Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

I.1. LATAR BELAKANG MASALAH


I.2. TUJUAN PENULISAN
I.3. BATASAN MASALAH
I.4. METODEOLOGI PENULISAN
I.5. SISTEMATIKA PENULISAN
II.1.1 Pengertian
II.1.2 Prinsip Kerja
II.1.3 Diagram Alir Turbine Gas
II.1.4 Siklus Turbin Gas
II.1.5 Proses Pengoperasian PLTG
II.1.6 Bagian-Bagian Utama Turbin Gas
II.2.1 Prinsip Kerja Generator
II.2.2 Konstruksi Generator
II.2.3 Karakteristik Generator PLTG GE
II.3.1 Filosofisi Sistem Proteksi
II.3.2 Komponen yang Terdapat pada Suatu Sistem Proteksi
III.1.1 Sistem Penguatan (Exciter)
III.1.2 Pengaturan Tegangan
III.1.3 Pengaturan Frekuensi
III.1.4 Pengaturan Daya Reaktif (VAR)
III.1.5 Paralel Generator
III.2.1 Umum
III.2.2 Standart Operating Procedure (SOP)
III.3.1 Alat Sensor
III.3.2 Relay Proteksi
III.3.3 Circuit Breaker (CB)
III.3.4 Sumber DC
III.3.5 Gangguan pada Generator
IV.1 KESIMPULAN
IV.2 SARAN
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG MASALAH


Seiring dengan perkembangan dunia industri, fabrikasi pengolahan dan perkembangan
teknologi lainnya maka akan meningkat pula kebutuhan akan tenagalistrik karena energi listrik
dapat dengan mudah dibangkitkan, ditransmisikan, laludidistribusikan dengan melalui bentuk
konversi energi dari energi yang satu menjadi bentuk energi yang lainnya.
Suatu sistem tenaga listrik tidak hanya didukung oleh sistem operasi yang optimal maupun
pelayanan yang efisien, tapi juga tergantung pada system pengontrolan dan system proteksi itu
sendiri. Tujuan system pengontrolan dalam sistem tenaga listrik adalah mengontrol agar segala
peralatan listrik yang membangun system kelistrikan dapat bekerja secara maksimal mulai dari
pengontrolan system pembangkitan ke beban sampai pada pengontrolan terhadap gangguan
yang mungkin terjadi selama pengoperasian sistem itu sendiri.
Salah satu sistem pengontrolan dari peralatan-peralatan kelistrikan adalah pengontrolan
dari kerja generator, dimana tujuannya adalah mempertahankan kondisikerja dari generator itu
sendiri dengan mengatur parameter-parameter yang ada di dalamnya seperti frekuensi dan
tegangan. Hal ini sebenarnya dilakukan untuk mempertahankan kesinambungan pelayanan
kepada konsumen.
Generator adalah alat untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik Generator
menghasilkan energi listrik dengan digerakkan atau diputar oleh suatu penggerak mula (prime
mover). Penggerak mula dari pada Generator dapat berupa turbin air (PLTA), turbin gas (PLTG),
turbin uap (PLTU), mesin diesel (PLTD), dan lain-lain. Generator akan mengkonversi energy
mekanik tersebut menjadi energilistrik yang kemudian dapat dipergunakan untuk melayani
kebutuhan rumah tangga industri dan lain-lain
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan listrik, maka pembangunan pembangkit listrik
pun terus ditingkatkan seperti halnya di Sulawesi Selatan, misalnya PLTA Bakaru, PLTGU
Sengkang (Swasta), PLTD Suppa dan PLTU/PLTG/PLTD Tello Makassar, serta masih banyak
pembangkit yang ada didaerah-daerah kabupaten.
Pembangkitan tenaga listrik yang terdapat di Tello menjadi tempat bagi kami, mahasiswa
Teknik Elektro Universitas Hasanuddin, untuk melihat secara langsung proses pembangkitan
energi listrik. Sebagai perusahaan nasional yang menunjang pendidikan, maka sangatlah tepat
jika kami memilih perusahaan PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar Sektor Tello untuk
melakukan kerja praktek.

I.2. TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah :
1. Sebagai sarana pelatihan bagi kami mahasiswa untuk mengetahui langkah-langkah kerja
yang benar agar keputusan yang diambil bias memberikan hasil yang optimal.
2. Memberikan pemahaman dan pengalaman mengenai cara kerja peralatan dan
hubungannya dengan system sehingga dapat pula menyelesaikan masalah pada suatu
peralatan apabila dibutuhkan.
3. Mengetahui prinsip dasar suatu proses pembangkitan energy listrik khususnyaPLTG.
4. Mengetahui system pengontrolan Generator dan system proteksi yang digunakan pada
PLTG General electrik

I.3. BATASAN MASALAH


Luasnya ruang lingkup pembangkit energy elektrik baik dari segi klasifikasinya maupun
dari segi sistemnya, maka perlu kami batasi ruang lingkup masalah sesuai dengan keperluan,
mengingat keterbatasan waktu dan instrument pendukung serta kemampuan penyusun. Adapun
masalah yang kami bahas adalah mengenai :
“ Sistem Pengontrolan dan Proteksi Pada PLTG General Electric”

I.4. METODEOLOGI PENULISAN


Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Pustaka
Dalam metode ini dilakukan pengumpulan teori-teori dasar yang berkaitan dengan
penulisan yang diperoleh dari literature pada perpustakaan pusat UNHAS, perpustakaan
Jurusan Teknik Elektro dan literatur-literatur lain yang mendukung.
2. Metode Penelitian Lapangan
Pada metode ini dilakukan pengamatan langsung dilapangan terhadap objek tertentu
ataupun dengan mengadakan tanya jawab langsung kepada pembimbing lapangan guna
mengumpulkan data-data.

I.5. SISTEMATIKA PENULISAN


Sebagai gambaran umum tentang keseluruhan isi dari laporan ini, maka kami
memaparkannya dalam beberapa bab sebagai berikut:

BAB I : Merupakan bagian dari pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, tujuan
penulisan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II: Berisi landasan teori tentang Pembangkit Listrik Tenaga Gas ( PLTG ).
BAB III: Berisi tentang Sistem Pengontrolan, standart prosedur operasi, Proteksi PLTG
GE
BAB IV: Merupakan bagian akhir dari laporan ini yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 PRINSIP KERJA PLTG

II.1.1 Pengertian

Pembangkitan adalah proses produksi tenaga listrik yang dilakukan dalam pusat-pusat
tenaga listrik atau sentral-sentral dengan menggunakan generator.
PLTG adalah salah satu jenis pembangkit listrik yang menggunakan turbine sebagai
prime movernya dengan gas sebagai fluida kerjanya. Dibandingkan dengan pembangkit listrik
lainnya, turbine gas merupakan pembangkit yang cukup sederhana yang terdiri atas empat
komponen utama yaitu :
1) Kompresor
2) Ruang bakar
3) Turbine gas
4) Generator

