Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh

pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di

wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung

karbondioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidroliga

serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling

penting.menurut(Zain, 1998) hutan tropis Indonesia merupakan hutan alam tropis

basa yang terbesar dan faunannya,, setelah Negara Brasil dan Zaire. Luas total

hutan hamper 144 juta hektar atau bdfkisa 75 persen dari luas seluruh darat

Indonesia (zain, 1998) Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat potensial

dalam mendukung keanekaragaman flora dan fauna ( Ruslan 2009 ). Menurut

setia (2012), hutan hujan tropis memiliki keanekaragaman hayati yang sangat

tinggi, dimana antara flora dan fauna saling berinteraksi satu sama lain. Diantara

hubungan interaksi yang ada adalah hubungan saling menguntungkan ini akan

membentuk ekosistem yang seimbang.

Myriapoda yaitu atropoda berkaki banyak yang merupakan kerabat laba-

laba yang agak jauh. hewan myriapoda mendapat namanya dari jumlah kakinya

yang sangat banyak. Myriapoda artinya kaki tak terhitung, hal itu menunjuk pada

banyaknya pasangan kaki berbuku-bukunya, Myriapoda dibedakan menjadi dua

kelas, yaitu chilopoda dan diplopoda. Myriapoda adalah gabungan dari

kelas Chilopoda dan Diplopoda dengan tubuh beruas-ruas dan setiap ruas

1
2

mempunyai satu pasang atau dua pasang kaki. Tubuh dapat dibagi menjadi dua

bagian yaitu kepala dan abdomen (perut)(Winarsih, 2015).

Kelas chilopoda atau sentipede dapat bergerak cepat dibawah kayu

mati,bawah batu atau timbunana tumbuhan yang telah membusuk.hingga kini

terdapat 10.000 jenis spesies yang tersebar di dunia contohnya seperti,

scolopendra immaculate (lipan atau kelabang), scolopendra gigas.kelas diplopoda

atau millipede juga dikenal sebagai hewan berkaki seribu yang bergerak sangat

lambat dan dapat menggulung tubuh seperti spiral dan hidup ditempat gelap dan

lembap.hinggakini terdapat sekitar 10.000 jenis spesies yang tersebar di dunia

contohnya julus terestris atau liwing (Winarsih, 2015).

Golongan myriapoda hidup di darat,dibawah batu atau kayu terutama

tempat yang banyak mengandung sampah, dan di dalam tanah.hewn ini banyak

dijumpai di daerah tropis terutama di tempat yang lembab (Winarsih,

2015).indonesia dikenal salah satu Negara yang memiliki kekayaan jenis hewan

dan tumbuhan yang sangat tinggi (mega biodiversity) indonesia terletak di

kawasan tropic yang mempunyai iklim yang setabil dan secara geografik adalah

Negara kepulauan yang terletak di antara dua benua yaitu asia dan

Australia(Indrawan, 2012).

Hutan pendidikan dan pelatihan Universitas Muhammadiyah Bengkulu di

tetapkan menurut SK dengsn nomor SK> 425/Menlhk/Setjen/PLA.O/6/2016

Keputusan menteri lingkungan hidup dan kehutanan tentang penetapan kawasan

hutan dengan tujuan khusus pada kawasan hutan lindung yang terletak di
3

Kabupaten Bengkulu Tengah,Provinsi Bengkulu seluas ±2.000 hektar sebagai

Hituan Pendidikan dan Pelatihan.

Berdasarkan survei awal di hutan pendidikan dan pelatihan Universitas

Muhammadiyah Bengkulu Kabupaten Bengkulu Tengah, di temukan hewan

myriapoda yaitu beberapa hewan kelas cilopodan seperti scolopendra immaculate

(lipan) sedangkan kelas diplopoda seperti julus terestris (luwing) yang umum di

ketahui masyarakat padahal masih banyak lagi jenis dari lipan dan luwing yang

melum di ketahui oleh masyarakat, hal ini di sebabkan kurangnya minat

masyarakat untuk menggali informasi menggenai keanekaragaman myriapoda

(cilopodan dan diplopoda ) yang terdapat di hutan pendidikan dan pelatihan

tersebut,sehubungan dengan masalah itu,maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “keanekaragaman myriapoda yang terdapat di hutan

pendidikan dan pelatihan Universitas Muhammadiyah Bengkulu Kecamatan

Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah..

