Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada umumnya entomologi dapat dipelajari dalam berbagai bidang
diantaranya, bidang pertanian, peternakan, kesehatan dan sebagainya. Adapun
berkenaan dengan banyaknya masalah kesehatan masyarakat dari segi lingkungan
yang dipengaruhi adanya vektor-vektor penular penyakit (arthropoda) maka
entomologi dalam bidang kesehatan dalam proses pembelajarannya menjadi
sangatlah penting untuk dipahami lebih jauh sehingga dalam aplikasinya dengan tepat
dapat dijalankan berdasarkan aspek-aspek yang ada di dalamnya. Sebagaimana kita
ketahui bahwa Entomologi Kesehatan adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang
artrhopoda yang dapat menjadi penyebab langsung dari berbagai macam penyakit
pada manusia atau menjadi penular mikroorganisme penyebab penyakit dari seorang
penderita kepada manusia lainnya yang sehat.
Sebelum masuk kepada pembahasan yang lebih lengkap maka bagian dasar
dari entomologi kesehatan yang dimaksud komponen/objek yang dipelajarinya, yaitu
artrhopoda. Adapun Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu kata Arthros yang
berarti berbuku-buku atau beruas dan podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda
adalah binatang yang kakinya beruas-ruas termasuk juga bagian perut (abdomen) dan
dada (toraks) yang beruas-ruas, contoh : nyamuk, lalat, kecoak, kutu, udang, kaki
seribu, dsb. Berdasarkan contoh dari arthropoda yang telah disebutkan dan termasuk
contoh lainnya dari arthropoda tidak semua dari jenis arthropoda yang dapat
berpengaruh buruk bagi kesehatan. Adapun pengaruh arthropoda bagi kesehatan
manusia yaitu sebagai vektor (penular) penyakit dan sebagai penyebab penyakit.
Arthropoda sebagai vektor (penular) penyakit berarti arthropoda yang dapat
memindahkan suatu penyakit dari orang yang sakit terhadap orang yang sehat dimana
dalam hal ini arthropoda secara aktif menularkan mikroorganisme penyakit dari
penderita kepada orang yang sehat dan juga sebagai tuan rumah perantara dari

1
mikroorganisme tersebut, contoh : nyamuk, lalat, kutu, kecoa dsb. Arthropoda
sebagai penyebab penyakit dimana arthropoda dapat menyebabkan penyakit tanpa
perantara penular penyakit dalam artian secara langsung, bisa itu dari gangguan
langsung maupun tidak langsung serta kendala lainnya adapun penyakit yang
ditimbulkan karena arthropoda sebagai penyebab penyakit secara langsung
diantaranya entomophoby, annoyance, kehilangan darah, kerusakan alat indera, racun
serangga, dermathosis, alergi, dan miyasis.
Oleh karena itu, berdasarkan teori yang memperkuat pengaruh buruk
keberadaan beberapa jenis arthropoda sebagai penyebab penyakit dan khususnya
penular penyakit seperti nyamuk, lalat, kecoak, pinjal dsb dimana hal ini erat
kaitannya dengan masalah penyakit umum yang sering dialami oleh masyarakat pada
umumnya. Selain itu, dari pembelajaran teori dan praktek identifikasi arthropoda
yang telah dilakukan, maka hal tersebut mendasari dibuatnya laporan ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Arthropoda ?
2. Bagaimana tanda-tanda umum filum arthropoda ?
3. Bagaimana pengaruh arthropoda bagi kesehatan ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan arthropoda
2. Untuk mengetahui apa saja tanda-tanda umum dari filum arthropoda
3. Untuk mengetahui pengaruh arthropoda bagi kesehatan ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ARTHROPODA
Arthropoda adalah binatang yang kakinya beruas-ruas termasuk juga bagian
perut (abdomen) dan dada (toraks) yang beruas-ruas, contoh : nyamuk, lalat, kecoak,
kutu, udang, kaki seribu, dsb. Berdasarkan contoh dari arthropoda yang telah
disebutkan dan termasuk contoh lainnya dari arthropoda tidak semua dari jenis
arthropoda yang dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan. Adapun pengaruh
arthropoda bagi kesehatan manusia yaitu sebagai vektor (penular) penyakit dan
sebagai penyebab penyakit.
Arthropoda merupakan suatu filum yang terdiri dari beberapa kelas, yaitu :
1. Kelas serangga (Hexapoda/insecta),
2. Kelas Arachnida, contoh : laba-laba
3. Kelas myriapoda, contoh lipan
4. Kelas Chylopoda,
5. Kelas Diplopoda, contoh kaki seribu.

