Anda di halaman 1dari 11

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Alat Pelindung Diri pada Daerah Konstruksi

Rizka An-Nissa Noviyani 155100501111003


Alvionita Octavia 155100501111004
Firda Rizkia 155100501111014
Felisitas Dellawita Pratiwi 155100501111023
Marina Budi Andini 155100507111007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
A. Pendahuluan
Banyaknya pembangunan di Indonesia saat ini yang bertujuan untuk
meningkatkan sarana dan prasarana yang dapat menunjang aktivitas masyarakat
Indonesia akan membutuhkan tenaga kerja yang akan bergelut didalam
pembangunan tersebut. Resiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
pembangunan tersebut dapat dikarenakan oleh sumber bahaya dari aktivitas kerja di
tempat pembangunan tersebut. Sumber-sumber bahaya tersebut harus ditemukan
dan dikendalikan guna mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Perusahaan
yang menginisiasi adanya pembangunan biasanya mengendalikan sumber-sumber
bahaya tersebut dengan mengupayakan adanya Alat Pelindung Diri (APD), dimana
APD digunakan sebagai tindakan proteksi dini terhadap bahaya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.

B. Elemen Program K3 pada Proyek Konstruksi


Pada proyek konstruksi, hal-hal yang berbahaya sangat riskan terjadi karena
faktor-faktor kesalahan manusia, lingkungan kerja yang tidak mendukung, ataupun
peralatan yang tidak cukup aman untuk digunakan. Kesalahan-kesalahan seperti ini
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau kejadian yang tidak diinginkan yang
dapat merugikan baik dari kesehatan pekerja itu sendiri, atau perusahaan/institusi
yang menaungi. Hal inilah yang melandasi program K3 untuk dapat meminimalisasi
atau menghindari kecelakaan kerja pada proyek konstruksi.

Elemen-elemen program K3 pada proyek konstruksi yang diatur oleh Kementerian


ketenagakerjaan Republik Indonesia ialah:
1. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pihak manajemen harus membuat kebijakan mengenai K3 yang menjadi
landasan keberhasilan K3 dalam kegiatan proyek konstruksi. Berisi peraturan,
komitmen dan dukungan dari manajemen puncak terhadap pelaksanaan K3.
Pelaksanaan K3 harus direalisasikan kepada seluruh karyawan dan tanpa
kecuali dengan sanksi yang diberlakukan.
2. Administrasi dan Prosedur
Bertugas untuk menetapkan sistem organisasi pengelolaan dan pelaksanaan K3
dalam proyek. Selain itu juga menetapkan prosedur dan sistem kerja K3 selama
proyek berlangsung.
3. Identifikasi Bahaya
Sebelum memulai proyek pekerjaan maka perlu dilakukan identifikasi bahaya,
guna mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan. Identifikasi bahaya
dilakukan bersamaan dengan pengadaan pekerjaan dan safety departemen atau
P2K3. Identifikasi bahaya menggunakan teknik seperti check list, what if, hazard
dsb. Hasil identifikasi kemudian didokumentasikan dengan baik dan dijadikan
pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
4. Project Safety Review
Project safety review berguna untuk mengevaluasi potensi bahaya dalam setiap
tahapan project secara sistematis. Kajian K3 dilaksanakan untuk meyakinkan
bahwa proyek dibangun dengan standar keselamatan yang baik sesuai dengan
persyaratan. Selain itu untuk meyakinkan kehandalan K3 dalam rancangan dan
pelaksanaan pembangunan.
5. Pembinaan dan Pelatihan
Dilakukan pada setiap karyawan dari level terendah hingga level tertinggi. Materi
pembinaan dan pelatihan meliputi kebijakan K3 pada proyek, cara bekerja dengan
aman, cara penyelamatan dan penanggulangan dalam keadaan darurat, dll
6. Safety Committee
Kontraktor membuat panitia pembina K3 pada masing-masing fungsi atau divisi
yang ada, untuk membahas permasalahan K3 dan memberikan masukan dan
pertimbangan kepada manajemen untuk meningkatkan K3.
7. Safety Promotion
Dilakukan kegiatan promosi untuk meningkatkan kepedulian dan awareness
terhadap semua karyawan, seperti dalam spanduk, baliho, poster dsb
8. Safe Working Practice
Harus disertai pedoman K3 dalam setiap pekerjaan berbahaya di lingkungan
proyek
9. Sistem Izin Kerja
Untuk mencegah kecelakaan kerja maka perlu dikembangkan izin kerja. Semua
pekerjaan berbahaya hanya boleh dimulai atau dilakukan jika memiliki izin kerja
yang telah dikeluarkan oleh fungsi yang berwenang
10. Safety Inspection
Inspeksi harus dilakukan oleh petugas yang berwenang secara berkala untuk
memastikan bahwa tidak ada ‘unsafe condition’ di lingkungan kegiatan proyek
11. Keselamatan Kontraktor
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada kontraktor atau sub kontraktor maka
setiap sub kontraktor harus memiliki petugas K3 dan harus diberikan pelatihan
12. Keselamatan Transportasi
Semua kendaraan angkutan proyek yang digunakan harus memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan agar tidak membahayakan bagi para pekerja
13. Equipmenr Inspection
Semua peralatan harus diperiksa oleh ahlinya sebelum diizinkan digunakan dalam
proyek. Semua perlatan yang telah diperiksa diberikan sertifikat penggunaan
dilengkapi dengan label. Pemeriksaan harus dilakukan secara berkala.
14. Pengelolaan Lingkungan
Dilakukan pengelolaan lingkungan sesuai AMDAL selama proyek berlangsung.
Dampak negatif terhadap lingkungan harus ditekan seminim mungkin untuk
menghindari kerusakan lingkungan
15. Pengelolaan Limbah dan K3
Limbah yang dihasilkan selama proyek harus dikelola dengan baik sesuai dengan
jenisnya pada waktu-waktu tertentu dan ke tempat-tempat yang telah ditentukan
16. Keadaan Darurat
Dilakukan simulasi keadaan darurat, speerti gempa bumi, kebakaran, peledakan
dsb yang diikuti oleh seluruh karyawan
17. Accident Investigation and Reporting System
Semua kejadian atau kecelakaan yang terjadi harus diselidiki oleh petugas yang
terlatih untuk mencari penyebab utama agar tidak terjadi kecelakaan/kejadian
serupa di masa mendatang
18. Audit K3
Audit digunakan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pelaksanaan K3
dalam proyek sebagai masukan pelaksanaan proyek berikutnya. Pengauditan
dilakukan secara berkala dan disesuaikan dengan jangka waktu kegiatan proyek.
Audit dapat memberikan masukan dan penghargaan terhadap manajemen dan
pelaksanaan K3.

C. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Pengunaan APD


APD akan berfungsi dengan sempurna apabila telah sesuai dengan standar
yang telah ditentukan dan dipakai dengan baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:
1. Sediakan APD yang sudah teruji dan telah memiliki SNI atau standar
Internasional lain yang telah diakui
2. Pakailah APD yang sesuai dengan jenis pekerjaan walaupun pekerjaan
tersebut hanya perlu dilakukan dalam jangka waktu yang singkat
3. APD harus dipakai dengan tepat dan benar
4. APD merupakan kewajiban sehingga harus dipakai saat berada di dalam
proyek
5. APD tidak boleh diubah-ubah pemakaiannya, apabila kurang nyaman
sebaiknya dilaporkan kepada atasan atau pemberi kewajiban pemakaian alat
tsb
6. APD dijaga agar tetap berfungsi dengan baik

D. Kriteria Penggunaan APD pada Pekerjaan Konstruksi

Berikut ini adalah contoh para pekerja pembangunan yang tidak menjalankan
peraturan APD yang seharusnya:

Dapat dilihat dari gambar diatas, para pekerja pembangunan tidak menjalankan
peraturan APD yang seharusnya sudah ditetapkan didalam proyek pembangunan.

Adapun kriteria yang biasanya dipakai oleh pekerja proyek pembangunan dalam
pemilihan APD adalah sebagai berikut :
1. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif pada pekerja atas
potensi bahaya yang berada di tempat pembangunan.
2. Alat pelindung diri mempunyai berat seringan mungkin, sehingga nyaman untuk
dipakai dan tidak membebani pekerja yang memakainya.
3. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis bahayanya
maupun kenyamanan dan pemakaiannya.
4. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.
5. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran, pernafasan, maupun gangguan
kesehatan lainnya saat dipakai.
6. Tidak mengurangi persepsi sensoris dalam menerima tanda-tanda peringatan.
7. Mudah disimpan dan dipelihara.
8. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

E. Macam-Macam Alat Pelindung Diri Pada Daerah Konstruksi

Berikut ini adalah contoh penggunaan APD yang benar dalam proyek pembangunan:

Sumber : (www.scsconstruction.net)
Adapun berikut ini Alat Pelindung Tubuh yang wajib digunakan dalam proyek pembangunan,
yaitu :

1. Safety Glasses

Untuk melindungi mata dari debu


dan kotoran lain.