B. Rumusan masalah.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat

dalam penelitian ini yaitu, “Keanekaragaman Myriapoda Yang Terdapat Di Hutan

Pendidikan Dan Penelitian Universitas Muhammadiyah Bengulu Kecamatan Taba

Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah”

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui

“Keanekaragaman Myriapoda Yang Terdapat Di Hutan Pendidikan Dan


4

Penelitian Universitas Muhammadiyah Bengulu Kecamatan Taba Penanjung

Kabupaten Bengkulu Tengah”

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini di harapkan menjadi informasi ilmiah

tentang “Keanekaragaman Myriapoda Yang Terdapat Di Hutan Pendidikan Dan

Penelitian Universitas Muhammadiyah Bengulu Kecamatan Taba Penanjung

Kabupaten Bengkulu Tengah.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hutan

Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat potensial dalam

mendukung keanekaragaman flora dan fauna ( Ruslan 2009 ). Menurut setia

(2012), hutan hujan tropis memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi,

dimana antara flora dan fauna saling berinteraksi satu sama lain. Diantara

hubungan interaksi yang ada adalah hubungan saling menguntungkan ini akan

membentuk ekosistem yang seimbang. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di

wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung

karbondioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidroliga

serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling

penting.menurut(Zain, 1998)

B. Myriapoda

Myriapoda yaitu atropoda berkaki banyak yang merupakan kerabat laba-

laba yang agak jauh. hewan myriapoda mendapat namanya dari jumlah kakinya

yang sangat banyak. Myriapoda artinya kaki tak terhitung, hal itu menunjuk pada

banyaknya pasangan kaki berbuku-bukunya, Myriapoda dibedakan menjadi dua

kelas, yaitu chilopoda dan diplopoda. Myriapoda adalah gabungan dari

kelas Chilopoda dan Diplopoda dengan tubuh beruas-ruas dan setiap ruas

mempunyai satu pasang atau dua pasang kaki. Tubuh dapat dibagi menjadi dua

bagian yaitu kepala dan abdomen (perut)(Winarsih, 2015).Myriapods, termasuk

5
6

lipan dan lipan yang beragam dan familiar, adalah salah satu kelompok arthropoda

terrestrial yang dominan (Rosa Fernández 2016).

C. Morfologi myriapoda (chilopoda dan diplopoda)

Tubuh bersegmen-segmen dan terdiri atas caput (kepala) dan

abdomen,sedangkan thoraks (dada) tidak ada. tiap segmen mempunyai sepasang

kaki, kecuali pada bagian ujung(Winarsih, 2015).

1. Chilopoda

Cilopoda disebut juga centipede, tubuhnya pipih dan bersegmen.

Jumlah segmen tersebut tidak sama tergantung spesiesnya yaitu

berkisar antara 15-17 segmen.setiap segmen memiliki sepasang kaki

kecuali 2 segmen terakhir dan sebuah segmen di belakang kepala pada

segmen ini terdapat sepasang cakra beracun yang di sebut

maxilleped,untuk membunuh mangsanya. Antenna panjang terdiri dari

12 segmen atau lebih.(Rusyana, 2011) sedangkan menurut

(Brotowidjoyo, 1993) cilopoda merupakan hewan

teresterial,karnivora,aktif makan hewan lain.memiliki tubuh pipih

dorso-ventral,segmen sangat jelas.pada setiap segmen tubuh terdapat

sepasang kaki yang terletak lateral.ada sepasang antenna panjang dan

sepasang mata yang masing-masing terdiri dari banyak oselli.pada

segmen tubuh pertama terdapat gigi-gigi beracun.

2. Diplopoda

Diplopoda merupakan hewan teresterial ,bergerak lambat, dan

umumnya pemakan tumbuhan.tubuhnya selendris, dengan segmentasi


7

yang terbukti jelas. Pada kebanyakan segmentasi terdapat sepasang

kaki, letak kaki ituventral.antena sepasang dan pendek saja. ada dua

buah mata, tiap mata terdiri dari sekumpulan oseli(Brotowidjoyo,

1993). tubuh diplopoda terdiri dari 25 segmen hingga lebih dari 100

segmen.kaki diplopoda lebih banyak dari pada cilopoda. Setiap

segmen dilengkapi 2 pasang kaki.namun, 4 segmen pertama hanya

memiliki sepasang kaki, alat mulut berupa sepasang mandibula dan

sepasang maksila, antenna pendek berjumlah sepasang dan terdapat

dua kelompok mata tunggal(Winarsih, 2015).


8

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - April 2019 di hutan pelatihan

dan penelitian Universitas Muhammadiyah Bengkulu Kabupaten Bengkulu

Tengah dan di Laboratorium biologi Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

B. Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah : perangkap jebakan

(pitfall trap), kamera, higrometer, termometer, soil tester, alat-alat tulis, cangkul,

meteran, pinset, pensil, buku catatan, parang, pisau, botol/kotak, buku panduan

dan alat-alat yang mendukung pelaksanaan penelitian. Sedangkan bahan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei

langsung ke lokasi penelitian. Penentuan lokasi dilakukan dengan metode

“random sampling” di perkebunan karet desa Karang Tinggi Kecamatan Karang

Tinggi di hutan pelatihan dan penelitian Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Kabupaten Bengkulu Tengah Kabupaten Bengkulu Tenga dengan area

seluas±2.000 hektar.