Dan kelas arthropoda terdiri dari beberapa ordo, diantaranya :


1. Ordo Diphtera, contoh : nyamuk dan lalat.
2. Ordo Siphonaptera, contoh : pinjal tikus, pinjal kucing dsb
3. Ordo Anoplura/ phtiraptera, contoh : kutu kepala, kutu dada, dan kutu kemaluan
4. Ordo Orthoptera, contoh : kecoak dsb
Arthropoda yang dapat menjadi vektor penyakit dalam hal ini yang akan
dibahas tidak mencakup keseluruhan tetapi yang akan dibahas adalah beberapa
arthropoda sebagai vektor penyakit. Adapun jenis artrhopoda yang dimaksud berasal
dari kelas insecta, myriapoda khususnya dan dari ordo diptera. Phtiraptera dan
diphtera seperti yang tersebut di atas, diantaranya : kecoak, lalat, kutu, dan pinjal.

3
B. TANDA-TANDA UMUM FILUM ARTHROPODA
Secara umum berkaitan dengan penertian dari arthtropoda itu sendiri, maka
tanda-tanda umum dari filum arthropoda, sebagai berikut :
1. Badan dan kaki beruas-ruas
2. Mempunyai tubuh bersegmen-segmen
3. Tonjolan tubuhnya (appendages) selalu berpasangan, misalnya antena, kaki dan
sayap, sehingga tubuhnya bilateral simetri
4. Rangka luar terdiri dari zat khitin yang menebal dan menjadi keras
5. Bernapas dengan trachea (spiracle)/ insang
6. Peredaran darah terbuka, darah sering tidak berwarna
7. Alat pencernaannya sudah dilengkapi mulut dan anus serta telah mempunyai
sistem ekskresi yang terbuka ke dalam saluran pencernaan
8. Susunan saraf tangga tali. Sistem persarafan terdapat di bagian ventral
9. Sistem respirasi terdapat berupa tabung hawa (trakea) dengan lubang-lubang
hawa (spirakel) yang terdapat di permukaan tubuh khususnya pada serangga.
10. Arthropoda yang hidup di air bernapas dengan insang
11. Terdiri dari mata tunggal (occuli) dan mata majemuk (fareet compound)
12. Berkembang biak dengan telur (ovivar) ada kalanya melahirkan anak (vivivar).

C. PENGARUH ARTHROPODA BAGI KESEHATAN


Secara umum pengaruh artrhopoda bagi kesehatan manusia, sebagai berikut :
1) Arthropoda Sebagai Penyebab Penyakit

Arthropoda sebagai penyebab penyakit dimana arthropoda dapat


menyebabkan penyakit tanpa perantara penular penyakit dalam artian secara
langsung, bisa berupa gangguan langsung maupun tidak langsung serta kendala
lainnya. Pada umumnya semua jenis arthropoda dapat menyebabkan penyakit , salah
satunya adalah entomophoby (rasa takut) ini tergantung dari orang yang mengalami
rasa takut terhadap jenis arhtropoda tertentu. Berikut penyakit yang disebabkan oleh
arthropoda tersebut, yaitu :

4
1) Entomophoby, yaitu rasa takut yang berlebihan terhadap arthropoda yang
meskipun tak berbahaya tetapi dapat menimbulkan suatu gangguan jiwa dan
kadang-kadang halusinasi sensoris.
2) Annoyance, yaitu merasa terganggu oleh arthropoda.
3) Kehilangan darah, yaitu disebabkan oleh gigitan arthropoda sehingga
menimbulkan kekurangan darah terutama pada hewan ternak.
4) Kerusakan alat indera, disebabkan oleh arthropoda pada saat melakukan
perjalanan dengan kendaraan maka seringkali arthropoda masuk ke dalam
indera kita terutama mata sehingga akan menimbulkan luka pada mata
5) Racun serangga, yaitu manusia sering mengalami sengatan oleh arthropoda
yang biasa mengeluarkan bisanya.
6) Dermathosis, yaitu dengan gigitannya akan menimbulkan iritasi pada kulit
7) Alergi, yaitu kepekaan yang berlebihan (hypersensitivitas) terhadap protein
yang berasal dari tubuh serangga/ produk yang dihasilkan oleh serangga
8) Miyasis, yaitu keberadaan larva serangga pada jaringan tubuh manusia.