2. Safety Shoes

.
Safety shoes berfungsi untuk melindungi keselamatan kaki dari benturan
benda keras serta mengurangi resiko dari tertimpa dan kejatuhan benda keras
lainnya. Sepatu pengaman harus dapat melindungi tenaga kerja terhadap
kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan oleh beban berat yang menimpa kaki,
paku-paku atau benda tajam lain yang mungkin terinjak, logam pijar, dan
sebagainya. Biasanya sepatu kulit yang buatannya kuat dan baik cukup
memberikan perlindungan, tetapi terhadap kemungkinan tertimpa benda-benda
berat masih perlu sepatu dengan ujung bertutup baja dan lapisan baja di dalam
solnya. Lapisan baja dalam sol sepatu perlu untuk melindungi pekerja dari tusukan
benda runcing khususnya pada pekerja bangunan.
Ada berbagai macam safety shoes, yaitu safety shoes dengan bahan kulit
untuk pekerjaan berat dan rawan benturan, rubber boot dengan bahan karet untuk
pekerjaan daerah basah, dan electrical shoes dengan bahan karet untuk pekerjaan
listrik.

3. Shin Guard

Untuk melindungi tulang kering dan lutut dari logam yang tajam dan berat
4. Safety Helmet

Safety helmet adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi


kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda
keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, dan
percikan bahan-bahan kimia. Helm pelindung harus terbuat dari bahan yang keras,
cukup tebal dan kokoh tetapi tetap ringan serta terdapat tali pengikat helm. Bahan
plastik dengan lapisan kain terbukti sangat cocok untuk keperluan ini.

5. Face Protector

Pelindung wajah berfungsi untuk melindungi mata dan wajah dari paparan
bahan kimia berbahaya, paparan partikel-partikel yang melayang diudara dan di
badan air, percikan benda-benda kecil, panas atau uap panas, radiasi gelombang
elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya,
benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam. Penggunaannya yang
paling umum adalah ketika seseorang melakukan gergaji, grinds, atau pasir

6. Ear Plug

Ear plug merupakan APD yang berfungsi melindungi telinga dari suara-suara
yang terlalu bising. Bahan ini bisa terbuat dari karet, plastik keras, plastik lunak,
lilin dan kapas. Pada umumnya, jenis karet dan plastik lunak yang sering
digunakan karena bisa menyesuaikan dengan bentuk lubang telinga
7. Earmuffs

Penutup telinga yang digunakan untuk menurunkan suara untuk telinga


dengan 35 sampai 45 desibel. Penutup telinga dan telinga plugs digunakan
bersama-sama memberikan tambahan 3 sampai 5 desibel perlindungan yang
lebih.

8. Seatbelt

Safety belt adalah alat pelindung diri yang wajib digunakan oleh pekerja pada
ketinggian diatas 1,5 m. Tujuannya adalah melindungi diri dari kemungkinan jatuh
atau terpleset. Safety belt berfungsi membatasi gerak pekerja agar tidak masuk ke
tempat yang mempunya potensi jatuh atau menjaga pekerja berada pada posisi
kerja yang diinginkan dalam keadaan miring maupun tergantung dan menahan
serta membatasi pekerja jatuh sehingga tidak membentur lantai dasar.
Jenis safety belt terdiri dari sabuk pengaman tubuh (harness), katabiner, tali
koneksi (lanyard), tali pengaman (safety rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat
penurun (decender), alat penahan jatuh bergerak (mobile fall arrester), dan lain-
lain.

