Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN SEPSIS PADA BAYI

A. PENGERTIAN
Sepsis adalah bakteri umum yang masuk ke dalam aliran darah –Donna L. wong 2003-
Sepsis adalah infeksi bakteri generalisata yang biasa terjadi pada bulan pertama kehidupan –
Marry E. Muskari 2005
Sepsis Neunatorum adalah semua infeksi bayi pada 28hari pertama sejak dilahirkan.
Infeksi dapat menyebar secara menyeluruh atau terlokasi hanya pada satu organ saja – seperti
paru paru dengan pneumonia – infeksi pada sepsis bisa di dapatkan pada saaat sebelum
persalinan – intrauterine sepsis – atau setelah persalinan ekstra uterine sepsis dan dapat
disebabkan oleh virus – herpes,rubella- , bakteri – streptococcus B- , dan fungsi atau jamur –
candina – meskipun jarang ditemui – John 2009 –

B. ETIOLOGI
Sepsis yang terjadi neonates biasanya menibulkan manifestasi klinis seperti septicemia,
pnemumonia dan meningitis berhubungan dengan imaturitas dari system imun dan
ketidakmampuan neonates untuk melokalisasi infeksi. Penyebab neonatus sepsis atau sepses
neonatorum adalah berbagai macam kuman seperthji bakteri, virus, parasite, atau jamur. Sepsis
pada bayi hamper selalu disebabkan oleh bakteri
- Bakteri Escherichia koli
- Strepcococus group B
- Stophylococus aureus
- Enterococus
- Listeria monocitogenes
- Klepsiella
- Entererobacter sp
- Pseudemonas aeruginosa
- Proteus sp
- Organisme anaerobic

Berdasarkan mulai timbulnya gejala klinis, sepsis dibagi menjadi 2 yaitu ;


1. Early Onset ; gejala mulai tampak pada harhi-hari kehidupan –rata rata 48 jam-,
biasanya infeksi berkaitan dengan faktor Ibu –infeksi transplasenta, dari cairan anion
terinfeksi, waktu bayi melewati jalan lahir, dll-. Berkembangnya gejala pada early onset
pada umumnya sangat cepat dan meningkat enuju septikshock.
2. Late Onset ; timbul setelah satu minggu pada awal kehidupan neonatus tanpa kelainan
prenatal, infeksi didapat dari lingkungan atau didapat dari Rumah Sakit –nosokomial-
sering terjadi komplikasi pada susunan saraf pusat
C. TANDA DAN GEJALA

Menurut Arief, 2008 tanda dan gejala dari sepsis neonatorum, antara lain:

1.Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema

2 Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali

3.Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis

4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi

5.Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan
Tidak teratur,ubun ubun menonjol

6.Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan. Gejala sepsis


yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut
jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa
gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung.

Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:

a.Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah darI pusar

b.Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan


koma,kejang,opistotonus posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-
ubun

c.Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau
tungkai yang terkena

d.Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi
yang terkena teraba hangat e.Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan
pembengkakan perut dan diare (Asrining, 2007).

D. PATOFISIOLOGI

Penyakit yang ada pada ibu karena adanya bakteri dan virus pada neonatus (bayi). Kemudian
menyebabkan terjadinya infeksi yang menimbulkan sepsis. Faktor infeksi yang mempengaruhi
sepsis, antara lain faktor maternal yaitu adanya status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar
belakang yang mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak
diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan
tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih
dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30 tahun. Kurangnya perawatan
prenatal, ketuban pecah dini (KPD), dan prosedur selama persalinan. Faktor Neonatal, pada bayi
dengan prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama
untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup
bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir ketiga.
Setelah bayi lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun sehingga menyebabkan
hipergamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit. Kemudian
adanya defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap
streptokokus atau haemophilus influenza.IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak
terdeteksi dalam darah tali pusat. Faktor Lingkungan, pada bayi mudah terjadi defisiensi imun
yaitu cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan
waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena atau arteri maupun
kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka.
Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi. Paparan terhadap obat-obat
tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko
penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas,
sehingga menyebabkan listenberlipatganda. Kadang-kadang di ruang perawatan terhadap
epidemi penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling
sering akibat kontak tangan. Pada bayi yang minum ASI, spesies lactobacillus dan E.colli
ditemukan dalam tinjanya sedangkan bayi yang minum susu formula hanya di deminisasi Ecolli
E.PATHWAY
Infeksi pada ibu

Masuk ke dalam tubuh janin

Terjadi infeksi awal

Infeksi menyebar keseluruh tubuh


janin

hipotalamus Organ hati Organ pernafasan System gastrointestinal

Menghasilkan Eritrosit banyak Fungsi tidak


Muntah, diare
Panas tubuh lisis optimal

hipertermi hiperbilirunemia Bayi akan sesak Malas menghisap

c
Jaundice
1.Monitoring Gangguan Defisit
tanda-tanda vital ikterik pola napas volume
setiap dua jam cairan dan
dan pantau warna elektrolit
Ke otak 1.posisikan pasien
kulit
semi fowler
2.Observasi Ensepalopati
2.auskultasi suara
adanya kejang dan 1.monitoring tanda
napas
dehidrasi Kemit ikterik tanda vital setiap dua
3.monitor respiresi jam dan pantau warna
3.Berikan kejang kulit
kompres dengan dan status
air hangat pada O22,TTV 2.observasi adanya
aksila, leher dan hipertermi kejang dan
lipatan paha, 4.bila perlu dehidrasi
hindari Lakukan
suction,postural 3.berikan kompres
penggunaan
hangat jika terjadi
alkohol untuk
hipertermi dan
kompres
pertimbangkan untuk
4.Kolaborasi langkah kolaborasi
pemberian dengan memberi
antipiretik sesuai atipiretik
kebutuhan jika
4.berikan ASI/PASI
panas tidak turun
sesuai jadwal sesuai
dgn yang ditentukan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika diduga suatu
meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.