2) Arthropoda Sebagai Vektor Penular Penyakit

Arthropoda sebagai vektor (penular) penyakit berarti arthropoda yang dapat


memindahkan suatu penyakit dari orang yang sakit terhadap orang yang sehat dimana
dalam hal ini arthropoda secara aktif menularkan mikroorganisme/ bibit penyakit
seperti kuman, virus, protozoa, cacing dsb dari penderita kepada orang yang sehat dan
juga sebagai tuan rumah perantara dari mikroorganisme tersebut, contoh arthropoda :
nyamuk, lalat, kutu, kecoak dsb. Penularan ini dapat terjadi secara biologik
(langsung) dan mekanik (tidak langsung).

1) Penularan Penyakit Secara Langsung


Penularan ini disebut juga Biological Transmission. Bila di dalam arthropoda
mikroorganisme penyebab penyakit mengalami perubahan bentuk atau jumlah atau

5
sifatnya di dalam tubuh arthropoda, maka arthropoda bertindak sebagai vektor
penyakit secara biologi.
Terdapat 4 jenis penularan, yaitu :
(a) Propagative, hama penyakit berkembang biak dengan jalan membagi diri tanpa
siklus, contoh : penyakit DBD ditularkan nyamuk Aedes aegepty yang terdapat
sporozit(mikroorganisme) di dalamnya.
(b) Cyclo Propagative, hama penyakit berkembang biak selain dengan cara membagi
diri juga mengalami siklus hidup, contoh : nyamuk Anopheles sebagai vektor
penyakit malaria.
(c) Development, Hama penyakit berkembang dengan cara membesar tanpa
membagi-bagi diri, contoh : nyamuk Culex membawa cacing filaria sebagai vektor
penyakit filariasis.
(d) Hereditaria, Hama penyakit ditularkan kepada penderita lain dengan melalui
telurnya

2) Penyakit yang ditimbulkan secara mekanik


Secara mekanik, penularan dapat ditimbulkan melalui kaki, muntahan, ludah atau
bagian tubuh yang nampak dari arthropoda dsb , contoh : bakteri penyebab penyakit
Thypus Abdominalis, bakteri penyebab penyakit kolera, dan bakteri e. coli penyebab
penyakit disentri.
Selain itu, Berikut adalah penjelasan singkat mengenai golongan penyakit
berdasarkan faktor kehidupannya, yaitu :

1) Penyakit dengan 2 faktor kehidupan (manusia-athropoda), keadaan ini disebut


penyakit yang diakibatkan oleh pengaruh langsung arthropoda terhadap manusia,
contoh miyasis.

2) Penyakit dengan 3 faktor kehidupan (manusia-arthropoda vektor-


kuman(mikroorganisme lainnya)), keadaan ini merupakan gambaran umum penyakit

6
pada dasarnya merupakan tuan rumah dan arthropoda sebagai vektor bagi kuman,
contoh : penyakit DBD.

3) Penyakit dengan 4 faktor kehidupan (manusia-arthropodavektor-kuman-


reservoir), keadaan penyakit ini disebut dengan zoonosis yaitu penyakit yang pada
awalnya ditularkan kepada hewan selain arthropoda dan kemudian dapat ditularkan
kepada manusia. demam kuning (yellow fever) yang asal mulanya ditularkan pada
kera dimana penyakit ini vektornya nyamuk Aedes aegepty
1. Cara bibit Penyakit masuk ke dalam tubuh manusia

Adapun cara bibit penyakit masuk ke dalam tubuh manusia, diantaranya:

1) Bibit penyakit masuk melalui sekresi dan kelenjar saliva (ludah) pada waktu
menggigit.

2) Bibit penyakit dapat masuk dari muntahan isi perut (abdomen).

3) Bibit penyakit dapat masuk melaui/berasal dari kotoran dan masuk melalui luka
pada waktu menggaruk.

4) Bibit penyakit dapat masuk melalui serangga yang tergaruk pada waktu
menggigit.

Pengaruh arthropoda yang dapat menimbulkan penyakit seperti yang dijelaskan di


atas, maka kita perlu mengetahui jenis-jenis arthropoda yang dapat mengakibatkan
hal tersebut lewat identifikasi ciri-ciri, morfologi dan bibit penyakit yang dibawa oleh
arthropoda yang meliputi, kecoak, lalat, nyamuk, kutu dan pinjal. Selain itu, vektor
hanya dapat membawa bibit penyakit (protozoa, bakteri, cacing dsb) jika kualitas
lingkungan kurang/ tidak sehat, maka dalam aplikasinya lingkungan hidup perlu
disehatkan oleh manusia.