9. Respirator

Masker berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara


menyalurkan udara bersih dan sehat dan atau menyaring cemaran bahan kimia,
mikroorganisme, partikel debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/fume dan
sebagainya. Umumnya masker yang digunakan berbahan kain, tapi jika memasuki
area yang banyak mengandung debu partikel logam serta gas yang berbahaya
harus menggunakan jenis masker respirator. Masker respirator mempunya fungsi
yang sangat vital dalam menjaga udara yang masuk ke paru-paru.
Masker sering digunakan untuk pekerja di tempat konstruksi karena udaranya
yang kotor akibat debu-debu kasar dari penggerinderaan, dan debu halus yang
dihasilkan dari pengecatan atau asap. Hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan masker yaitu bagaimana cara menggunakan secara benar, macam
dan jenus daru kotoran yang perlu dihindari serta lamanya menggunakan alat
tersebut.
Jenis masker dan penggunaannya antara lain:
a) Masker penyaring debu, berfungsi untuk melindungi pernapasan dari serbuk-
serbuk logam, penggerindaan atau serbuk kasar lainnya.
b) Masker berhidung, masker ini dapat menyaring debu atau benda lain sampai
ukuran 0,5 mikron, bila sulit bernapas sewaktu memakai alat ini maka hidung-
hidungnya harus diganti karena filternya telah tersumbat oleh debu. Hal yang
harus diingat ketika menggunakan masker berhidung adalah memasang
masker harus menempel baik pada wajah. Untuk memeriksanya tempelkan
selembar kertas atau telapak tangan pada hidung. Bila masker terpasang baik
pada wajah, maka kertas atau telapak tangan akan tertarik. Karena hidung
pada masker ada dua buah maka dalam pemasangannya jangan terbalik,
bersihkanlah masker setelah pemakaian dan lepaskan hidung-hidungnya.

10. Gloves

Sarung tangan adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi tangan
dan jari-jari tangan dari panajan api, suhu panas, radiasi elektromagnetik, radiasi
mengion, arus listrik, benturan, pukulan dan tergores. Harus diingat bahwa
memakai sarung tangan ketika bekerja pada mesin pengebor, mesin pengepres
dan mesin lainnya yang dapat menyebabkan tertariknya sarung tangan ke mesin
adalah berbahaya. Sarung tangan juga sangat membantu pada pengerjaan yang
berkaitan dengan benda kerja yang panas, tajam ataupun benda kerja yang licin.
Sarung tangan juga dipergunakan sebagai isolator untuk pengerjaan listrik.
Ada berbagai macam sarung tangan berdasarkan bahannya, yaitu:
a) Sarung tangan berbahan kulit untuk pekerjaan pengelasan, pemotongan,
penyambungan tali baja serta yang berkaitan dengan pekerjaan rigger
b) Sarung tangan berbahan vinyl untuk pekerjaan dengan zat kimia
c) Sarung tangan berbahan karet untuk pekerjaan listrik
d) Sarung tangan berbahan kain untuk pekerjaan ringan
11. Safety Google

Kacamata pengaman digunakan untuk melindungi mata dari debu, kayu, batu
atau serpihan besi yang berterbangan akibat ditiup oleh angin. Mengingat
partikel-pertikel debu berukuran sangat kecil dan halus yang terkadang tidak
terlihat oleh kasat mata.pada bagian mata perlu mendapat perhatian dan
diberikan perlindungan dengan alat pelindung mata, biasanya pekerjaan
mengelas membutuhkan kacamata pelindung.
Kebanyakan tenaga kerja merasa enggan memakai kacamata pelindung
karena ketidaknyamanan sehingga dengan alasan tersebut merasa mengurangi
kenyamanan dalam bekerja. Kesulitan akan pemakaian kacamata pelindung ini
dapat diatasi dengan berbagai cara. Pada beberapa perusahaan, tempat kerja
dengan bahaya pekerjaan mata hanya boleh dilakukan jika kacamata pelindung
dikenakan. Sebagaimana fungsi sebagai tempat kerja tersebut, maka suatu
keharusan setiap tenaga kerja akan selalu memakai kecamata pelindung selama
jam kerja.

12. Wearpack

Pakaian pelindung untuk pekerja umumnya memberikan beberapa jenis tubuh


dan lengan perlindungan. Mantel (pakaian yang memberikan tubuh dan
perlindungan lengan) yang terbuat dari kulit dan tahan api kain yang umum. Bahan
wool lebih baik dari pakaian lainnya, karena tidak mudah terbakar. Celemek dan
jubah digunakan juga untuk memberikan perlindungan saat pengelasan. Coats
memberikan perlindungan lengan penuh sedangkan apron dan cape memberikan
perlindungan lengan. Semua kantong pakaian pengelasan harus memiliki sampul
atas mereka atau dirakit ke dalam pakaian.
Referensi

Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi Kesehatan
dan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press

www.scsconstruction.net, diakses pada 30 September 2018 pukul 20.58 WIB

Anda mungkin juga menyukai