II.1.2 Prinsip Kerja


Sistem turbine gas menggunakan compressor aksial, dikatakan kompresor aksial karena
aliran udara yang melalui kompresor searah dengan poros dan rotor.Kompresor aksial dapat
mencapai efesiensi 90% dan perbandingan tekanan yang dihasilkan setiap tingkat sekitar 1,05-
1,15 atm, maka untuk menghasilkan perbandingan tekanan yang tinggi diperlukan jumlah tingkat
yang lebih banyak (17 tingkat atau lebih) hal ini mengakibatkan ukuran kompresor aksial menjadi
lebih panjang . Udara atmosfer masuk ( air inlet ) melalui kompresor dan masuk ke pompa
automiser yang ukurannya lebih kecil sehingga tekanan udaranya menjadi besar. Karena
tekanan udara yang besar mengakibatkan temperatur udara naik. Kemudian udara yang
bertekanan dan bertemperatur tinggi itu masuk ke dalam ruang bakar (combustion chamber). Di
dalam ruang bakar, bahan bakar dan udara yang dikabutkan kemudian diberi pengapian (ignition)
dari busi sehingga terjadi proses pembakaran.
Proses pembakaran adalah ekivalen dengan proses pemasukan kalor pada siklus
Brayton
Proses pembakaran ini terjadi secara kontinu sehingga temperatur gas pembakaran harus
dibatasi sesuai dengan kekuatan material sudu-sudu turbine. Hal ini perlu dilaksanakan karena
kekuatan material akan turun dengan naiknya temperatur.
Tekanan ruang bakar berkisar antara 2,5-10 atm, temperature gas pembakaran keluar
dari ruang bakar sekitar berkisar antara 500 - 1100º C. Untuk membatasi temperature gas
pembakaran keluar dari ruang bakar maka system turbine gas memerlukan jumlah udara
berlebih, dimana udara tersebut diperlukan untuk menyempurnakan proses pembakaran dalam
waktu sesingkat-singkatnya. Membandingkan bagian-bagian ruang bakar yang homogen. Gas
panas yang dihasilkan dari proses pembakaran masuk ke dalam turbine dan berfungsi sebagai
fluida kerja yang memutar rotor turbine bersudu yang terkopel dengan generator sinkron. Di
dalam turbine terjadi proses ekpansi untuk menurunkan tekanan dan menambah kecepatan
udara. Sekitar 60% daya yang dihasilkan dari turbine digunakan untuk memutar beban (generator
listrik, pompa, compressor, baling-baling, dan sebagainya).

II.1.3 Diagram Alir Turbine Gas


Seperti juga PLTD, PLTG atau turbin gas merupakan mesin dengan proses
pengoperasian dalam (internal combustion). Bahan bakar berupa minyak atau gas alam dibakar
di dalam ruang pembakaran (combustor). Udara yang memasuki kompresor setelah mengalami
tekanan bersama-sama dengan bahan bakar disemprotkan ke ruang pembakaran untuk
melakukan proses pembakaran. Gas panas ini berfungsi sebagai fluida kerja yang memutar roda
turbin bersudu yang terkopel dengan generator sinkron kemudian mengubah energy mekanis
menjadi energy listrik.

(lihat gambar 1)
Bahan Bakar

Ruang Bakar
Gas

Kompresor Turbin G

Udara Masuk (Air inlet) Gas Buang (Exhaust)

merupakan mesin bebas getaran, tidak terdapat bagian mesin yang bergerak translasi (bolak-
balik). Temperatur turbine gas (1000°C) jauh lebih tinggi dari pada jenis turbine yang lain.
Efesiensi konversi thermalnya mencapai 20%-30%. PLTG berfungsi memikul beban puncak
karena membutuhkan bahan bakar yang sangat besar ( biaya investasi rendah tapi biaya
operasi tinggi)

II.1.4 Siklus Turbin Gas


Sesuai dengan teori, bahwa turbine gas mengikuti siklus Brayton,.Pada siklus yang
Sederhana, proses pembakaran atau proses pembuangan gas bekas terjadi pada tekanan
konstan sedangkan proses kompresi dan expansi terjadi secara kontinyu. Gambar di bawah ini
menunjukkan proses secara sistematis dan berlangsung kontinu.
P
fuel
2 3 P : Pressure
V : Volume

B
C T Gen

Air

1 4
V b. Fundamental gas Turbin
Brayton Cycle

Gambar 3. Siklus Turbin Gas

Dari siklus Brayton dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :

Pada titik 1 udara dihisap masuk kedalam compressor (C) terjadi pemanfaatan udara sehingga
udara tersebut bertekanan tinggi. Udara bertekanan tinggi tersebut dialirkan ke titik 2 dan
dicampur dengan bahan bakar di dalam ruang bakar B (Combustionchamber). Hasil dari
pembakaran tersebut gas panas yang bertekanan tinggi dialirkan ke titik 3, untuk selanjutnya
menuju turbin (T) dan memutar rotor turbin dikeluarkan ke titik 4 (Exhaust). Gambar 3
memperlihatkan bagian-bagian utama suatu turbine gas beserta masing-masing komponennya

Bahan Bakar

Ruang Bakar
Udara Gas Buang

Diesel Kompresor Turbin Generator

Proses Proses Transformasi Transformasi


Starting Kompresi Termis ke Mekanik ke
Mekanik Listrik

Gambar 2. Proses Pengoperasian PLTG

Data - data ini adalah untuk mempermudah pada saat dilakukan inspection, baik itu
inspection combustion, hot gas path (HGP), maupun mayor inspection (MI) yang harus dilakukan
pada periode tertentu. Hal mana untuk memperhitungkan bagian-bagian tersebut agar diperoleh
efesiensi yang maksimum dalam melakukan inspection.
II.1.5 Proses Pengoperasian PLTG

Secara garis besar urutan kerja dari proses pengoperasian PLTG tersebut sbb :
1) Proses starting
Pada proses start awal untuk memutar turbine menggunakan mesin diesel sampai
putaran poros turbine/compressor mencapai putaran 3400 rpm maka secara otomatis
diesel dilepas dan akan berhenti.
2) Proses kompresi
Udara dari luar kemudian dihisap melalui air inlet oleh kompresor dan masuk ke ruang
bakar dengan cara dikabutkan bersama bahan bakar lewat nozzlesecara terus menerus
dengan kecepatan tinggi.
3) Transformasi energi thermis ke mekanik
Kemudian udara dan bahan bakar dikabutkan ke dalam ruang bakar diberi pengapian
(ignition) oleh busi (spark plug) pada saat permulaan pembakaran.Pembakaran
seterusnya terjadi terus menerus dan hasil pembakarannya berupa gas bertemperature
dan bertekanan tinggi dialirkan ke dalam cakram melalui sudu-sudu yang kemudian
diubah menjadi tenaga mekanis pada perputaran porosnya.
4) Transformasi energy mekanik ke energi listrik Poros turbine berputar hingga 5.100 rpm,
yang sekaligus memutar poros generator sehingga menghasilkan tenaga listrik. Putaran
turbin 5.100 rpm diturunkan oleh load gear menjadi 3000 rpm, dan kecepatan putaran
turbine ini digunakan untuk memutar generator. Udara luar yang dihisap masuk
compressor, kemudian dimanfaatkan hingga pada sisi keluarannya menghasilkan
tekanan yang cukup tinggi. Bersama dengan udara yang yang bertekanan tinggi, bahan
bakar dikabutkan secara terus menerus dan hasil dari pembakaran tersebut dengan
suatu kecepatan yang tinggi mengalir dengan perantaraan transition piece menuju nozzle
dan sudu - sudu turbine dan pada akhirnya keluar melalui exhaust dan dibuang ke udara
bebas

II.1.6 Bagian-Bagian Utama Turbin Gas


Komponen - komponen utama pada suatu turbine gas meliputi :
1) Saluran udara masuk
2) Compressor
3) Ruangbakar
4) Turbine
5) Saluran gas buang
6) Bantalan

Saluran Udara Masuk


Udara pada pembakaran turbine gas diambil dari udara luar (ambient),sebelumudara
dihisap dan masuk, compressor haruslah dijaga kelembaban dan kebersihan udaranya
dari debu-debu. Sebab kelembaban yang tinggi memungkinkan udara menjadi basah,
sehingga mengandung bintik-bintik air yang akan menimbulkan korosi pada permukaan
sudu- sudu compressor. Untuk menghindari hal-hal tersebut maka pada saluran udara
masuk dilengkapi dengan saringan- saringan penangkap bintik-bintik air dan debu.