7
Adapun jenis kecoak yang termasuk atrhropoda yang termasuk penginfeksi
bagi mahkluk hidup lainnya adalah Blatta orientalis betina, jenis lalat yang diteliti
adalah lalat rumah (Musca domestica), lalat daging (Sarcophagidae) dan lalat hijau
(Chrysomyia). Kemudian jenis kutu (tuma) adalah kutu kepala (Pediculus
humanuscapitis) serta pinjal yang diamati adalah pinjal pada kucing
(Ctenochepalides felis).
Selain dari penjelasan terkhusus pada arthropoda yang diamati, maka beberapa jenis
arthropoda lain yang berpengaruh buruk bagi kesehatan juga menjadi suatu hal yang
perlu diketahui macam, ciri-ciri, morfologi, pengaruh dsb. Di bawah ini penjelasan
singkat mengenai macam arthropoda tersebut :

a) Nyamuk

Nyamuk termasuk dalam kelas insekta (hexapoda) dan ordo diphtera. Kelas
ini disebut kelas hexapoda karena mempunyai 6 kaki. Pada prinsipnya morfologi dan
susunan tubuh kelas insekta ini sesuai dengan ciri-ciri umum dari filum arthropoda
yaitu kepala, toraks, abdomen dengan bagian tubuhnya mempunyai batas batas yang
jelas. Contoh nyamuk aedes aegypti, anopheles, culex dan mansonia. Adapun ciri-ciri
nyamuk tersebut sebagai berikut :
Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti
1. Bentuk tubuh kecil dan dibagian abdomen terdapat bintik-bintik serta berwarna
hitam.

2. Tidak membentuk sudut 90º

3. Penyebaran penyakitnya yaitu pagi atau sore

4. Hidup di air bersih serta ditempat-tempat lain yaitu kaleng-kaleng bekas yang
bisa menampung air hujan

5. Penularan penyakit dengan cara membagi diri.

6. Menyebabkan penyakit DBD.

8
Nyamuk Aedes aegypti

Ciri-ciri nyamuk Culex


1. Palpi lebih pendek dari pada probocis.

2. Bentuk sayap simetris.

1. Berkembang biak di tempat kotor atau di rawa-rawa.

2. Penularan penyakit dengan cara membesarkan tubuhnya.

3. Menyebabkan penyakit filariasis

4. Warna tubuhnya coklat

Nyamuk Culex

Ciri-ciri nyamuk Mansonia


1. Pada saat hinggap tidak membentuk sudut 90º

2. Bentuk tubuh besar dan panjang

9
3. Bentuk sayap asimetris.

4. Menyebabkan penyakit filariasis

5. Penularan penyakit dengan cara membesarkan tubuhnya.

6. Warna tubuhnya coklat kehitaman

Nyamuk Mansonia

Ciri-ciri nyamuk anopheles


1. Bentuk tubuh kecil dan pendek

2. Antara palpi dan proboscis sama panjang

3. Menyebabkan penyakit malaria

4. Pada saat hinggap membentu sudut 90º

5. Warna tubunya coklat kehitam

6. Bentuk sayap simetris

7. Berkembang biak di air kotor atau tumpukan sampah

8. Penularan penyakit dengan membagi diri

10
Nyamuk anopheles

b) Lalat

Sama halnya dengan nyamuk, lalat juga berasal ordo diphtera dan kelasnya
myriapoda. Lalat terbagi menjadi dua macam, yaitu lalat yang menghisap darah dan
yang tidak menghisap darah.

1. Lalat yang menghisap darah. Jika menghisap darah hewan disebut zoopilik dan
menghisap darah manusia disebut antropilik. Lalat yang tergolong penghisap
darah (zoopilik ataupun antropilik), diantaranya :

(1) Culicoides
Lalat ini bersifat diurnal (makan pada siang atau pagi hari), lalat ini juga menghisap
darah hewan (zoopilik). Tempat berkembang biak (breeding place) di genangan air
atau di aliran air tenang. Larvanya mempunyai ciri-ciri : berbentuk cacing, toraks 3
segmen dan abdomen 9 segmen. Saat dewasa mirip nyamuk kecil, sayap berbulu
halus, kadanga-kadang berbintik warna-warni, antena terdiri dari 14 segmen , dan
palpus mempunyai 5 segmen. Penyakit-penyakit yang ditularkan :

 Filariasis yang disebabkan oleh Acanthocheilonema perstans.


