm.

4.6.4 Penguat Penjumlah (Adder)


Rangkaian adder atau penjumlah sinyal dengan Op-Amp adalah
konfigurasi Op-Amp sebagai penguat dengan diberikan input lebih dari satu untuk
menghasikan sinyal output yang linier sesuai dengan nilai penjumlahan sinyal
input dan faktor penguatan yang ada. Pada umumnya rangkaian adder/penjumlah
dengan Op-Amp adalah rangkaian penjumlah dasar yang disusun dengan penguat
inverting atau non inverting yang diberikan input lebih dari 1 line.

Gambar 4.17 Rangkaian sederhana adder/penjumlah

Pada operasi adder/penjumlah sinyal secara inverting, sinyal input (V1, V2,
V3) diberikan ke line input penguat inverting berturut-turut melalui R1, R2, R3.
Besarnya penjumlahan sinyal input tersebut bernilai negatif karena penguat
operasional dioperasikan pada mode membalik (inverting). Besarnya penguatan
tegangan (Av) tiap sinyal input mengikuti nilai perbandingan Rf dan Resistor input
masing-masing (R1, R2, R3). Berikut merupakan tabel hasil pratikum
Tabel 4.25 Amplifier Penjumlah
V1(V) V2(V) Vout(V)
1 2 -3,037V
2 3 -5,120V
3 4 -7,010V
4 5 -9,310V
5 6 -11,120V

Melalui persamaan 4.9 Masing-masing tegangan output (Vout) dari


penguatan masing-masing sinyal input tersebut secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut :
10𝑘 10𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − ((1 . 10𝑘
)+ (2 . 10𝑘
)) =-3V

10𝑘 10𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − ((2 . 10𝑘
)+ (3 . 10𝑘
)) =-5V

10𝑘 10𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − ((3 . )+ (4 . )) =-7V
10𝑘 10𝑘

10𝑘 10𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − ((4 . 10𝑘
)+ (5 . 10𝑘
)) =-9V

10𝑘 10𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − ((5 . 10𝑘
)+ (6 . 10𝑘
)) = - 11 V
Dari perhitungan secara matematis diatas dapat dibuat tabel secara teori
sebagai berikut :
Tabel 4.26 Amplifier Penjumlah Secara Teori
V1 V2 Vout
1V 2𝑉 -3V
2V 3V -5V
3V 4V -7V
4V 5V -9V
5V 6V - 11 V

Dari data diatas dapat kita hitung persentase kesalahannya. Persentase


kesalahan digunakan untuk menyatakan kelayakan alat untuk digunakan saat
praktek. Berikut mencari persentasi kesalahan dengan memasukan persamaan
4.10. Didapatkan besar persentase kesalahan sebagai berikut:
3 −3,.037
%kesalahan = | |𝑥 100% = 12,2%
3
5−5.120
%kesalahan = | 5
| 𝑥 100% =2.4 %
7−7.010
%kesalahan = | | 𝑥 100% = 0,14 %
7
9−9,310
%kesalahan = | 9
|𝑥 100% = 3,4 %
11−11.21
%kesalahan = | 11
|𝑥 100% = 1,9 %

Bisa dilihat keluaran tegangan output pada tabel secara teori dan secara
pratikum tidak jauh berbeda ini menunjukan nilai tegangan output secara pratikum
sudah sesuai dengan teori. Besarnya penjumlahan sinyal input tersebut bernilai
negatif karena penguat operasional dioperasikan pada mode membalik (inverting).
Dari perhitungan presentase kesalahan dapat dilihat bahwa semua persentase
kesalahan pada saat pratikum dibawah 10% dapat disimpulkan bahwa alat yang
digunakan saat pratikum masih layak pakai.
Jadi rangkaian adder atau penjumlah sinyal dengan Op-Amp adalah
konfigurasi Op-Amp sebagai penguat dengan diberikan input lebih dari satu untuk
menghasikan sinyal output yang linier sesuai dengan nilai penjumlahan sinyal
input dan faktor penguatan yang ada.
4.7 Pertanyaan dan Jawaban
4.7.1 Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan OP-AMP?
2. Sebutkan fungsi dan karakteristik dari sebuah OP-AMP!
3. Buatlah symbol skematis dari sebuah OP-AMP dan sebutkan masing –
masing bagiannya!
4. Jelaskan fungsi dari masing – masing kaki OP-AMP (pada OP – AMP 741)
menurut datasheet yang anda peroleh!
5. Tentukan besarnya gain bagi Amplifier membalik dan tak membalik!
6. Bagaimana prinsif kerja dari pengikut tegangan (Voltage Follower)!
7. Bagaimana sifat-sifat op-am ideal dan hubungannya dengan Op-Amp
nyata!
8. Bagaimana hubungan tegangan input dan output dari Amplifier
penjumlah/adder!
9. Apa yang dimaksud dengan frekuensi cut-off atau putus dan berapa
besarnya gain pada kondisi ini?
10. Berapa frekuensi cut-off dari filter-filter pada percobaan yang anda lakukan
dan bandingkan hasil ini dengan perhitungan/teorinya!