Kompressor
Kompressor adalah alat yang digunakan untuk mengkompresikan udara dengan jumlah
yang besar untuk keperluan pembakaran, pendinginan dan lain-lain.Compressor yang
digunakan adalah jenis aksial dengan 17 tingkat yang seporos dengan turbine. Untuk
melakukan proses kompresi, kompresor memerlukan tenaga yang sangat besar. Tenaga
untuk memutar compressor adalah sekitar ¾ dari gaya yang dihasilkan oleh turbine.
Karena pembebanan pada PLTG bervarisi maka jumlah udara yang masuk melalui filter
diatur oleh inlet Guide Vane.
Ruang Bakar
Unit turbin gas general electric ruang bakarnya terdiri dari sepuluh buah yang tersusun
melingkar di sekitar compressor casing

Bagian-bagian yang menunjang proses pembakaran pada ruang bakar antara lain:
1) Sistem penyalaan
2) Flame detector
3) Cross fire tube Dari hasil pembakaran bahan bakar, gas panas yang dihasilkan
digunakan untuk menggerakkan turbine.

Turbine
Turbine adalah bagian yang terpenting dari perangkat PLTG, turbine merupakan
perangkat yang mengkonversikan energi panas dari hasil pembakaran di ruang bakar
yang bertemperatur dan bertekanan tinggi ke suatu energi yang baru yaitu energi
mekanik. Kecepatan aliran gas panas yang melalui sudu tetap dan sudu gerak adalah
momentum gaya aksial kecepatan mendorong sudu yang disatukan dengan rotor
menimbulkan energi baru yaitu energi mekanik gerak putar poros.

Saluran gas buang


Saluran gas buang adalah suatu bagian dari sistem turbine, dimana gas yang telah
dipergunakan untuk memutar poros turbine dan kemudian dibuang pada atmosfer udara.
Rangka saluran gas buang dipasang pada bagian turbine shell dan diperkuat dengan
baut. Pada rangka ini terdapat silinder - silinder luar dan dalam . Pada bagian luar dan
dalam terdapat diffuser, dimana aliran gas bekas menjadi radial.

Bantalan
Unit turbine gas menggunakan dua bantalan :
 Journal bearing
 Thrust bearing

Fungsi bagian ini untuk menunjang rotor turbine sebagai penghubung rotor dan stator turbin.
PLTG General Electric memiliki turbine dengan data sebagai berikut:
Model : 6551B
Manufaktur : General Electric
Fuel : Distilate :
Baserating Gas :
Baserating Gas Dist. : 33.44 Kw
Turbine Stage :3
Made in : USA

II.2 GENERATOR

II.2.1 Prinsip Kerja generator

Prinsip kerja generator serempak berdasarkan induksi elektromagnetik. Setelah rotor digerakan
pengerak mula dengan demikian kutub-kutub pada rotor akan berputar. Jika kumparan kutub diberi arus
searah maka pada permukaan kutub akantimbul medan magnet searah yang berputar dan kecepatannya
sama dengan putaran kutub.
Garis-garis gaya yang berputar tersebut akan memotong kumparan jangkar tersebut timbul EMF
atau GGL atau tegangan induksi,frekuensi EMF (ggl).Persamaan mengikuti persamaan :

P.n
f= Hz
120
Dimana:
P = jumlah kutub
n = kecepatan putaran (rpm)

Besarnya tegangan induksi yang ditimbulkan pada kumparan jangkar yang ada padastator akan
mengikuti persamaan :

E = C.n.Ø

Dimana:
C = konstanta mesin
Ø = fluks medan (weber)
n = kecepatan putaran (rpm)

II.2.2 Konstruksi Generator

Konstruksi generator sinkron terdiri dari :


1) Stator adalah bagian dari generator yang diam dan berbentuk silinder
2) Rotor adalah bagian dari generator yang berputar dan berbentuk silinder.
3) Celah udara adalah ruangan antara rotor dan stator.

Konstruksi stator
Konstruksi stator terdiri dari :
1) Kerangka atau gandar dari besi tuang untuk menyangga inti jangkar.
2) Inti jangkar dari besi lunak/baja silikon.
3) Alur/parit/slot dan gigi tempat meletakkan belitan (kumparan) berbentuk alur terbuka dan
setengah tertutup.
4) Belitan jangkar terbuat dari tembaga yang diletakkan pada alur.

Konstruksi Rotor
Konstruksi rotor terdiri dari dua jenis :
1) Jenis kutub menonjol (salient pole) untuk generator dengan kecepatan rendah dan
medium. Kutub menonjol terdiri dari inti kutub, badan kutub dan sepatu kutub. Belitan
medan dililitkan pada badan kutub juga dipasang belitan peredam (damper winding).
Belitan kutub dari tembaga, badan kutub dan sepatukutub dari besi lunak.
2) Jenis kutub silinder untuk generator dengan kecepatan tinggi,terdiri dari alur-alur yang
dipasang kumparan medan juga ada gigi alur dan gigi tersebut terbagi atas pasangan
kutub.Kumparan kutub dari dua macam kutub tersebut dihubungkan dengancincin geser
untuk memberikan tegangan arus searah sebagai penguatmedan, tegangan arus searah
tersebut dari sumbernya melalui sikat dan diberikan ke cincin geser.

Belitan Jangka
Belitan jangkar ada pada stator dan selanjutnya disebut belitan stator dirangkaiuntuk hubung tiga
fasa yang terdiri dari :
a) Belitan satu lapis (single layer winding)
b) Belitan dua lapis (double layer winding)

Belitan satu lapis terdiri dari :


1) Mata rantai (concentric or chain winding)
2) Gelombang (wave)

Belitan dua lapis terdiri dari :


1) Jenis gelombang (wave)
2) Jenis gelung (lap)
Jarak antara sisi belitan dan cara meletakan belitan pada alur/slot menimbulkan faktor kisar atau
factor distribusi.
II.2.3 Karakteristik Generator PLTG GE
Generator pada PLTG General Electric yang terdiri atas dua unit,menggunakan
generator sinkron tiga fasa ,ada pun karakteristik dari generator PLTGGE adalah sebagai berikut:

Name plate : 2 poles, 3 phase, WYE connected, 50Hz, 3000 rpm

Tabel 1. Karakteristik Generator PLTG GE

RATING PEAKS

Daya Output 45,40 MVA 46,56 MVA


Armature Amper 2270 A 2337 A
Armature Volt 11,5 KV 11,5 KV
Vield Ampere 756 752
Exciter Volt 125 125
Power factor 0.8 0.8

II.3 SISTEM PROTEKSI

II.3.1 Filosofisi Sistem Proteksi


F ilosofi dasar dari sistem proteksi adalah bagaimana melindungi sistem tenagalistrik dari
ekses gangguan yang terjadi pada system dengan cara memisahkan gangguan tersebut dari
sistem lainnya dengan cepat dan tepat. Kualitas sistem proteksi yang diinginkan adalah yang
cepat,sensitif,selektif dan andal.

Cepat
Berarti, reaksi system proteksi tersebut harus secepat mungkin memisahkan daerah
yang terganggu dari sistem lainnya, tanpa menimbulkan hal-hal lain yang menimbulkan bentuk
gangguan baru pada sistem.

Sensitif
Berarti, system proteksi tersebut bereaksi terhadap gangguan yang bagaimanapun
kecilnya selama gangguan tersebut termasuk dalam tugasnya.

Selektif
Berarti, sistem proteksi tersebut harus bereaksi dengan tepat, sehingga yang dipisahkan
dari system hanya bagian yang terganggu, tanpa menyebabkan bagian lain yang tidak
seharusnya terpisah dari sistem turut dipisahkan dari sistem.

Andal
Berarti, sistem proteksi tersebut akan bekerja sesuai apa yang diharapkan,dimana
keandalan dapat mengacu pada konsep”security”atau”dependability”.

Keandalan
Dengan konsep security berarti, suatu kepastian bahwa system proteksi tidak akan salah
operasi, yang berarti sistem proteksi tidak akan bereaksi terhadap gangguan yang bukan
diperuntukkan kepadanya bagaimanapun besarnya gangguan tersebut, sedangkan keandalan
dengan konsep dependability berarti suatu kepastian bahwa sistem proteksi pasti bereaksi untuk
kondisi yang dirasakan sebagai kondisi gangguan.

Dalam banyak sistem kedua hal di atas tidak mungkin kedua duanya dipenuhi100%,
sehingga banyak sistem yang merupakan sistem kompromi antar keduannya.