 Filariasis yang disebabkan oleh Mansonella ozzardi.
 Kelainan kulit berupa nodul atau vesikel lewat gigitannya.

11
(2) Phlebotomus
Lalat ini disebut juga lalat pasir, termasuk antopilik dan zoopilik, tempat bersarang
tidak di air melainkan di batu, dinding rusak, kandang hewan dan lainnya. Saat
dewasa mempunyai ciri-ciri : tubuh sanat kecil, dapat menembus kasa, kaki, sayap
dan badannya tertutup bulu-bulu panjang.

Penyakit-penyakit yang ditularkan :

 Phlebotomus fever yang disebabkan oleh virus yang dibawanya.

 Bartonellosis (Carrion’s disease) yang disebabkan oleh Nartonellla bacilliformis

 Leishmaniasis tropica

1. Lalat yang tidak menghisap darah. Dalam prakteknya diamati lalat yang tidak
menghisap darah diantaranya: lalat rumah (Musca domestica), lalat daging

12
(Sarcophagidae) dan lalat hijau (Chrysomyia). Dan juga terdapat macam lalat
lainnya diantaranya : Lucilia sp, Calliphora sp, musca sorbens, dsb.
(1) Musca sp
Musca merupakan vektor mekanik yang baik dari berbagai macam penyakit oleh
karena ia mempunyai sifat yang buruk yaitu menyukai daerah mata dan daerah
sekitarnya sehingga ia mudah menularkan trachoma dan konjubgtivitas. Adapun
jenis Musca sp (lalat rumah), diantaranya :
a) Musca domestica
Dalam prakteknya yang diamati adalah Musca domestica. Lalat ini berwarna abu-abu
kehitaman, mempunyai ukuran panjang 6 sampai 9 mm, dengan 4 garis gelap di
punggung rambut. Musca domestica menyukai sisa-sisa organik misalnya : sampah
dapur, kotoran manusia/hewan, sisa makanan dll. Tinja kuda sebagai tempat
berkembang biaknya. Larva lalat rumah mempunyai tubuh yang terdiri dari 12
segmen, seekor induk lalat rumah akan menghasilkan telur sebanyak 120 butir setiap
kali bertelur, semasa hidupnya yang dapat mencapai 3 bulan lamanya, seekor lalat
betina dapat bertelur sebanyak 2400 kali dan dalam waktu 1 hari telur lalat sudah
dapat menetas. Sesudah berganti kulit 3 kali dalam waktu 1 minggu ia akan berubah
menjadi pupa, yang dalam waktu 3-6 hari tumbuh menjadi lalat dewasa. Pada umur 2
hari, lalat sudah mampu bertelur.

Musca domestica snang memasuki rumah-rumah dan hinggap di alat-alat makan,


sebelum makan ia selalu memuntahkan cairan dari mulutnya untuk mengencerkan
makanannya, sesudah makan ia selalu buang air besar sehingga arthropoda ini
menjadi penular utama penyakit-penyakit infeksi alat pencernaan, misalnya penyakit
amubiasis, penyakit-penyakit bakteri usus, cacing usus dan infeksi virus, dan
penyakit perut lainnya.
b) Musca Sorbens
Sama halnya dengan Musca domestica karena lalat ini termasuk dalam satu jenis
yaitu Musca sp. Dari daur hidup, tempat hinggap dsb seperti penjelasan tersebut

13
pada Musca domesticamempunyai kesamaan antara keduanya hanya saja mereka
menpunyai perbedaan dalam hal ukuran tubuh. Musca sorbens juga merupakan vektor
penyakit patek (penyakit menular dimana terjadi kerusakan kulit), penyakit diare,
Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Balantidium coli dll.
(2) Chrysomia sp
Lalat ini berwarna hijau metalik. Lalat ini berukuran sedang dan sayap yang jernih
dengan venasi yang jelas. Abdomennya mempunyai garis transversal Lalat yang
menyukai luka-luka terbuka yang basah ini dapat menimbulkan miasis pada mata,
tulang dan berbagai tempat lainnya.