2.Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara menyeluruh. Hal ini
termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin

3.Leukositosis (>34.000×109/L)

4.Leukopenia (< 4.000x 109/L)

5.Netrofil muda 10%

6.Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau I/T ratio >0,2

7.Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)

8.CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal

G. PENATAPELAKSAAN

a.Perawatan

Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, untuk


menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk
mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus septik sakit (Datta,
2007) meliputi sebagai berikut:

1. Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap normal harus
dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara teratur.
2. Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi yang jelek,
maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis yang
sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi terus
menjadi buruk. Dextrose (10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk
memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan
dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi dapat memiliki feed oral.
3. Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres pernapasan atau
sianosis
4. Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai
5. Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan
perdarahan
6. Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau memiliki perut
kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.
7. Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik, aspirasi
nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi dan perawatan ahli
b. terapi pengobatan

prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan metabolisme


tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk
kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria
efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan dapat
diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah ampisilin, gentasimin atau
kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi.
(Sangayu, 2012).

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian

Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data, yang perlu dikaji
adalah identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat perawatan
antenatal, adanya/tidaknya ketuban pecah dini,partus lama atau sangat cepat (partus
presipitatus). Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain. Ada
atau tidaknya riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll).
Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi (mis.
Toksoplasmosis,rubeola, toksemia gravidarum, dan amnionitis). Mengkaji tatus sosial
ekonomi keluarga.

Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan meliputi letargi (khususnya setelah 24
jam petama), tidak mau minum atau refleks mengisap lemah, regurgitasi, peka
rangsang, pucat, berat badan berkurang melebihi penurunan berat badan secara
fisiologis, hipertermi/hipotermi, tampak ikterus. Data lain yang mungkin ditemukan
adalah hipertermia,pernapasan mendengkur, takipnea, atau apnea kulit lembab dan
dingin, pucat, pengisian kembali kapiler lambat, hipotensi, dehidrasi, sianosis. Gejala
traktus gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen atau diare.

2.Dianogsa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu, apneu, takipneu
b. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi
atau inflamasi
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam

I. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea

Kriteria hasil
 Tidak ada sianosis dan disipnea, mendemonstrasikan batuk efaktif dan suara
nafas yang bersih
 Menunjukan jalan nafas yang paten(pelayan tidak merasa tercekik,tidak ada
suara nafas abnormal)
 Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL

 Posisikan pasien semi powler posisi semim powler dapat


memaksimalkan ventilasi

 Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan dapat menjadi
Suara napas tambahan tanda jalan napas yang tidak kuat

 Monitor respirasi dan status O2,TTV pada sespsis terjadinya gangguan


respirasi dan status O2 sering
ditemukan yang meyebabkan TTV tidak
dalam rentan normal

 Bila perlu lakukan suction postural drainage untuk mengeluarkan secret pada
Saluran napas untuk mebnciptakan
Jalan napas kyang paten

2.Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau
inflamasi

Kriteria hasil:

 Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36o-37oC)


 Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-
180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)

Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

 Monitoring tanda-tanda vital setiap Perubahan tanda-tanda vital


dua jam dan pantau warna kulit yang signitifkan akan memperngaruhi
proses regulasi ataupun metabolisme
dalam tubuh
 Observasi adanya kejang dan dehidrasi Hipertermi sangat potensial untuk
Menyebabkan kejang yang akan
semakin memperburuk kondisi pasien
serta dapat menyebabkan pasien
kehilangan banyak cairan secara
evaporasi yang tidak diketahui
jumlahnya dan dapat menyebabkan
pasien masuk ke dalam kondisi
dehidrasi
 Berikan kompres dengan air hangat kompres air hangat lebih cocok
Jika terjadi hipertermi dan pertimbangkan digunakan pada anak dibawah usia
Untuk langkah kolaborasi dengan 1tahun untuk menjaga tubuh supaya
Memberikan antipiretik tidak terjadi hipotermi yang terlalu
lama tidak baik untuk tubuh bayi oleh
karena itu pemberian antipiretik
diperlukan untuik segera menurunkan
panas missal dengan asetaminofen
 Berikan ASI/PASI sesuai jadwal dengan pemberian ASI/PASI sesuai jadwal
jumlah pemberian yang telah ditentukan diperlukan untuk mencegah bayi dari
kondisi lapar dan haus yang berlebih

DAFTAR PUSTAKA

Arief, M.2008.

Kapita selekta kedokteran

. Jakarta: EGC. Berkow & Beers. 1997.

Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum.

Akses internet di http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum/NET. Bobak. 2004.

Keperawatn Maternitas, edisi 4

.Jakarta: EGC. Datta, Parul. 2007.

Pediatric Nursing

. JAYPEE:New Delhi Vietha. 2008.

Askep pada Sepsi Neonatorum

. Akses internet di http://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askep-pada-sepsis-neonatorum/NET.

Anda mungkin juga menyukai