Kesederhanaan, dimana digunakan peralatan dan rangkaian yang sederhana akan tetapi
tujuan tercapai.

Ekonomis, dimana dengan biaya yang minimum dapat dicapai fungsi proteksi yang
maksimum

II.3.2 Komponen yang Terdapat pada Suatu Sistem Proteksi

Komponen-komponen yang terdapat pada suatu sistem proteksi tersebut adalah :


1. Peralatan yang diperoteksi
2. Sensor, yang mendeteksi perubahan parameter sistem dari peralatan yang diperoteksi
3. Relay proteksi, yang merupakan otak yang mengevaluasi apakah perubahan parameter
tersebut sudah dapat diklasifikasikan sebagai kondisi gangguan atau tidak (berdasarkan
referensi yang diberikan kapada relay tersebut, yang pada masyarakat proteksi dikenal
sebagai relay setting) dan apabila hasil evaluasi tersebut dianggap sebagai gangguan
maka relay proteksi akan mengeluarkan pertanda bahwa ada kondisi gangguan atau
perintah eksekusi trip (membuka) circuit breaker yang terkait.
4. Circuit breaker adalah alat untuk menghubungkan atau memisahkan peralatan yang
diproteksi dari sistem.
5. Sumber DC, pada relay static dan relay numeric. Sumber DC merupakan sumber daya
untuk mengaktifkan rangkaian operasi dari relay,sedangkan pada relay elektromekanis,
hal ini tidak dibutuhkan.
Sumber DC ini pun, pada umumnya dipakai sebagai sumber daya untuk closing dan tripping coil
pada CB. Meskipun ada juga CB yang masih memakai sumber AC untuk kebutuhan tersebut.
6. Kawat penghantar, merupakan link yang mengantar informasi antara peralatan peralatan
tersebut.

BAB III
SISTEM PENGONTROLAN DAN PROTEKSIGENERATOR PLTG GE

III.1 SISTEM PENGONTROLAN GENERATOR PLTG GE


Dalam melayani konsumen, sebuah system tenaga listrik harus memenuhi kualitas
tertentu terutama tegangan dan frekuensi generator, yang mana sangat dipengaruhi oleh
keseimbangan suplai daya listrik dengan beban terpasang. Tegangan dan frekuensi akan
mengalami perubahan akibat fluktuasi beban. Tegangan dan frekuensi akan turun pada saat
beban berlebih akibat fluktuasi beban, demikian pula jika beban berkurang maka tegangan dan
frekuensi akan naik. Untuk itu maka pengaturan frekuensi dan tegangan sangat diperlukan untuk
mengontrol perubahan beban dan frekuensi sehingga tetap dalam batas toleransi yang
diperlukan.
III.1.1 Sistem Penguatan (Exciter)
Secara umum exciter Generator AC memiliki beberapa jenis :

Direct Couple Exciter

Gambar 4. Model Direct Couple Exciter

Sistem ini termasuk sistem penguatan poros, di mana arus penguatan rotor didapat dari
generator arus searah yang dikopel seporos dengan rotor generator. Biasa dipakai generator
shunt. Dengan mengatur arus eksitasinya maka tegangan stator arus bolak-balik bisa diatur. Bila
arus eksitasi naik maka tegangan genertor naik dan sebaliknya

Reduction Gear Excitation

Gambar 5. Model Reduction Gear Excitation

Sistem penguatan ini termasuk system penguatan sendiri, dimana arus penguatan rotor sendiri di
dapat dari generator DC uang dikopel ke poros dengan reduction gear. Dengan mengatur arus
eksitasi maka tegangan stator arus bolak-balik bias diatur.

Motor Generator Excitation


Gambar 6. Model Motor Generator Excitation

Sistem penguatan ini termasuk system penguatan terpisah di mana arus penguatan arus rotor
generator didapat dari generator DC yang digerakkan oleh motor AC yang diberi oleh suplai oleh
sumber tersendiri. Dengan mengatur arus eksitasi maka tegangan stator arus bolak-balik bisa
diatur.

AC Excitation

Gambar 7. Model AC Ecitation

Sistem penguatan ini termasuk system penguatan sendiri dimana arus penguatan rotor generator
didapat dari generator AC yang dikopel seporos rotor generator dan disearahkan melalui rectifier
dan langsung dialirkan kerotor generator melalui sikat. Permanen magnet generator merupakan
generator 3fasa dengan kutub luar. Bila kutub magnet diputar maka dikumparan stator akan
timbul ggl induksi. GGL induksi ini dimasukkan keAVR dan disearahkan ke kutub-kutub AC
exciter untuk penguatan itu sendiri. Bila kutub rotor AC exciter diputar maka pada ujung-ujung
belitan rotor akan keluar ggl induksi. AC exciter ini merupakan generator dengan kutub luar.Jadi
rotornya mengeluarkan ggl induksi. GGL induksi ini dialirkan ke rotating reactifier untuk
disearahkan dengan cara berputar dan langsung dialirkan kerotor generator untuk penguatan
rotor generator itu sendiri. Bila rotor generator itu diputar oleh turbin maka di stator generator
akan timbul ggl induksi bolak-balik . Bila arus excitasi dinaikkan maka tegangan bolak-balik di
stator akan naik juga, tetapi tegangan di stator diatur supaya tetap oleh AVR. Dengan mengambil
setting tegangan stator yang disalurkannya maka tegangan yang keluar dari generator bisa diatur
secara otomatis.

III.1.2 Pengaturan Tegangan


Pada umumnya beban generator tidak konstan. Hal ini menyebabkan tegangan
pembangkit juga berubah besarnya. Agar tegangan pada pembangkit mengikuti perubahan
beban luar maka tegangan generator harus diatur. Pengaturan tersebut pada prinsipnya dengan
mengatur besar kecilnya arus penguat generator. Untuk mengatur tegangan generator (dengan
arus penguat) secara otomatis dapat dilakukan dengan pengatur tegangan otomatis.
Pengatur tegangan otomatis (Automatic Voltage Regulator , AVR ) dibagi menurut cara
kerjanya , yaitu jenis kontinu (kontinu duty) dan jenis terputus (intermittent duty). Jenis pertama
digunakan untuk mengatur tegangan dalam batas variasi yang kecil tetapi tidak ada untuk harga
tertentu , jenis kedua untuk mengatur tegangan pada harga tertentu dalam batas toleransi
tertentu pula . Selain jenis-jenis diatas, ada pula jenis tanpa kontak , jenis yang menggunakan
tahanan secara langsung atau tidak langsung, dan jenis vibrasi. Jenis tanpa kontak dapat bekerja
secara kontinu tanpa menggunakan kontak (mekanis), atau operasi mekanisnya dilakukan
dengan menggunakan penguat magnetis (magnetic amplifier), penguat berputar
(rotatingamplifier), semikonduktor. Jenis yang menggunakan tahanan secara langsung disebut
juga jenis berkontak banyak (multicontact type); di sini tahanan yang dipasang dalam rangkaian
medan dari penguat (medan) diatur langsung oleh isyarat control. Pada jenis yang tidak
menggunakan tahanan langsung, tahanan yang dipasang pada rangkaian medan diatur dengan
perantara motor pengatur atau suatu mekanis mehidrolik . Jenis vibrasi menggunakan kontaktor
untuk mengatur tegangan pada harga rata-rata yang konstan dengan menghubungkan atau
memutuskan (on-off operation) sebagian atau seluruh tahanan yang terhubung pada rangkaian
medan.