(3) Lucilia sp
Lalat ini disebut juga lalat botol (green bottle flies) mempunyai tubuh yang berukuran
sedang, berwarna hijau metalik kebiruan. Lalat ini meletakkan telurnya pada daging
atau bangkai binatang, pada luka terbuka atau pada lubang-lubang yang berbau
busuk. Lalat ini menimbulkan miasis kulit, miasis intestinal dan miasis urogenital.

(4) Calliphora
Lalat ini dikenal sebagai blue bottle flies oleh karena berwarna biru metalik,
mempunyai ukuran tubuh yang besar. Lalat ini menyukai bangkai hewan senagai
tempat berkembang biak (breeding place), tetapi dapat menimbukan miasis pada
kulit, miasis ontestinal, dan juga miasis urogenital.

(5) Sarcophagidae
Lalat ini berukuran 10-15 mm, umumnya berwarna abu-abu dan ada juga yang
berwarna coklat kehitaman dengan bintik-bintik kunuing yang terdapat pada segmen
abdomen. Di permukaan dorsal dari toraks terdapat garis longitudinal sedangkan pada
permukaan dorsal dari abdomen terdapat gambaran yang mirip papan catur.
Sarcophaga menyukai baik kotoran hewan maupun madu dari bunga. Lalat ini juga

14
dapat menimbulkanb miasis kulit, miasis pada hidung dan sinus, miasis pada
jaringan-jaringan, miasis pada vagina dan usus.

c) Kecoa (Cockroach)

Kecoa menyenangi tempat-tempat yang kotor dan tempat-tempat dimana


banyak/mudah terdapat makanan yang mereka gemari. Semua bahan organik
digemarinya, makanan, sisa makanan, kertas, textil, wool, darah, excreta, sputum dan
sebagainya. Kecoa mengalami metamorfosa sederhana(telur-nimfa1-nimfa2-kecoak)
Kecoa sebagai vektor mekanis dari berbagai penyakit. Oleh karena tempat yang
digemarinya merupakan bahan-bahan yang juga dikonsumsi oleh manusia maka akan
berpengaruh bagi kesehatan dimana kecoa sebagai pembawa bibit penyakit yang
terkontaminasi pada bahan-bahan tersebut. Ada empat golongan kecoa yang erat
hubungannya dengan manusia tersebut, yaitu :

1. Blatta orientalis
Kecoa ini terdapat di tempat-tempat sampah atau tempat-tempat lembab dan kotor.
Kecoa ini kurang banyak hidup di dalam rumah, juga banyak ditemukan di taman dan
bangunan-bangunan di luar rumah. Blatta orientalis berwarna hitam-coklat
mempunyai panjang 2,5 cm. Blatta orientalis jantan mempunyai sayap yang pendek
pada toraksnya sedangkan Blatta Orientalisbetina tidak mempunyai sayap. Sesuai
dengan habitatnya di tempat-tempat kotor, maka kecoa ini dapat menularkan penyakit
seperti penyakit perut, cacingan dsb, juga menimbulkan bau tidak enak di hidung bila
kita tidak tahan dengan kontraksi bisa saja menyebabkan muntah pada manusia
karena habitatnya ini.
1. Blatella germanica
Kecoa ini berwarna coklat muda dengan panjang 1,3 cm terdapat garis pada
toraksnya. Kecoa ini menyukai tempat-tempat lembab (kamar mandi, WC, tempat
pencucian alat-alat dapur) dan di luar rumah seperti tempat-tempat sampah. Kecoa ini

15
menghasilkan 5 sampai 30 butir yang terdapat di ooteka yang terletak pada batas
antara toraks bawah dengan abdomen bagian atas. Pembuahannya terjadi di luar
tubuh dengan suhu optimal dalam waktu 2 bulan bisa menjadi nimfa. Kecoa ini
adalah binatang malam, hingga jumlah yang nampak pada siang hari kurang daripada
populasi sebenarnya. Kecoa ini dapat menularkan penyakit, seperti gastroentritis,
kolers, thypus.
1. Supella Supellectillium
Kecoa ini juga berwarna coklat muda. Umumnya kecoa ini berukuran paling kecil 1,3
cm atau juga kurang dari ukuran tersebut, biasanya terdapat di tumpukan
kayu. Supella Supellectillium dapat menjadi perantara dari cacing Hymenolepis
diminuta sehingga dapat menyebabkan cacingan. Kecoa ini baik yang jantan maupun
betina mempunyai sayap.
1. Periplaneta americana
Kecoa ini berukuran paling besar dari golongan kecoa lainnya yaitu sekitar 3,8 cm,
warnanya merah-coklat. Kecoa ini menyukai tempat-tempat kotor, seperti WC atau
tempat-tempat sampah di rumah-rumah dsb. Kecoa ini mempunyai sayap yang
panjangnya menutupi toraks/seluruh tubuh bagian dorsalnya atau juga melebihi
panjang tubuhnya. Lalat ini akan menimbulkan penyakit bila mengontaminasi
makanan dan minuman karena bakteri yang dibawanya, seperti diare, disentri, thypus
dsb.