4.7.2 Jawaban
1. Operasional Amplifier (Op-Amp) adalah suatu penguat berpenguatan tinggi
yang terintegrasi dalam sebuah chip IC yang memiliki dua input inverting dan non-
inverting dengan sebuah terminal output, dimana rangkaian umpan balik dapat
ditambahkan untuk mengendalikan karakteristik tanggapan keseluruhan pada
operasional Amplifier (Op-Amp). Pada dasarnya operasional Amplifier (Op-Amp)
merupakan suatu penguat diferensial yang memiliki 2 input dan 1 output.

2. Fungsi dari Op-Amp adalah sebagai pengindra dan penguat sinyal


masukan baik DC maupun AC juga sebagai penguat diferensiasi impedansi
masukan tinggi, penguat keluaran impedansi rendah. OpAmp banyak
dimanfaatkan dalam peralatan-peralatan elektronik sebagai penguat, sensor,
mengeraskan suara, buffer sinyal, menguatkan sinyal, mengitegrasikan sinyal.
Adapun karakteristik dari Op-Amp ideal antara lain:
a. Impedansi masukan tak terhingga. Penguat yang ideal diharapkan tidak
menarik arus masukan, artinya tidak ada arus yang masuk kedalam
terminal 1 maupun 2 (I1 = I2 = 0).
b. Impedansi keluaran sama dengan nol. Terminal 3 merupakan keluaran
penguat operasional, idealnya diharapkan bertindak sebagai terminal
keluaran sebuah sumber sumber tegangan ideal. Tegangan antara
terminal 3 dengan ground akan selalu sama dengan A, dimana A adalah
faktor penguatan sebuah penguat operasional.
c. Penguatan loop terbuka tak terhingga. Apabila dioperasikan pada loop
terbuka (tidak ada umpan balik dari keluaran ke masukan), maka sebuah
penguat opersaional ideal mempunyai gain (penguatan) yang besarnya tak
terhingga.
3. Simbol skematik Op-Amp

Gambar 4.18 Simbol Op-Amp

4. Konfigurasi Pin IC Op-Amp 741

Gambar 4.19 Konfigurasi Pin IC Op-Amp 741

Pada IC ini terdapat dua pin input, dua pin power supply, satu pin output,
satu pin NC (No Connection), dan dua pin offset null. Pin offset null memungkinkan
kita untuk melakukan sedikit pengaturan terhadap arus internal di dalam IC untuk
memaksa tegangan output menjadi nol ketika kedua input bernilai nol.
5. Gain Amplifier membalik
𝑅𝑓
𝐴=−
𝑅𝑖𝑛
Gain Amplifier tak membalik
𝑅𝑓
𝐴= +1
𝑅𝑖𝑛

6. Dengan menghubungkan jalur input inverting ke jalur output Operasional


Amplifier (Op-Amp) maka rangkaian buffer pada gambar diatas akan memberikan
kemampuan mengalirkan arus secara maksimal sesuai kemampuan maksimal
Operasional Amplifier (Op-Amp) mengalirkan arus output.

7. Sifat –sifat Op-Amp ideal :


a. Faktor penguat open loop gain tak terhingga.
b. Bila inputnya sama dengan 0 maka outputnya juga 0.
c. Impedansi input tak terhingga dan impedansi outputnya sangat rendah (0).
d. Lebar bandwidth tidak terhingga artinya penguatan dari DC sampai
frekuensi tak terhingga tetap sama.
e. Rise time = 0.
f. Tidak peka terhadap perubahan tegangan sumber atau perubahan
temperatur
Hubungannya dengan kenyataan adalah :
a. Faktor penguatan open loop gain walaupun cukup besar, tetapi terbatas
sekitar 100.000 kali.
b. Bila harga pada inputnya nol, outputnya belum tentu tepat nol.
c. Impedansi inputnya cukup tinggi namun terbatas hanya beberapa ratus
k, sedangkan impedansi outputnya berkisar hanya beberapa ratus
sampai puluh 
d. Rise timenya ≠ 0
e. Kalau perubahan tegangan sumber atau temperatur cukup besar,
kerjanya akan terpengaruh

8. Sinyal output bisa berupa hasil penjumlahan matematis langsung dari


sinyal-sinyal input, atau bisa juga mengandung penguatan (gain) tertentu.
9. Frekuensi cut-off adalah frekuensi keluaran yang amplitudo-nya turun
70,7% (-3dB) terhadap amplitudo frekuensi masukan-nya. Penguatan atau gain
dikatakan sebagai perbandingan output dan input dimana output lebih besar dari
input. Besar gain dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐺𝑎𝑖𝑛 =
𝑉𝑖𝑛