III.1.3 Pengaturan Frekuensi


Tujuan pengaturan frekuensi adalah untuk mempertahankan agar pembangkitan daya
aktif selalu sama dengan beban. Untuk mempertahankan frekuensi dalam batas toleransi yang
diperbolehkan, penyediaan/pembangkitan daya aktif dalam sistem harus sesuai dengan
kebutuhan pelanggan atas daya aktif, harus selalu sesuai dengan beban daya aktif. Pengaturan
ini dilakukan dengan menambah atau mengurangi jumlah energi primer (bahan bakar), dan
dilakukan pada governor.Alat yang mengontrol kondisi ini adalah LFC (Load Frekuensi Control).
Kekurangan alat ini adalah tidak dapat mengembalikan frekuensi ke kondisi normalnya, hanya
membuatnya stabil pada frekuensi tertentu. Untuk itu digunakan AGC (Automatic Generation
Control). Alat ini terdapat pada MARK V, dalam bentuk logic.

III.1.4 Pengaturan Daya Reaktif (VAR)


Tujuan dari pengaturan daya reaktif adalah untuk memenuhi kebutuhan akan daya reaktif
dari sistem. Daya reaktif diperlukan guna memperbaiki cos Ø dari system serta mengurangi loses
dari sistem. Pengaturan daya reaktif diatur melalui arus eksitasi dengan menaikkan tegangan
sumber eksitasi.

III.1.5 Paralel Generator

Tujuan paralel generator :


 Untuk melayani beban yang berkembang (memperbesar kapasitas daya yang
dibangkitkan).
 Untuk menjaga kontinuitas pelayanan apabila ada mesin (generator) yang harus
dihentikan (misal untuk reparasi)

Syarat paralel generator :


 Tegangan sama
 Frekuensi sama
 Phasa sama
 Urutan phasa sama

Untuk sinkronisasi dipasang pearalatan


 Lampu test sinkronisasi peralatan
 Voltmeter Differensial
 Sinkronoskop
 Frekuensimeter Differential
 Pensinkroniser
 Relay pemeriksa sinkron

III.2. OPERASI KELISTRIKAN PLTG GE

III.2.1 Umum
Pembangkit Listrik Tenaga Gas General Electric terdiri dari dua unit, Mesin PLTG dikopel
langsung dengan generator sinkron 3 phasa berkutub dua salient. Daya output generator sinkron
adalah 45,4 KVA, tegangan 11,5 KV. Titik bintang generator dihubungkan ke sistem pentanahan
netral resistance. Daya output generator tersebut dihubungkan dengan kabel berisolasi ke annex
switchgear 11,5 KV yang terdiri dari CB generator dan trafo pemakaian sendiri.
Untuk mensuplai daya ke switchyard 150 KV outdoor, switchgear 11,5 KV dihubungkan
dengan kabel tanah ke trafo step up tegangan 11,5/150 KV. Sisi tegangan tinggi dari trafo step
up tersebut dihubungkan dengan switchyard 150 KV outdoor melalui saluran kabel tanah
berisolasi. Titik bintang sisi tegangan tinggi dihubungkan ke tanah melayang (melalui lighting
arrester).
Untuk keperluan peralatan bantu , PLTG GE mempunyai trafo pemakaian sendiri dengan
daya 1600 KVA, tegangan 11,5/380 KV. Sisi tegangan tinggi trafo pemakaian sendiri
dihubungkan ke switchgear 11,5 KV melalui kabel berisolasi. Titik bintang sisi tegangan rendah
dari tiap unit trafo pemakaian sendiri ditanahkan langsung. AC power supply untuk start pada
kondisi normal dan pada saat operasi,supply daya untuk start alat-alat bantu diperoleh dari trafo
pemakaian sendiri. Karakteristik trafo pemakaian sendiri adalah :

 Daya : 1600KVA
 Tegangan input : 11,55 KV
 Tegangan output : 380 volt
 Arus Primer : 80,33 A
 Arus sekunder: : 2430,95 A
 Jumlah Phasa : 3
 Frekuensi : 50 Hz
 Impedansi :6
 BIL : HV LI95 AC 38/LI AC3
 Vektor Group : DYn-5
 Pendinginan : ONAN
 Standart : IEC-76
 Oil : 1240 Liter
 Berat Total : 4965 Kg
 Tahun Pembuatan : 1997
 Pabrikan : PT. Trafindo Perkasa

Supply daya tersebut diperoleh dari tap trafo tenaga di sisi 11,5 KV dan diturunkan
tegangannya melalui trafo pemakaian sendiri.Pada saat stop/start, supply daya AC untuk control
alat Bantu diperoleh dari busbar 150 KV yang diturunkan tegangannya melalui trafo daya dan
kemudian diturunkan lagi melalui trafo pemakaian sendiri 1600 KVA.Karakteristik trafo daya
PLTG GE adalah :

 Daya output : 36/46 MVA


 Jumlah phasa :3
 Frekuensi : 50 Hz
 Tegangan Primer : 150 KV
 Tegangan sekunder : 11,5 KV
 Arus Primer : 356 A
 Arus sekunder : 928,8 A
 Vektor group : YnD-11
 Tegangan impedansi : 12 %
 Type pendinginan : ONAN/ONAF
 Berat Minyak : 8,3 T
 Berat total : 34,1 T
 Temperatur ijin belitan : 50 C
 Temperatur ijin minyak : 55 C
 Pabrikan : TAKAOKA
III.2.2 Standart Operating Procedure (SOP)

Persiapan Sebelum Start


1) Periksa bahan bakar Diesel start (cukup)
2) Periksa L.O diesel start (cukup)
3) Periksa L.O Reservoir tangki (cukup)
4) Perikasa Level air radiator (cukup)
5) Periksa Level L.O compressor udara tangki cukup
6) Periksa Level air compressor udara tangki cukup.
7) Periksa tekanan tangki compressor ±6 kg/cm
8) Periksa bahan bakar tangki harian cukup

Prosedur Start
1) Pastikan alat-alat bantu dan alat-alat proteksi dalam keadaan siap (ready to start),
tampilkan pada layar monitor pada posisi START UP/PERMISSIVES
caranya arahkan kursor pada:
 EXIT (click)
 START UP PERMISSIVES (click)

2) Untuk memposisikan unit pada signal Ready to Start, arahkan kursor pada:
 MAIN DISPLAY (click)
 Posisikan AUTO pada MASTER SELECT,arahkan kursor pada AUTO (click).
 Tampilkan kembali STARTUP/PERMISSIVES untuk memastikan siap untuk start
(ready to start), caranya lakukan pada uraian nomor satu di atas.

3) Apabila signal telah siap untuk start (ready to start), arahkan kursor pada :
 MAIN DISPLAY (click)
 Posisi start pada MASTER CONTROL, arahkan kursor pada :START (click)-
EXECUTE COMMAND (click).

Proses pembangkitan
Pada saat perintah start dieksekusi maka pada awal mulanya mesin diesel start bekerja
dimana mesin diesel ini seporos dengan turbin generator dan putaran turbin akan mengikuti
putaran mesin diesel start. Hal ini dilakukan,karena jika tidak turbin akan membutuhkan gaya
tekan yang sangat besar dan membutuhkan bahan bakar yang lebih besar pada awal start. Pada
saat yang bersamaan bahan bakar disemprotkan melalui Nozzle ke dalam ruang bakar dalam
bentuk kabut bersama dengan udara, dibakar (diberi pengapian) oleh busi untuk menghasilkan
gas yang bertekanan untuk memutar turbin.Berputarnya turbin berarti rotor generator juga
berputar. Karena rotor berputar, maka generator mulai menghasilkan output (tegangan dan
frekunsi) melalui proses induksi elektromagnetik.Ketika putaran turbin melebihi putaran diesel
start maka diesel start akan lepas secara otomatis. Putaran turbin akan terus dinaikkan dengan
penambahan bahan bakar yang diatur secara otomatis, Rotor generator yang seporos dengan
turbin akan terus berputar hingga mencapai putaran ideal untuk menghasilkan tegangan dan
frekuensi yang diinginkan atau siap untuk melakukan sinkronisasi.

Proses sinkronisasi
Untuk pengaturan sinkronisasi, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu denganauto dan
manual.Untuk dapat menampilkan prosedur sinkronisasi, arahkan kursor pada :
 EXIT (click)
 SYNCHHRONIZING DISPLAY (click)

Akan tampak pada layar sinkronisasi.