d) Tuma

Tuma adalah kutu yang terdapat pada manusia. Tuma bisa melakukan pembuahan
sendiri tanpa perkawinan (partenogenesis). Kutu pada manusia terbagi 3, yaitu kutu
kepala (Pediculus humanuscapitis), kutu badan (Pediculus humanuscorporis), dan
kutu kemaluan (Pthirus pubis). Tuma merupakan ordo phtiraptera dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
 Badan berwarna putih kelabu

16
 Bentuk pipih memanjang

 Kepala ovoid sedikit bersudut

 Toraks dari kitin.

 Abdomen terdiri atas 9 ruas.

 Di kepala terdapat mata sederhana (bagian lateral).

 Antena pendek terdiri atas 5 ruas.

 Proboscis (alat penusuk) yang dapat memanjang.

 Tiap ruas toraks terdapat sepasang kaki yang terdiri 5 ruas yang berakhir sebagai
capit/kait.

 Lubang kelamin di tengah dorsal.

Adapun saat praktek yang diamati adalah kutu kepala (Pediculus humanuscapitis).
1. a. Pediculus humanuscapitis
Kutu kepala berukuran 1-2 mm. Telur yang dihasilkannya paling banyak yaitu sekitar
300 butir. Kutu kepala sebagai parasit di kepala manusia, kutu ini mengisap darah di
kepala sehingga merugikan kesehatan pada manusia karena dapat menyebabkan gatal,
kekurangan darah(O2) pada otak sehingga dapat berpengaruh bagi kecerdasan otak.
Dibandingkan kutu lainnya, kutu ini mudah ditemukan walaupun pada zaman
sekarang jarang adanya namun keberadaanya tidak begitu sulit dijangkau seperti kutu
badan dan kutu kemaluan. Selain itu, kutu kepala masih umum menjadi parasit di
kepala manusia sehingga saat praktek mengamati kutu ini.
1. b. Pediculus humanuscorporis
Kutu ini mempunyai panjang 2-4 mm. Kutu ini menghasilkan 140 butir telur. Kutu
ini parasit pada badan, biasanya terdapat pada dada utamanya ditemukan pada dada
yang berbulu. Seperti halnya kutu kepala kutu ini bersifat parasit uga menghisap
darah.

17
1. c. Pthirus pubis
Kutu kemaluan mempunyai panjang 0,8-1,2 mm, kutu ini berukuran paling kecil
dibandingkan kutu kepala dan kutu kemaluan. Kutu ini sangat jarang sekali
ditemukan pada saat ini. Kutu kemaluan mengasilkan telur 50 butir. Kutu ini juga
sebagai parasit dan dapat berpindah/ menular lewat hubungan seksual.

e) Pinjal

Pinjal adalah kutu pada hewan sama halnya dengan tuma yang merupakan kutu pada
manusia, pinjal juga sebagai parasit. Secara umum, morfologi pinjal mempunyai
tubuh pipih berukuran 1,5-4 mm, tidak bersayap, mulut tersembunyi (berfungsi untuk
menusuk-mengisap, mempunyai kaki-kaki yang panjang dan kuat untuk meloncat,
pada daerah dekat mata terdapat ocular bristle, mempunyai abdomendengan 10-12
segmen : pada segmen ke-8 atau ke-9 terdapat spermatheca (pinjal betina), sedangkan
pada yang jantan , penis terdapat pada segmen abdomen ke-5 atau ke-6. Juga
terdapat comb (rambut seperti sisir) yang penting untuk differensiasi pinjal yang
terdiri dari Genal comb di atas mulut dan thoracal comb yang terdapat di segmen
pertama toraks.. Metamorfosa pada pinjal adalah metamorfosa sempurna. Adapun
macam pinjal, diantaranyaCtenocephalides canis, Ctenocephalides felis, Pulex
irritans, Xenopsylla cheopis (pinjal tikus), Nosopsyllus fasciatus. Walaupun pinjal
ini parasit di tubuh hewan tapi pinjal ini juga sebagai vektor dari penyakit, yaitu :
1. a. Pes (Pasteurella pestis) lewat gigitan yang dibawa oleh Xenopsylla cheopis
dan Pulex irritans.
2. Endemic typhus (Rickettsia mooseri) dibawa oleh Xenopsylla cheopis dan
Nosopsyllus fasciatus.
Pinjal juga membawa bibit penyakit sebagai tuan rumah
perantara/perantara/pembawa penyakit seperti Dipylidium caninum (cacing usus) dan
Hymenolepis diminuta (cacing usus) yang keduanya dapat menimbulkan penyakit
cacingan pada manusia. Pinjal yang telah diamati adalah pinjal kucing, pinjal ini