10. Besar frekuensi cut-off masing-masing filter :


a. Low-Pass Filter
Filter yang hanya melewatkan sinyal listrik pada frekuensi dibawah
frekuensi cut-offnya.
b. High-Pass Filter
Filter yang hanya melewatkan sinyal listrik pada frekuensi diatas frekuensi
cut-offnya.
c. Band-Pass Filter
Filter yang merupakan gabungan low-pass filter dan high-pass filter yang
dihubungkan secara seri, sehingga filter ini hanya akan melewatkan sinyal
listrik yang berada diantara kedua frekuensi cut-offnya (diantara frekuensi
batas atas dan frekuensi batas bawah).
d. Band-Rejection Filter
Filter yang merupakan gabungan low-pass filter dan high-pass filter yang
dihubungkan secara paralel, sehingga filter ini tidak akan melewatkan
sinyal listrik yang berada diantara kedua frekuensi cut-offnya (diantara
frekuensi batas atas dan frekuensi batas bawah).
4.8 Kesimpulan
Kesimpulan pada modul 4 dengan materi Op-Amp (Operational Amplifier)
adalah sebagai berikut
1. Penguat operasional (Op-Amp) adalah suatu blok penguat yang
mempunyai dua masukan dan satu keluaran. Op-Amp biasanya berbentuk
rangkaian terpadu (integrated circuit) dalam bentuk IC.
2. Amplifier tak pembalik adalah Merupakan penguat sinyal dengan
karakteristik dasar sinyal output yang dikuatkan memiliki fase yang sama
dengan sinyal input. Rangkaian penguat tak-membalik ini bisa digunakan
untuk menguatkan isyarat AC maupun DC dengan keluaran yang tetap
sefase dengan sinyal inputnya.
3. Penguat pembalik merupakan penerapan dari penguat operasional
sebagai penguat sinyal dengan karakteristik dasar sinyal output memiliki
fase yang berkebalikan dengan fase sinyal input.
4. Pengikut tegangan biasanya didefinisikan sebagai rangkaian dengan
penguatan satu. Diantara masukan dan keluaran terdapat isolasi
impedansi. Keluaran dari Op-Amp terhubung pada masukan inverting dan
tegangan masukan dihubungkan pada masukan non inverting. Rangkaian
penyangga dibangun menggunakan penguat operasional (Op-Amp)
dengan konfigurasi salah satu inputnya digunakan sebagai jalur umpan
balik secara langsung tanpa menggunakan resistansi, sehingga nilai
resistansi umpan balik adalah 0 Ohm.
5. Rangkaian adder atau penjumlah sinyal dengan Op-Amp adalah
konfigurasi Op-Amp sebagai penguat dengan diberikan input lebih dari satu
untuk menghasikan sinyal output yang linier sesuai dengan nilai
penjumlahan sinyal input dan faktor penguatan yang ada.
Daftar Referensi

http://elektronika-dasar.web.id/operasional-Amplifier-Op-Amp/
(Diakses pada tanggal 27 Mei 2018 Pukul 20.03)
http://palleko.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-Amplifier.html
(Diakses pada tanggal 27 Mei 2018 Pukul 20.06)
http://elektronika-dasar.web.id/karakteristik-penguat-membalik-inverting-
Amplifier/
(Diakses pada tanggal 27 Mei 2018 Pukul 20.07)
http://elektronika-dasar.web.id/penguat-tak-membalik-non-inverting-Amplifier/
(Diakses pada tanggal 27 Mei 2018 Pukul 20.09)
http://elektronika-dasar.web.id/penguat-penyangga-pengikut-tegangan/
(Diakses pada tanggal 27 Mei 2018 Pukul 20.15)
http://elektronika-dasar.web.id/adder-penjumlah-dengan-Op-Amp/
(Diakses pada tanggal 27 Mei 2018 Pukul 20.20)
http://ilham-kn.blogspot.co.id/2013/12/penguat-Op-Amp-inverting-Op-Amp-dan-
non.html
(Diakses pada tanggal 27 Mei 2018 Pukul 20.26)
http://bsiswoyo.lecture.ub.ac.id/2012/06/teori-elektronika-penguat-operasi-tak-
membalik/
(Diakses pada tanggal 27 Mei 2018 Pukul 20.30)
http://elektronika-dasar.web.id/operasional-Amplifier-Op-Amp-sebagai-buffer/
(Diakses pada tanggal 27 Mei 2018 Pukul 20.37)
https://sendiyafernanda.wordpress.com/2014/09/07/operational-Amplifier-Op-
Amp/
(Diakses pada tanggal 27 Mei 2018 Pukul 20.40)
http://taofiq042.blogdetik.com/2011/01/19/rangkaian-filter
(Diakses pada tanggal 27 Mei 2018 Pukul 20.48)
http://gede-pasca14.web.unair.ac.id/
(Diakses pada tanggal 27 Mei 2018 Pukul 21.07)

Anda mungkin juga menyukai