1) Sinkronisasi secara AUTO
 Posisikan auto sync. Pada sync. Mode, caranya arahkan kursor : AUTO SYNC (click)
 EXECUTE COMMAND (click). Bila telah dilaksanakan maka proses sinkronisasi akan
berjalan secara auto, ditandai dengan masuknya CB generator (breaker close) antara
jam 11.55-12.05.
 Atur beban sesuai kebutuhan secara bertahap. Bila dalam keadaan mendesak /
Emergency, pengatur beban dapat diatur sesuai laju perubahan frekuensi.
 Atur tegangan, power factor (cos Ø), daya reaktif (MVAR), sesuai dengan batas yang
ditetapkan.
 Untuk pengaturan beban dan tegangan dilakukan pada ANNUAL MODE atau pada
SPEED / LOAD CONTROL, dengan mengarahkan kursor pada pengaturan RAISE atau
LOWER. Caranya arahkan kursor pada RAISE (click) untuk menaikkan beban atau
LOWER (click) untuk menurunkan beban.
 Bila sinkronisasi dan pengaturan beban telah selesai, posisikan kembali SYNC. MODE
pada posisi OFF.Caranya arahkan kursor pada SYNC. OFF (click) -EXECUTE
COMMAND (click)
 Untuk dapat memantau lebih jelas kondisi system pembangkitan tampilkan kembali layar
pada posisi MAIN DISPLAY (click).

2) Sinkronisasi secara MANUALSinkronisasi secara manual dapat dilaksanakan pada dua


tempat, yakni pada Remote Control dan pada Panel Generator (local).

Prosedur stop unit


Untuk prosedur penyetopan unit langkah yang dilakukan dengan menurunkan beban secara
bertahap sampai pada beban minimal (0,5 MW) diikuti dengan pelepasan Circuit Breaker
(Breaker Trip), bila telah tercapai penyetopan dapat dilaksanakan, dengan memberikan sinyal
stop pada turbin.Pelaksanaannya adalah :
1. Arahkan kursor pada EXIT (click)
2. SYNCHRONIZING DISPLAY (click). Bila telah dilaksanakan maka akan tampak sarana
penurunan beban hingga pelepasan Circuit Breaker ( Breaker Trip)
3. Untuk penurunan beban lakukan pada Manual Mode, pilih sarana LOWER LOAD, caranya
arahkan kursor pada :LOWER (click) lakukan hingga beban mencapai beban minimal (0,5
MW), bila telah tercapai lepaskan circuit breaker (breaker trip), caranya adalah : arahkan
kursor pada BREAKER TRIP di MANUAL MODE.
4. BREAKER TRIP (click). Perhatikan signal pada breaker, bila penunjukan breaker telah
terbuka (open) maka proses pelepasan breaker telah selesai, selanjutnya penyetopan turbin
bisa dilaksanakan, bila breaker open tunggu 5 menit untuk meyetop unit. Caranya :
Arahkan kursor pada :
 MAIN DISPLAY (click)
 Posisikan stop pada MASTER SELECT, arahkan kursor pada :
 STOP (click)-EXECUTE COMMAND (click)
Maka proses penyetopan unit telah tercapai, periksa kembali keadaan pembangkitan
hingga kondisi dalam keadaan aman.

Normal load operation (pembebanan)


Pembebanan generator setelah synchronizing dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Pembebanan secara Manual (Manual Loading)
Pembebanan Manual dapat dilakukan dengan menekan SPEED SPRAISE/SPEED SP
LOWER pada <I> CRT Main Display. Dapat juga dilakukan dengan cara mengatur
governor control switch ( 70 R4/Cs) pada generator control panel. Untuk menaikan beban
dilakukan dengan memutar switch ke kanan, dan sebaliknya untuk menurunkan beban
dilakukan dengan memutar switch ke kiri.Pengaturan beban dengan menggunakan
governor control switch ( 70R4/CS), untuk menaikan beban lebih besar dari 25 % full
load tidak dapat dilakukan dalam satu menit.
2. Pembebanan secara AUTO ( Automatic Loading )
Pada awal start jika tidak ada pilihan pembebanan, unit akan dibebani dengan
SPINNING RESERVE load point. Dimana SPINNING RESERVE load point adalah
sedikit lebih besar dari tidak ada beban,yaitu8 % dari beban dasar.Pada intermediate
load point, PRE-SELECTED load, dan temperature control load point BASE dan PEAK
dapat dipilih setiap saat setelah sinyal start diberikan. Pemilihan akan ditampilkan pada
<I> CRT.Pembebanan unit sesuai dengan pilihan pembebanan yang telah
dipilih.PRESELECTED LOAD adalah titik beban yang lebih besar dari SPINNING
RESERVE dan kurang dari BASE, sekitar 50 %.

Pengoperasian secara remote ( remote operation )


Untuk memindahkan control turbin dari control compartemen ke lokasi peralatan remote.
Pilih REMOTE pada <I>CRT Main Display. Dengan kondisi ini, start turbin; automatically
synhronized, dan pembebanan dapat dilakukan secara remote.Jika dilakukan synchronisasi
secara manual dari remote control, maka selector switch ( 43 S ) pada panel generator control
harus diposisikan pada OFF/REMOTE.

Shutdown and cool down


1. Normal Shutdown
Normal Shutdown dapat dilakukan dengan memilih STOP pada <I>CRT Main
Display. Prosedur shutdown akan mengikuti secara automatic melalui pengurangan
beban generator, perubahan kecepatan turbin, penutupan bahan bakar pada bagian-
bagian kecepatan dan initial dari pada cooldown sequence yang pada akhirnya
mesin stop.
2. Emergency shutdown
Emergency dilakukan dengan menekan tombol Emergency Stop.Emergency
shutdown dapat dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan mendorong / menekan
manual emergency trip valve yang terletak pada gauge cabinet assembly, atau
manual trip button pada overspeed trip mekanik yang terletak di samping accessory
gear.
3. Cooldown
Setelah dilakukan shutdown, maka rotor harus tetap berputar selama masa
pendinginan . Perputaran rotor turbin diperlukan gunanya adalah untuk mencegah
lendutan rotor, resultant rubbing dan imbalance dan dihubungkan dengan kerusakan
lain yang mungkin terjadi jika peralatan bantu start tanpa berhenti tanpa pendinginan
terlebih dahulu. Turbin dapat dioperasikan dan dibebani setiap saat selama siklus
pendinginan.Siklus pendinginan dapat dilakukan menggunakan bagian-bagian
starting yang mana hal ini dilakukan pada operasi cranking speed. Pada unit-unit
yang mempunyai electro motor sebagai starting device, operator harus
memperhatikan petunjuk lamanya motor dapat beroperasi tanpa overheating.
Peralatan yang diperlukan untuk putaran selama cooling down pada MS5000 dan
MS 6001 adalah hydraulic ratchet yang dihubungkan dengan peralatan torque
converter. Ratchet berputar sekali setiap 3 menit dan memutar rotor 47
derajat.Waktu minimum yang diperlukan untuk pendinginan turbine tergantung pada
ambient temperature turbine. Faktor lain seperti udara langsung dan kelembaban
udara di luar dan air drafts di dalam instalasi, dapat juga mempengaruhi waktu yang
diperlukan untuk coolingdown. Rotor harus tetap berputar selama 24 jam sejak
shutdown, untuk meyakinkan keamanan minimum dari rubs dan unbalance pada
kondisi subsequent starting. GE Company, merekomendasikan bahwa
pengoperasian putaran rotor terus menerus selama 48 jam setelah shutdown untuk
memperoleh pendinginan rotor yang merata.
4. Black Start Operation
PLTG GE mempunyai fasilitas black start yang dapat dioperasikan dalamkondisi
blackout atau tidak ada sumber tegangan AC dari luar.Supply tegangan untuk
peralatan control diperoleh dari sumber tegangan DC battery.Ignition atau pengapian
dan internal AC control, diperoleh dari tegangan DC yang dikonversi menjadi
tegangan AC oleh inverter Ketika turbine distart, DC Emergency Lub Oil beroperasi
untuk mensupply pelumasan hingga Accessory gear mendrive main oil lub pump.
Pompa emergency jalan terus sampai accelerating speed signal(14HA) menyala,
yaitu pada kecepatan putaran 95%. Pompa emergency kemudian akan shutdown
jika lube oil pressure switgh (63QL) menunjukkan tekanan yang cukup.Dalam
pengoperasian black start juga dibutuhkan tambahan 88HR DC hydraulic ratghet
pump assembly. Bagian ini diperlukan untukm mengontrol tekanan oli dalam
menjalankan clutch dan rathet assembly.Untuk bahan bakar mesin, tekanan yang
disupply ke turbine didrive oleh fuel oil pump diperoleh dari fuel forwading pump
AC/DC.Motor DC akan menjalankan pompa sampai tegangan AC diperoleh untuk
menjalankan motor AC. Kebutuhan tekanan bahan bakar yang tinggi dapat dicukupi
oleh nomalnya accessory gear driven fuel pump.