18
biasanya terdapat pada kucing liar pada umumnya morfolgi pinjal sama namun hanya
berbeda di letaknya dan ukuran serta habitatnya yang berbeda. Pinjal pada kucing
dampak berdampak pada manusia dan kucing, jika pada manusia menyebabkan salah
satunya cacingan dan pada kucing itu sendiri menyebabkan dermatitis dan anemia
karena pada prinsipnya pinjal maupun tuma menghisap. Pada Pinjal kucing
(Ctenocephalides felis) khususnya, diantaranya oculer bristle berada tidak di bawah
mata atau tepat di mata, panjang dua kali tinggi dan penjelasan selanjutnya pada hasil
praktikum yang tepatnya sesuai dengan prakteknya.
1. PEMBERANTASAN ARTHROPODA DAN CARA MENGURANGI
BAHAYA PENULARAN PENYAKIT KARENA ARTHROPODA

Pemberantasan arthopoda yang diamati Blatta orientalis betina, jenis lalat yang
diteliti adalah lalat rumah (Musca domestica), lalat daging (Sarcophagidae) dan
lalat hijau (Chrysomyia). Kemudian jenis kutu (tuma) adalah kutu kepala (Pediculus
humanuscapitis) serta pinjal yang diamati adalah pinjal pada kucing
(Ctenochepalides felis).
Untuk memberantas arthropoda sebagai penular penyakit dan cara mengurangi
bahayanya, antara lain :

1) Pemberantasan dapat dilakukan dengan cara kombinasi antara perbaikan


lingkungan untuk mengurangi potensial breeding place dan chemical control.

2) Mencegah terjadinya sarang-sarang arthropoda (preventing of breeding) dengan


cara :

1. Hindarkan terjadinya tempat-tempat yang digemari lalat

2. Sampah-sampah di tampung di tempat-tempat sampah yang baik dan tertutup

3. Menguras bak mandi minimal seminggu sekali

19
4. Menutup bak/ tempat yang memungkinkan arthropoda seprti nyamuk
berkembang biak

5. Pembuangan sampah dilakukan tiap-tiap hari dengan cara yang baik

6. Menutup tempat persembunyian yang letaknya dekat dengan bahan makanan

7. Memberi insektisida/ bahan kimia anti kecoa yang tidak berbahaya untuk
membasmi arthropoda.

3) Menjaga kebersihan tubuh misal membersihkan rambut biar tidak dihinggap


kutu kepala, makanan dengan cara menyimpan di tempat yang baik dan rapi,
lingkungan rumah dsb.

4) Memasang perangkap tikus, khususnya tikus yang berkemungkinan terdapat


pinjal di tubuhnya.

5) Memperbaiki sanitasi lingkungan.

6) Membasmi kutu kepala dengan cara chemical control menggunakan obat kimia
diantaranya peditok.

20
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Arthropoda adalah binatang yang kakinya beruas-ruas termasuk juga bagian
perut (abdomen) dan dada (toraks) yang beruas-ruas, contoh : nyamuk, lalat, kecoak,
kutu, udang, kaki seribu, dsb. Berdasarkan contoh dari arthropoda yang telah
disebutkan dan termasuk contoh lainnya dari arthropoda tidak semua dari jenis
arthropoda yang dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan.
Adapun pengaruh arthropoda bagi kesehatan manusia yaitu sebagai vektor
(penular) penyakit dan sebagai penyebab penyakit. Seperti penyakit DBD, penyakit
disentri, diare dll.

21

Anda mungkin juga menyukai