8
9

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Di Lapangan
a. Pengambilan Sampel

1). Metode Pit Fall Trap

Pengambilan sampel myriapoda (chilopoda dan diplopoda

) dilakukan dengan metode Pit Fall Trap (perangkap jebak) , perangkap jebak

sangat sederhana, yang hanya berupa bejana yang ditanam di dalam tanah, yang

permukaan tanah di buat mendatar dengan tanah. Agar air hujan tidak masuk

kedalam perangkap maka, perangkap diberi atap supaya air tidak masuk kedalam

perangkap maka perangkap dipasang pada tanah yang mendatar dan sedikit agak

tinggi (suin, 2003) yaitu : Pit Fall Trap dipasang secara acak sebanyak 10

perangkap di area yang ditentukan dan dilakukan selama 7 hari, Pit Fall Trap

dipasang dengan menggali tanah sedalam dan seluas ukuran botol plastik dan

permukaan botol plastik sejajar dengan permukaan tanah. Agar terhindar dari air

hujan maka masing-masing botol plastik diberi atap. Kemudian masing-masing

diisi dengan larutan alkohol 70%. Perangkap jebakan ini dibiarkan selama 24 jam,

dipasang jam 10.00 WIB dan diambil besok jam 10.00 pagi, kemudian sampel

yang tertangkap di masukan kedalam kantong plastik atau kotak koleksi yang

berisi formalin 70% yang telah diberi label. Selanjutnya semua sampel hewan

myriapoda ( chilopoda dan diplopoda ) yang di dapatkan di bawa ke Laboratorium

untuk diidentifikasi.
10

2. Di Laboratorium

Sampel hewan tanah yang diperoleh dari lapangan dikelompokan

berdasarkan kesamaan ciri-ciri morfologinya, kemudian diawetkan dan

selanjutnya dilakukan identifikasi dan dideterminasi di Laboratorium Biologi

Universitas Muhammadiyah Bengkulu, dengan memperhatikan bentuk luar

(morfologi) dan dari hasil pengamatannya morfologinya dicocokan atau

disesuaikan dengan menggunakan buku acuan seperti (suin, 2003), Lilies (1991)

dan lain-lainnya.

E. Pengukuran Faktor Ekologi

Pada masing-masing titik sampling juga dilakukan bebrapa pengukuran

faktor lingkungan, yaitu: suhu udara, kelembapan tanah, pH tanah. Cara

pengukurannya diuraikan sebagai berikut:

a. Suhu dan kelembaban

Suhu udara diukur dengan menggunakan alat ukur yang disebut

Thermohygrometer. Cara menggunakannya yaitu dengan menggantungkannya

pada kayu atau tiang penyangga dan didiamkan selama kurang lebih 5-10 menit

kemudian lihat dan catat besarnya suhu pada skala Thermohygrometer.

b. pH tanah

pengukuran pH tanah alat ukurnya yaitu menggunakan Soil Tester.

Sebelum dimasukan soil tester ditanamkan ketanah terlebih dahulu lubangi tanah

tersebut kira-kira sedalam 10 cm. Soil tester ditancapkan ke tanah yang telah

dilubangi selama kurang lebih 5 menit, setelah itu catat pH yang tertera pada soil

tester tersebut.
11

c. Suhu udara

Pengukuran suhu udara dilakukan dengan Higrometer- Termometer. Jarak

pengukuran 50 cm di atas permukaan tanah kemudian ditunggu beberapa waktu

sampai konstan dan dicatat suhu udaranya.

F. Analisis Data

Setelah dilakukan identifikasi dan perhitungan jenis, maka dilakukan

perhitungan indeks keanekaragaman Shannon dan Wiener dalam Fachrul (2007)

sebagai berikut :

𝒏𝒊 𝒏𝒊
H’ = - ( ∑ 𝑵 𝐥𝐨𝐠 𝑵 )

Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman jenis

ni = Jumlah individu dari masing-masing spesies

N = Jumlah seluruh individu

Menurut Maguran (1988) menyatakan bahwa kriteria yang digunakan

untuk meninterpretasikan keanekaragaman Shannon dan Wiener yaitu :

 H’ < 1,5 : keanekaragaman rendah

 H’ 1,5-3,5 : keanekaragaman sedang

 H’ >3,5 : keanekaragaman tinggi

Selanjutnya dari masing-masing keanekaragaman myriapoda ( cilopoda

dan diplopoda) diperbandingkan dan hasil perbandingan ini diketahui spesies

mana yang mempunyai indeks keanekaragaman yang tertinggi.


12

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo. (1993). Zoologi Dasar. yogyakarta: Erlangga.


Indrawan. (2012). Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Lilies, C. (1991). Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta: Kanisius.
Rusyana. (2011). Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik ). Bandung:
ALFABETA.
Suin. (2003). Ekologi Hewan. Jakarta: Bumi Aksara.
Winarsih. (2015). Enskloprdia ATROPODA. Semarang: PT.Aneka Ilmu.
Zain. (1998). aspek pembinaan hutan dan stratifikasi hutan rakyat. jakarta:
PT.Rineka Cipta.
zain. (1998). stratifikasi hutan rakyat. jakarta: PT.rinwka cipta.
13

KEANEKARAGAMAN MYRIAPODA YANG TERDAPAT DI HUTAN


PENDIDIKAN DAN PELATIHAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
BENGULU KECAMATAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU
TENGAH

PROPOSAL

OLEH :

RIANDRI

NPM : 1521160046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
TAHUN 2018

Anda mungkin juga menyukai