III.3. SISTEM PROTEKSI PLTG GE

III.3.1 Alat Sensor


Alat sensor berfungsi untuk mendeteksi perubahan parameter pada sistem dari peralatan
yang diproteksi. Alat sensor ini berupa VT (voltage transformer) dan CT (current transformer).

III.3.2 Relay Proteksi


Pada PLTG GE relay proteksi yang digunakan adalah relay numeric yangmana
dikendalikan oleh sebuah microprocessor. Relay numeric atau relay digital yang digunakan
adalah DGP System. DGP system adalah sebuah mikroprosesor yang dikombinasikan dengan
relay digital dimana menggunakan sampling bentuk gelombang dari arus dan tegangan input
untuk keperluan proteksi, control, dan memonitor generator. Sampling tadi digunakan untuk
penghitung arus dan phasa tegangan yang mana digunakan untuk fungsi alogaritma proteksi.
DGP System menggunakan interface MMI (Man Machine Interface) dan DGP LINK software
komunikasi yang sesuai dengan GE digital relay system.

Di bawah ini beberapa fungsi proteksi yang ada pada DGP System :
1. Stator Differential (87G)
2. Current Unbalance (46)
3. Loss of Exicitation (40)
4. Antimotoring (32-1)
5. Time overcurrent with voltage restraint (51V)
6. Stator Ground (64G1)
7. Ground Overcurrent ( 51 GN)
8. Over exicitation (24)
9. Overvoltage (59)
10. Undervoltager (27)
11. Over and Undefrequency (81)
12. Voltage Transformer Fuse Failure (VTFF)

Stator Differential
Fungsi ini menyediakan Proteksi dengan kecepatan tinggi selama terjadi gangguan
phasa-phasa, dan tiga phasa didalam stator generator. Stator differential menggunakan
sebuah produk restraint alogaritma dengan dualslope karakteristik.
Stator differential tidak akan bekerja untuk gangguan berulang pada belitan mesin. Ini
juga tidak akan bekerja untuk ganguan satu fasa ketanah, jika system tersebut tidak
ditanahkan atau ditanahkan dengan impedansi yang tinggi.
Proteksi terhadap hubung tanah akan berfungsi jika netral dari mesin ( atau salah satu
mesin yang dioperasikan parallel) ditanahkan. Sebuah bagian kecil dari belitan sampai
titik netral tidak dapat diproteksi, jumlah gangguan sangat ditentukan dari tegangan yang
dapat menyebabkan arus pick-up minimum yang mengalir sampai titik netral dan
impedansi pentanahan. Peralatan pembatas arus pada rangkaian netral tanah akan
meningkatkan impedansinetral dan akan menurunkan fungsi proteksi gangguan tanah.
Current Unbalance
Di sini ada beberapa kondisi tidak normal pada generator, kondisi tidak normal ini dapat
berupa ketidak seimbangan beban, gangguan pada sistem dan rangkaian terbuka.
Komponen urutan negative (I2) dari arus stator berhubungan langsung dengan kondisi
tidak normal ini dan pengaturan jumlah putaran fluks medan pada mesin. Kekurangan ini
akan menyebabkan pemanasan pada inti rotor. Kemampuan dari mesin untuk bertahan
dari pemanasan yang disebabkan oleh arus yang tidak terbatas (unbalance
current).Proteksi current unbalance dari DGP sistem menyediakan karakteristik waktu
operasi yang cepat sesuai I2² T = K. Sebuah karakteristik linear yang dibuatkira-kira
untuk pendinginan mesin sementara pada kondisi arus yang tidak terbatas ( unbalance
current ). Didalamya ditambahkan 46T, DGP sistem juga memasukkan sebuah alarm
unbalance current (46A) yang mana dioperasikan oleh komponen urutan negative (I2)
disesuaikan dengan pick-up dan timedelay.

Loss of Excitation
Fungsi ini digunakan untuk mendeteksi kekurangan eksitasi pada mesin sinkron. DGP
sistem memasukkan dua karakteristik mho, untuk mendeteksi mesin, tiap bagian
disesuaikan jangkauan, waktu mati dan pewaktuan. Logika disediakan dalam DGP
system untuk memblok fungsi ini dari adanya tegangan urutan negative ( dideteksi oleh
sebuah Voltage transformer fuse failure condition) dan sebuah eksternal VTFF Digital
input DI6.
Eksitasi dapat hilang karena tripnya field breaker, rangkaian terbuka atau hubung singkat
pada belitan medan, kerusakan pada regulator, atau ilangnya sumber untuk meyupplai
belitan medan. Ketika sebuah generator sinkron kehilangan eksitasi, ini cenderung
membuatnya menjadi sebuah generator induksi. Jika ini berlangsung pada kecepatan
normal, beroperasi dengan daya yang berkurang, dan penerimaan daya reaktif (VARS)
dari sistem. Impedansiini dilihat oleh relay, relay melihat generator bukan sebagai
gangguan tetapi merupakan karakteristik mesin. Aliran daya sebelumnya berkurang
akibat eksitasi.
Studi mengindikasi bahwa fungsi dari zona mho dapat diset untuk mendeteksi kasus
kegagalan eksitasi dalam waktu yang singkat. Dan zona kedua dapat mendeteksi semua
kasus kegagalan eksitasi. Setting waktu yang lama dibutuhkan oleh second zone (40-2)
untuk keamanan selama kondisi ayunan daya untuk system stabil.

Anti Motoring
Fungsi ini untuk mengatasi terjadinya aliran daya aktif dari system kegenerator. Kondisi
ini terjadi saat semua atau sebagian prime mover hilang daya putarnya, dan saat itu juga
daya yang dibangkitkan kurang dari daya beban. Daya aktif / nyata akan mulai mengalir
ke dalam generator dari sistem.Motoring power secara khusus membedakan jenis
penggerak mula seperti yang ditunjukkan oleh Tabel di bawah. Untuk spesifikasi
penggunaan,minimum penggerak daya dari generator dapat diperoleh dari supply setiap
unit.

Tabel 2. Nilai Daya Penggerak Berdasarkan Penggerakmulanya

Jenis penggerak mula Penggerak daya dalam percent dari unit


rating

Gas turbine 10 – 100

Diesel 15 – 25

Hydraulicturbine 2 – 100

Steam turbine 0,5 – 4


DGP system menyediakan sebuah fungsi untuk reverse power (32-1) dandisesuaikan dengan
time delay.

Time overcurrent with voltage restraint (51V)


Sebuah system harus dapat dilindungi dari gangguan, untuk itu time overcurrent with
voltage restraint yang terdapat pada DGP sistem berfungsi untuk sebagai back up
protection.

Stator Ground (64G1)


Fungsi ini untuk mendeteksi adanya gangguan stator ground fault dengansebuah
impedansi ground yang tinggi pada generator. Pada keadaan normalnetral dari belitan
stator mempunyai potensial tertutup terhadap ground.

Ground Overcurrent ( 51 GN)


Fungsi ini untuk mengatasi adanya arus lebih yang terjadi akibat adanyahubung singkat
pada generator. Prinsip kerja dari Ground over current sama dengan prinsip kerja
overcurrent relay.

Over exicitation (24)


Fungsi ini untuk mengatasi arus eksitasi yang berlebih pada rotor, eksitasiyang lebih
pada generator dapat menaikkan temperatur pada belitan stator akibat arus yang besar
sehingga dapat merusak belitan rotor.

Over Voltage
Fungsi ini untuk mengatasi adanya tegangan lebih pada generator. Tegangan yang
berlebih yang melampaui dari batas maksimum yang diijinkan dapat menyebabkan
kerusakan isolasi dari belitan stator dan berakibat pada hubung singkat antara belitan.
Selain itu overvoltage dapat mengakibatkan terjadinya overspeed dan merusak pengatur
tegangan otomatis (AVR).

Under Voltage
Fungsi ini untuk mendeteksi mengatasi tegangan yang rendah pada output generator.
Apabila generator bekerja pada tegangan yang rendah maka akibat pada beban.
Tegangan yang rendah pada generator akan mengakibatkan daya yang dipasok ke
beban berkurang sehingga merugikan. Apabila generator berada dalam interkoneksi
maka akan mengakibatkan terjadinya aliran daya ke generator.

Over and Under Frequency


Fungsi ini untuk mendeteksi frekuensi generator, under frequensi dapat meyebabkan
membukanya CB sehingga perlu dideteksi, untuk mengatasinya dengan dilakukan
dengan menyeimbangkan beban dengan daya yang dibangkitkan. Over frequency dapat
meyebabkan over speed, overvoltage sehingga dapat membahayakan generator.

Voltage Transformer Fuse Failure (VTFF)


Fungsi ini dapat operate untuk semua Partial loss dari tegangan AC yangdisebabkan
satu atau lebih blown fuses, jika tegangan AC hilang negative squence voltage detektor
akan pickup dan positive squence detector akanakan drop out.

III.3.3 Circuit Breaker (CB)


Circuit breaker berfungsi sebagai switch atau saklar yang memutuskan dan
menghubungkan peralatan yang diproteksi dari sistem. Circuit breaker bekerja berdasarkan
perintah dari relay.

III.3.4 Sumber DC
Sumber DC yang digunakan pada sistem proteksi Generator PLTG GE berasal dari
sebuah batterai dengan tegangan 125 volt
III.3.5 Gangguan pada Generator
Gangguan pada generator dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Gangguan Listrik (electric fault)
2. Gangguan Mekanis/Panas (mechanical thermal fault)
3. Gangguan Sistem (system fault)

Gangguan Listrik (electrical fault)


Jenis gangguan ini adalah gangguan yang timbul dan terjadi akibat gangguan pada bagian
listrik dari generator. Gangguan ini meliputi :
a) Hubung singkat tiga fasa
b) Hubung singkat dua fasa
c) Hubung singkat belitan stator ke tanah ( Stator ground fault)
Kerusakan pada gangguan dua fasa dapat diperbaiki dengan menyambung (laping)
atau mengganti sebagian dari konduktor, tetapi kerusakan akibat gangguan satu fasa
ketanah yang bunga api dan merusak isolasi serta inti besi. Kerusakan ini sangat
fatal dan memerlukan perbaikan total.
d) Hubung singkat belitan rotor hubung tanah (rotor groundfault)
Jika terjadi hubung singkat satu titik ketanah belum memberikan pengaruh terhadap
roror, namun jika hubung singkat ketanah terjadi pada dua titik maka akan seolah-
olah hubung sinkat antara dua belitan.

Pengaruh dari hubung singkat dua titik adalah :


 Gaya tarik rotor menjadi tidak seimbang sehingga putarannya menjadi berayun
 Mempercepat kerusakan bantalan
 Bisa menyebabkan gesekan antara rotor dan Stator,yang menyebabkan
pemanasan pada bagian yang bergesek, sehingga dapat meyebabkan sifat isolasi
dari belitan stator berubah. Dan selanjutnya menyebabkan hubung singkat antara
belitan atau hubung tanah pada stator.
e) Kehilangan arus eksitasi (loss excitation)
Hilangnya arus eksitasi dapat menyebabkan putaran mesin menjadi naik dan
mengubah fungsi generator sinkron menjadi generator induksi.Kondisi ini akan
menyebabkan pemanasan lebih pada rotor akibat arus induksi yang bersirkulasi
pada rotor
f) Tegangan lebih (overvoltage)
Tegangan yang berlebih yang melampaui dari batas maksimum yang diijinkan dapat
menyebabkan kerusakan isolasi sari belitan stator dan berakibat pada hubung
singkat antara belitan. Selain itu overvoltage dapat mengakibatkan terjadinya
overspeed dan merusak pengatur tegangan otomatis (AVR).

Gangguan mekanis/panas (mechanical or thermal fault)

Jenis-jenis gangguan mekanis atau panas adalah :


a) Generator berfungsi sebagai motor
Motoring adalah peristiwa berubahnya fungsi generator menjadi motor akibat adanya
daya balik (reverse power) Daya balik (reverse power) terjadi akibat turunnya daya
masukan dari penggerak utama (prime mover). Sehingga torka listrik lebih besar dari
torka mekanik, hal ini mengakibatkan terjadi perubahan bentuk dari sudu-sudu turbin
(kavitasi sudu-sudu turbin).

b) Pemanasan lebih pada stator Pemanasan lebih pada stator meyebabkan :


 Kerusakan laminasi
 Kendornya bagian-bagian tertentu pada generator seperti pasak-pasak stator (stator
wedges), terminal /ujung belitan dan sebagainya.
c) Kesalahan parallel
Kesalahan dalam memparalelkan generator karena syarat-syarat parallel tidak terpenuhi
mengakibatkan kerusakan pada bagian poros dan kopling generator dan penggerak
utama karena terjadinya momen puntir.

d) Gangguan pada pendingin stator


Gangguan pada pendingin stator (pendingin dengan media udara,hydrogen atau air)
menyebabkan kenaikan suhu belitan stator dan berakibat pada isolasi belitan.

Gangguan sistem (system fault)


Gangguan pada system yang berakibat pada generator yaitu :
a) Terjadinya pelepasan beban secara mendadak ;Terjadinya gangguan hubung singkat
baik itu tiga fasa, dua fasa, dua fasaketanah, satu fasa ketanah dan open circuit
menyebabkan bekerjanya relay proteksi dan berakibat pada pelepasan beban.
Pelepasan beban mengakibatkan daya yang dibangkitkan lebih besar dari daya yang
beban,akibatnya torka mekanik lebih besar dari torka listrik sehingga frekuensidan
tegangan generator menjadi naik.
b) Lepas sinkron (loss sinkron)
Apabila kondisi pada point a. berlanjut terus maka akan mengakibatkan ketidak stabilan
sistem. Hal ini mengakibat stress pada belitan generator dan gaya punter yang
berfluktuasi dan beresonansi, sehingga akan merusak turbine dari generator. Pada
kondisi ini Generator harus dilepas dari sistem.

BAB IV
PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN

1) PLTG General electric pada PT. PLN WILAYAH SULSELRABAR SEKTOR TELLO terdiri
atas dua unit dengan masing-masing unit berkapasitas 45,40 MVA
2) Pengoperasian PLTG General Electric mencakup proses start, pembangkitan, proses
sinkronisasi dan proses stop.
3) Sistem proteksi dan kontrol pada PLTG General Electric menggunakan DGP System di mana
system ini menggunakan microprocessor dan tergolong dalam relay numeric..

IV.2 SARAN
1) Sistem proteksi dan kontrol pada PLTG GE menggunakan sistem digital (komputerisasi)
sehingga diperlukan pemeriksaan pada peralatan computer secara berkala

http://www.scribd.com/doc/60302610/23/III-2-2Standart-Operating-Procedure-SOP

Anda mungkin juga menyukai